Anda di halaman 1dari 8

Submitted : 22 Juni 2015

Accepted : 15 September 2015 p-ISSN: 2088-8139


Published : 31 Desember 2015 e-ISSN: 2443-2946
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

HUBUNGAN PENERAPAN ELEKTRONIK KATALOG TERHADAP


EFISIENSI PENGADAAN DAN KETERSEDIAAN OBAT
RELATIONSHIP OF APPLICATION CATALOGUE ELECTRONIC TOWARD EFFICIENCY
PROCUREMENT AND AVAILABILITY OF DRUG
Andryani Ningsih1), Achmad Fudholi1), Sumarni2)
1) Fakultas Farmasi, UniversitasGadjahMada, Yogyakarta
2) Instalasi Bagian Jiwa, RSUP Dr.Sardjito, Yogyakarta

ABSTRAK

Dalam sistem pelayanan kesehatan di EraJaminan Kesehatan Nasional (JKN), pemerintah menerapkan proses pengadaan
obat berdasarkan elektronik katalog (e-katalog) melalui mekanisme e-purchasing dan manual-purchasing. Penerapan sistem akan
berpengaruh pada efisiensi pengadaan dan ketersediaan obat yang dapat dinilai dari persepsi farmasi, pelaksana pengadaan dan
perawat. Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan penerapan e-katalog terhadap efisiensi pengadaan dan ketersediaan obat di
RSUD Kelas B Yogyakarta. Penelitian merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain survei cross sectional. Data diambil
secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner dengan responden farmasi, pelaksana pengadaan dan perawat. Metode sampling
untuk responden perawat sebanyak 120 responden sedangkan responden farmasi dan pelaksana pengadaan dengan populasi
sebanyak 21 responden. Data dianalisis menggunakan uji regresi linear untuk melihat hubungan penerapan e-katalog dengan
efisiensi pengadaan dan ketersediaan obat.Pengaruh e-purchasing terhadap efisiensi pengadaan pada responden farmasi dan
pelaksana pengadaan nilai signifikansi (p) untuk indikator persiapan, pelaksanaan dan manfaat kendala 0,001, 0,024, 0,007
sedangkan manual-purchasing nilai signifikan untuk indikator pelaksanaan 0,014, dengan koefisien korelasi (r) indikator persiapan
e-purchasing sebesar 0,690, menunjukkan hubungan antara persiapan e-purchasing dengan efisiensi sangat kuat, sedangkan untuk
responden perawat pengaruh penerapan e-katalog baik secara e-purchasing maupun manual-purchasing memiliki hubungan
terhadap ketersediaan obat nilai signifikansi (p) 0,000, dan nilai koefisien korelasi (r) 0,765 yang menunjukkan hubungan yang kuat
antara penerapan e-purchasing dan manual-purchasing dengan ketersediaan obat. Penerapan e-katalog baik secara e-purchasing dan
manual-purchasing meliputi indikator persiapan, pelaksanaan, dan manfaat kendala memiliki hubungan yang signifikan dengan
efisiensi pengadaan dan ketersediaan obat di RSUD Kelas B di Yogyakarta.

Kata kunci: e-katalog, e-purchasing,manual-purchasing, efisiensi pengadaan, ketersediaan obat

ABSTRACT

In the health care system the Era of National Health Insurance (JKN), the government implemented a drug procurement
process based on electronic catalogue (e-catalogue) through the mechanism of e-Purchasing and manually-purchasing.
Implementation of this system will affect the efficiency of the procurement of drugs that can be assessed from the perception of
health professionals. This study aimed to examine the relationship of e-catalogs on the efficiency of procurement and availability of
drug in Government Hospital Class B Yogyakarta.This research was descriptive analytic with cross sectional survey design. Data
taken quantitatively by using questionnaires with pharmacy, procurement staff and nurses as respondents. The sampling method for
the nurses respondent as much as 120 respondents, while pharmacy and procurement staff were 21 respondents. Data were
analyzed using linear regression to see the implementation of e-catalog relationship with procurement efficiency and availability of
drugs. Purchasing influence on the efficiency of e-procurement in the pharmacy and procurement staff respondent significant value
(p) for indicator preparation, implementation and benefits of constraints were 0,001, 0,024, 0,007 while the manual-purchasing
significant value (p) was 0,014 for performance indicators, with a correlation coefficient (r). e-Purchasing preparation indicator was
0.690, showing the relationship between the e-Purchasing preparation and the efficiency was very strong, while the effect of the e-
catalogues to the nurses respondent either e-Purchasing or manual purchasing had significant value 0.000 and 0.765, showing the
strong relationship between the implementation of e-Purchasing and manual Purchasing to the availability of drugs. Implementation
of e-catalogs both e-Purchasing and manual-Purchasing include indicators of preparation, implementation, and benefit constraints
have a significant relationship with the efficiency of the procurement and availability of medicines in hospitals Class B in Yogyakarta.

Keywords: e-Catalogue, e-purchasing, manually-purchasing, procurement efficiency, availability of drug

PENDAHULUAN merupakan salah satu tantangan utama bagi


Ketidaksetaraan status sosial ekonomi kesehatan masyarakat, sehingga dibutuhkan
(pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) suatu sistem asuransi kesehatan nasional untuk
menjamin kesehatan bagi seluruh penduduk
Korespondensi (universal coverage). Dalam upaya mewujudkan
Andryani Ningsih, S.Farm
universal coverage, pemerintah indonesia
Magister Manajemen Farmasi, Fakultas Farmasi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta kemudian menetapkan UU No. 40 tahun 2004
Email : andryani.ningsih@gmail.com tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU-
SJSN). Dalam pengembangan pelayanan

241
Volume 5 Nomor 4 – Desember 2015

kesehatan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pengadaan, tenaga kefarmasian dan tenaga
menerapkan sistem kendali mutu, sistem teknis kefarmasian, serta perawat dapat
kendali biaya dan sistem pembayaran untuk berkolaborasi dengan bagian farmasi untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi jaminan dapat mempertahankan persediaan obat dengan
kesehatan serta untuk mencegah cara koordinasi pemberian dan distribusi obat
penyalahgunaan pelayanan kesehatan ke depo farmasi rawat inap atau apotek sesuai
(Pemerintah Negara Republik Indonesia, 2004). tuntutan permintaan resep individu pasien
Berdasarkan surat edaran Menteri sehari-hari (Colella et al., 1999).
Kesehatan Republik Indonesia No. 167 tahun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
2014, pengadaan obat pemerintah harus mengetahui hubungan penerapan elektronik
dilaksanakan berdasarkan prinsip katalog secara e-purchasing (persiapan,
penyelenggaraan pemerintah yang baik dan pelaksanaan, manfaat kendala)terhadap efisiensi
bersih, prinsip keadilan, transparansi, pengadaan obat, untuk mengetahui hubungan
profesional, dan akuntabel sehingga ditetapkan penerapan elektronik katalog secara manual-
elektronik katalog (e-katalog) obat yang berisi purchasing (persiapan, pelaksanaan, manfaat
daftar harga, spesifikasi dan penyedia obat kendala) terhadap efisiensi pengadaan obat, dan
(Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan surat edaran untuk mengetahui hubungan penerapan
tersebut pengadaan obat di rumah sakit elektronik katalog secara e-purchasing dan
pemerintah harus didasarkan pada e-katalog manual-purchasing (manfaat kendala) terhadap
dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan ketersediaan obat di RSUD kelas B Yogyakarta.
dan pemerataan obat yang aman, bermutu, dan
berkhasiat untuk memenuhi kebutuhan METODE
pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2013). Rancangan Penelitian
Dengan diberlakukannya sistem rujukan Penelitian ini merupakan penelitian
berjenjang, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) deskriptif analitik dengan menggunakan metode
kelas B sebagai sarana fasilitas sekunder yang survei cross sectional berupa data kuantitatif.
menangani setelah rujukan dari fasilitas primer, Data diambil secara kuantitatif dengan cara
harus berupaya keras dalam pengadaan obat pembagian kuesioner pada responden.
agar obat tersedia dan tidak pernah kosong Lokasi dan Sampel Penelitian
melalui penerapan sistem e-katalog. Staf Penelitian ini dilakukan pada Desember
pengadaan Rumah Sakit Umum (RSU) perlu 2014 sampai Februari 2015 di rumah sakit
memahami persyaratan pelayanan medis rumah pemerintah yaitu RSUD Panembahan Senopati
sakit dan memperoleh spesifikasi yang tepat Bantul, RSUD Sleman, RSUD Wates, dan RSUD
dari obat-obatan yang memenuhi kebutuhan Kota Yogyakarta. Sampel yang digunakan untuk
pasien, dari sumber yang tepat, kuantitas yang perawat adalah 120 responden dengan metode
tepat, dan pengiriman pada waktu yang tepat purposive sampling, sedangkan responden
(Bwana et al., 2014). Hal ini dapat dicapai farmasi (farmasi dan pelaksana pengadaan)
melalui koordinasi staf pengadaan dengan digunakan populasi sebanyak 21 orang
departemen terkait seperti farmasi di rumah responden.
sakit dalam memantau obat farmasi dengan Subjek Penelitian
permintaan tinggi dan rendah untuk Subjek penelitian dalam penelitian ini
merencanakan pengadaan yang baik dan adalah staf farmasi dan perawat bangsal rawat
menghindari kehabisan stok (stockout) ataupun inap di rumah sakit.
kelebihan stok (overstock) (Bwana et al., 2014). Staf farmasi yang dijadikan subjek
Efisiensi pengadaan obat secara elektronik dapat penelitian ini adalah staf IFRS dan pelaksana
dipengaruhi oleh persepsi dari tenaga kesehatan pengadaan obat yang terkait dalam pengadaan
yang terlibat dalam pengadaan secara langsung obat di rumah sakit. Staf pengadaan terdiri dari
maupun secara tidak langsung. Dalam hal ini, kepala unit pengadaan, ketua pokja pengadaan,
tenaga kesehatan yang terkait meliputi staf tim teknis pengadaan, anggota kelompok

242
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

kerja/panitia pengadaan, pejabat pembuat Cronbach’s Alpha masing-masing variabel lebih


keputusan, perencana kebutuhan dan besar dari 0,6, sehingga dapat disimpulkan
penerimaan dan bersedia mengisi bahwa instrumen yang digunakan dalam
kuesioner/diwawancarai berdasar kuesioner. penelitian memenuhi syarat reliabel.
Kriteria inklusi untuk perawat adalah Analisis Data
perawat di bangsal rawat inap dengan masa Analisis Statistik Deskriptif
kerja minimal 1 tahun, tidak sedang dalam masa Untuk analisis statistik karakteristik
pendidikan/studi dan bersedia mengisi kuisoner sampel digunakan analisis statistik deskriptif,
Untuk farmasis digunakan populasi sedangkan dimana analisis ini digunakan untuk
untuk perawat, dilakukan teknik sampling. menggambarkan keseluruhan data diri sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive penelitian.
sampling, yaitu penentuan sampelnya dengan Analisis Regresi Linear
pertimbangan tertentu yang dilakukan peneliti Untuk melihat hubungan penerapane-
sendiri dalam pengambilan sampelnya purchasing dan manual-purchasing terhadap
(Arikunto, 2006). Kemudian metode purposive efisiensi pengadaan dan pelayanan obat
sampling adalah proportional quota sampling. digunakan analisis regresi linear. Masing-
Instrumen Penelitian masing hubungan antara parameter variabel
Instrumen penelitian yang digunakan penerapan e-purchasing dan manual-purchasing
adalah kuesioner, yang memuat pertanyaan dengan efisiensi pengadaan dianalisis
mengenai penerapan e-katalog secara e- menggunakan regresi linear sederhana dan
purchasing dan manual-purchasing, efisiensi serta untuk menganalisis hubungan semua variabel
keluhan dan saran tenaga kesehatan. Kuesioner secara bersama-sama terhadap efisiensi
diuji validitasnya dengan metode product pengadaan digunakan regresi linear berganda.
moment dan uji reliabilitas dengan metode
Cronbach’s Alpha. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji validitas dengan metode product Analisis Deskriptif Responden
moment, item kuesioner dikatakan valid jika nilai Responden Farmasi dan Pelaksana Pengadaan
r hitung > nilai r tabel, dimana r tabel dapat Penelitian ini menggunakan responden
dilihat pada tabel r statistik (df). Nilai r tabel bagian pengadaan berupa populasi sebanyak 21
adalah df(19) = 0,433 dengan derajat orang yang tersebar di 4 RSUD, yaitu RSUD
kepercayaan 95%, sehingga hanya item Bantul, RSUD Sleman, RSUD Wates, dan RSUD
pertanyaan yang memiliki nilai korelasi yang Kota Jogja.
lebih tinggi dari 0,433 yang diikutsertakan Dari hasil analisis diketahui terdapat
dalam instrumen kuisioner (Prayitno, 2008). 33,3% responden berusia 31-40 tahun dan
Terhadap 21 responden farmasi dan pelaksana sebanyak 66,7% berjenis kelamin perempuan.
pengadaan, dari 51 item pernyataan mengenai Responden farmasi dan pelaksana pengadaan
penerapan pengadaan berdasarkan e-katalog obat yang diteliti sebanyak 76,2% bekerja di
dan efisiensi pengadaan sebanyak 9 item RSUD masing-masing selama lebih dari 5 tahun,
pertanyaan dinyatakan tidak valid. Terhadap 32 dengan pendidikan terakhir S1 sebanyak 52,4%
responden perawat, dari 15 item pernyataan, dan jabatan terkait pengadaan obat, sebanyak
terdapat 3 item yang tidak valid, sehingga 23,8% terdiri dari tim teknis pengadaan dan
dihilangkan dari kuesioner. anggota kelompok kerja/panitia pengadaan.
Uji reliabilitas dengan metode Berikut data deksriptif responden farmasi dan
Cronbach’s Alpha dengan skala Cronbach’s pelaksana pengadaan.
Alpha 0 sampai 1 dimana item kuisioner Penerimaan atau penolakan terhadap
dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach’s penerapan suatu sistem teknologi salah satunya
Alpha lebih dari 0,6 (Sunyoto, 2007). Hasil uji dipengaruhi oleh individual differences. Review
reliabilitas menunjukkan bahwa nilai terhadap pekerjaan terdahulu berkaitan dengan

243
Volume 5 Nomor 4 – Desember 2015

Tabel I. Data Deksriptif Responden Farmasi dan Pelaksana Pengadaan


Karakteristik Jumlah Responden Persentase
Jenis Kelamin
Laki-Laki 7 orang 33,3%
Perempuan 14 orang 66,7%
Usia
21-30 tahun 5 orang 23,8%
31-40 tahun 7 orang 33,3%
41-50 tahun 6 orang 28,6%
>50 tahun 3 orang 14,3%
Lama Kerja
1-3 tahun 1 orang 4,8%
3-5 tahun 4 orang 19%
>5 tahun 16 orang 76,2%
Pendidikan Terakhir
S1 11 orang 52,4%
Apt 9 orang 42,9%
S2 1 orang 4,8%
Jabatan Terkait Pengadaan Obat
Kepala Unit Pengadaan 1 orang 4,8 %
Ketua Pokja Pengadaan 1 orang 4,8%
Tim Teknis Pengadaan 5 orang 23,8%
Anggota Kelompok Kerja/Panitia Pengadaan 5 orang 23,8%
Pejabat Pembuat Keputusan 4 orang 19,3%
Perencana Kebutuhan 2 orang 9,5%
Penerimaan 3 orang 14%

individual differences dan manajemen sistem Penelitian ini juga menggunakan


informasi berhasil mengungkap bahwa responden perawat dengan metode sampling
keberhasilan penggunaan sistem informasi sebanyak 120 orang yang tersebar di 4 RSUD,
sebanding dengan perhatian yang diberikan yaitu RSUD Bantul, RSUD Sleman, RSUD Wates,
kepada individual differences (Agarwal dan dan RSUD Kota Jogja.
Prasad, 1998). Karakteristik responden perawat di
Dari karakteristik usia responden bangsal rawat inap RSUD Kelas B Yogyakarta,
sebanyak 33,3% adalah antara 31-40 tahun. mayoritas adalah perempuan dengan 77,5%
Penerimaan sistem teknologi informasi pada dengan usia 31-40 tahun sebanyak 53% dan
usia demikian masih cukup baik, dimana paling banyak sudah bekerja di rumah sakit
menurut Agarwal dan Prasad (1998) mereka selama >5 tahun (60,8%) dengan persentase
yang berusia muda cenderung menerima pendidikan terakhir paling banyak adalah
teknologi informasi sedangkan mereka yang lulusan diploma 3 (D3) sebanyak 89,2,%.
lebih tua cenderung menolaknya. Pemberian pelayanan kesehatan
Karakteristik umum responden dipengaruhi oleh kepuasan kerja karyawan.
didasarkan pada tingkat pendidikan juga Perawat sebagai sebagai profesi yang sangat
mempengaruhi kemampuan dan keterampilan berperan penting dalam upaya menjaga mutu
untuk menyerap dan mengolah informasi yang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kepuasan
diterima secara lebih kritis. Dari hasil analisis kerja dapat dipengaruhi oleh banyak faktor
deskriptif diperoleh panitia yang termasuk rata- termasuk karakteristik responden. Karakteristik
rata tingkat pendidikan sarjana yang responden perawat dalam penelitian ini terdiri
menunjukan bahwa panitia pengadaan obat di dari jenis kelamin, usia, lama kerja dan
Rumah sakit merupakan pegawai dengan pendidikan. Responden perawat perempuan
kualitas yang baik (Nasution, 2012). sebanyak 77,5%. Kebanyakan wanita cenderung
Responden Perawat lebih puas terhadap pekerjaannya daripada laki-

244
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Tabel II. Data Deskriptif Responden Perawat dan teknologi, sehingga akan meningkatkan
Karakteristik Jumlah Proporsi produktivitas yang pada akhirnya akan
Responden meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Jenis Kelamin Pengujian Hipotesis
Laki-Laki 27 orang 22,5%
Responden Farmasi dan Pelaksana Pengadaan
Perempuan 93 orang 77,5%
Analisis Hubungan Penerapan e-Purchasing dan
Usia
Manual-Purchasing terhadap Efisiensi Pengadaan
21-30 tahun 42 orang 35%
Untuk melihat hubungan dari variabel
31-40 tahun 64 orang 53%
41-50 tahun 12 orang 10% bebas penerapan e-purchasing dan manual-
>50 tahun 2 orang 1,7% purchasing terhadap variabel terikat efisiensi
Lama kerja pengadaan digunakan analisis regresi linear.
1-3 tahun 19 orang 15,8% Penerapan e-purchasing dan manual-purchasing
3-5 tahun 28 orang 23,3% dikatakan memiliki hubungan yang signifikan
>5 tahun 73 orang 60,8% terhadap efisiensi pengadaan jika memiliki nilai
Pendidikan sig (p) <0,05 (Dahlan, 2011).
terakhir Penerapan e-Purchasing
D3 107 orang 89,2% Hasil analisis menunjukkan bahwa
D4 3 orang 2,5% indikator variabel bebas penerapan e-purchasing
S1 2 orang 1,7% yaitu persiapan, pelaksanaan dan manfaat
Ners 8 orang 6,7%
kendala memiliki hubungan dengan efisiensi
pengadaan dengan nilai signifikansi berturut-
laki karena ekspektasi wanita untuk bisa
turut 0,001, 0,024, dan 0,007.
bekerja rendah. Meskipun begitu, jenis kelamin
Persiapan dimulai dengan proses
tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja
pendaftaran dan klasifikasi kebijakan. Kebijakan
seseorang apabila pekerja termasuk golongan
yang mempengaruhi keputusan tentang
orang-orang dengan usia muda, berpendidikan
pendaftaran atau lisensi obat. Termasuk dalam
tinggi, dan seorang profesional (Kifle dan Kler,
kategori ini adalah kebijakan mengenai
2007).
pendaftaran obat baru, registrasi ulang,
Ditinjau dari usia responden sebanyak
pembatasan obat terdaftar, daftar obat esensial
53% adalah antara 31-40 tahun. Rentang usia ini
dan perubahan klasifikasi (Cochrane, 2007).
masih termasuk dalam usia produktif yang
Hubungannya dengan efisiensi pengadaan yaitu
cenderung dapat memberikan pelayanan yang
dengan kemudahan akses internet username dan
optimal. Karakteristik lain yaitu masa kerja,
password masing-masing pengguna maka dapat
responden yang terbanyak dengan masa kerja >5
dengan mudah dan cepat dalam mengakses
tahun. Masa kerja erat dihubungkan dengan
sehingga dapat menyusun rencana pengadaan
pengalaman, kepercayaan diri yang tinggi dan
obat dengan mengacu pada informasi
pemahaman job description yang lebih baik.
(spesifikasi teknis, harga, dan penyedia) dalam
Menurut Faizin dan Winarsih, (2008)
elektronik katalog. Hal ini akan secara bersama-
menyatakan bahwa lama bekerja seorang
sama berpengaruh pada efisiensi yaitu dari segi
karyawan berhubungan dengan kinerja dan
biaya mengurangi cost per tender (biaya
kualitas pelayanan yang diberikan terhadap
persatuan paket pendaftaran) karena dalam
pasien.
elektronik katalog harga yang tertera adalah
Karakteristik latar belakang pendidikan
paling murah disebabkan karena
responden terbanyak adalah dengan pendidikan
perusahaan/pabrik penyedia telah ditunjuk
terakhir D3 yakni sebanyak 89,2%. Menurut
secara langsung oleh pemerintah.
Grossmann (2000) pendidikan merupakan salah
Pelaksanaan pengadaan dimulai dari
satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan
seleksi, kuantifikasi dan penyusunan daftar
untuk pengembangan diri. Semakin tinggi
harga, selanjutnya paket tawaran dikirim ke
tingkat pendidikan, semakin mudah mereka
pemasok atau diposting di sebuah situs website
menerima serta mengembangkan pengetahuan

245
Volume 5 Nomor 4 – Desember 2015

(Cochrane, 2007). Pelaksaaan pengadaan e- lebih efisien. Staf yang diperlukan untuk
purchasing menjadi menarik dan berbeda dengan menempatkan pesanan, wewenang dan perintah
pengadaan sebelumnya karena harga obat telah penerimaan harus dilatih dalam penggunaan
terkover sepenuhnya dalam e-katalog. sistem yang tersedia untuk mendukung peran
Perbedaan harga memiliki beberapa mereka (Anonim, 2012).
keuntungan, yakni keuntungan lebih banyak Penerapan Manual-Purchasing
pasien yang akan mendapatkan akses ke obat- Indikator variabel bebas manual-
obatan yang murah dan terjangkau, khususnya purchasing yang memiliki hubungan dengan
bagi mereka dengan penghasilan rendah. Di efisiensi pengadaan hanya pelaksanaan dengan
Thailand, pemerintah melakukan pembatasan nilai signifikansi 0,014 < 0,05 yang berarti
dalam hal akses pasar dan pengadaan obat. terdapat hubungan yang signifikan antara
Setiap rumah sakit umum dalam proses pelaksanaan dengan efisiensi pengadaan obat.
pembelian obat-obatan dari Organisasi Farmasi Nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah
Pemerintah Milik Negara (GPO), dengan kriteria 0,525 yang berarti hubungan pelaksanaan
seleksi penetapan harga berdasarkan median dengan efisiensi memiliki hubungan yang
pricel. Median pricel ini dapat mendorong sedang.
transparansi pengadaan dan proses pemangku Indikator pelaksanaan antara lain,
kepentingan dimana industri dapat memberikan indikator perubahan spesifikasi permintaan
masukan yang tepat waktu pada keputusan paket pembelian dari rumah sakit segera
harga pemerintah yang mempengaruhi disampaikan pada rekan penyedia obat,
ketersediaan obat-obatan yang inovatif untuk indikator pengiriman obat yang dilakukan tepat
pasien (Anonim, 2014). waktu oleh distributor, disebabkan karena pihak
Manfaat dan kendala dalam pengadaan telah menyeleksi distributor terlebih
penggunaan sistem pengadaan secara dahulu dengan beberapa pertimbangan antara
elektronik, untuk meningkatkan efisiensi dan lain seleksi umum biaya terendah serta
mengurangi biaya dalam setiap tahap proses pemilihan penyedia yang terbukti dengan
pembelian. Manfaat bagi kepercayaan adalah kualitas barang yang terjamin dan memudahkan
peningkatan efisiensi (cara orang bekerja), proses pengiriman yang lebih cepat karena telah
meningkatkan hubungan komersial dengan terbangun kepercayaan dan kerja sama yang
pemasok, mengurangi biaya bagi pemasok dan baik antara kedua belah pihak.
kemampuan mengelola rantai pasokan yang

Tabel III. Analisis Regresi Linear Sederhana Hubungan Penerapan e-Purchasing dan Manual-Purchasing
terhadap Efisiensi Pengadaan
Variabel
Variabel Bebas r p Hasil
Tergantung
Persiapan 0,690 0,001 p<0,05; terdapat hubungan antara
Ketersediaan Penerapan e- persiapan dengan efisiensi
obat Purchasing Pelaksanaan 0,489 0,024 p<0,05; terdapat hubungan antara
pelaksanaan dengan efisiensi
Manfaat 0,571 0,007 p<0,05; terdapat hubungan antara
kendala manfaat kendala dengan efisiensi
Penerapan Persiapan 0,055 0,814 p>0,05; tidak terdapat hubungan
manual – antara persiapan dengan efisiensi
Purchasing Pelaksanaan 0,525 0,014 p<0,05; terdapat hubungan antara
pelaksanaan dengan efisiensi
Manfaat 0,242 0,290 p>0,05; tidak terdapat hubungan
kendala antara manfaat kendala dengan
efisiensi

246
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Tabel IV. Analisis Regresi Linear Sederhana Hubungan Penerapan e-Purchasing dan Manual-
Purchasing terhadap Ketersediaan Obat
Variabel
Variabel Bebas r p Hasil
Tergantung
Ketersediaan Penerapan Manfaat 0,765 0,000 p < 0,05; terdapat hubungan antara
obat e-Purchasing dan kendala manfaat kendala dengan
manual-purchasing ketersediaan obat

Responden Perawat sehingga menjadi lebih sadar akan peran


Hubungan Penerapan e-Purchasing dan Manual- masing-masing dan mengubah persepsi (Bennett
Purchasing terhadap Ketersediaan Obat. et al., 2012).
Hasil analisis menunjukkan bahwa Mengingat sistem regulasi pelayanan
indikator variabel bebas e-purchasing dan jasa yang diatur oleh pemerintah berbeda-beda
manual-purchasing yakni manfaat kendala untuk setiap tenaga kesehatan, tentunya hal ini
memiliki hubungan dengan ketersediaan obat di bisa berdampak pada kualitas pelayanan jasa
rumah sakit, dengan nilai signifikansi (p) 0,000 yang diberikan dari profesi kesehatan. Sehingga
dan nilai korelasi (r) adalah 0,765 yang berarti diharapkan terjadi kolaborasi antar tenaga
hubungan manfaat kendala dengan efisiensi kesehatan Sehingga penerapan JKN semestinya
memiliki hubungan yang kuat. Hal ini dapat bisa memberi efek sinergis dalam pelayanan
dijelaskan dilihat dari persepsi perawat tentang kesehatan.
ketersediaan obat yang dapat dinilai dari
rutinitas pengiriman permintaan obat ke bangsal KESIMPULAN
rawat inap. Proses penerapan e-purchasing memiliki
Berdasarkan surat edaran Menteri hubungan dengan efisiensi pengadaan obat,
KesehatanNomorKF/MENKES/337/VII/2013 yakni variabel persiapan, pelaksanaan dan
(Kemenkes RI, 2013), tujuan pengadaan obat manfaat kendala dengan nilai signifikansi (p)
melalui mekanisme e-purchasing berdasarkan 0,001, 0,024 dan 0,007 dengan koefisien korelasi
elektronik katalog adalah untuk menjamin (r) tertinggi adalah variabel persiapan yakni
ketersediaan dan pemerataan obat yang aman, 0,690 yang mengasumsikan bahwa hubungan
bermutu dan berkhasiat untuk memenuhi antara persiapan secara e-purchasing dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan. Untuk melihat efisiensi sangat kuat. Selain itu, terdapat
apakah tujuan pengadaan obat bedasarkan e- hubungan persiapan, pelaksanaan, dan manfaat
katalog di rumah sakit telah terpenuhi salah kendala berpengaruh secara simultanterhadap
satunya dapat dilihat dari ketersediaan obat di efisiensi pengadaan obat dengan nilai
rumah sakit. Ketersediaan obat dapat signifikansi 0,001.
digambarkan dari rutinitas pemesanan obat Proses penerapan manual-purchasing
secara teratur di rumah sakit yang melibatkan memiliki hubungan dengan efisiensi pengadaan
koordinasi tenaga kesehatan antara perawat dan obat di RSUD Kelas B Kota Yogyakarta, yakni
apoteker. Perubahan dalam sistem kesehatan di variabel pelaksanaan dengan nilai signifikansi
Amerika serikat misalnya dalam pengembangan 0,014 dan nilai koefisien korelasi 0,525 yang
resep non medis telah memungkinkan perawat mengasumsikan bahwa hubungan antara
dan apoteker untuk berkolaborasi dalam persiapan secara manual-purchasing dengan
peresepan sejak tahun 1970-an agar dapat efisiensi sedang.
meningkatkan kelangsungan perawatan dan Proses penerapan e-purchasing dan
akses obat bagi pasien (Cooper et al., 2008). manual-purchasing memiliki hubungan dengan
Dengan mengintegrasikan keahlian ketersediaan obat di RSUD Kelas B Kota
masing-masing melalui koordinasi, kolaborasi Yogyakarta, yakni variabel manfaat kendala
dan komunikasi antara satu sama lain akan dengan nilai signifikansi 0,000 dan nilai
menghasilkan perawatan yg optimal untuk koefisien korelasi 0,765 yang mengasumsikan
pasien. Perawat dapat mempelajari lebih lanjut bahwa hubungan antara penerapan e-katalog
tentang fungsi apoteker begitupun sebaliknya

247
Volume 5 Nomor 4 – Desember 2015

baik secara e-purchasing ataupun secara manual- Grossmann, M., 2000, The Human Capital Model
purchasing dengan ketersediaan kuat. of The Demand for Health, National Bureau
of Economic Research. ed. Cambridge.
DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI, 2013, Surat Edaran Nomor
Agarwal, R. dan Prasad, J., 1998, A Conceptual KF/MENKES/337/VII/2013 Tentang
and Operational Definition of Personal Pengadaan Obat Pemerintah Melalui
Innovativeness in the Domain of Mekanisme E-Purchasing Berdasarkan
Information Technology, Information Katalog Elektronik, Pemerintah Negara
Systems Research, 9(2), 204-215. Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2012, Oxford Health NHS Foundation Kemenkes RI, 2014, Surat Edaran Nomor
Trust, http://www.oxfordhealth.nhs.uk/, KF/MENKES/167/III/2014 Tentang
diakses 24 November 2014. Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog
Anonim, 2014, Pharmaceutical Research And Elektronik (e-Catalogue), Kementerian
Manufacturers Of America (PhRMA) Special Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
301 Submission 2014, Amerika. Kifle, T., Kler, P., 2007, Job Satisfaction and
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Gender: Evidence From Australia.
Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta. In: Proceedings of the 36th Australian
Bennett, M.P., Branstetter, M.L., Howk, C., Joyce, Conference of Economists (CD-ROM), 36th
M., 2012, Nurse Practitioner and Australian Conference of Economists
Pharmacist Interactions: Implications for 2007, Hobart, Australia, (1-34), 24-26
Patient Outcomes, The Journal for Nurse September, 2007.
Practitioners, 8: 112–116. Nasution, S. P., 2012, Evaluasi Pengadaan
Bwana, F.O., Elijah, C.M., Magoyi, E.N., 2014, Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (e-
Effect of Information Communication Procurement) pada LPSE Kementerian
Technology On The Procurement Of Keuangan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Pharmaceutical Drugs In Public Hospitals Pemerintah Negara Republik Indonesia, 2004,
In Kenya : A Case Of Kissi County, Undang-Undang Pasal 19 No.40 Tahun
International Educative Research Foundation 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
and Publisher, 2, 89–113. Nasional, Pemerintah Negara Republik
Cochrane, 2007, Pharmaceutical Policies: Effects on Indonesia, Jakarta.
Rational Drug Use, an Overview of 13 Prayitno, D., 2008, Mandiri Belajar SPSS
Reviews (Protocol) The Cochrane (Statistical Product and Service Solution),
Collaboration, John Wiley & Sons, Ltd, USA. Mediakom, Yogyakarta.
Colella, S.J., Lawrence, S.M., Widenhofer, G.J., Sunyoto, D., 2007, Analisis Regresi Dan Korelasi
1999, System of drug distribution to health Bivariat, Penerbit Amara Books,
care providers, US6003006 A. Yogyakarta.
Cooper, R.J., Anderson, C., Avery, T., Bissell, P.,
Guillaume, L., Hutchinson, A., et al., 2008,
Nurse and pharmacist supplementary
prescribing in the UK—A thematic review
of the literature, Health Policy, 85: 277–292.
Dahlan, M.S., 2011, Statistik Untuk Kedokteran
Dan Kesehatan, edisi 5. ed., Salemba
Medika, Jakarta.
Faizin, A. dan Winarsih, 2008, Hubungan
Tingkat Pendidikan Dan Lama Kerja
Perawat Dengan Kinerja Perawat Di RSU
Pandan Arang Kabupaten Boyolali, Berita
Ilmu Keperawatan, 1:137-142.

248

Anda mungkin juga menyukai