Anda di halaman 1dari 18

EFEK SONIK DAN EFEK ANALISIS SINAR X

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Biofisika
Yang dibimbing oleh Bapak Sugiyanto, S.Pd.,M.Si dan Ibu Siti Imroatul Maslikah, S.Si,
M.Si

Oleh
Kelompok 2:
1. Ana Fatkhu Rokhmah
2. Ardiansyah F F
3. Diana Cahya Ningrum
4. Eni Setyowati
Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
September 2014
A. Efek Sonik(Efek Bunyi/ Suara)
Bunyi dapat didefinisikan sebagai serangkaian gelombang yang merambat dari suara
sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan juga tekanan udara. Bunyi
diproduksi oleh karena adanya getaran mekanis yang biasa disebut juga sebagai
gelombang bunyi.Gelombang bunyi dapat diukur berdasarkan frekuensi, tekanan suara
dan kecepatan perambatannya.Secara umum, kekerasan/kekuatan suara berkaitan dengan
amplitudo gelombang suara dan nadanya berkaitan dengan frekuensi.Semakin besar
amplitudo semakin keras suara, semakin tinggi frekuensi semakin tinggi nada. Kecepatan
suara di udara ialah 340 m/s sedangkan di media padat ialah 5000 m/s contohnya di
tulang. Hal inilah yang menyebabkan hantaran suara melalui tulang jauh lebih baik
daripada hantaran udara (Probst, Grevers &Iro, 2006).
Jumlah pergeseran atau osilasi yang dilakukan sebuah partikel dalam satu sekon
disebut frekuensi, dengan satuan Hertz (Hz). Berdasarkan frekuensinya, bunyi dibedakan
menjadi 3 antara lain:
 Infrasonik (<20Hz). Frekuensi ini tidak dapat ditangkap oleh indera pendengar
manusia, misalnya getaran gempa, tanah longsor, getaran truk, dll.
 Audisonik (20–20.000Hz). Frekuensi ini dapat ditangkap oleh indera pendengar
manusia, misalnya suara pembicaraan, suara lonceng dsb.
 Ultrasonik (>20.000Hz). Frekuensi ini tidak dapat ditangkap oleh indera pendengar
manusia, misalnya getaran yang dihasilkan oleh magnet listrik, getaran kristal
piezoelektrik. Frekuensi ini digunakan dalam bidang kedokteran (USG, diatermi dll),
karena memiliki daya tembus yang cukup besar.
Probst, Grevers dan Iro (2006) menjelaskan bunyi atau suara biasanya terdiri dari
berbagai macam frekuensi. Dari beberapa frekuensi yang bergabung membentuk suara
yang disebut sebagai spektrum frekuensi, antara lain:
 Nada murni: suara atau bunyi yang hanya terdiri dari satu jenis frekuensi, salah satu
kegunaanya ialah sebagai tes audiologi untuk menilai sensitivitas pendengaran
seseorang.
 Nada musik: gelombang suara yang memiliki pola berulang walaupun bersifat
kompleks
 Bising: bunyi yang mempunyai banyak frekuensi, terdiri dari spektrum terbatas
(narrow band) ataupun spektrum luas (white noise).
Ketiga spektrum frekuensi tersebut diilustrasikan pada gambar:

Gambar : Spektrum Frekuensi dari Beberapa Contoh Rangsangan Auditori: Nada Murni,
Nada Musik, Bising (dikutip dari Probst, Grevers & Iro, 2006)
 Efek Gelombang Sonik
1) Dalam penggunaan Ultrasonografi (USG)
Salah satu efek dari gelombang ultrasonik dapat dimanfaatkan dalam metode
ultrasonografi (USG). Ultrasonografi (USG) adalah alat diagnostik noninvasif menggunakan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi diatas 20.000 hertz ( >20 kilohertz) untuk
menghasilkan gambaran struktur organ di dalam tubuh. Gelombang suara antara 2,5 sampai
dengan 14 kilohertz digunakan untuk diagnostik. Ultrasonik dapat diproduksi dengan piranti
magnet listrik dan kristal piezoelektrik dengan frekuensi di atas 20.000 Hz.
Alat diagnostik USG menggunakan gelombang ultrasonik yang mempunyai frekuensi
1-10 MHz.Frekuensi dan daya ultrasonik yang dipakai dalam bidang kedokteran disesuaikan
dengan kebutuhan. Untuk diagnostik digunakan frekuensi 1– 5 MHz dengan daya 0,01
W/cm2. Untuk terapi daya ditingkatkan menjadi 1 W/cm2, bahkan untuk menghancurkan
kanker daya yang diperlukan sebesar 103 W/cm2.
Dasar penggunaan ultrasonik adalah efek Doppler, yaitu terjadi perubahan frekuensi
akibat adanya pergerakan pendengar atau sebaliknya dan getaran yang dikirim ke obyek akan
direfleksikan oleh obyek itu sendiri.
Cara kerja USG adalah memantulkan gelombang suara dan menerima kembali
gelombang suara yang telah dipantulkan setelah terkena suatu obyek.Obyek disini berupa
organ tubuh. Gelombang suara dikeluarkan oleh transduserdengan frekuensi 2,5-14 kilohertz,
frekuensi gelombang yang dikeluarkan bervariasi tergantung dari bentuk transduser. Hasil
pemantulan gelombang suara tersebut kemudian akan diterima kembali oleh transduserdan
diproses oleh mesin USG kemudian ditayangkan dalam monitor. Transduser adalah
komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding
perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat
kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh
transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang
pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi
gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam
bentuk gambar.
.
Ada 3 metode teknik scanning di dalam USG :
a. A scanning (Amplitudo scanning/mencari amplitudo)
Ultrasonik dari transduser mencapai dinding b kemudian dipantulkan ke dinding a dan
diterima transduser lagi. Scanning ini digunakan untuk diagnosis tumor otak (echo
encephalography), penyakit mata misalnya bentuk kornea, lensa, tumor retina dll.

Gambar Metode A Scanning dalam penggunaan gelombang ultrasonik


b. B scanning (Bright scanning)
Metode ini banyak digunakan di klinik karena bisa diperoleh gambaran dua dimensi
dari bagian tubuh. Prinsipnya sama dengan A scanning, tetapi transduser digerakkan
(moving). Gerakan dari transduser mula-mula akan menghasilkan echo (terlihat adanya
dot),dot ini disimpan dalam CRT. Setelah transduser digerakkan kearah lain, dihasilkan echo
pula sehingga tercipta gambar 2 dimensi. Scanning ini digunakan untuk:
1. Memperoleh informasi tentang struktur dalam, misalnya hati, lambung, usus, mata
mammae, jantung janin dll.
2. Mendeteksi kehamilan sekitar 6 minggu, kelainan uterus, kasus perdarahan abnormal,
abortus dll. Memberikan informasi lebih banyak daripada sinar X, dengan resiko lebih
kecil.

Gambar Metode B Scanning dalam penggunaan gelombang ultrasonik & Hasilnya


c. M scanning (Modulation scanning)
Scanning ini merupakan dua metode yang digunakan untuk memperoleh informasi
tentang gerakan alat. (gabungan antara A scanning dan B scanning). Scanning ini digunakan
untuk:
1. Mencari informasi tentang jantung, misalnya katup, efusi pericardial dll.
2. Memantau kemajuan hasil terapi

Gambar Metode M Scanning dalam penggunaan gelombang ultrasonik


 Bio efek Gelombang Ultrasonik
Pada peristiwa perambatan gelombang ultrasonik, di dalam medium terjadi perubahan-
perubahan siklik berupa getaran partikel, perubahan tekanan, perubahan densitas dan
perubahan suhu. Secara teoritis, gelombang ultrasonik mempunyai potensi yang dapat
merusak struktur jaringan tubuh janin, terutama pada kehamilan trisemester I dimana proses
organogenesis sedang terjadi dan merupakan saat yang paling rentan untuk mengalami
gangguan. Kerusakan jaringan tubuh yang terjadi terutama akibat pengaruh panas (efek
ternal) dan kavitasi (efek mekanis) yang ditimbulkan oleh gelombang ultrasonik.
Efek ternal terjadi akibat absorbsi gelombang ultrasonik oleh jaringan tubuh. Peningkatan
suhu yang terjadi akibat pemaparan gelombang ultrasonik oleh jaringan tubuh. Gelombang
ultrasonik dapat memberikan efek, baik mekanik, panas, kimiawi maupun biologis. Semua
perubahan di atas bersifat sementara dan pengaruhnya sangat kecil, banyaknya panas yang
timbul di dalam jaringan tubuh ditentukan oleh intensitas dan lamanya pemaparan.
2) Kebisingan
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987,
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehinggamengganggu dan atau
dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan kumpulan nada-nada dengan
bermacam-macam intensitas yang tidak diingini sehingga mengganggu ketentraman orang
terutama pendengaran (Dirjen P2M dan PLP Depkes RI, 1993). Karena ada kisaran
sensitivitas, telinga dapat mentoleransi bunyi-bunyi yang lebih keras pada frekuensi yang
lebih rendah dibanding pada frekuensi tinggi.
a) Faktor- factor yang mempengaruhi kebisingan
WHO (1993) menyebutkan bahwa bahaya bising dihubungkan dengan beberapa faktor, yaitu
1. Intensitas
Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan
logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat
didengar. Tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala logaritma dalam desibel (dB).
2. Frekuensi
Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 20-20000
Hz. Frekuensi bicara terletak pada rentang 500-2000 Hz. Bunyi dengan frekuensi
tinggi merupakan bunyi yang paling berbahaya.
3. Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya pajanan dan terlihat.
Berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam. Jadi perlu
untuk mengukur semua elemen lingkungan akustik meskipun sulit untuk
melaksanakannya.
4. Sifat
Sifat ini mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil,
berfluktuasi, intermiten). Berdasarkan sifat ini, bising yang sangat berbahaya adalah
bising impulsif, yang terdiri dari satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi
kurang dari satu detik.
b) Jenis jenis Kebisingan
1. Kebisingan kontinyu yaitu kebisingan dengan spektrum berfrekuensi luas misal: suara
yang timbul oleh kompresor, kipas angin, dapur pijar serta spektrum yang berfrekuensi
sempit contoh: suara gergaji sirkuler, katup gas.
2. Kebisingan terputus-putus misal suara lalu lintas, suara pesawat udara yang tinggal
landas.
3. Kebisingan impulsif ( impact or impulsive noise) seperti: pukulan martil, tembakan
senapan, ledakan meriam dan lain-lain.
c) Efek-efek Kebisingan
Dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kebisingan adalah efek kesehatan dan non
kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena telinga tidak diperlengkapi untuk melindungi dirinya
sendiri dari efek kebisingan yang merugikan. Bunyi mendadak yang keras secara cepat
diikuti oleh reflek otot di telinga tengah yang akan membatasi jumlah energi suara yang
dihantarkan ke telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan dengan keadaan semacam
itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang terpajan pada kebisingan mengalami
pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau terus menerus. Transmisi energi seperti
itu, jika cukup lama dan kuat akan merusak organ korti dan selanjutnya dapat mengakibatkan
ketulian permanen
Secara umum telah disetujui bahwa untuk amannya, pemaparan bising selama 8 jam
perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan yang keras
selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat
kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru
setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan
dirasakan sangat merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat pendengaran
dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang adanya rasa
mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah. Gangguan kesehatan
lainnya selain gangguan pendengaran biasanyadisebabkan karena energy kebisingan yang
tinggi mampu menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan
tekanan darah, dan tingkat pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada efek psikososial dan
psikomotor ringan jika dicoba bekerja di lingkungan yang bising.
Berikut merupakan intensitas di keseharian kita:

d) Baku Tingkat Bebisingan


Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari - hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Dan apabila pemaparan bising
secara terus-menerus di tempat kerja 85 dB maka akan menimbulkan berbagai keluhan
kesehatan dan gangguan pendengaran. (Kepmenaker No. 51 Tahun 1999).
Nilai ambang batas kebisingan dengan intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata
yang masih dapat diterima oleh manusia tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang
tetap untuk waktu yang cukup lama/terus menerus, selanjutnya ditulis NAB. Penting untuk
diketahui bahwa di dalam menetapkan standar NAB pada suatu level atau intensitas tertentu,
tidak akan menjamin bahwa semua orang yang terpapar pada level tersebut secara terus
menerus akan terbebas dari gangguan pendengaran, karena hal itu tergantung pada respon
masing-masing individu.
B. Efek Analisis Sinar X
1) Hakikat Sinar-X
Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 10 -9 sampai
10-8 meter (0,1-100 Å). Berarti sinar-X ini mempunyai panjang gelombang yang jauh lebih
pendek daripada cahaya tampak, sehingga energinya lebih besar. Besar energinya dapat
ditentukan dengan menggunakan hubungan:
Keterangan : E = energi (Joule)
h = konstanta plank (6,627 x 10-34 J.s)
c = kecepatan cahaya (3.108 m/detik)
λ = panjang gelombang (m/ Å)

Gelombang elektromagnetik terdiri atas radio, inframerah, ultraviolet, sinar-X dan sinar
gamma. Yang dibedakan atas panjang gelombang, besar energi dan frekuensinya seperti
tampak pada gambar spektrum berikut:

(Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/f/f7/EM_Spectrum_Properties_id.svg/675px-
EM_Spectrum_Properties_id.svg.png)

2) Sifat-sifat Sinar-X
Sinar-X memiliki sifat umum seperti berikut ini
 Daya Tembus
Sinar-X dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang sangat
besar. Semakin kecil panjang gelombang sinar-X, makin besar daya tembusnya.
 Pertebaran
Apabila berkas Sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas. Sinar tersebut akan
mengalami pertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada
bahan atau zat yang dilalui.
 Penyerapan
Sinar-X akan diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan atau
zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya makin besar penyerapannya.
 Efek Ionisasi
Efek Ionisasi disebut juga efek primer dari Sinar-X yang apabila mengenai suatu bahan atau
zat dapat menimbulkan ionisasi pada partikel-partikel atau zat yang dilaluinya.
 Efek Biologi
Sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek biologi ini
yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
3) Interaksi radiasi dengan materi
 Absorpsi Energi
Pada saat berkas foton melewati medium, sebagian energi radiasi ditransfer pada medium.
Dosis absorpsi yang menyatakan jumlah energi yang diserap per satuan massa jaringan
merupakan besaran yang dipakai untuk memperkirakan efek biologi terhadap radiasi. Secara
sederhana proses penyerapan energi radiasi sampai terjadinya efek biologi.
 Efek Fotolistrik
Dalam proses fotolistrik energi foton diserap oleh atom yaitu elektron, sehingga elektron
tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom. Elektron yang keluar dari atom disebut
fotoelektron. Peristiwa efek foto listrik ini terjadi pada energi radiasi rendah (E < 1 MeV )
dan nomor atom besar.

Bila foton mengenai elektron dalam suatu orbit dalam atom seperti yang ditunjukkan pada
gambar diatas, sebagian energi foton (Q) digunakan untuk mengeluarkan elektron dari atom
dan sisanya dibawa oleh elektron sebagai energi kinetiknya. Seluruh energi foton dipakai
dalam proses tersebut.

Dimana:
E = energi (Joule)
f = frekuensi (herzt)
h = konstanta plank (6,627 x 10-34 J.s)
Q = energi ikat elektron (Joule)
Ek = energi kinetik elektron (Joule)
 Efek Compton
Foton berinteraksi dengan elektron yang dianggap bebas (tenaga ikat elektron << energi foton
datang), seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Dalam suatu tumbukan antara sebuah foton dan elektron bebas maka tidak mungkin semua
energi foton dapat dipindahkan ke elektron jika momentum dan energi dibuat kekal. Hal ini
dapat diperlihatkan dengan berasumsi bahwa reaksi semakin dimungkinkan. Jika hal itu
memang benar, maka menurut hukum kekekalan semua energi foton diberikan kepada
elektron dan didapatkan:

Menurut hukum kekekalan momentum, semua momentum foton (p) harus dipindahkan ke
elektron, jika foton tersebut menghilang:

Dimana:
E = energi (Joule)
m = massa (Kg)
c = Kecepatan cahaya (m/dtk)
p = momentum
ν = kecepatan elektron (m/dtk).
4) Manfaat Sinar-X dalam kehidupan
 Ilmu kedokteran, sinar-X dapat digunakan untuk melihat kondisi tulang, gigi serta organ
tubuh yang lain tanpa melakukun pembedahan langsung pada tubuh pasien. Biasanya,
masyarakat awam menyebutnya dengan sebutan ‘’FOTO RONTGEN’’.Sinar-X digunakan
untuk mengambil gambar foto yang dikenal sebagai Radiograf. Sinar-X boleh menembusi
badan manusia tetapi diserap oleh bahagian yang lebih tumpat seperti tulang. Gambar foto
sinar-X digunakan untuk mengesan kecacatan tulang, mengesan tulang yang patah dan
menyiasat keadaan organ-organ dalam badan.Sinar-X digunakan untuk memusnahkan sel-
sel kanker. Hal ini dikenal sebagai radioterapi.
 Dalam bidang Perindustrian, memeriksa retakan dalam struktur plastik dan getah.
 Dalam bidang penelitian ilmiah, sinar-X digunakan untuk menyelidik struktur hablur dan
jarak pemisahan antara atom-atom dalam suatu bahan hablur.
 Dalam bidang penerbangan, sinar-X digunakan untuk mengetahui instrument pesawat
yang mengalami kerusakan. Hasil dari penggunaan sinar X ini memudahkan tehnisi
pesawat untuk melakukan perawatan terhadap instrument pesawat yang mengalami
kerusakan.
5) Efek Radiasi Ionisasi Sinar-X terhadap Jaringan Biologis
Sinar Roentgen menghasilkan pasangan elektron (ionisasi) di dalam jaringan. Karena
kebanyakan jaringan mengandung 70 % air, ionisasi molekul air menyebabkanpembentukan
radikal aktif bebas. Radikal bebas ini yang kebanyakan menyebabkan kerusakan pada
jaringan.
 Radiasi sinar-X dengan Molekul Air (Radioloisis Air)
Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan menghasilkan
radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap molekul
organik vital tubuh. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul dengan sebuah electron
yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Keadaan ini menyebabkan radikal bebas
menjadi tidak stabil, sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital. Radikal bebas
yang terbentuk dapat sering bereaksi menghasilkan suatu molekul biologic peroksida yang
lebih stabil sehingga berumur lebih lama. Molekul ini dapat berdifusi lebih jauh dari tempat
pembentukannya sehingga lebih besar peluangnya dibandingkan radikal bebas untuk
menimbulkan kerusakan biokimiawi pada molekul biologi. Secara alamiah kerusakan yang
timbul akan mengalami proses perbaikan secara enzimatis dalam kapasitas tertentu.
Perubahan biokimia yang terjadi yang berupa kerusakan pada molekul-molekul biologi
penting tersebut selanjutnya akan menimbulkan gangguan fungsi sel bila tidak mengalami
proses perbaikan secara tepat atau menyebabkan kematian sel. Perubahan fungsi atau
kematian dari sejumlah sel menghasilkan suatu efek biologik dari radiasi yang bergantung
pada jenis radiasi, dosis, jenis sel lainnya.
 Radiasi sinar-X dengan DNA
Interaksi radiasi sinar-X dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur
molekul gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya.
Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut single strand
break, atau putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaks. Secara alamiah sel
mempunyai kemampuan untukmelakukan proses perbaikan terhadap kerusakan yang timbul
dengan menggunakan beberapa jenis enzim yang spesifik. Proses perbaikan dapat
berlangsung terhadap kerusakan yang terjadi tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali
seperti semual dan tidak menimbulkan perubahan struktur pada sel. Tetapi dalam kondisi
tertentu, proses perbaikan tidak berjalan sebagai mana mestinya sehingga walaupun
kerusakan dapat diperbaiki, tetapi tidak sempurna sehingga menghasilkan DNA yang
berbeda, yang dikenal dengan mutasi.

(Sumber: http://alifis.wordpress.com/2009/06/28/radiasi-efek-biologi-pada-manusia/)

 Radiasi sinar-X dengan Sel.


Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksi
dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat
mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi,
radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan
peningkatan temperatur pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan
kata lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas
melalui peningkatan vibrasi atom dan struktur molekul. Satuan dasar dari jaringan biologis
adalah sel. Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan terjadinya
ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri
dari atom oksigen dan atom hidrogen.
(Sumber:http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-
3.htm)
 Efek akut
Efek akut menghasilkan kerusakan sel parenkim akibat dosis yang besar dari radiasi ionisasi.
Perubahan pada kulit termasuk eritrema, desquamasi kering, desquamasi lembab dan
pengelupasan kulit. Pemaparan lokal terhadap organ radiosensitif lainnya seperti kelenjar
tyroid, organ lymphoid, usus dan ginjal dapat menyebabkan hilangnya sel parenkim yang
mmengarah pada kegagalan organ dan disfungsi. Masuknya paparan radiasi akut terhadap
sistem tubuh lebih serius. Efek akut radiasi terhadap tubuh mengakibatkan kerusakan
berbagai organ
yang berbeda yaitu :
a) Sindrom sumsum tulang (hematopoietik)
Apabila pasien tidak diterapi dapat terjadi kematian selama 15‐30 hari. Kegagalan fungsi
sumsum tulang dapat menyebabkan infeksi, defisiensi imun dan diathesis hemoragika. Fungsi
sel pada saluran gastrointestinal juga mengalami kerusakan. Muntah, diare, hilangnya cairan
dan gangguan barier mukosa sampai terjadinya infeksi merupakan kontribut kematian.
Hematopoietik oleh sumsum tulang femur

c) Sindrom cerebrovaskular
Sindroma otak terjadi jika dosis total radiasi sangat tinggi dan selalu berakibat fatal. Gejala
awal berupa mual dan muntah, lalu diikuti oleh lelah, ngantuk dan kadang koma. Gejala ini
kemungkinan besar disebabkan oleh adanya peradangan otak.
 Efek kronis
Pemaparan berulang atau pemaparan jangka panjang oleh radiasi dosis rendah dari implan
radioaktif atau sumber eksternal, bisa menyebabkan terhentinya menstruasi (amenore),
berkurangnya kesuburan pada pria dan wanita, berkurangnya gairah seksual (libido) pada
wanita, katarak dan berkurangnya jumlah sel darah merah (anemia), sel darah putih
(leukopenia dan trombosit (trombositopenia). Dosis sangat tinggi pada bagian tubuh tertentu
bisa menyebabkan rambut rontok, kulit menipis dan terbentuknya luka terbuka (ulkus,
borok), kapalan dan spider nevi (daerah kemerahan seperti laba‐laba akibat pelebaran
pembuluh darah kecil di
bawah permukaan kulit). Kadang cedera berat pada organ yang terpapar radiasi terjadi
beberapa
bulan/tahun setelah menjalani terapi radiasi untuk kanker yaitu :
a. Fungsi ginjal bisa menurun dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun setelah penderita
menerima dosis radiasi yang sangat tinggi; juga bisa terjadi anemia dan tekanan darah tinggi.
b. Penimbunan radiasi dosis tinggi di dalam otot bisa menyebabkan nyeri, pengecilan otot
(atrofi) dan penimbunan kalsium di dalam otot yang teriritasi. Meskipun sangat jarang terjadi,
perubahan ini bisa menyebabkan tumor otot ganas.
c. Radiasi pada tumor paru bisa menyebabkan peradangan paru (pneumonitis radiasi) dan
radiasi dosis tinggi bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang hebat pada paru‐paru
(fibrosis), yang bisa berakibat fatal.
d. Jantung dan kantungnya bisa mengalami peradangan setelah diberikan radiasi yang luas
pada tulang dada dan dada.
e. Penimbunan radiasi di dalam korda spinalis bisa menyebabkan kerusakan hebat yang
berakhir dengan kelumpuhan.
f. Radiasi ekstensif pada perut (untuk kanker kelenjar getah bening, testis atau ovarium)

 Kelebihan penggunaan Ultrasonografi dibanding penggunaan sinar x adalah:


a. Ultrasonografi lebih aman untuk melihat janin di dalam rahim ibu hamil dibanding
sinar x karena sinar x dapat meng-ionisasi sel hidup
b. Ultrasonografi dapat digunakan terus menerus untuk melihat pergerakan serta
perkembangan sebuah janin
c. Ultrasonografi dapat mengukur kedalaman suatu benda di bawah permukaan kulit
melalui selang waktu dipancarkan sampai dipantulkan kembali gelombang ultrasonik.
Sedangkan gambar yang dihasilkan oleh sinax datar tanpa petunjuk jarak letak sebuah
benda atau kedalaman benda.
Ultrasonigrafi mampu mendeteksi perbedaan antar jaringan-jaringan lunak dalam tubuh yang
tidak dapat dilakukan oleh sinar x sehingga mampu menemukan tumor atau gumpalan lunak
di tubuh manusia.
Daftar Pustaka
Anonim.Tanpa tahun.Efek Radiasi Ionisasi Sinar X Terhadap Jaringan .(Online),
(http://www.oocities.org/radiologi_vet/bab_11.pdf), diakses 7 September 2014.
Anonim.Tanpa tahun.Sinar X.
(Online),(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28952/4/Chapter%20II.pdf),
diakses 7 September 2014.
Anonim.Tanpa tahun.Efek Radiasi Terhadap Manusia. (Online),
(http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-3.htm),
diakses 7 September 2014.
Cheshire, Gerard. 2008. Bunyi dan Getaran. Solo: Tiga Serangkai.
Hadi, Sujono. 1984. Ultrasonografi pada Kanker Hati.Bandung:Penerbit Alumni
Probst R., Grevers G dan Iro H. 2006. Otitis Media With Effusion In: Basic
Otorhinolaryngology. Stutgart. Newyork

Anda mungkin juga menyukai