Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

DI RS PKU MUHAMMADIYAH CEPU

Nama : Erica Wahyu Aprillia

Nim : E20173384

Progam Studi : Profesi Ners

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2018/2019
1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah
diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi
negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang
dialami (Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Herman, 2011). Gangguan harga diri
dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang
menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu
dalam mencapai keinginan (Fitria, 2009).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana
individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan
kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat
evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa gagal
dalam mencapai keinginan.

2. Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara
:
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).Pada klien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan
dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2009).

3. Manifestasi Klinik
Menurut Carpenito, L.J (2003 : 352); Keliat, B.A (2011 : 20) :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

4. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial
(DEPKES RI, 2009 : 336).Tanda dan gejala :
a. Data Subyektif :
1) Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
2) Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
3) Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
b. Data Obyektif :
1) Kurang spontan ketika diajak bicara
2) Apatis
3) Ekspresi wajah kosong
4) Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
5) Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara(Keliat,
2011).

5. Penatalaksanaan
a. Psikofarmako
Menurut Hawari (2009), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu
:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine),
Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan
Clozapine (Clozaril).
b. Psikoterapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila
klien dengan terapi psikofarmako sudah mencapai tahapan dimana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas
kelompok (TAK). Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy
aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat, 2010). Dari empat jenis
therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas
kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat, 2010).

6. Pohon Masalah

7. Asuhan Keperawatan
a. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
1) Masalah keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri
rendah (Fitria, 2009), adalah:
a) Harga diri rendah kronik
b) Koping individu tidak efektif
c) Isolasi sosial
d) Gangguan sensori persepsi: halusinasi
e) Risiko perilaku kekerasan

2) Data yang perlu dikaji


Data yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah (Fitria, 2009
dan Yosep, 2009), adalah:
Data subyektif :
a) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
b) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
c) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja.
d) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi,
berhias, makan atau toileting).
Data obyektif
a) Mengkritik diri sendiri
b) Perasaan tidak mampu
c) Pandangan hidup yang pesimistis
d) Tidak menerima pujian
e) Penurunan produktivitas
f) Penolakan terhadap kemampuan diri
g) Kurang memperhatikan perawatan diri
h) Berpakaian tidak rapi
i) Berkurang selera makan
j) Tidak berani menatap lawan bicara
k) Lebih banyak menunduk
l) Bicara lambat dengan nada suara lemah.
3) Diagnosa keperawatan
Harga diri rendah
4) Fokus intervensi keperawatan
Harga diri rendah.
- Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
optimal.
- Tujuan khusus:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
 Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
 Utamakan memberi pujian yang realistik.
c) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
 Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
d) Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
 Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat
klien dengan harag diri rendah.
 Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
Daftar pustaka

Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:
Salemba Medika.

Herdman, T.H. 2012. International Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran.


Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(basic course).


Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Kusumawati, F. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson A. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran : EGC

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai