Anda di halaman 1dari 2

PUASA RAJAB, BID’AH-KAH ?

Oleh : Irsyadul Ibad

Tulisan singkat ini berangkat dari keprihatinan penulis tentang adanya beberapa orang yang belum
mengetahui keabsahan penggunaan dalil puasa Rajab. Di antara mereka bahkan lebih ekstrem lagi
menganggap bahwa puasa Rajab adalah ibadah yang tidak berdasar. Benarkah ?

1. Pengertian bid’ah
Bid’ah adalah perbuatan yang berbeda dengan sunnah. Bid’ah juga dapat diartikan sebagai perkara
baru yang tidak terdapat di masa shahabat dan tabi’in, dan hal itu tidak ada satu pun dalil syariat
yang sesuai dengannya. Demikian al-Jurjani menulis dalam kitab al-Ta’rifat-nya. Definisi yang
dikemukakan al-Jurjani di sini adalah definisi operasional bid’ah dalam katagori negative. Secara
umum, perspektif para ulama imam mazhab, kita diperkenalkan bahwa bid’ah terbagi menjadi dua
katagori yakni bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah sayyi’ah (jelek). Dari dua katagori itu kemudian
bid’ah terbagi secara lebih detail menjadi lima yakni bid’ah wajibah, mandubah, mubahah,
makruhah, dan muharramah. Dengan begitu, bid’ah dalam pengertiannya yang sayyi’ah adalah
aktifitas yang tidak terdapat di zaman nabi atau shahabat dimana perkara itu bersebrangan dengan
jiwa umum sunnah (syari’at)

2. Pengertian Puasa
adalah menahan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa dari fajar hingga tenggelamnya
matahari (Maghrib). Hal-hal yang dapat membatalkan puasa, dalam sudut pandang fiqih, di
antaranya adalah makan atau minum dengan sengaja, mabuk, gila, haid, jinabat dengan sengaja, dan
muntah dengan sengaja. Menurut Aisyah r.a bahwa batal puasa orang yang ketika puasa ia
menggunjing orang lain. Untungnya para ulama, pada umumnya, menyatakan bahwa tidak batal
puasa orang yang menggunjing tetapi pahala puasanya tentu berkurang. Allahu A’lam.

3. Hal-hal penting sekitar bulan Rajab


a. Diselamatkannya Nabi Nuh as dari banjir dunia yaitu dengan diangkatnya nabi Nuh ke atas
perahu yang dibuatnya. Pada waktu itu, nabi Nuh as memerintahkan umatnya untuk melakukan
puasa. (Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Fiqih Tasawuf dalam Pandangan Syekh Abdul Qadir al-
Jailani. Ter. K.H. Habib Abdullah. Bandung: Pustaka Setia, 2005)

b. Bulan Rajab termasuk bulan-bulan yang diharamkan oleh Allah. Bulan-bulan haram ini terdiri
dari empat bulan yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Bulan-bulan haram ini adalah
memiliki makna bulan-bulan yang mulia. Keterangan selanjutnya lihat pada tafsir ayat 36 dari surat
al-Taubah.

c. Terjadinya peristiwa Isra’ dan Mi’raj nabi Muhammad saw pada 27 Rajab.

d. Lahirnya jam’iyyah Nahdlatul Ulama pada 16 Rajab 1344 H.

4. Menghidupkan malam pertama bulan Rajab


Shahabat Ali bin Abi Thalib r.a mengkonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah pada empat
malam dalam satu tahun yaitu malam pertama Rajab, malam Idul Fitri, malam Idul ‘Adha, dan
malam pertengahan bulan Sya’ban. Sebagian ulama lagi menambahkan hingga menjadi empat belas
malam dalam satu tahunnya. Dengan demikian, malam pertama Rajab memiliki keistimewaan yang
luar biasa. Hal ini terbukti dengan dihidupkannya malam pertama di bulan ini.

5. Puasa Rajab dan dalilnya


Sebagian kalangan menganggap bahwa puasa Rajab tidak memiliki dalil sama sekali, kalau pun ada
maka dalil yang digunakan semuanya adalah lemah dan bahkan palsu. Karena itu puasa Rajab
adalah bid’ah yang tidak berdalil. Hal ini agaknya terlalu berlebihan bahkan merupakan pernyataan
yang salah sebab pada kitab Shahih Muslim Kitab al-Shiyam dijelaskan bahwa ....
“... telah menceritakan pada kami Utsman bin Hakim al-Anshari berkata: Aku bertanya pada Sa’id
bin Jubair tentang puasa Rajab dan kami saat itu sedang berada di bulan Rajab. Maka ia menjawab:
Aku mendengar Ibnu Abbas ra berkata: adalah Nabi saw berpuasa (di bulan Rajab) sampai kami
berkata nampaknya beliau akan puasa (bulan Rajab) seluruhnya dan bila tak puasa (Rajab) maka
sampai kami berkata nampaknya beliau tidak akan puasa sebulan penuh”. (Muslim)
Adanya hadits ini menunjukkan bahwa sebenarnya Nabi kita Nabi besar Muhammad saw juga
melakukan puasa di bulan Rajab. Ini menunjukkan bahwa puasa Rajab bukanlah perbuatan bid’ah
yang tiada berdasar.
Imam Ibnu Taimiyyah pun (Tokoh panutan aliran Wahabi) mengakui bahwa boleh melaksanakan
puasa Rajab asalkan tidak selama satu bulan penuh. Pernyataan Ibn Taimiyyah ini didasarkan pada
pernyataan Umar bin Khattab yang menyatakan,
“Jangan samakan/serupakan Rajab dengan Ramadlan”.

6. Bulan Rajab adalah bulannya Tobat.

Silahkan melakukan tobat ketika usia masih dikandung badan. Shahabat Ibn Abbas pernah menyatakan
bahwa bulan terbaik adalah bulan suci Ramadlan. Berbeda dengan Shahabat Ibn Abbas, Shahabat Ali
ra pernah menyatakan bahwa bulan terbaik adalah bulan di mana kita dapat melakukan tobat nasuhah
(tobat yang ikhlas karena Allah swt). Sedangkan bulan Rajab, menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani,
adalah bulan yang tepat untuk melakukan taubat. Hakekat tobat sebenarnya tidak lepas dari :

1. Menyesal atas kesalahan yang dilakukan

2. Mengakui kesalahan tersebut di hadapan Allah

3. Berjanji untuk tidak mengulangi kembali perbuatan tersebut

4. Berusaha mengembalikan kedhaliman kepada yang berhak

5. Banyak baca istighfar

Anda mungkin juga menyukai