Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

TANAMAN BUAH

MANGGA (Mangifera indica L.)

4.1. Klasifikasi

Tumbuhan mangga merupakan tumbuhan angiospermae dan merupakan

tumbuhan dikotil yang bijinya berkeping dua. Klasifikasi tanaman mangga

menurut Riska dkk. (2015) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Orde : Sapindales

Famili : Anacardianceae

Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera indica L.

Mangga merupakan salah satu tanaman yang populasinya sangat banyak di

Indonesia. Mangga merupakan tumbuhan yang berasal dari India. Hal ini sesuai

dengan pendapat Gunastri (2012) yang menyatakan bahwa mangga berasal dari

India dan sudah ada sejak peradaban India. Mangga adalah salah satu tanaman

yang mudah tumbuh di Indonesia karena mangga cocok ditanam pada tempat

yang tropis seperti di Indonesia. Mangga mempunyai nama lokal yang biasa di

ucapkan dalam kehidupan sehari-hari contohnya “pelem” berasal dari Bahasa


Jawa. Hal ini sesuai dengan pendapat Damariswara (2016) yang menyatakan

bahwa kata “pelem” merupakan kata yang berasal dari Bahasa Jawa artinya adalah

mangga.

Mangga dapat tumbuh pada kondisi udara yang cukup baik, tanah yang

memiliki kandungan air dan unsur hara yang cukup. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sandrawati dkk. (2017) yang menyatakan bahwa syarat tumbuh mangga

adalah ketersediaan air serta unsur hara yang cukup di dalam tanah. Habitat

tumbuhan mangga adalah pada dataran dengan keadaan tanahnya subur dan

gembur serta memiliki kandungan hara yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan

pendapat Wardiningsih dkk. (2017) yang menyatakan bahwa pada daerah tropik

seperti di Indonesia tumbuhan mangga tumbuh dengan subur karena tanahnya

subur dan gembur.

4.2. Organ Akar, Batang dan Daun

4.2.1. Akar

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh gambar akar

pada tanaman Mangga (Mangifera indica L.) adalah sebagai berikut :


Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2019.
Ilustrasi 19. Akar Mangga (Mangifera indica L.)

Akar mangga memiliki warna coklat dan akan berwana lebih gelap lagi jika

dewasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Amin (2015) yang menyatakan bahwa

pohon mangga memiliki akar yang berwarna coklat tua dan semakin tua pada saat

dewasa. Mangga mempunyai sistem perakaran tunggang yang tebal, memiliki

cabang, serta bentuknya memanjang dan ujungnya runcing. Hal ini sesuai dengan

pendapat Oktavianto dkk. (2015) yang menyatakan bahwa akar tunggang pada

pohon mangga merupakan sistem perakaran tunggang yang akan terus memanjang

dan bercabang serta memiliki ujung yang runcing. Tumbuhan mangga memiliki

sitem perakaran yang sangat kuat sehingga bila sudah di tanam sulit dicabut. Hal

ini sesuai dengan pendapat Ningsih dkk. (2017) yang menyatakan bahwa mangga

memiliki akar tunggang yang sangat panjang dan sangat kuat.


4.2.2. Batang

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh gambar

batang pada tanaman Mangga (Mangifera indica L.) sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2019.


Ilustrasi 20. Batang Mangga (Mangifera indica L.).

Batang mangga merupakan tipe percabangan simpodial yaitu memiliki tipe

percabangan yang banyak dan memiliki bentuk silinder. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suwardike dkk. (2018) yang menyatakan bahwa simpodial yaitu batang

pohon sulit untuk menghentikan pertumbuhannya dibandingkan dengan

cabangnya sehingga memiliki cabang yang banyak contohnya pohon mangga.

Batang mangga mempunyai tekstur kulit yang kasar, keras, dan mempunyai

cabang yang banyak serta batang memiliki warna coklat tua. Hal ini sesuai dengan

pendapat Baswarsiati dan Yuniarti (2018) yang menyatakan bahwa batang

mangga memiliki warna coklat tua, permukaan atau tekstur kulit batang mangga
tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik serta batang mangga

memiliki getah yang lengket berwarna coklat muda transparan.

4.2.3. Daun

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh gambar daun

pada tanaman Mangga (Mangifera indica L.) sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2019.


Ilustrasi 21. Daun Mangga (Mangifera indica L.)

Daun mangga mempunyai struktur yang lentur sehingga mudah ditekuk,

berpangkal lancip, tepi daun datar, mempunyai ujung yang lancip, dan berwarna

hijau tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Liantoni (2015) yang menyatakan

bahwa tepi daun mangga memiliki garis tepi yang lebih tebal, lebih detail, jelas,

dan datar serta daun mangga memilik warna hijau tua mengkilap karena

kandungan pigmen daun termasuk pigmen klorofil. Daun mangga merupakan

daun tunggal yang pada tangkai daun terdapat satu helai daun. Daun mangga
memiliki tulang daun menyirip dan permukaan daun mangga licin. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kartika dkk. (2016) yang menyatakan bahwa permukaan daun

mangga licin dan mengkilap. Daun mangga memiliki pangkal membesar,

disebelah atas membentuk alur, dan daun mangga berbentuk lonjong. Hal ini

sesuai dengan pendapat Rahayu (2016) yang menyatakan bahwa daun mangga

akan memiliki bentuk yang berbeda karena mangga memiliki jenis yang bervariasi

yaitu ada yang bentuknya lonjong dan ujungnya seperti mata tombak, berbentuk

bulat telur dan ujungnya runcing seperti mata tombak, berbentuk segi empat dan

ujungnya runcing, serta bentuknua segiempat dan ujungnya membulat.

4.3. Bunga

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh gambar

bunga pada tanaman Mangga (Mangifera indica L.) sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2019.


Ilustrasi 22. Bunga Mangga (Mangifera indica L.)
Struktur bunga mangga terdiri dari dasar bunga, kelopak, daun bunga,

kepala putik dan benang sari serta bagian bunga memiliki warna kuning pucat

bagian mahkota bunga berwarna merah dan bagian tengah berwarna sedikit tua.

Hal ini sesuai dengan pendapat Antarlina (2009) yang menyatakan bahwa bunga

mangga memiliki warna hijau muda, kuning pucat atau putih, dan merah. Bunga

mangga merupakan rangkaian bunga berbentuk kerucut yang melebar dibagian

bawah. Hal ini sesuai dengan pendapat Bela dkk. (2018) yang menyatakan bahwa

sekelompok bunga mangga mempunyai rangkaian seperti kerucut yang melebar

dibagian bawah.

Bunga mangga merupakan bunga majemuk yaitu sekelompok bunga yang

memiliki banyak cabang pada tangkai induk utamanya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Fabjisami dkk. (2017) yang menyatakan bahwa bunga mangga termasuk

dalam bunga majemuk yang memiliki banyak bunga pada tangkai bunga dan

berkelompok. Bunga mangga terdapat bunga jantan dan betina dalam satu tangkai

bunga, bunga jantan berwarna kuning pucat dan terdapat benang sari yang

bentuknya seperti antena, sedangkan bunga betina berwarna merah. Hal ini sesuai

dengan pendapat Bela dkk. (2018) yang menyatakan bahwa bunga mangga

terdapat bunga jantan dan bunga betina dalam satu tangkai induk.

4.4. Buah dan Biji

4.4.1. Buah

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh gambar buah

pada tanaman Mangga (Mangifera indica L.) sebagai berikut :


Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2019.
Ilustrasi 23. Buah Mangga (Mangifera indica L.)

Buah mangga memiliki permukaan yang halus serta terdapat getah jika

mangga dipetik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo dkk. (2017) yang

menyatakan bahwa buah mangga memiliki permukaan kulit yang halus dan pada

pangkal buah jika dipetik terdapat getah yang lengket. Buah mangga terletak pada

tangkai pucuk daun dan biasanya terdapat sekelompok mangga dan memiliki

bentuk yang lonjong. Hal ini sesuai dengan pendapat Nilasari dkk. (2013) yang

menyatakan bahwa mangga mempunyai kulit buah yang menarik bentuknya

beraneka ragam antara lain bulat penuh, bulat pipih, bulat telur, bulat memanjang

atau lonjong.

Buah mangga memiliki warna yang berbeda disetiap jenisnya, warna buah

mangga diantaranya adalah hijau, kuning, jingga, dan merah. Kebanyakan

mangga akan berwarna merah atau jingga jika sudah masak atau matang. Hal ini

sesuai dengan pendapat Ibrahim dkk. (2015) yang mengatakan bahwa buah
mangga yang sudah masak akan berwarna kemerahan. Mangga yang berwarna

hijau dan teksturnya keras merupakan mangga yang masih muda dan memiliki

tekstur keras saat muda dan empuk saat sudah matang. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ariadianti dkk. (2015) yang menyatakan bahwa mangga yang masih

muda teksturnya masih keras namun mangga yang sudah masak teksturnya lebih

empuk.

4.4.2. Biji

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh gambar biji

pada tanaman Mangga (Mangifera indica L.) sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2019.


Ilustrasi 24. Buah Mangga (Mangifera indica L.)

Bentuk biji mangga (Mangifera indica L.) bervariasi ada yang lonjong pipih

dan lonjong menggembung. Warna biji mangga adalah kuning pucat atau krem.
Hal ini sesuai dengan pendapat Robiyanto dkk. (2018) yang menyatakan bahwa

biji buah mangga memiliki warna kuning pucat atau putih kekuningan. Tekstur

biji mangga memiliki kulit biji yang kasar, memiliki serabut, terdapat tali pusar,

dan terdapat inti biji serta memiliki tekstur yang keras. Hal ini sesuai dengan

pendapat Hamzah dan Rahmayuni (2017) yang menyatakan bahwa biji mangga

memiliki tekstur yang cenderung keras.

4.5. Perkembangbiakan

Mangga merupakan tumbuhan yang perkembangbiakannya dapat melalui

dua cara yaitu secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan secara

generatif yaitu dengan cara menggunakan biji buah mangga. Hal ini sesuai dengan

pendapat Banjarnahor (2018) yang menyatakan bahwa buah mangga dapat

berkembangbiak dengan cara generatif melalui biji. Perkembangbiakan secara

vegetatif yaitu dengan okulasi yang merupakan cara penyambungan tunas sebagai

batang atas denagan batang bawah pada tanaman yang sama atau sejenis. Cara

perkembangbiakan dengan cara okulasi adalah dari batangnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Ningsih (2010) yang menyatakan bahwa perkembangbiakan

vegetatif buatan dengan cara okulasi dengan menempelkan pada batang sejenis.

Kelebihan dari perkembangbiakan secara vegetatif adalah dapat

menurunkan keturunan atau karakteristik yang baik dari induknya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Muqoddas (2017) yang menyatakan bahwa kelebihan dari

perkembangbiakan vegetatif adalah mampu menurunkan karakteristik induknya

contohnya, mangga manis berbuah besar. Perkembangbiakan secara generatif


mempunyai keuntungan yaitu tidak perlu melibatkan manusia dalam

perkecambahannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Fauzi dkk. (2017) yang

menyatakan bahwa tumbuhan mangga dapat tumbuh dengan cara generatif atau

dengan biji dengan kondisi dan kondisi lingkungan yang sesuai maka tumbuhan

mangga akan tumbuh, manusia hanya akan mangusahakan agar mangga tetap

tumbuh.

4.6. Manfaat

Buah mangga bermanfaat untuk mengatasi sembelit, karena kandungan

vitamin dan serat dari buah mangga yang dapat melancarkan saluran pencernaan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Harjiyanti dkk. (2013) yang menyatakan bahwa

yogurt ekstrak buah mangga asli mampu melawan pertumbuhan bakteri patogen

yang berada di saluran pencernaan serta dapat melancarkan gangguan pencernaan.

Biji mangga dapat membantu melancarkan sirkulasi darah dan memperbaiki

permeabilitas usus. Hal ini sesuai dengan pendapat Prihandani dkk. (2016) yang

menyatakan bahwa biji mangga mengandung alkaloid, tanin, flavonoid dan

saponin yang mempunyai sifat antibakteri yang berguna untuk mamperbaiki

permeabilitas usus dalam menyerap nutrisi serta melancarkan sirkulasi darah

dalam tubuh pemanfaatannya yaitu biji mangga dibuat bubuk.

Manfaat dari daun mangga adalah untuk menyembuhkan luka karena

memiliki senyawa metabolit. Hal ini sesuai dengan pendapat Risa dkk. (2018)

yang menyatakan bahwa daun mangga merupakan salah satu inovasi untuk

menyembuhkan luka karena daun mangga mempunyai senyawa metabolit yang


mempunyai peran penting sebagai pemacu proliferasi pada pembentukan fibrobls

dan kolagen untuk meningkatkan regenerasi penyembuhan luka. Buah mangga

mempunyai manfaat yaitu untuk membersihkan jerawat dan mengurangi resiko

stroke. Hal ini sesiau dengan pendapat Gita (2018) yang menyatakan bahwa

mangga sebagai desinfektan bagi tubuh dapat membersihkan darah, melancarkan

saluran pencernaan, mencegak penyakit stroke dan dapat membersihkan jerawat.


DAFTAR PUSTAKA

Amin, N. 2015. Tumbuhan peneduh di hutan kota banda aceh sebagai media
pembelajaran biologi. J. Biotik, 2(1) : 495 – 501.

Antarlina, S. S. 2009. Identifikasi sifat fisik dan kimia buah-buahan lokal


Kalimantan. J. Plasma nutfah, 15(2) : 80 – 90.

Ariadianti, A. T. R., W. Atmaka, dan Siswanto. 2015. Formulasi dan penentuan


umur simpan Fruit Leather mangga (Mangifera indica L.) dengan
penambahan kulit buah naga merah (Hilocereus polyrhizus) menggunakan
metode Accelerated shelf life testing model arrhenius. J. Teknologi
Pertanian. 16 (3) : 179 – 194.

Banjarnahor, K. G., A. Setiawan, dan A. Darmawan. 2018. Estimasi perubahan


karbon tersimpan di atas tanah di arboretum Universitas Lampung. J. Sylva
Lestari, 6 (2) : 51 – 59.

Bela, D. M. L., M. Rofiq, dan T. Wardiyati. 2018. Identifikasi keragaman


morfologi bunga dan buah mangga (Mangifera indica L.) hasil seleksi
persilangan antara arumanis-143, haden, swarnarika dan podang urang. J.
Produksi Tanaman, 6 (1) : 129 – 136.

Damariswara, R. 2016. Analisis ketidaktepatan penggunaan Bahasa Jawa krama


alus mahasiswa PGSD angkatan 2012 UN PGRI Kediri dalam mata kuliah
Bahasa Daerah. J. Pendidikan Dasar Nusantara, 2 (1) : 50 – 64.

Fauzi, A. A., W. Sutari, N. Nursuhud, dan S. Mubarok. 2017. Faktor yang


mempengaruhi pembungaan pada mangga (Mangifera indica L.). J.
Kultivasi, 16 (3) :461 – 465.

Febjislami, S., K. Suketi, dan R. Yunianti. 2017. Karakterisasi morfologi bunga,


dan kualitas buah tiga genotipe pepaya hibrida. J. Agrohorti, 6 (1) : 112 –
119.

Gita, R. S. D. 2018. Jenis tanaman buah dan sayur pekarangan di Desa Sumberejo
Ambulu Jember. J. Biologi dan Pembelajaran Biologi, 3 (1) : 65 – 76.

Gunastri, C. T. 2012. Mangga Top di Kebun dan Pot. Swadaya. Malang.

Hamzah, F. dan R. Rahmayuni. 2017. Pemanfaatan bubur buah jambu biji putih
dan bubur buah pepaya dalam pembuatan Fruit Leather. . Online
Mahasiswa, 4 (2) : 1 – 14.
Harjiyanti, M. D., Y. B. Pramono, dan S. Mulyani. 2013. Total Asam, Viskositat,
dan Kesukaan pada Yougurt Drink dengan Sari Buah Mangga (Mangifera
indica L.) Sebagai Perasa Alami. J. Aplikasi Teknologi Pangan, 2 (2) : 104 -
107.

Ibrahim, A., A. Fridayanti, dan F. Delvia. 2015. Isolasi dan identifikasi bakteri
asam laktat (Bal) dari buah mangga (Mangifera Indica L.). J. Ilmu
Manuntung, 1 (2) : 159 – 163.

Kartika, R. D., Hardiyansyah, dan S. Amintarti. 2016. Jenis-jenis tumbuhan


benalu (suku: Loranthaceae) berdasarkan inang di gunung calang Desa
Hinas Kiri Kecamatan Batang Ali Timur Kabupaten Hulu sungai Tengah. J.
Wahana-Bio, 16 (2) : 43 – 51.

Liantoni, F. 2015. Deteksi tepi citra daun mangga menggunakan algoritma ant
colony optimazation. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan, 3 (3)
: 411 – 418.

Mukherjee, S. K. dan R. E. Litz. 2009. Introduction : Botany and Importantce in


The Manggo Botany, Produktion and Uses. Publisher Tropikal Research
and Education Agriculture University of Florida. USA.

Muqoddas, I., W. Widyasari, dan I. Istianah. 2017. Penggunaan metode


demonstrasi dalam pembelajaran IPA tentang perkembangbikan vegetatif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. J. Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
2 (1) : 1 – 8.

Nilasari, A. N., J. B. S. Heddy, dan T. Wardiyati. 2013. Identifikasi Keragaman


Morfologi Daun Mangga (Mangifera indica L.) pada Tanaman Hasil
Persilangan Antara Varietas Arumanis 143 dengan Podang Urang Umur 2
Tahun. J. Produksi Tanaman, 1 (1) : 61 - 69.

Ningsih, R. A., W. E. Murdiono, dan T. Wardiyati. 2017. Pembungaan mangga


hasil persilangan arumanis 143 dengan podang urang di musim kemarau. J.
Produksi Tanaman, 5 (11) : 1768 – 1776.

Oktavianto, Y., Sunaryo, dan A. Suryanto. 2015. Karakterisasi tanaman mangga


(Mangifera indica L.) cantek, ireng, empok, jempol di Desa Tiron,
Kecamatan Banyukan, Kabupaten Kediri. J. Produksi Tanaman, 3 (2) : 91 –
97.

Rahayu, A. P., Honainah, dan R. E. Pawening. 2016. Klasifikasi jenis mangga


berdasarkan bentuk dan tekstur daun menggunakan metode K-Nearest
Naighbor. J. SENTIA, 8 (1) : 247 – 253.
Risa, A. M., Y. Pantiwati,N. Mahmudati, Husamah, dan F. J. Miharja. 2018. Daun
mangga (Mangifera indica L.): potensi baru penyembuh luka sayat. J.
Biologi dan Pendidikan Biologi, 11 (2) : 96 – 106.

Riska, S. Y., L. Cahyani, dan M. I. Rosadi. 2015. Klasifikasi jenis tanaman


mangga gadung dan mangga madu berdasarkan tulang daun. J. Buana
Informatika, 6 (1) : 41 – 50.

Robiyanto, R. Kusuma, dan E. K. Untari. 2018. Potensi antelmintik ekstrak etanol


daun mangga aurumanis (Mangifera indica L.) pada cacing Ascaridia galli
dan Raillietina tetragona secara In Vitro.J. Phermaceutial Scinces and
Research, 5 (2) : 81 – 89.

Sandrawati, A., A. Suriadikusumah, dan A. D. Yuningtyas. 2017. Identifikasi


zona agrokologi dan kesesuaian lahan komoditas mangga arumanis
(Mangifera indica L.) di Kabupaten Probolinggo. J. Soilrens, 15 (1) : 29 –
37.

Sutopo, A., R. Poerwanto, dan S. Wiyono. 2017. Keefektifan bahan pencuci dan
pencegah penyakit terhadap kualitas buah mangga cv. Gedong gincu dan
arumanis. J. Hort, 27 (2) : 253 – 260.

Suwardike, P., N. Rai, R. Dwiyani, dan E. Kriswiyanti. 2018. Kesesuaian lahan


untuk tanaman mangga (Mangifera indica L.) di Buleleng. J. Agro Bali, 1
(1) : 1-7.

Wardiningsih, S., R. M. Syahadat, P. T. Putra, dan R Purwati. 2017. Konsep


perencanaan tata hijau lanskap sempadan setu mangga bopong sebagai area
konservasi tumbuhan bernilai ekologis dan budaya. J. Arsitektur NALAR,
16 (2) : 135 – 144.

Anda mungkin juga menyukai