Anda di halaman 1dari 20

SIROSIS HEPATIS

DEFENISI
Sirosis adalah radang pada hati (liver) yang disebabkan oleh
jangkitan virus. Sirosis hepatis ditandai oleh adanya radang difus yang
menahun pada hati, diikuti dengan jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi
sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenchim hati.

ETIOLOGI
Penyakit yang di duga dapat menyebabkan sirnosis hati antara lain :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatitis
4. Penyakit Wilson
5. Hemokramatosis
6. Zat toksik
7. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatica.

KLASIFIKASI
Ada 3 tipe atau pembentukan perut dalam hati yaitu :
1. Shirosis portal (alkoholik adultrisional)
Dimana saringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sirhosis ini
paling sering disebabkan alkoholisme kronis dan merupakan tipe sirnosis
yang paling sering ditemukan.
2. Sirnosis polscanekrotik
Dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sehingga akibat lanjut dan
hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirnosis Burer
Dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar empedu,
tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis & infeksi.

107
PATOFISIOLOGI

Nutrisi tdk seimbang alkohol obat-obatan seperti paracetamol virus


hepatitis

Nekrosis pada sel-sel hati

Sel-sel hati yang dilakukan secara berangsur-angsur


Diganti oleh jaringan parut

Penurunan metabolisme lemak & Mengaktifkan ADH & Bendungan vena


portal
protein anti diuretic

Retensi Na & air Perdarahan esophagus

- kelemahan Penumpukan cairan intra muntah darah


- penurunan BB abdomen
- mual
- anoreksia
- Ascites Resiko terjadinya
- Edema perifer Hemoragie

pola nafas tdk efektif

Perubahan nutrisi kurang dari Gangguan kelebihan volume cairan


kebutuhan tubuh

kerusakan integritas kulit

108
GEJALA KLINIS
1. Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala :
 Rasa lelah
 Demam
 Diare
 Mual
 Nyeri perut
 Mata kuning dan hilangnya nafsu makan
Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi
hepatitis A kebal terhadap penyakit tersebut.

2. Hepatitis B
Gejala mirip dengan hepatitis A yaitu :
 Hilangnya nafsu makan
 Mual
 Muntah
 Rasa lelah
 Mata kuning
 Muntah dan demam

Tanda – tanda dari kesan dari pada anihosis hepatis adalah :


1. Rasa lemah badan
2. Hilangnya selera makan
3. Pening dan muntah
4. Hati membengkak
5. Badan gatal disebabkan penumpukan bile di dalam hati.
6. Joudice atau kuning pada bagian kulit dan putih mata
7. Air kencing/urine gelap, fases menjadi cerah
8. Pembentukan batu karang karena kekurangan bile didalam good bladder
9. Air berkumpul di dalam perut lascites
10. Oedem di kaki
11. Mudah terjadi bengkak dan perdarahan

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Bisa dijumpai Hb rendah. Anemia normokrom normositer, hipokrom
mikrositer atau hipokrom makrositer.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase/SGOT, SGPT akibat kebocoran
dari sel yang mengalami kerusakan.

109
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel yang kurang, penurunan kadar albumin dan
peningkatan kadar globulin merupakan tanda kurangnya daya tahan
hati.
d. Pemeriksaan CHE (colinestrase) penting dalam penilaian kemampuan
sel hati. Bila terjadi kerusakan sel hati maka kadar CHE akan
menurun.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet.
f. Pemanjangan masa protombin merupakan petunjuk adanya
penurunan fungsi hati.
g. Peningkatan KGD pada niosis hati fase lanjut disebabkan kurangnya
kemampuan sel hati membentuk glikogen.

2. Pemeriksaan jasmani
a. Hati
Biasa hati membesar pada awal sirosis N =7-10 cm, pada sirosis hati
konsistensi hati biasanya kenyal, pinggir hati biasanya tumpul dan ada
sakit tekan pada perabaan hati.
b. Limfa
Pembesaran limpa diukur dengan 2 cara :
- Schuffner : hati membesar ke medial dan ke bawah menuju
umbilicus (S1 – IV) dan umbilicus sias kanan (SV – VIII).
- Hacket, bila limfa membesar ke arah bawah saja (H I-V)
c. Perut dan extra abdomen
Pada perut diperhatikan vena kolateral dan asites.

3. Pemeriksaan Penunjang lain :


a. Radiologi
Dengan barium swallau dapat dilihat adanya varises esophagus untuk
konfirmasi hipertensi portal.
b. Esofagoskopi
Dapat melihat varises esophagus sebagai komplikaisi sirosis hepatis.
c. Ultrasonografi

PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi dan prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi
kegagalan hati dan hipertensi portal.
1. Istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori dan protein, lemak
secukupnya.
2. Untuk menghambat perkembangan kologenik dapat diberikan D-
pemellamine dan colchicines.
3. Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid.
4. Untuk asites diberikan diet rendah garam 0,5 g/hari dan total cairan 1,5
l/hr.

110
Spironolakton dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari dinaikkan sampai
800 ml sehari.
5. Bila terjadi perdarahan varises esophagus dilakukan pemasangan NGT
untuk mengetahui apakah perdarahan terjadi dari saluran cerna.
Bila perdarahan banyak lakukan pemberian IVFD dengan pemberian
dextrose/salin dan transfusi darah secukupnya. Berikan vasopresin 2 amp
0,19 dalam 500 cc cairan D 5%.
6. Operasi pintas dilakukan pada chnd AB atau dilakukan transeksi
esofagus.

111
ASUHAN KEPERAWATAN SEROSIS HEPATIS

PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, terlalu lemah
Tanda : Latergi, penurunan massa otot/tonus.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat gak, perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker,
distrimia, bunyi jantung ekstra (33.54).
3. Eliminasi
Gejala : Flatus
Tanda : Distensi abdomen (Hepatomegali, spienomegali, asites),
penurunan/tidak adanya bising usus, feses warna tanah liat,
melena, urine gelap, pekat.
4. Makanan / cairan
Gejala : Anorexia, tidak toleran terhadap makanan / terdapat mencerna,
mual/muntah.
Tanda : Penurunan BB/peningkatan cairan, penggunaan jaringan,
edema umum pada jaringan, kulit kering, turgor buruk, ikterik,
nafas berbau, perdarahan gusi.
5. Neuro sensori
Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,
penurunan mental.
Tanda : Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma, bicara
lambat/tidak jelas.
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas, pruritas,
neuritis feriper.
Tanda : Prilaku berhati-hati/distraksi, focus pada diri sendiri.
7. Pernafasan
Gejala : Dispnea
Tanda : Takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi
paru terbatas, hipoksia.
8. Keamanan
Gejala : Pruritus
Tanda : Demam, ikterik, ekimosis, perakie, angioma spider, eritema
palmar.
9. Seksualitas
Gejala : Gangguan menstruasi, impotensi.

112
Tanda : Atrofi testis, kehilangan rambut.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat penggunaan alcohol jangka panjang/penyalahgunaan,
penyakit hati, alkoholik, riwayat penyakit empedu, hepatitis,
penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi hati.
Pertimbangan
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dengan tugas
perawatan/pengaturan rumah.

PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Mempertahankan nutrisi adequate
2. Mencegah komplikasi
3. Meningkatkan konsep diri, penerimaan situasi
4. Pemberian informasi tentang proses penyakit/prognoisis, potensial
komplikasi dan kebutuhan pengobatan.

TUJUAN PEMULANGAN
1. Pemasukan nutrisi adequate untuk kebutuhan individu
2. Komplikasi di cegah/minimal
3. Menerima kenyataan
4. Proses penyakit, prognosis, potensial komplikasi, dan program
pengobatan dipahami.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan
 Diet tidak adequate
 Ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan
 Anorexia
 Mual/muntah
 Fungsi usus abnormal
Ditandai dengan
 Penurunan berat badan, perubahan bunyi dan fungsi usus, tonus otot
buruk.
Kriteria hasil :
 Menunjukkan peningkatan bb progresif, dengan nilai laboratorium
normal.
 Tidak mengalami tanda mal nutrisi.

Intervensi Rasional
 Ukur masukan diet harian  Memberikan informasi tentang
dengan jumlah kalori kebutuhan pemasukan defisiensi.
 Bandingkan perubahan status  Lipatan trisep berguna dalam

113
cairan, riwayat BB, ukuran kulit mengkaji perubahan massa otot dan
trisep. simpanan lemak subkutan.
 Bantu pasien untuk makan,  Diet yang tepat penting untuk
jelaskan tipe diet. Beri pasien penyembuhan bila keluarga terlibat
makan bila mudah lelah, dan makanan yang disukai mungkin
pertimbangkan pilihan makan lebih baik.
makanan yang disukai.
 Anjurkan pasien untuk makan-  Pasien mungkin hanya makan
makanan tambahan missal : sedikit karena kehilangan minat
susu, roti. pada makanan dan mengalami mual,
kelemahan umum, malaise.
 Beri pasien makan sedikit tapi  Buruknya toleransi terhadap makan
sering banyak mungkin berhubungan
dengan peningkatan tekanan intra
 Beirikan tambahan garam bila abdomen.
diizinkan, hindari yang  Tambahan garam meningkatkan
mengandung ammonium. rasa makanan dan membantu
meningkatkan selera makan :
 Batasi masukan kafein, Amonia potensial resiko
makanan yang menghaisilkan ensetalopan.
gas atau berbumbu dan terlalu  Menurunkan iritasi gaster/diare dan
panas atau terlalu dingin. ketidaknyamanan abdomen yang
 Berikan makanan lunak, dapat menganggu pemasukan
hindari makanan keras sesuai oral/pencernaan.
indikasi
 Pasien cendrung mengalami
 Berikan perawatan mulut sring perdarahan dari varises esophagus
dan sebelum makan. dapat terjadi pada sirosis berat.
 Pasien cendrung mengalami luka
 Tingkatkan priode tidur tanpa dan perdarahan gusi dan rasa tidak
gangguan, khususnya enak pada mulut dimana menambah
sebelum makan. anorexia.
 Anjurkan untuk menghentikan  Penyimpanan energi menurunkan
merokok. kebutuhan metabolic pada hati dan
Kolaborasi meningkatkan regenerasi seluler.
 Awasi pemeriksaan  Menurunkan rangsangan gaster
laboratorium, contoh : Glukosa berlebihan dan resiko
serum, albumim, total protein. iritasi/perdarahan.

 Glukosa menurun menurun karena


gangguan glikogenesis, penurunan
penyimpanan glikogen atau
masukan tak adequate, protein
menurun karena gangguan

114
 Pertahankan status puasa bila metabolisme, penurunan sistem
di indikasikan. hepatic atau kehilangan kerongga
peritoneum, peningkatan kadar
ammonia perlu pembatasan
 Berikan makanan dengan masukan protein untuk mencegah
selang, hipereimentasi, lipid komplikasi serius.
sesuai indikasi  Pada awalnya pengistirahatan GI
diperlukan untuk menurunkan
kebutuhan pada hati dan produksi
 Konsul dengan ahli gizi untuk ammonia/urea GI.
memberikan diet tinggi dalam  Mungkin diperlukan untuk diet
kalori dan karbohidrat tambahan untuk memberikan nutrien
sederhana rendah lemak dan bila pasien terlalu mual atau
tinggi protein. anorexia untuk makan atau varices
esophagus mempengaruhi masukan
oral.
 Makanan tinggi kalori di butuhkan
pada kebanyakan pasien yang
pemasukannya dibatasi, karbohidrat
memberikan energi yang siap pakai,
 Berikan obat sesuai indikasi lemak diserap dengan buruk karena
disfungsi hati dan mungkin
memperberat ketidaknyamanan
abdomen, protein diperlukan untuk
perbaikan kadar protein serum
untuk menurunkan edema dan untuk
meningkatkan regenerasi sel hati.
 Pasien biasanya kekurangan vitamin
karena diet yang buruk sebelumnya.

Diagnosa 2:
Kelebihan volume cairan
Berhubungan dengan
 Gangguan mekanisme regulasi
 Kelebihan natrium/masukan cairan
Ditandai dengan
 Edema, peningkatan berat badan, pemasukan lebih besar dari
pengeluaran, oliguria, perubahan td, reflek hepatoaugular positif,
gangguan elektrolit, perubahan status mental.
Kriteria hasil :
 Menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan
dan pengeluaran.
 Bb stabil

115
 Tanda vital dalam rentang normal dan tidak ada edema.

Intervensi Rasional
 Ukur masukan dan haluaran,  Menunjukkan status volume
timbang BB tiap hari dan catat sirkulasi, terjadinya perpindahan
peningkatan lebih dari 0,5 kg/hari. cairan dan respon terhadap
 Awasi TD dan CVP catat terapi.
JVD/distensi vena  Peningkatan TD biasanya
berhubungan dengan kelebihan
volume cairan tetapi mungkin
tidak terjadi karena perpindahan
cairan keluar area vaskuler,
distensi jugular eksternal
 Auskultasi paru, catat berhubungan dengan kongesti
penurunan/tak adanya bunyi vaskuler.
nafas dan terjadinya bunyi  Peningkatan kongesti pulmonal
tambahan contoh krekeis. dapat meningkatkan konsolidasi,
gangguan pertukaran gas dan
 Awasi distrimia jantung, auskultasi komplikasi.
bunyi jantung, catat terjadinya  Mungkin disebabkan oleh gejala,
irama gallop S3/S4 penurunan perfusi arteri koroner
 Kaji derajat perifer/edema dan ketidakseimbangan elektrolit.
dependen.  Perpindahan cairan pada
jaringan sebagai akibat retensi
natrium dan air, penurunan
albumin dan penurunan ADH.
 Ukur lingkar abdomen  Menunjukkan akumulasi cairan
(asites) diakibatkan oleh
kehilangan protein plasma/cairan
kedalam area peritoneal.
 Anjurkan pasien untuk turah  Dapat meningkatkan posisi
baring bila ada asites. rekumben untuk diuresis.
 Berikan perawatan mulut sering,  Menurunkan rasa halus
kadang-kadang beri es batu (bila
puasa).
Kolaborasi :
 Awasi albumin serum dan  Penurunan albumin serum
elektrolit khususnya kalium dan mempengaruhi tekanan osmotic
natrium. koloid plasma, mengakibatkan
pembentukan edema.
 Kongesti vaskuler, edema paru
 Awasi seri foto dada dan efusi pleuru sering terjadi.
 Natrium mungkin dibatasi untuk

116
 Batasi natrium dan cairan sesuai meminimalkan retensi cairan
indikasi. dalam area ekstravaskuler,
pembatasan cairan untuk
memperbaiki pengenceran
hiponatremia.
 Berikan albumin bebas  Albumin mungkin diperlukan
garam/plasma ekspander sesuai untuk meningkatkan tekanan
indikasi osmotic koloid dalam
kompertemen vaskuler sehingga
meningkatkan volume sirkulasi
efektif dan penurunan terjadinya
asites.
 Berikan obat sesuai indikasi  Diberikan/digunakan dengan
Diuretik perhatian untuk mengontrol
edema dan asites, menghambat
efek aldosteron, meningkatkan
eksresi air sambil menghemat
kalium.

Diagnosa 3:
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
Berhubungan dengan
 Gangguan sirkulasi
 Akumulasi garam empedu pada kulit
 Turgor kulit buruk
 Penonjolan tulang
 Adanya edema
 Asites.
Kriteria hasil :
 Mempertahankan integritas kulit
 Mengidentifikasi factor resiko dan menunjukkan prilaku/teknik untuk
mencegah kerusakan kulit.

Intervensi Rasional
 Lihat permukaan kulit/titik tekanan  Edema jaringan lebih cendrung
secara rutin, pijat penonjolan untuk mengalami kerusakan dan
tulang atau area yang tertekan terbentuk dekubitus. Asites dapat
terus-menerus, gunakan losion meregangkan kulit sampai pada
minyak : batasi penggunaan titik robekan pada sirosis berat.
sabun untuk mandi.
 Ubah posisi pada jadwal teratur,  Pengubahan posisi menurunkan
saat di kursi/tempat tidur : Bantu tekanan pada saringan edema

117
dengan latihan rentang gerak untuk memperbaiki sirkulasi,
aktif/pasif. latihan meningkatkan sirkulasi dan
perbaikan/mempertahankan
mobilitas sendi.
 Meningkatkan aliran balik vena
 Tinggikan eksremitas bawah dan menurunkan edema pada
ekstremitas.
 Pertahankan seprey kering dan  Kelembaban meningkatkan
bebas lipatan pruritas dan meningkatkan resiko
kerusakan kulit.
 Gunting kuku jari hingga pendek :  Mencegah pasien dari cedera
berikan sarung tangan bila di tambahan pada kulit khususnya
indikaisikan bila tidur.
 Berikan perawatan perineal  Mencegah ekskoriasi kulit dari
setelah berkemih dan defekasi. garam empedu.
 Berikan kasur bertekanan  Menurunkan tekanan kulit,
tertentu, kasur karton telur, kasur meningkatkan sirkulasi dan
air, kulit domba, sesuai indikasi. menurunkan resiko iskemia
(kerusakan jaringan).

Diagnosa 4:
Resiko tinggi teradap takefektifan pola peringatan
Berhubungan dengan
 Pengumpulan cairan intra abdomen (asites)
 Penurunan ekspansi paru
 Akumulasi secret
 Penurunan energi
 Kelemahan.
Kriteria hasil :
 Mempertahankan pola pernafasan efektif, bebas dispnea dan sianosis,
dengan nilai gda dan kapasitas vital dalam rentang normal.

Intervensi Rasional
 Awasi frekwensi, kedalaman, dan  Pernafasan dangkat cepat/dispnea
upaya pernafasan. mungkin ada sehubungan dengan
hipoksia atau akumulasi cairan
dalam abdomen.
 Auskultasi bunyi nafas, catat  Menunjukkan terjadinya komplikasi
krekeis, meni, ronki. contoh adanya bunyi tambahan
menunjukkan akumulasi cairan,
meningkatkan resiko infeksi.
 Selidiki perubahan tingkat  Perubahan mental dapat

118
kesadaran menunjukkan hipoksemia dan
 Pertahankan kepala tempat tidur gagal pernafasan yang sering
tinggi posisi miring. disertai koma hepatik.
 Ubah posisi dengan sering :  Memudahkan pernafasan dengan
anjurkan nafas dalam, latihan menurunkan tekanan pada
dan batuk. diafragma dan menimbulkan
ukuran aspirasi sekret.
 Memantau timbulnya infeksi,
 Awasi suhu, catat adanya contoh: pneumonia.
meninggil, meningkatkan batuk,
perubahan warna/karakter
sputum.  Menyatakan perubahan status
Kolaborasi pernafasan, terjadinya komplikasi
 Awasi seri GDA, nadi oksimetri, paru.
ukur kapasitas vital, foto dada.  Mungkin pelrlu untuk
mengobati/mencegah hipoksia. Bila
 Berikan tambahan 02 sesuai pernafasan tidak adequate,
indikasi ventilasi mekanik sesuai
indikasi/kebutuhan.
 Menurunkan insiden atelektosis,
meningkatkan mobilitas secret.
 Bantu dengan alat-alat
pernafasan contoh : spirometri
intensif, tiupan botol.

Diagnosa 5:
Resiko tinggi terhadap hemogragi
Berhubungan dengan
 Profil darah abnormal
 Gangguan factor pembekuan darah
 Hipertensi portal
Kriteria hasil :
 Mempertahankan homeostatis dengan tanpa perdarahan
 Menunjukkan prilaku penurunan resiko perdarahan

Intervensi Rasional
 Kaji adanya tanda-tanda dan  Traktus GI paling biasa untuk
gejala-gejala erdarahan GI sumber perdarahan sehubungan
observasi warna dan konsistensi dengan mukosa yang mudah
feses, drainase NG atau muntah. rusak dan gangguan dalam
hemostosis karena sirosis.
 Observasi adanya petakle,  K/D subkutan dapat terjadi
ekimosis, perdarahan dari satu sekunder terhadap gangguan

119
atau lebih sumber. faktpr pembekuan.
 Awasi TD, nadi, CVP bila ada.  Peningkatan nadi dengan
penurunan TD & Cup dapat
menunjukkan kehilangan volume
darah sirkulasi, memerlukan
 Catat perubahan mental/tingkat evaluasi lanjut.
kesadaran  Perubahan dapat menunjukkan
penurunan perfusi jaringan
serebral sekunder terhadap
 Hindari pengukuran suhu rectal : hipovotemia, hipoksemia.
hati-hati memasukkan selang Gl.  Rectal dan vena esophageal
 Anjurkan menggunakan sikat gigi paling rentan untuk robek.
halus, pencukur elektrik, hindari  Pada awalnya gangguan factor
mengejan saat defekasi, pembekuan, trauma minimal
meniupkan hidung dengan kuat dapat menyebabkan perdarahan
dan sebagainya. mukosa.
 Gunakan jarum kecil untuk injeksi,
tekan lebih lama pada bekas  Meminimalkan kerusakan
suntikan. jaringan, menurunkan resiko
 Hindarkan penggunaan produk perdarahan/ hematoma.
yang mengandung aspirin.  Koagulasi memanjang,
berpotensi untuk resiko
Kolaborasi : perdarahan.
 Awasi Hb/Ht dan factor
pembekuan  Indikator anemia, perdarahan
aktif atau terjadinya komplikasi.
 Beri obat sesuai indikasi
- Vitamin tambahan contoh : K, D  Meningkatkan sintesis protombin
& C. dan koagulan bila hati berfungsi.
- Pelunak feces.  Mencegah mengejan yang
akhirnya meningkatkan tekanan
intraabdomen dan resiko robekan
 Berikan lavase gaster dengan perdarahan.
cairan garam faal bersuhu kamar.  Evakulasi darah dan traktus Gl
menurunkan produksi ammonia
 Bantu dalam memasukkan/ dan resiko ansepalopah hepatik.
mempertahankan selang Gl.  Sementara mengontrol
perdarahan varises edofagus bila
kontrol yang lain tak mampu dan
stabilitas hemodinamik tak dapat
ditingkatkan.

Diagnosa 6:

120
Resiko tinggi perubahan proses fikir
Berhubungan dengan
 Perubahan fisiologis : peningkatan badab ammonia serum
 Ketidakmampuan hati untuk detoksikasi enzim/ obat tertentu.
Kriteria hasil :
 Mempertahankan tingkat mental.
 Menunjukkan perilaku/ perubahan pola hidup untuk mencegah/
 meminimalkan perubahan mental.

Intervensi Rasional
 Observasi perubahan perilaku dan  Pengkajian terus menrus terhadap
mental contoh : letangi, bingung, perilaku dan status mental penting
cenderung tidur dan peka karena aktuasi alamia dari koma
ransang. hepatic
 Menunjukkan peningkatan kadar
 Catat terjadinya/ adanya asterisk, ammnion serum: peningkatan
tetor hetapikum, aktifitas kejang. reiko berlanjutnya ensefalopati
 Memberikan dasar untuk
 Konsul pada orang terdekat perbandingan dengan status saat
tentang perilaku umum dan ini
mental pasien.  Test status neurologi sederhana
 Biarkan pasien menulis nama dan koordinasi saat ini
secara periodic dan
mempertahankan catatan ini
untuk perbandingan, lepaskan
penyimpangan kemampuan.
Biarkan pasien melakukan  Membantu dalam
aritmetik sederhana. mempertahankan orientasi
 Orientasikan kembali pada waktu, kenyataan menurunkan
tempat orang sesuai kebutuhan. bingung/ansietas
 Pertahankan kenyamanan  Menurunkan rangsangan
lingkungan tenang dan berlebihan/kelebihan sensori.
pendekatan lambat. Meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan koping
 Pengenalan memberikan
 Berikan perawatan continue. keyakinan, membantu dalam
menurunkan ansietas dan
memberikan lebih banyak
dokumen akurat terhadap
perubahan
 Pertahankan tirah baring, bantu  Menurunkan kebutuhan metabolik
aktifitas perawatan diri hati, mencegah kelelahan dan
meningkatkan penyembuhan,

121
menurunkan resiko pembentukan
amnion
 Pasang pengaman tempat tidur  Menurunkan resiko cidera bila
dan beri bantalan bila perlu. bingung, kejang atau terjadi
perilaku merusak
 Selidiki peningkatan suhu, awasi  Infeksi dapat mencetuskan
tanda infeksi. ensefalipati hepatik terhadap
katabolisme jaringan dan
mengeluarkan nitrogen
 Hindari penggunaan narkotik atau  Obat tertentu bersifat toksik pada
sedative tranquilizer, dan batasi hati, sementara itu obat lain tidak
penggunaan obat yang dimetabolisme karena sirosis
dimetabolisme oleh hati. menyebabkan efek akumulasi
yang mempengaruhi mental,
menunjukkan tansa terjadinya
sensefalopati atau menecetuskan
Kolaborasi koma
 Awasi pemeriksaan laboratorium
batasi diet protein. Beri glukosa.  Peningkatan kadar amonia dapat
 Bebaskan atau batasi diet protein. mencetuskan atau berpotensi
Berikan tambahan glukosa, terjadi koma hepatik
hidrasi edekuat.
 Berikan obat sesuai indikasi :
 Elektrolit :  Memperbaiki ketidakseimbangan
dan emperbaiki fungsi serebral/
 Pelembut feses, pembersih kolosi metabolisme amonia
(contoh magnesium sulfat),  Menghilangkan protein dan darah
enema, laktilosa: dari usus
 Agen bakterisidal contoh neomisih
(Neobiotik); kanamisin (kantrex).  Menghancurkan bakteri usus,
menurunkan produksi amonia,
 Berikan O2 tambahan. mencegah ensefalopati
 Mental dipengaruhi oleh
konsentrasi oksigen dan
 Bantu dalam prosedur sesuai penggunaannya pada otak
indikasi contoh; dialari plasferes,  Mungkin digunakan untuk
atau perfusi hati ekstrakorporeal. mengurangi kadar amonia serum
jika terjadi ensefalopati/ tindakan
lain yang tidak berhasil

Diagnosa 7:
Gangguan harga diri/ citra tubuh
Berhubungan dengan

122
 Perubahan biofisika/ gangguan penampilan fisik
 Prognosis yang meragukan
 Perubahan fungsi fran.
Kriteria hasil :
 Menyatukan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada
situasi yang ada.
 Metode koping terhadap persepsi diri.

Intervensi Rasional
 Diskusikan situasi/ dorong  Pasien
pernyataan takut/ masalah sangat sensitive terhadap
perubahan tubuh dan juga
mengalami perasaan bersalah bila
penyebab berhubungan dengan
 Dukung dan dorong pasien : alcohol (80%) atau penggunaan
berikan perawatan dengan obat lain.
positif perilaku bersahabat.  Memberi
perawatan kadang-kadang
memungkinkan penilaian perasaan
ntuk mempengaruhi perawatan
 Dorong keluarga/ orang terdekat pasien dan kebutuhan untuk
untuk menyatakan perasaan, membuat upaya untuk membantu
berkunjung/ berpartisipasi pada pasien merasakan nilai pribadi.
perawatan.  Anggota
 Mandiri keluarga dapat merasa bersalah
tentang kondisi pasien dan taku
terhadap kematian.

 Emosi
tanpa penilaian dan bebas
 Bantu pasien/ orang terdekat mendekati pasien. Partisipasi pada
untuk mengatasi perubahan perawatan membantu mereka
pada penampilan; an jurkam merasa berguna dan meningkatkan
memakai baju yang tidak kepercayaan antara staf, pasien
menonjolkan gangguan dan orang terdekat.
penampilan contoh  Pasien
menggunakan pakaian merah, dapat menunjukkan penampilan
biru atau hitam. kurang menarik sehubungan
 Rujuk ke pelayanan pendukung dengan ikterik, asites, area
contoh konselor, sumber ekimores. Memberikan dukungan
psikiatik, pelayanan serial, dapat meningkatkan harga diri dan
pendeta, dan/ atau program meningkatkan rasa control.
pengobatan alcohol.

123
 Peningkata
n kerentanan/ masalah sehubungan
dengan penyakit ini memerlukan
sumber professional pelayanan
tambahan.

Diagnosa 8:
Kurang pengetahuan tetang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
Berhubungan dengan
 Kurang informasi
 Kesalahan interpretasi
 Ketidakbiasaan terhadap sumber-sumber informasi.
Kriteria hasil :
 Klien menyatakan mengerti tentang kondisi penyakitnya
 Klien tenang dengan ekspresi wajah yang rileks

Intervensi Rasional
Mandiri
 Kaji ulang proses  Memberikan dasar pengetahuan
penyakit/prognosis harapan pada pasien yang dapat membuat
yang akan datang pilihan informasi
 Tekankan pentingnya  Alkohol menyebabkan terjadinya
menghindari alcohol. Berikan sitosis
informasi tentang pelayanan
masyarakat yang ada untuk
membantu dalam rehabilitas
alcohol sesuai indikasi.  Beberapa obat bersifat
 Informasikan pasien tentang hepatutuksik (khususnya narkotik,
efek gangguan karena obat sedatif dan hipnotik ). Selain itu
pada sitosis dan pentingnya kerusakan hati telah menurunkan
penggunaan obat hanya yang kemampuan metabolisme semua
diresepkan atau dijelaskan oleh obat, potensi efek akumulasi dan/
dokter yang mengenal riwayat atau meningkatnya kecendrungan
pasien pendaraan.
 Pemasangan pirau Denver
 Kaji ulang prosedur untuk memerlukan pemompaan bilik
mempertahankan fungsi pisau untuk mempertahankan potensi
peritoneovena alat. Pasien dengan pirau leveen
dapat menggunakan pengikat
abdomen dan/ atau melakukan
gerakan valsalua untuk
memepertahankan fungsi paru.

124
 Tekankan pentingnya nutrisi  Pemeliharaan diet yang tepat
yang baik anjurkan menghidari dengan menghindari makanan
bawang dan keju padat, berikan tinggi amonia membantu
intruksi diet khusus perbaikan gejala dan membantu
mencegah kerusakan hati.
Instruksi tertulis akan membantu
 Tekankan perlunya pasien sebagai rujukan dirumah.
mengevaluasi kesehatan dan  Sifat penyakit kronis mempunyai
mentaati program terpeutik potensial untuk komplikasi
mengancam hidup. Memberikan
kesempatan untuk evaluasi
keefektifan program termasuk
 Diskusikan pembatasan natrium potensi pirau yang digunakan.
dan garam serta perlunya  Meminimalkan asites dan
membaca label makanan/obat pembentukan lema penggunaan
yang dijual bebas berlebihan bahan tambahan
mengakibatkan ketidak
seimbangan elektrolit lain
makanan pruduk yang dijual
bebas/ pribadi ( contoh antasida,
beberapa pembersih mulut ) dapat
 Dorong menjadwalkan aktivitas mengandung natrium tinggi atau
dengan periode istrihat ade kuat alcohol.
 Istirahat adekuat menurunkan
kebutuhan metabolik tubuh dan
 Tingkatkan aktivitas hiburan meningkatkan simpangan energi
yang dapat dinikmati pasien untuk regenerasi jaringan.
 Anjurkan menghindari infeksi,  Mencegah kebosanan dan
khususnya ISK meminimalkan ansietas dan
depresi.
 Penurunan pertahanan gangguan
status nutrisi dan responsium
 Indentifikasi bahaya lingkungan ( contoh leucopenia, dapat terjadi
contoh karbon tetraklorida tipe pada splenomegali ) potensial
pembersih, terpajan pada risiko infeksi.
hepatitis  Dapat mencetus kekambuhan.
 Anjurkan pasien/orang terdekat
melihat tanda/gejala yang perlu
pemberitahuan pada pemberi  Pelaporan segera tentang gejala
perawatan. Contoh peningkatan menurunkan resiko kerusakan hati
lingkar abdomen lebih lanjut dan memberikan
penurunan/peningkatan berat kesempatan untuk mengatasi
badan cepat ; peningkatan komplikasi sebelum mengancam
edema priver ; peningkatan hidup

125
dispenea ; demam ; darah pada
feses atau urine
 Intruksi orang terdekat untuk
memberitahu pemberi  Perubahan (menunjukan
perawatan akan adanya penyimpngan) dapat lebih tampak
bingung, tidak rapi, tidur oleh orang terdekat, meskipun
berjalan, fremor, atau adanya perubahan dapat dilihat
perubuahan kepribadian oleh orang lain yang jarang kontak
dengan pasien.

REFERENSI:
Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 3,
Jakarta: EGC
Doenges M.E., 2000, Rencana Asuhan keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, Jakarta:
EGC
Noer M.S., 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, edisi ketiga, Jakarta
Penerbit Balai penerbit FKUI
Sylvia A.P, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses–Proses Penyakit, Edisi
4, buku II, Jakarta: EGC

126

Anda mungkin juga menyukai