ENCEPHALITIS
ENCEPHALITIS
ENCEPHALITIS
RUANG RUBI
RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
DISUSUN OLEH :
Verina Herliyanti
……………………….. ………………………..
11409717037
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Encephalitis menurut mansjoer dkk (2013) adalah radang jaringan otak yang
dapat disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan protozoa.
Sedangkan menurut Soedarmo dkk (2015) encephalitis adalah penyakit
yang menyerang susunan saraf pusat dimedula spinalis dan meningen yang
disebabkan oleh japanese encephalitis virus yang ditularkan oleh nyamuk.
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus
atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Muttaqin Arif,2012).
2. Etiologi
a. Encephalitis disebabkan oleh mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing,
jamur, spirokaeta dan virus. Macam-macam Encephalitis virus menurut
Robin :
1) Infeksi virus yang bersifat epidermik :
Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus
ECHO.
Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis
encephalitis, Eastern equire encephalitis, Japanese B.
encephalitis, Murray valley encephalitis.
2) Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes
zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis
lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
3) Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca
rubella, pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-
jenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
b. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.
c. Keracunan : arsenik, CO.
3. Manifestasi klinis
Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis
adalah :
a. Panas badan meningkat.
b. Sakit kepala.
c. Muntah-muntah lethargi.
d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
e. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.
Faktor-faktor predisposisi : pernah mengalami campak, cacar air, herpes,
f. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.
dan bronkopneumonia
5. Patofisiologi
Virusbakteri
Virus masuk tubuh
masuk klien
jaringan melalui
otak kulit,hematopen,
secara local, saluran napas dan saluran cerna,
dan melalui
saraf-saraf
setelah masuk kedalam tubuh, virus akan menyebar keseluruh tubuh dengan
secara lokal: aliran virus terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau
organ tertentu, penyebaran hematogen primer : virus masuk kedalam darah,
Peradangan di otak
kemudian menyebar keorgan dan berkembang biak diorgan tersebut dan
menyebar melalui saraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lendir
dan menyebar melalui sistem persarafan.
Pembentukan Reaksi kuman Iritasi korteks Kerusakan saraf Kerusakan Saraf
Setelah terjadi penyebaran keotak, timbul
serebral area fokal manifestasi klinis ensefalitis,
eksudat dan patogen kranial V Kranial IX
transudat Masa Prodromal berlangsung selama 1 – 4 hari ditandai dengan demam, sakit
kepala, sulit mengunyah, suhu badan naik, muntah, kejang hingga penurunan
kesadaran, paralisis, dan afasia.
Edema serebral Beredar ke Suhu tubuh Kejang nyeri Kesulitan Sulit makan
Pembuluh meningkat Kepala menguyah
Darah
Gangguan perfusi Defisit Resiko tinggi Pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan
Jaringan serebral Resiko Tinggi cairan dan trauma, Nyeri
Infeksi hipovolemik
Resiko tinggi
deficit cairan, dan
hipovolemik
Kesadaran
menurun
Gangguan mobilisasi fisik
Nyeri akut
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi :
a. CT Scan
b. MRI
c. EEG (Electroencephalography)
d. Biopsi Otak
7. Penatalaksanaan
Penderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus dirawat inap
sampai menghilangnya gejala-gejala neurologik. Tujuan penatalaksanaan
adalah mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap
terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah (Arif, 2013). Tata
laksana yang dikerjakan sebagai berikut :
a. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis
biasanya berat. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang
sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam
bentuk infus selama 3 menit.
b. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S
(tergantung umur) dan pemberian oksigen.
c. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan
oleh anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v
dibagi dalam 3 dosis.
d. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan
intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian
dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa
nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk.
Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama.
8. Komplikasi
Komplikasi encephalitis dapat terjadi:
a. Akut
Edema otak
SIADH
Status konvulsi
b. Kronik
Cerebral palsy
Epilepsy
Gangguan visual dan pendengaran
b. Keluhan utama
1) Keluhan utama merupakan factor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat kerumah sakit.
2) Biasanya pada pasien Hidronefrosis keluhan yang menonjol pada pasien
ini untuk datang ke rumah sakit yakni didapatkan berupa Panas badan
meningkat, kejang, kesadaran menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien
gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit
kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat pasien terdahulu mungkin Klien sebelumnya pernah menderita batuk,
pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi
pada hidung, telinga dan tenggorokan.
e. Riwayat penyakit keluarga.
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh:
Herpes dll. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus, E, Coli, dll
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan desiminata hematogen dari
pathogen,statis cairan tubuh,penekanan respons inflamasi (akibat
obat) dan pemajanan orang lain terhadap patogen.
b. Gangguan perfusi jaringan : serebral berhubungan dengan edema
serebral yang mengubah/menghentikan aliran darah
arteri/vena,hipovolemia dan masalah pertukaran pada tingkat seluler
(asidosis).
c. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan intasi korteks serebral
mempredisposisikan muatan neural dan aktivitas kejang umum,
keterlibatan area lokal (kejang fokal), kelemahan umum, paralisis,
parestesia, ataksia, dan vertilago.
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan
kesadaran
e. Nyeri [akut] berhubungan dengan agen pencedera biologis, adanya
proses infeksi/inflamasi dantoksin dalam sirkulasi.
f. Risiko defisit cairan dan hipovolemik berhubungan dengan hipertermi
yang menyebabkan evaporasi berlebihan dan keadaan hipermetabolik.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kerusakan saraf kranial V dan IX yang menyebabkan kesulitan
mengunyah dan kesulitan makan.
h. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler, persepsi atau kognitif, nyeri, tirah baring dan
penurunan kekuatan/ketahanan otot.
i. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran.
j. Ansietas / ketakutan / kecemasan berhubungan dengan krisis situasi,
transmisi interpersonal dan keikutsertaan merasakan ancaman
kematian / perubahan dalam status kesehatan (keterlibatan otak)
k. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar) mengenai penyebab infeksi
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan,
kesalahan interpretasi informasi kurang mengingat keterbatasan
kognitif.
3. Intervensi keperawatan
Dx 1 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan desiminata hematogen dari pathogen,statis
cairan tubuh,penekanan respons inflamasi (akibat obat) dan
pemajanan orang lain terhadap patogen.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:
a. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu
b. Tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Berikan tindakan isolasi sebagaitindakan Pada fase awal meningitis
pencegahan. meningokokus atau infeksi ensefilitis
lainnya, isolasi mungkin deperlukan
sampai organismenya diketahui/dosis
antibiotik yang cocok telah diberikan
untuk menurunkan risiko penyebaran
pada orang lain.
Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan Menurunkan risiko pasien terkena
yang tepat baik pasien, pengunjung, maupun staf. infeksi sekunder. Mengontrol
Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai penyebaran sumber infeksi, mencegah
kebutuhan. pemajanan pada individu terinfeksi
(mis ; individu yang mengalami infeksi
saluran napas atas).
Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya Terapi obat biasanya akan diberikan
tanda-tanda klinis dari proses infeksi. terus selama kurang lebih 5 hari setelah
suhu turun (kembali normal) dan tanda-
tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda
klinis yang terus menerus merupakan
indikasi perkembangan dari
meningokosemia akut yang dapat
bertahan sampai berminggu-
minggu/berbulan-bulan atau terjadi
penyebaran patogen secara
hematogen/sepsis.
Teliti adanya keluhan nyeri dada, berkembangnya Infeksi sekunder seperti
nadi yang tidak teratur/disritmia atau demam yang miokarditis/perikarditis dapat
terus menerus berkembang dan memerlukan intervensi
lanjut.
Auskultasi suara napas. Pantau kecepatan Adanya ronki/mengi, takipnea dan
pernapasan dan usaha pernapasan. peningkatan kerja pernapasan mungkin
mencerminkan adanya akumulasi secret
dengan risiko terjadinya infeksi
pernapasan.
Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjarkan Memobilisasi secret dan meningkatkan
untuk melakukan napas dalam. kelancaran sekret yang akan
menurunkan risiko terjadinya
komplikasi terhadap pernapsan.
Catat karakteristik urine, seperti warna, Urine statis, dehidrasi dan kelemahan
kejernihan dan bau. umum meningkatkan risiko terhadap
infeksi kandung kemih/ginjal/awitan
sepsis.
Identifikasi kontak yang berisiko terhadap Orang-orang dengan kontak pernapasan
perkembangan proses infeksi serebral dan memerlukan terapi antibiotika
anjurkan keluarga mereka untuk meminta profilaksis untuk mencegah penyebaran
pengobatan. infeksi.
Kolaborasi
Berikan terapi antibiotika IV sesuai indikasi. Obat yang dipilih tergantung pada tipe
Penisilin G, ampisilin, kloramfenikol, gentasimin, infeksi dan sensitivitas individu. Catatan
amfoterisin B. : Obat intratekal mungkin di indikasikan
untuk basilus Gram-negatif, jamur,
amuba.
Berikan vidarabin (Vira-A) Bermanfa’at untuk pengobatan herpes
simpleks ensefalitis.
Siapkan untuk intervensi pembedahan sesuai Mungkin memerlukan drainase dari
indikasi. adanya abses otak atau penglepasan
“pirau ventrikel” untuk mencegah
rupture/mengontrol penyebaran infeksi.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala Perubahan tekanan CSS mungkin
datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah merupakan potensi adanya risiko
dilakukan fungsi lumbal. herniasi batang otak yang
memerlukan tindakan medis dengan
segera.
Pantau/catat status neurologis dengan teratur dan Pengkajian kecenderungan adanya
bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti perubahan tingkat kesadaran dan
GCS. potensial peningkatan TIK adalah
sangat berguna dalam menentukan
lokasi, penyebaran/luasnya dan
perkembangan dari kerusakan
serebral
Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan Merupakan indikasi adanya iritasi
yang meningkat, peka rangsang dan adanya meningeal dan mungkin juga terjadi
serangan kejang. dalam periode akut atau
penyembuhan dari trauma otak.
Pantau tanda vital, seperti tekanan darah.Catat Normalnya, autoregulasi mampu
serangan dari/hipertensi sistolik yang terus mempertahankan aliran darah
menerus dan tekanan nadi yang melebar. serebral dengan konstan sebagai
dampak adanya fluktuasi pada
tekanan darah sistemik. Kehilangan
fungsi autoregulasi mungkin
mengikuti kerusakan vaskuler
serebral lokal atau difus yang
menimbulkan peningkatan TIK.
Fenomena ini dapat ditunjukan oleh
peningkatan tekanan darah sistemik
yang bersama’an dengan penurunan
tekanan darah diastolik (tekanan nadi
yang melebar).
Pantau frekuensi/irama jantung Perubahan pada frekuensi (tersering
adalah bradikardia) dan disritmia
dapat terjadi, yang mencerminkan
trauma/tekanan batang otak pada
tidak adanya penyakit jantung yang
mendasari.
Pantau pernapsan, catat pola dan irama Tipe dari pola pernapasan merupakan
pernapasan, seperti adanya periode apnea setelah tanda yang berat dari adanya
hiperventilasi yang disebut pernapasan cheyne- peningkatan TIK/daerah serebral
Stokes. yang terkena dan mungkin
merupakan indikasi perlunya untuk
melakukan intubasi dengan disertai
pemasangan ventilator mekanik
Pantau suhu dan juga atur suhu lingkungan sesuai Demam biasanya berhubungan
kebutuhan. Batasi pengguna’an selimut, lakukan dengan proses inflamasi tetapi
kompres hangat jika ada demam. Tutupi mungkin merupakan komplikasi dari
ekstremitas dengan selimut ketika selimut kerusakan pada hipotalamus. Terjadi
hipotermia digunakan. peningkatan kebutuhan metabolisme
dan konsumsi oksigen (terutama
dengan menggigil), yang dapat
meningkatkan TIK.
Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik Hipertermia meningkatkan
urine, turgor kulit, dan keada’an membrane kehilangan air takkasatmata dan
mukosa. meningkatkan risiko dehidrasi,
terutama jika tingkat kesadaran
menurun/munculnya mual
menurunkan pemasukan melalui oral.
Catatan : SIADH mungkin akan
terjadi, yang berpotensi untuk
terjadinya retensi cairan dengan
terbentuknya edema dan penurunan
pengeluaran urine.
Bantu pasien untuk berkemih/membatasi batuk, Aktivitas seperti ini akan
muntah, mengejan. Anjurkan pasien untuk meningkatkan tekanan intratorak dan
mengeluarkan napas selama intraabdomen yang dapat
pergerakan/perpindahan di tempat tidur. meningkatkan TIK. Ekshalasi selama
perubahan posisi tersebut dapat
mencegah pengaruh manuver
Valsalva.
Berikan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman, Meningkatkan istirahat dan
seperti massase punggung, lingkungan yang menurunkan stimulasi sensorik yang
tenang, suara yang halus dan sentuhan yang berlebihan.
lembut.
Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan Mencegah kelelahan berlebihan.
dan batasi lamanya tindakan tersebut Aktivitas yang dilakukan secara terus
menerus dapat meningkatkan TIK
dengan menghasilkan akumulatif
stimulus.
Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan pasien Mendengarkan suara yang
jika diperlukan. menyenangkan dari orang
terdekat/keluarga tampaknya
menimbulkan pengaruh relaksasi
pada beberapa pasien dan mungkin
akan dapat menurunkan TIK.
Kolaborasi
Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 Peningkatan aliran vena dari kepala
derajat sesuai toleransi/indikasi. Jaga kepala akan menurunkan TIK.
pasien tetap berada pada posisi netral.
Pantau gas darah arteri. Berikan terapi oksigen Terjadinya asidosis dapat
sesuai kebutuhan. menghambat masuknya oksigen pada
tingkat sel yang
memperburuk/meningkatkan iskemia
serebral.
Gunakan selimut hipotermia. Dapat menurunkan permeabilitas
kapiler untuk membatasi
pembentukan edema serebral, dapat
juga menurunkan risiko terjadinya
“fenomena rebound” ketika
menggunakan manitol.
Klorpomasin (Thorazine) Obat pilihan dalam mengatasi
kelainan postur tubuh atau menggigil
yang dapat meningkatkan TIK.
Catatan : obat ini dapat menurunkan
ambang kejang atau sebagai pencetus
terjadinya toksisitas dilantin
Asetaminofen (Tylenol), baik oral maupun rectal. Menurunkan metabolisme
seluler/menurunkan konsumsi
oksigen dan risiko kejang.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi, seperti fenitonin Merupakan indikasi untuk
(Dilatin), diazepam (Valium), fenobarbital penanganan dan pencegahan kejang.
(Luminal). Catatan: Fenobarbital dapat
menyebabkan depresi pernapasan dan
sedative serta menutupi tanda/gejala
dan peningkatan TIK.
Atur posisi fowler dan semi fowler Peninggian kepala tempat tidur
memudahkan penafasan,
meningkatkan ekspansi dada dan
meningkatkan batuk efektif
Ajarkan cara batuk efektif Klien berada pada resiko tinggi jika
tidak dapat batuk dengan efektif untuk
membersihkan jalan nafas dan
mengalami kesulitan dalam menelan
yang dapat menyebabkan aspirasi
saliva dan mencetuskan gagal nafas
akut
Penuhi hidrasi cairan via oral, seperti minum air Pemenuhan cairan dapat
putih dan pertahankan asupan cairan 2500 ml/hari mengencerkan mukus yang kental dan
dapat untuk pemenuhan cairan yang
banyak keluar dari tubuh
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Berikan lingkungan yang tenang ruangan agak Menurunkan reaksi terhadap
gelap sesuai indikasi stimulasi dari luar atau sensitivitas
pada cahaya dan meningkatkan
istirahat/relaksasi.
Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan Meningkatkan vasokonstriksi,
perawatn diri yang penting menumpulkan resepsi sensori yang
selanjutnya akan menurunkan nyeri.
Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin Menurunkan gerakan yang dapat
di atas mata meningkatkan nyeri.
Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, Menurunkan iritasi meningeal,
seperti kepala agak tinggi sedikit pada meningitis. resultan ketidaknyamanan lebih
lanjut.
Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara Dapat membantu merelaksasika
tepat dan masase otot daerah leher/bahu. ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman
tersebut.
Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri Meningkatkan relaksasi otot dan
leher/punggung jika tidak ada demam dan menurunkan rasa sakit/ rasa tidak
anjurkan untuk melakukan napas dalam. nyaman.
Kolaborasi
Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein. Mungkin diperlukan untuk
menghilangkan nyeri yang berat.
Catatan: Narkotik mungkin
merupakan kontraindikasi sehingga
menimbulkan ketidak-akuratan dalam
pemeriksaan neurologis.
Monitor status hidrasi (kelembaban membran Status hidrasi merupakan tanda yang
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) diobservasi untuk melihat kecukupan
volume cairan klien dan baik
buruknya sirkulasi klien.
Dorong masukan oral. Dorong keluarga untuk Selain cairan dari minuman, makanan
membantu klien makan. juga sangat penting untuk
mengimbangi balance cairan dan
untuk mencegah kekosongan lambung
serta menambah energi. Anak
biasanya akan terstimulasi untuk
makan dengan kehadiran keluarga
yang menemaninya
Dx 7 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kerusakan saraf kranial V dan IX yang menyebabkan kesulitan mengunyah dan kesulitan
makan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria.
Intervensi Rasionalisasi
Kaji adanya alergi makanan Untuk mengetahui adanya
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. Agar pasien mengetahui jenis nutrisi
yang dibutuhkan oleh tubuh
Berikan perawatan oral sering, buang sekret, Rasa tidak enak, bau dan penampilan
berikan wadah khsus untuk sekali pakai, dan tissue. adalah pencegahan terhadap nafsu
makan dan dapat membuat mual dan
muntah dengan peningkatan kesulitan
nafas.
Dorong periode istirahat selama satu jam sebelum Membantu menurunkan kelemahan
dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi selama waktu makan dan memberikan
sering. kesempatan untuk meningkatkan
masukan kalori total.
Hindari makanan penghasil gas dan minuman Dapat menghasilkan distensi abdomen
karbonat. yang mengganggu nafas abdomen dan
gerakan diafragma dan dapat
meningkatkan dispnea
Hindari makanan yang sangat panas atau sangat Suhu ekstrem dapat mencetuskan atau
dingin. meningkatkan spasme batuk.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:
a. Mencapai kembali atau mempertahankan
b. Posisi fungsional optimal yang ditunjukkan
c. Oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop.
d. Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum.
e. Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus.
Intervensi Rasionalisasi
Periksa kembali kemampuan dan keadaaan secara Mengidentifikasi kemungkinan secara
fungsional pada kerusakan yang terjadi. fungsional dan mempengaruhi pilihan
intervensi yang akan dilakukan.
Berikan/ bantu untuk melakukan latihan rentang Mempertahankan mobilisasi dan
gerak. fungsi sendi/ posisi normal
ekstremitas dan menurunkan
terjadinya vena yang statis
Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk Perubahan posisi yang teratur
menghindari kerusakan karena tekanan ubah posisi menyebabkan penyebaran terhadap
pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan berat badan dan meningkatkan
posisi antara waktu perubahan posisi tersebut. sirkulasi pada seluruh bagian badan
Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas
dengan pelembab dan ganti linen/ pakaian yang kulit dan menurunkan resiko
basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih terjadinya ekskorlasi kulit
dan bebas dari kerutan (jaga tetap tegang dan
mencegah decubitus)
Bantu pasien dengan program latihan dan Proses penyembuhan yang lambat
penggunaan alat mobilisasi seringkali menyertai trauma kepala
dan pemulihan secara fisik merupakan
bagian yang amat penting
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Diskusikan mengenai kemungkinan proses Proses pemulihan dapat berlangsung
penyembuhan yang lama. dalam beberapa minggu/bulan dan
informasi yang tepat mengenai
harapan dapat menolong pasien untuk
mengatasi ketidak mampuannya dan
juga menerima perasaan tidak
nyaman yang lama.
Berikan informasi kepada orang tua/keluarga Meningkatkan proses penyembuhan.
tentang kebutuhan untuk diet tinggi protein atau Makan makanan jumlah kecil tetapi
karbohidrat yang dapat diberikan/dimakan dalam sering akan memerlukan kalori yang
jumlah kecil tetapi sering untuk pasien. sedikit pada proses metabolism,
menurunkan iritasi lambung dan
mungkin juga dapat meningkatkan
pemasukan secara total.
Instruksikan pada keluarga agar pasien terus Membantu dalam menemukan
menerus melakukan latihan rentang gerak secara fungsi/kekuatan otot.
bertahap, gunakan air mandi yang agak hangat
untuk meningkatkan relaksasi otot.
Diskusikan bersama orang tua/keluarga Kelelahan sering timbul melebihi apa
pentingnya istirahat yang adekuat, jadwalkan yang diharapkan pasien/keluarga.
waktu yang seimbang antara istirahat dengan Istirahat tambahan diperlukan untuk
latihan. Lakukan tingkat aktivitas sesuai membantu proses penyembuhan dan
kemampuan pasien. meningkatkan kemampuan koping.
Tingkatkan perkembangan dari system latihan Mencegah kejenuhan dan membantu
yang dimodifikasi (jangan monoton). mempertahankan rasa berguna dalam
hidup selama periode pemulihan.
Kaji ulang pengobatan yang diberi dan tekankan Pemenuhan program pengobatan
yang mengkonsultasikan kesehatannya dengan terjadwal perlu untuk mengatasi
pemberi asuhan untuk menentukan proses infeksi. Pengobatan lain/obat
pengobatan/obat yang harus digunakan dirumah. yang dijual bebas tidak mungkin
tepat dengan program pengobatan
yang diresepkan.
Kowalak, Jenifer P., William Welsh, Brenna Mayer. 2013. Buku Ajar
Patofisiologi. Jakarta : EGC.