Anda di halaman 1dari 40

KOMPETENSI DASAR :

3.10 : Menganalisis Perkembangan Politik Masa Awal Kemerdekaan

INDIKATOR :

3.10.1 : Menjelaskan pembentukan kabinet pertama RI


3.10.2 : Menjelaskan pembentukan partai-partai politIK
3.10.3 : Menjelaskan maklumat pemerintah 14 november 1945
3.10.4 : Menjelaskan peristiwa pemindahan ibukota RI ke Yogyakarta
3.10.5 : Mendeskripsikan kehidupan politik pada awal kemerdekaan

MATERI :

1. Pembentukan kabinet pertama RI


2. Pembentukan partai-partai politIK
3. Maklumat pemerintah 14 november 1945
4. Peristiwa pemindahan ibukota RI ke Yogyakarta
5. Kehidupan politik pada awal kemerdekaan

PEMBAHASAN :
1. MENJELASKAN PEMBENTUKAN KABINET PERTAMA RI

Kabinet Republik Indonesia pertama menganut sistem pemerintahan presidensil dengan


Ir.Soekarno sebagai presiden dan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil presiden. Kabinet ini terdiri
dari 12 menteri pemimpin departemen dan 4 menteri negara, kemudian diangkat pula Ketua
Mahkamah Agung, Jaksa Agung , Sekretaris Negara, dan Juru Bicara Negara. Selain itu diangkat
pula gubernur pada 8 propinsi:

1. Sumatera : Mr.Tengku Mohammad Hasan


2. Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo
3. Jawa Tengah : R.Panji Suroso
4. Jawa Timur : R.M.Soerjo
5. Sunda Kecil : Mr.I Gusti Ketut Pudja
6. Maluku : Mr.J.Latuharhary
7. Sulawesi : Dr.J.Ratulangie
8. Kalimantan : Ir.Pangeran Mohammad Noer

Pada bulan Oktober 1945 Kelompok Sosialis dalam KNIP dibawah pimpinan Sutan Syahrir
berhasil menyusun kekuatan didalam KNIP yang mendorong dibentuknya Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP). Lankah berikutnya Badan Pekerja KNIP mengirim surat
kepada Presiden Soekarno supaya diadakan perubahan susunan pemerintahan, baik mengenai
personalianya maupun sifatnya, yang ternyata mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Oleh
karena itu sejak tanggal 14 Nopember 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah tentang pertanggung
jawaban menteri kepada DPR(saat itu masih KNIP). Dengan demikian lahirlah sistem
pemerintahan kebinet parlementer untuk mengganti sistem pemerintahan kabinet presidensil.
Sebagai Perdana Menteri RI pertama dijabat oleh Sutan Syahrir.

2. MENJELASKAN PEMBENTUKAN PARTAI-PARTAI POLITIK

Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI bersidang untuk yang ketiga kalinya dan menghasilkan
keputusan antara lain pembentukan Partai Nasional Indonesia, yang pada waktu itu dimaksudkan
sebagai satu-satunya partai politik di Indonesia (partai tunggal).
Dalam perkembangannya muncul Maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa
gerakan dan persiapan Partai Nasiona l Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke
dalam Komite Nasional. Sejak saat itu, gagasan satu partai tidak pernah dihidupkan lagi. Demi
kelangsungan kehidupan demokrasi, maka KNIP mengajukan usul kepada pemerintah agar rakyat
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik. Sebagai tanggapan atas usul
tersebut, maka pada tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat pemerintah
yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik.
Maklumat itu kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Partai
politik yang muncul setelah Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 dikeluarkan antara
lain :
- Partai Nasional Indonesia (PNI)
- Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
- Partai Komunis Indonesia (PKI)
- Partai Buruh Indonesia (PBI)
- Partai Rakyat Jelata (PRJ/Murba)
- Partai Sosialis Indonesia (Parsi/PSI)
- Persatuan Rakyat Marhaen(Permai)
- Partai Rakyat Sosialis (Paras)
- Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
- Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI).

3. MENJELASKAN MAKLUMAT PEMERINTAH 14 NOVEMBER 1945


Maklumat 14 November 1945 adalah satu maklumat dari pemerintah Republik Indonesia
yang juga bertujuan untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa Indonesia adalah negara demokrasi,
kendatipun sebenarnya dengan maklumat ini justru menjauhi asas-asas demokrasi. Isi maklumat
tersebut antara lain menggeser bentuk kabinet dari presidensiil (yang berarti menteri bertanggung
jawab terhadap presiden) ke bentuk ministeriil, di mana menteri atau kabinet pada saat itu tidak lagi
bertanggung jawab kepada presiden, akan tetapi kepada DPR atau badan legislatif. Secara
demikian, dengan adanya maklumat ini maka kedudukan presiden hanyalah sebagai lambang yang
tidak mempunyai kekuasaan secara hokum dalam segi ap apun di dalam pemerintahan.

4. MENJELASKAN PERISTIWA PEMINDAHAN IBUKOTA RI KE YOGYAKARTA

Republik Jogja adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut periode ketika
kedudukan ibu kota Republik Indonesia berada di Yogyakarta, yaitu antara tangga l 4 Januari 1946
sampai tanggal 27 Desember 1949. Selain tiga tahun Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman
bagaikan tulang punggung yang menopang jalannya pemerintahan dan kelanjutan perjuangan RI.
Berpindahnya ibukota RI pada saat itu dipicu situasi Jakarta yang tidak kondusif untuk menjadi
pusat pemerintahan. Saat itu, pasukan sekutu mulai mendarat, sedangkan tentara Jepang belum
pergi. Kekacauan ditambah dengan konflik politik yang terjadi antar tokoh dalam negeri sendiri.
Sejumlah rencana pembunuhan mengancam para petinggi RI. Saratnya konflik mengakibatkan
macetnya roda pemerintahan.
Atas inisiatif dan tawaran Sri Sultan Hamengkubuwono IX, ibu kota RI berpindah ke
Yogyakarta. Tawaran yang dikirimkan lewat kurir pada 2 Januari 1946 itu disambut baik oleh
pemerintah di Jakarta. Pemindahan ibu kota ke Yogyakarta ini berhasil membuat roda pemerintahan
yang sebelumnya macet menjadi jalan kembali. Tawaran HB IX ini mencerminkan keberanian dan
jiwa patriotismenya. Saat i tu hanya HB IX saja yang berani menawarkan daerahnya menjadi
pusat pemerintahan RI. Tidak ada daerah lain yang berani seperti itu.Pemindahan ke Yogyakarta
dilakukan dengan menggunakan kereta api yang disebut dengan singkatan KLB (Kereta Luar Biasa),
karena jadwal perjalannya dilakukan di luar jadwal yang ada. Setibanya para pemimpin di
Yogyakarta saat itu telah t erkoordinasi dan tertata rapi. Hal ini belum tentu bisa dilakukan di
daerah lain karena saat itu kondisi di daerah lain belum sebaik dan seaman Yogyakarta. Keratin
Yogyakarta juga menanggung biaya para pejabat RI selama berada di Yogyakarta. Keuangan RI
dalam kondis i sangat buruk. Untuk pembiayaan ini, jumlah yang dikeluarkan oleh Keraton
diperkirakan mencapai jutaan gulden. Hal ini juga diikuti rakyat Yogyakarta dengan
menyumbangkan tenaga, makanan dan harta benda.Sumbangsih Keraton Yogyakarta terhadap RI
tidak hanya melalui peran aktif Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Menteri Negara dan
Menteri Pertahanan, namun juga bantuan materi secara langsung dari Keraton dan Puro
Pakualaman. Bantuan tersebut mulai dari peralatan rumah tangga sampai gulden Belanda. Istana
Kepresidenan (Gedung Agung) setelah ditinggalkan Jepang tidak terdapat peralatan rumah tangga.
Oleh karena itu Keraton Yogyakarta memberikan berbagai peralatan secara lengkap. Tidak hanya
itu. Untuk melanjutkan perjuangan RI mengusir Belanda melalui perlawanan fifik, Keraton yang
masih memiliki logistic persenjataan cukup lengkap juga memberikan setidaknya 1440 pucuk
senjata api kepada pasukan RI. Selain senjata api, Keraton Yogyakarta juga menyumbangkan
senjata-senjata tajam seperti tombak.
Menurut laporan Menteri Peburuhan dan Sosial Kabinet Hatta I, Rahendra Koesnan, tujuan Sultan
HB IX memberikan bantuan uang Belanda dalam jumlah sangat besar yang disimpan di Keraton
kepada pejabat dan pegawai-pegawai pemerintah pusat adalah agar mereka jangan sampai
menyeberang kepada pihak Belanda karena tergiur uang Belanda.Pembagian bantuan diberikan
setiap bulan sampai Yogyakarta kembali ke tangan RI. Tindakan tersebut adalah suatu
kebijaksanaan seorang negarawan besar. Sri Sultan HB IX menyimpan uang Belanda tidak untuk
kepentingan sendiri atau keluarganya tetapi untuk lepentingan perjuangan kmerdekaan tanah air. Pada
tanggal 3 Maret 1946 Presiden dan Wakil Presiden menghadiri pendirian yayasan Balai Perguruan
Tinggi Kebangsaan Gadjah Mada, yang mencakup dua fakultas: hokum dan sastra. Pada tanggal 7
Desember 1949, Balai Perguruan Tinggi tersebut diserahkan kepada pemerintah. Alibatnya semua
perguruan tinggi di Yogyakarta digabung menjadi satu universitas. Pada tanggal 19 Desember 1949
diresmikan berdirinya Universitas Gadjah Mada dengan rector Prof. Dr. Sardjito. Semula mencakup
enam fakultas: kedokteran, hokum, teknik, sastra dan filsafat, pertanian dan kedolteran hewan.
Sedangkan tempat kuliah berada di Pagelaran dan Sitihinggil Keraton Yogyakarta yang
dipinjamkan oleh Sri Sultan HB IX.
Dinamika politik berlangsung di Yogyakarta seiring dengan perpindahan ibu kota. Presiden
Soekarno membentuk Kabinet Sjahrir I (14 November 1945-12 Maret 1946), Kabinet Sjahrir II (12
?MAret-2 Oktober 1946), dan Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946-27 Juni 1947). Pernyataan gelagat
bahwa Belanda tidak mau berunding dengan Soekarno adalah salah satu factor yang mendorong
Soekarno memilih Sutan Sjahrir untuk mendukung diplomasi. Sutan Sjahrir yang seorang sosialis
dianggap sebagai figure yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan
naik daunnya partai sosialis di Belanda. Sebelum periode Republik Jogja, perjuangan mempertahankan
kemerdekaan juga berlangsung dengan gencar dan efektif, baik dalam bentuk gerilya maupun
perundingan. Pada periode ini pula Yogyakarta dengan jiwa kemerdekaannya memegang peran penting
dalam mempertahankan kelangsungan RI. Dalam masa itu pula, terjadi beberapa peristiwa penting
yang diprakarsai dari tokoh-tokoh di Yogyakarta. Di antaranya, pengakuan Kerajaan Belanda terhadap
keberadaan RI dalam Konferensi Meha Bundar. Sebelumnya, dunia internasional dikejutkan dengan
Serangan Umum Satu Maret di Yogyakarta. Seperti diakui sendiri oleh Presiden Soekarno dalam
kesannya, keberhasilan Republik Jogja dalam mempertahankan RI tak lepas dari jiwa kemerdekaan
rakyat Yogyakarta. Kesan itu ditulis Soekarno saat meninggalkan Yogyakarta menuju Jakarta tanggal
28 Desember 1949.

5. MENDESKRIPSIKAN KEHIDUPAN POLITIK PADA AWAL KEMERDEKAAN

Keadaan Politik Indonesia Awal Kemerdekaan


a. Pembentukan Badan-Badan Kelengkapan Negara
Setelah proklamasi dikumandangkan, esok harinya yaitu 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan
sidang untuk pertama kalinya yang menjadi kelanjutan sidang BPUPKI pada 10-16 Juli 1945 yang
membahas rancangan Undang- Undang Dasar Negara RI. Hasil sidang ini adalah :
- Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
- Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil presiden Republik
Indonesia.
- Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama MPR dan DPR belum
terbentuk.
Pada Minggu, 19 Agustus 1945, PPKI melanjutkan sidangnya yang dipimpin oleh Otto
Iskandarnita yang menghasilkan dua keputusan mengenai :
- Pembagian wilayah yang terdiri atas delapan provinsi beserta calon gubernurnya
- Pembentukan Komite Nasional Daerah.
Rapat PPKI dilanjutkan pada 22 Agustus 1945 yang berlokasi di Gedung Kebaktian Rakyat
Jawa. Rapat kali ini diadakan untuk membahas tiga masalah utama yang dipimpin oleh wakil
presiden Republik Indonesia serta menghasilkan keputusan sebagai berikut :
- Komite Nasional Indonesia (KNI) adalah badan yang berfungsi sebagai Dewan Perwakilan
Rakyat sebelum pemilihan umum diselenggarakan dan disusun dari tingkat pusat hingga daerah;
- Partai Nasional Indonesia (PNI) dirancang sebagai partai tunggal RI, namun akhirnya
dibatalkan;
- Badan Keamanan Rakyat (BKR) berfungsi sebagai penjaga keamanan umum bagi masing-
masing daerah.
Pada 23 Agustus 1945 presiden Soekarno mengumumkan hasil sidang PPKI
tersebut tetapi keputusan yang menyangkut ketetapan kedua yaitu PNI sebagai satu-satunya partai
politik, tidak jadi diberlakukan. (theanswer:2008)
- Komite Nasional Indonesia
Setelah membentuk KNI pada 18 Agustus 1945, PPKI kembali membentuk KNIP pada 22
Agustus 1945 yang berpusat di Jakarta. Badan yang diketuai oleh Mr.Kasman Singodimedjo ini
diumumkan pada 25 Agustus 1945 dan dilantik pada 29 Agustus 1945. untuk tingkat daerah
dibentuk Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) yang berada di seluruh provinsi di Indonesia
dan badan ini berkembang sebagai badan legislatif. Pada 16 Oktober 1945 KNI menyelenggarakan
sidangnya yang pertama yang menghasilkan :
- Membentuk Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) yang beranggota 15
orang;
- Mengusulkan kepada presiden supaya KNI diberi kekuasaan Legislatif selama MPR/DPR belum
terbentuk.
Usul Komite Nasional tersebut mendapat sambutan dari pemerintah yang segera mengeluarkan
maklumat wakil presiden No.X yang isinya sesuai dengan usulan KNIP. Setelah BPKNIP terbentuk,
kegiatan pertama yang dilakukannya adalah mengajukan usulan kepada pemerintah untuk segera
membentuk pertain-partai politik. Usul tersebut dilakukan melalui pengumuman BPKNIP No.3
tanggal 30 Oktober 1945 dengan dasar pertimbangan sebagai berikut :
- BPKNIP menganggap roda pemerintahan telah berputar maka telah tiba saatnya untuk
megusahakan pengertian rakyat; keputusan PPKI tentang pembentukan hanya satu partai politik.
Usul BPKNIP tentang penolakan pembentukan partai politik diterima oleh pemerintah yang
kemudian mengeluarkan maklumat pemerintah No.3 pada 30 Oktober 1945 yang isinya :
- Pemerintah menghendaki adanya partai-partai politik, karena akan membuka jalan bagi semua
aliran atau paham yang ada dalam masyarakat.
- Pemerintah berharap supaya partai-partai politik itu telah tersusun sebelum dilaksanakan
pemilihan anggota Badan Perwakilan Rakyat pada Januari 1946.
Segera setelah maklumat politik itu lahir partai-partai politik baru antara lain adalah Masyumi,
Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Buruh Indonesia (PBI) Partai Komunis Indonesia (PKI),
Partai Katolik, Partai Kristen dan Partai Sosialis. (theanswer:2008)

- Kabinet Republik Indonesia


Pembentukan 12 kementerian dalam kabinet dan pembagian wilayah Indonesia menjadi 8
provinsi seperti yang diputuskan dalam sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945, direalisasikan
pada 2 September 1945. Adapu susunan kabinet pertama Republik Indonesia sebagai berikut:
1. Menteri Dalam Negeri : R.A.A.Wiranatakusumah
2. Menteri Luar Negeri : Mr.Ahmad Subardjo
3. Menteri Keuangan : Mr.A.A.Maramis
4. Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Mr. Supomo
5. Menteri Kemakmuran : Ir. Surachman Tjokroadisurjo
6. Menteri Keamanan Rakyat : Supriyadi
7. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
8. Menteri Penerangan : Mr. Amir Syarifudin
9. Menteri Kesehatan : Dr. Buntaran Martoatmodjo
10. Menteri Sosial : Mr. Iwa Kusuma Sumantri
11. Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
12. Menteri Perhubungan ad interim : Abikusno Tjokrosujoso
13. Menteri Negara : Wachid Hasyim
14. Menteri Negara : Mr. R.M.Sartono
15. Menteri Negara : Dr. Mr. Amir
16. Menteri Negara : Otto Iskandardinata
Kabinet tersebut merupakan kabinet presidensil yang bertanggung jawab kepada presiden yang
anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden dan tugasnya adalah membantu presiden
menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan amanat UUD 1945. Menindaklanjuti keputusan
PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 tentang pembagian wilayah, maka panitia kecil yang terdiri
dari Mr.Ahmad Subardjo, Sutardjo Kartohadikusumo, dan Mr. Kasman Singodomedjo, membentuk
departemen dan membagi wilayah Indonesia atas 8 provinsi hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Sumatera : Teuku Mohammad Hasan
2. Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo
3. Jawa Tengah : R. Pandji Suroso
4. Jawa Timur : R.M. Surjo
5. Nusa Tenggara : I Gusti Ketut Pudja
6. Maluku : Mr.J. Latuharhary
7. Sulawesi : Dr. G.S.S.J. Ratulangi
8. Kalimantan : Ir. Pangeran Moh. Noor

- Pembentukan Badan-Badan Perjuangan


Sebagai realisasi keputusan PPKI tanggal 22 Agustus 1945, presiden menganjurkan para pemuda
yang dahulunya pernah tergabung dalam anggota Heiho, Peta, Seinendan, Keibodan, dan KNIL
untuk segera bergabung dan membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) baik ditingkat pusat
maupun daerah. Berikut adalah susunan pengurus BKR pusat :
Ketua Umum : Kaprawi
Ketua I : Sutalaksana
Ketua II : Latief Hendraningrat
Anggota :Arifin Abdurahman,Mahmud,dan Zulkifi Lubis
Pembentukan BKR ternyata tidak semulus yang diduga, banyak tokohtokoh
pemuda yang telah membentuk laskar-laskar perjuangan sendiri yang lepas dari BKR antara lain
adalah Barisan Rakyat Indonesia (BARA), Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Banteng
(BB), Hizbullah, Sabilillah, Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Pemuda Indonesia
Maluku (PIM), Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI), dan Pemuda Sosialis Indonesia
(pesindo). (theanswer:2008)

- Pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI)


Kedatangan NICA mengakibatkan terjadinya beberapa bentrokan senjata. Kondisi seperti ini
mendorong pemerintah untuk segera membentuk sebuah tentara nasional agar perjuangan
kemerdekaan dapat dikendalikan. Pada 5 Oktober 1945, melalui media massa, radio, dan surat
kabar, pemerintah mengeluarkan sebuah maklumat tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) sehingga TKR menjadi wadah resmi dalam bidang pertahanan militer. Oleh karena itu,
seluruh laskar rakyat diwajibkan bergabung dengan TKR. Pada tanggal 6 Oktober 1945 pemerintah
mengeluarkan peraturan tentang pengangkatan Supriyadi yang dikenal sebagai pemimpin
pemberontakam Peta terhadap pemerintah, sebagai Menteri Keamanan Rakyat. Tetapi karena
sampai batas waktu yang ditentukan Supriyadi tidak diketahui nasibnya sementara keadaan sudah
ssemakin gawat sehingga M. Suljoadikusumo ditunjuk sebagai penggantinya sebagaimana
diumumkan pemerintah pada 20 Oktober 1945. (theanswer:2008)
b. Kehidupan Politik
Dengan diperkenalkannya sistem politik multipartai, tidak dengan sendirinya menciptakan
tatanan politik yang demokratis seperti yang diharapkan semula. Sebaliknya yang terjadi adalah
meningkatnya perebutan kepentingan golongan dalam partai-partai politik Pembentukan partai-
partai politik yang mulanya dimaksudkan untuk menyalurkan aspirasi rakyat melalui partai politik
malah dimanfaatkan oleh politisi sebagai ajang perebutan kursi atau jabatan. Akibatnya adalah
sering bergantinya kabinet-kabinet dalam pemerintahan karena dijatuhkan oleh perlemen
(KNIP). Pergantian kabinet dalam kurun waktu 1945-1950 adalah sebagai berikut.
1. Kabinet Presidensiil pertama : 12 September 1945 – 14 November 1945
2. Kabinet Syahrir I : 14 November 1945 – 12 Maret 1946
3. Kabinet Syahrir II : 12 Maret 1946 – 20 Oktober 1946
4. Kabinet Syahrir III : 20 Oktober 1946 – 27 Juni 1947
5. Kabinet Amir Syarifuddin I : 3 Juli 1947 – 11 November 1947
6. Kabinet Amir Syarifuddin II : 11 November 1947 – 29 Januari 1948
7. Kabinet Hatta I (Presidentil) : 29 Januari 1948 – 4 Agustus 1948
8. Kabinet Darurat (PDRI) : 19 Desember 1948 – 13 Juli 1949
9. Kabinet Hatta II (Presidentil) : 4 Agustus 1949 sampai 20 Agustus 1949
Sistem pemerintahan awal kemerdekaan adalah sistem Presidensiil, yaitu kabinet dibentuk dan
bertanggungjawab kepada presiden. Kedudukan presiden selain sebagai kepala negara juga sebagai
kepala pemerintahan. Selanutnya sistem Presidensiil berubah menjadi sistem Parlementer dimana
presiden bertanggungjawab kepada parlemnen dalam hal ini KNIP. Sitem Parlementer ditandai
dengan terbentuknya kabinet dibawah pimpinan Perdana Menteri Sutan Syahrir, dilajutkan Amir
Syarifuddin, dan terakhir Hatta. (theanswer:2008)
- Kabinet Sutan Syahrir
Kabinet pertama masa Parlementer dibawah pimpinan Sutan Syahrir (golongan Sosialis).
Program dari kabinet ini adalah Menjalankan roda pemerintahan Indonesia. Meningkatkan
kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia Mengatasi konflik antara Indonesia dan Belanda secara
damai.
Hasil dari kabinet ini adalah :
- Dilakukan perundingan Indonesia-Belanda di Linggarjati.
- Disepakati perjanjian Lingarjati pada tanggal 10 November 1946.
Berakhirnya kabinet Syahrir dikarenakan sebagai berikut :
- Akibat ketidaksetujuan, ketidakpuasan, dan kekecewaan dari berbagai tokoh politik akan hasil
perundingan Linggarjati tersebut maka menimbulkan muncul berbagai gejolak politik.
- Akibatnya Sutan Syahrir menyerahkan mandatnya kepada presiden dan berakhirlah
pemerintahan dari kabinet Sutan Syahrir.
- Kabinet Amir Syarifuddin
Presiden akhirnya menunjuk Amir Syarifuddin (golongan Sosialis). Program dari kabinet ini
sama dengan kabinet Syahrir yaitu :
- Menjalankan roda pemerintahan Indonesia.
- Meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia
- Mengatasi konflik antara Indonesia dan Belanda melalui jalur damai.
Hasil dari kabinet ini adalah :
- PBB bersedia membantu Indonesia menyelesaikan masalah konflik Indonesia-Belanda
- Dibentuklah KTN (Komisi Tiga Negara) sebagai komisi perantara untuk mengatasi masalah
konflik Indonesia-Belanda.
- Dilakukan perundingan Renville dan disepakatinya perjanjian Renville
Berakhirnya kabinet Amir Syarifuddin adalah dikarenakan sebagai berikut:
- Amir Syarifuddin menyadari bahwa perjanjian Renville sangat merugikan Indonesia dan
meminta agar presiden membatalkan perjanjian tersebut tetapi presiden tidak setuju.
- Akibat ditolaknya permintaan Amir tersebut maka ia menyerahkan mandatnya kembali ke
presiden dan membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR).
- FDR bergabung dengan PKI dibawah pimpinan Muso dan melakukan pemberontakan pada
tahun 1948 di Madiun.
- Kabinet Hatta
Presiden menunjuk Hatta untuk membentuk kabinet baru sekaligus sebagai kabinet terakhir pada
masa Parlementer. Program kabinet ini yaitu, Penyelesaian konflik Indonesia-Belanda secepat
mungkin.
Hasil dari kabinet ini adalah sebagai berikut :
- Terjadi Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 27 Desember 1949.
- Berakhirlah konflik Indonesia-Belanda.
- Penyerahan kedaulatan atas wilayah Indonesia dari pemerintah kerajaan Belanda dalam bentuk
Republik Indonesia Serikat (RIS).
- Indonesia mendapat pengakuan sebagai negara merdeka yang berdaulat dari kerajaan Merdeka.
- Segala urusan yang berhubungan dengan Indonesia merupakan urusan intern Indonesia sehingga
negara lain tidak dapat ikut campur tangan dalam masalah Indonesia.
c. Perkembangan Ideologi dan Partai Politik Pada Awal Kemerdekaan
Awalnya hanya ada 1 partai politik yang ada yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) tapi
berdasarkan Maklumat Pemerintah No. 3 tanggal 3 November 1945 tentang anjuran pembentukan
partai-partai politik didasarkan dari berbagai aliran yang ada dalam masyarakat. Selanjutnya
muncullah partai-partai politik dengan ideologinya masing-masing. Sehingga sejak saat itu
Indonesia menganut sistem Multipartai. Partai-partai tersebut adalah sebagai berikut.
- Partai Nasional Indonesia (PNI)
- Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
- Partai Komunis Indonesia (PKI)
- Partai Buruh Indonesia (PBI)
- Partai Rakyat Jelata (PRJ/Murba)
- Partai Sosialis Indonesia (Parsi/PSI)
- Persatuan Rakyat Marhaen(Permai)
- Partai Rakyat Sosialis (Paras)
- Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
- Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI).
Apabila partai-partai tersebut dikelompokkan berdasarkan ideologinya maka terdapat kelompok
partai dengan ideologi sebagai berikut :
- Ideologi Bersifat Nasioanalisme
Partai yang mendasarkan ideologinya bersifat nasionalis adalah Partai Nasional Indonesia (PNI).
Dasar perjuangan partai yang ideologinya nasionalis adalah lebih pada faktor kemanusiaan, yang
mengutamakan tercapainya kesatuan bangsa. Tujuan dari partai beridelogi nasionalis adalah
mengutamakan terwujudnya kebebasan nasional sebab kebebasan nasional merupakan pintu
gerbang ke arah kemakmuran suatu bangsa. Penting dilakukan hubungan dengan dunia
internasional, tugas bangsa untuk membentuk suatu komunitas bangsa yang bebas dari dominasi
dan tekanan bangsa asing baik dalam politik, ekonomi, maupun budaya. (Antosenno:2010)
- Ideologi Bersifat Agama
Dasar dari partai yang ideologinya bersifat agama adalah perjuangan yang dilakukan
mengutamakan penyebaran dan penerapan kaidah-kaidah atau hukum-hukum yang berlaku pada
agama bersangkutan. Partai yang berideologi keagamaan di Indonesia diantaranya :
- Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan Partai Nahdlatul Ulama yang beraliran
Islam
- Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI) yang beraliran agama Katolik
- Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang beraliran agama Kristen.
- Ideologi Bersifat Sosialis-Komunis
Dasar perjuangan partai yang berideologi sosialisme-komunisme adalah internasionalisme atas
kemanusiaan. Mereka menjunjung tinggi doktrin komunisme. Partai berideologi komunisme
terbesar di Indonesia adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Sementara itu yang beraliran sosialis
adalah Partai Sosialis Indonesia (Parsi/PSI) dan Partai Rakyat Sosialis (Paras).
Sejak awal kemerdekaan partai ini berkembang dengan pesat, terbukti pada saat Pemilu 1955
termasuk dalam 4 besar partai yang meraih suara terbanyak. PKI melakukan berbaga
pemberontakan seperti tahun 1948, dan terbesar tahun 1965. Akibat pemberontakannya tahu 1965
maka PKI dinyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia Dampaknya ideologi komunis
dinyatakan sebagai ideologi yang haram untuk dipelajari da disebarkan selama masa pemerintahan
orde baru dibawah pimpinan Suharto Dampak dengan munculnya banyak partai tersebut dapat
terasa langsung bagi KNIP seba perwakilan partai tersebut duduk dalam badan pekerja KNIP
Dengan sistem multi partai ini menunjukkan bahwa antusiasme dan kesadaran berpolitik rakya
Indonesia saat itu sanagat baik sehingga mereka menunjukkan keragaman ideologi yang ada
Keragaman ideologi tercermin dalam hasil pemilu pertama 1955, dimana 4 partai politi
memenangkan suara terbanyak yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI. (Antosenno:2010)

SOAL / JAWABAN :

1. Kabinet pertama indonesi menganut system ?


Jawaban : Kabinet Republik Indonesia pertama menganut sistem pemerintahan presidensil
dengan Ir.Soekarno sebagai presiden dan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil presiden.
Kabinet ini terdiri dari 12 menteri pemimpin departemen dan 4 menteri negara, kemudian diangkat
pula Ketua Mahkamah Agung, Jaksa Agung, Sekretaris Negara, dan Juru Bicara Negara. Selain itu
diangkat pula gubernur pada 8 propinsi.

2. Sebutkan 5 provinsi beserta gubernurnya !


Jawaban : 1. Sumatera : Mr.Tengku Mohammad Hasan
2. Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo
3. Jawa Tengah : R.Panji Suroso
4. Jawa Timur : R.M.Soerjo
5. Sunda Kecil : Mr.I Gusti Ketut Pudja

3. Apa isi surat yang di kirim oleh Badan Pekerja KNIP kepada Presiden ?
Jawaban : Badan Pekerja KNIP mengirim surat kepada Presiden Soekarno supaya diadakan
perubahan susunan pemerintahan, baik mengenai personalianya maupun sifatnya.

4. Sejak tanggal 14 Nopember 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah tentang ……


Jawaban : Dikeluarkan Maklumat Pemerintah tentang pertanggung jawaban menteri kepada
DPR(saat itu masih KNIP).

5. Siapakah Perdana Mentri RI pertama ?


Jawaban : Sebagai Perdana Menteri RI pertama dijabat oleh Sutan Syahrir

6. Apa hasil keputusan PPKI dalam siding ketiga ?


Jawaban : Menghasilkan keputusan antara lain pembentukan Partai Nasional Indonesia, yang
pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik di Indonesia (partai tunggal).

7. Apa usulan KNIP demi kelangsungan kehidupan demokrasi ?


Jawaban : Demi kelangsungan kehidupan demokrasi, maka KNIP mengajukan usul kepada
pemerintah agar rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik.

8. Apa isi dari Maklumat Pemerintah yang dikeluarkan Pemerintah pada tanggal 3
November 1945 ?
Jawaban : Pada tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat pemerintah
yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik.

9. Sebutkan 5 Partai politik yang muncul setelah Maklumat Pemerintah tanggal 3 November
1945 dikeluarkan
Jawaban :
- Partai Nasional Indonesia (PNI)
- Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
- Partai Komunis Indonesia (PKI)
- Partai Buruh Indonesia (PBI)
- Partai Rakyat Jelata (PRJ/Murba)

10. Apa tujuan dari Maklumat yang dikeluarkan pemerintah RI pada 14 November 1945 ?
Jawaban : Bertujuan untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa I ndonesia adalah negara
demokrasi, kendatipun sebenarnya dengan maklumat ini justru menjauhi asas-asas demokrasi.

11. Apa isi dari Maklumat yang dikeluarkan pemerintah RI pada 14 November 1945 ?
Jawaban : Isi maklumat tersebut antara lain menggeser bentuk kabinet dari presidensiil (yang
berarti menteri bertanggung jawab terhadap presiden) ke bentuk ministeriil, di mana menteri atau
kabinet pada saat itu tidak lagi bertanggung jawab kepada presiden, akan tetapi kepada DPR atau
badan legislatif.

12. Apa yang dimaksud dengan Republik Jogja ?


Jawaban : Republik Jogja adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut periode ketika
kedudukan ibu kota Republik Indonesia berada di Yogyakarta, yaitu antara tanggal 4 Januari 1946
sampai tanggal 27 Desember 1949.

13. Mengapa ibukota RI dipindahkan ke Yogyakarta ?


Jawaban : Berpindahnya ibukota RI pada saat itu dipicu situasi Jakarta yang tidak kondusif
untuk menjadi pusat pemerintahan. Saat itu, pasukan sekutu mulai mendarat, sedangkan
tentara Jepang belum pergi. Kekacauan ditambah dengan konflik politik yang terjadi antar
tokoh dalam negeri sendiri. Sejumlah rencana pembunuhan mengancam para petinggi RI.
Saratnya konflik mengakibatkan macetnya roda pemerintahan. Atas inisiatif dan tawaran Sri
Sultan Hamengkubuwono IX, ibu kota RI berpindah ke Yogyakarta. Tawaran yang dikirimkan
lewat kurir pada 2 Januari 1946 itu disambut baik oleh pemerintah di Jakarta. Pemindahan ibu
kota ke Yogyakarta ini berhasil membuat roda pemerintahan yang sebelumnya macet menjadi
jalan kembali. Tawaran HB IX ini mencerminkan keberanian dan jiwa patriotismenya. Saat itu
hanya HB IX saja yang berani menawarkan daerahnya menjadi pusat pemerintahan RI.

14. Pemindahan ke Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan ?


Jawaban : Pemindahan ke Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan kereta api yang
disebut dengan singkatan KLB (Kereta Luar Biasa), karena jadwal perjalannya dilakukan luar
jadwal yang ada.

15. Apa sumbangan yang diberikan Keraton Yogyakarta terhadap RI ?


Jawaban : Sumbangsih Keraton Yogyakarta terhadap RI Bantuan tersebut mulai dari peralatan
rumah tangga secara lengkap. Tidak hanya itu. Keraton yang masih memiliki logistik
persenjataan cukup lengkap juga memberikan setidaknya 1440 pucuk senjata api kepada
pasukan RI. Selain senjata api

16. Peristiwa apa yang terjadi sebelum periode Republik Jogja ?


Jawaban : Di antaranya, pengakuan Kerajaan Belanda terhadap keberadaan RI dalam
Konferensi Meha Bundar. Sebelumnya, dunia internasional dikejutkan dengan Serangan Umum
Satu Maret di Yogyakarta.

17. Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang, apa hasil sidang PPKI ?
Jawaban :

- Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 s ebagai Undang-Undang Dasar Republik


Indonesia.

- Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil presiden
Republik Indonesia.

- Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama MPR dan DPR
belum terbentuk.

18. Sebutkan 5 pergantian cabinet dalam kurun waktu 1945 - 1950 ?


Jawaban : 1. Kabinet Presidensiil pertama : 12 September 1945 – 14 November 1945
2. Kabinet Syahrir I : 14 November 1945 – 12 Maret 1946
3. Kabinet Syahrir II : 12 Maret 1946 – 20 Oktober 1946
4. Kabinet Syahrir III : 20 Oktober 1946 – 27 Juni 1947
5. Kabinet Amir Syarifuddin I : 3 Juli 1947 – 11 November 1947

19. Apa hasil dari kabinet Sutan Syahrir ?


Jawaban : - Dilakukan perundingan Indonesia-Belanda di Linggarjati.

- Disepakati perjanjian Lingarjati pada anggal 10 November 1946.


20. Apa saja yang mengakibatkan berakhirnya kabinet Sutan Syahrir ?
Jawaban :
- Akibat ketidak setujuan, ketidak puasan, dan kekecewaan dari berbagai tokoh politik
akan hasil perundingan Linggarjati tersebut maka menimbulkan muncul berbagai gejolak
politik.
- Akibatnya Sutan Syahrir menyerahkan mandatnya kepada presiden dan berakhirlah
pemerintahan dari kabinet Sutan Syahrir.

21. Sebutkn 3 dari hasil dari kabinet Amir Syarifuddin ?


Jawaban :
- PBB bersedia membantu Indonesia menyelesaikan masalah konflik Indonesia-Belanda
- Dibentuklah KTN (Komisi Tiga Negara) sebagai komisi perantara untuk mengatasi
masalah konflik Indonesia-Belanda.
- Dilakukan perundingan Renville dan disepakatinya perjanjian Renville
Berakhirnya kabinet Amir Syarifuddin adalah dikarenakan s ebagai berikut:

22. Apa saja hasil dari kabinet Hatta ?


Jawaban :
- Terjadi Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 27 Desember 1949.
- Berakhirlah konflik Indonesia-Belanda.
- Penyerahan kedaulatan atas wilayah Indonesia dari pemerintah kerajaan Belanda
dalam bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
- Indonesia mendapat pengakuan sebagai Negara merdeka yang berdaulat dari
kerajaan Merdeka.
- Segala urusan yang berhubungan dengan Indonesia merupakan urusan intern
Indonesia sehingga Negara lain tidak dapat ikut campur tangan dalam masalah Indonesia.

23. Apa tujuan dari partai yang berideologi nasionalis ?


Jawaban : Tujuan dari partai beridelogi nasionalis adalah mengutamakan terwujudnya kebebasan
nasional sebab kebebasan nasional merupakan pintu gerbang ke arah kemakmuran suatu
bangsa.

24. Apa dasar dari partai yang ideologinya bersifat agama ?


Jawaban : Dasar dari partai yang ideologinya bersifat agama adalah perjuangan yang
dilakukan mengutamakan penyebaran dan penerapan kaidah-kaidah atau hukum-hukum yang
berlaku pada agama bersangkutan.

25. Apa dasar dari partai yang berideologi sosialisme-komunis ?


Jawaban : Dasar perjuangan partai yang berideologi sosialisme-komunisme adalah
internasionalisme atas kemanusiaan. Mereka menjunjung tinggi doktrin komunisme. Partai
berideologi komunisme terbesar di Indonesia adalah Partai Komunis Indonesia (PKI).
Sementara itu yang beraliran sosialis adalah Partai Sosialis Indonesia (Parsi/PSI) dan Partai
Rakyat Sosialis (Paras).
KOMPETENSI DASAR :

3.11 : Menganalisis Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan dari


Ancaman Sekutu dan Belanda

INDIKATOR :

3.11.1 : Menjelaskan kedatangan pasukan sekutu dan Belanda ke Indonesia


3.11.2 : Mendeskripsikan perjuangan bersenjata diberbagai daerah dalam
mempertahankan kemerdekaan
3.11.3 : Mendeskripsikan perjuangan deplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan
3.11.4 : Menjelaskan peran dunia internasional dalam perjuangan bangsa Indonesia
dalam memepertahankan kemerdekaan
3.11.5 : Menjelaskan kedaulatan Indonesia oleh Belanda

MATERI :

1. Perjuangan bersenjata dalam mempertahankan kemerdekaan


2. Agresi militer Belanda 1 dan 2
3. Pembentukan pemerintahan darura RI
4. Menuju Pengakuan kedaulatan Belanda
5. Terbentuknya Negara RIS

PEMBAHASAN :

1. PERJUANGAN BERSENJATA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

Karena Belanda berusaha untuk berkuasa kembali di bumi pertiwi. Bangsa Indonesia pun tidak
tinggal diam, seluruh rakyat Indonesia bersatu padu mengangkat senjata untuk mempertahankan
kemerdekaannya. Perlawanan terhadap kekuasaan asing meluas di berbagai daerah. Pemerintah
Indonesia mengirimkan pasukan ke Indonesia bagian timur. Dari Tegal, Indonesia mengirim kapal
perang Semeru di bawah pimpinan Mulyadi dan kapal perang Sindoro di bawah pimpinan Ibrahim
Saleh dan Yos Sudarso. Kapal-kapal perang Indonesia tersebut bertolak menuju Maluku pada tanggal 3
Maret 1946. Kapal yang dipimpin Mulyadi berhasil kembali ke Jawa, akan tetapi Yos Sudarso beserta
awaknya tenggelam bersama kapalnya di perairan Maluku sebagai pahlawan bangsa. Di Bali,
pemerintah Indonesia mengirim bala bantuan pasukan dari Banyuwangi untuk membantu Resimen
Ciung Wanara yang dipimpin oleh Letkol I Gusti Ngurah Rai. Pasukan kita dengan keberanian yang luar
biasa bertempur melawan Belanda sampai titik darah penghabisan. Peristiwa yang terjadi di Margarana
ini selanjutnya dikenal dengan Puputan Margarana. perjuangan bersenjata dalam usaha mempertahankan
kemerdekaa Pertempuran Surabaya Pada bulan Desember 1946, rakyat Sulawesi bergerak mengadakan
perlawanan terhadap kekuasaan Belanda. Hal ini menyebabkan Kapten Westerling secara kejam
menindas rakyat sehingga menimbulkan korban jiwa sekitar 40.000 rakysat Sulawesi. Selain
pertempuran dan perlawanan tersebut, hampir di seluruh daerah nusantara terjadi peristiwa heroik
seperti pertempuran Surabaya 10 November 1945, Pertempuran Yogyakarta, Bandung Lautan Api,
Palagan Ambarawa, dan Peristiwa Medan Area. Perlawanan heroik yang terjadi di berbagai daerah tidak
juga memadamkan ketamakan dan keinginan Belanda untuk menguasai Indonesia. Belanda pun
mengadakan aksi polisionil dalam usaha mereka untuk membersihkan daerahnya dari kaum ekstremis.
RI beranggapan bahwa tindakan Belanda itu jelas-jelas merupakan aksi militer karena dilakukan oleh
militer. Dapat pula dikatakan sebagai agresi, yang berarti serangan atas daerah RI yang telah disepakati
dan diakui oleh Inggris maupun Belanda berdasarkan Perjanjian Linggajati. Dalam sejarah
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Belanda melaksanakan dua kali agresi, hal ini menandakan
ambisi Belanda untuk kembali menguasai wilayah Indonesia.Perjuangan bersenjata dalam usaha untuk
mempertahankan kemerdekaan terpaksa dilakukan oleh rakyat Indonesia dikarenakan ambisi Belanda
tersebut. Beberapa peristiwa pertempuran antara pasukan Sekutu dan Belanda melawan rakyat Indonesia
terjadi di berbagai daerah, antara lain pertempuran di Surabaya, Bandung lautan api, pertempuran
Medan area, peristiwa merah putih di Manado, pertempuran di Jakarta dan sekitarnya, pertempuran di
Ambarawa, agresi militer Belanda pertama, agresi militer Belanda kedua, serangan umum 1 Maret 1949.
Perjuangan bersenjata di berbagai daerah di Nusantara akan kita simak dalam penjelasan berikut ini :
A. Insiden bendera di Surabaya
Pada tanggal 19 September 1945, di Surabaya Kontak senjata yang terjadi di Surabaya antara terjadi
insiden bendera. Insiden ini berpangkal pada pasukan Indonesia dan pasukan Sekutu berkaitan tindakan
beberapa orang Belanda yang mengibarkan bendera merah putih biru di atas Hotel Yamato di jalan
Tunjungan. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat. Mereka menyerbu hotel dan
menurunkan bendera Belanda tersebut. Bagian yang berwarna biru dirobek. Mereka mengibarkannya
kembali sebagai bendera merah putih.
B. Pertempuran lima hari di Semarang
Pertempuran di Semarang dipicu peristiwa yang terjadi pada tanggal 14 Oktober 1945. Pada waktu itu,
kira-kira 400 orang veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring
menjadi pabrik senjata memberontak sewaktu mereka dipindahkan ke Semarang. Mereka menyerang
polisi Indonesia yang mengawal mereka. Mereka melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai di
Jatingaleh. Kidobutai adalah sebuah batalyon Jepang di bawah pimpinan Mayor Kido. Mereka bergerak
melakukan perlawanan dengan alasan mencari dan menyelamatkan orang-orang Jepang yang tertawan.
Situasi bertambah panas dengan adanya desasdesus bahwa cadangan air minum di Candi telah diracuni.
Pihak Jepang memperuncing keadaan karena melucuti delapan orang polisi Indonesia yang menjaga
tempat tersebut. Alasannya untuk menghindarkan peracunan cadangan air minum itu. Pertempuran
mulai pecah pada dini hari tanggal 15 Oktober 1945. Para pemuda dan pejuang Indonesia bertempur
melawan pasukan Kidobutai yang dibantu oleh batalyon Jepang lain yang kebetulan sedang singgah di
Semarang. Pertempuran yang paling banyak menelan korban terjadi di Simpang Lima, berlangsung
selama lima hari Pertempuran baru berhenti setelah Gubernur Wongsonegoro dan pemimpin TKR
berunding dengan komandan tentara Jepang. Proses gencatan senjata dipercepat setelah Brigadir
Jenderal Bethel dari pasukan Sekutu ikut terlibat dalam perundingan pada tanggal 20 Oktober 1945.
Pasukan Sekutu kemudian melucuti senjata Jepang dan menawan pasukan Jepang. Untuk mengenang
pertempuran di Semarang, maka di Simpang Lima didirikan Monumen Perjuangan Tugu Muda.
C. Pertempuran di Surabaya
Kontak senjata yang terjadi di Surabaya antara pasukan Indonesia dan pasukan Sekutu berkaitan
dengan usaha perebutan kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang yang dimulai sejak tanggal 2
September 1945. Perebutan tersebut membangkitkan pergolakan, yang kemudian berubah menjadi
revolusi yang konfrontatif. Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 yang dipimpinan Brigjen A.W.S.
Mallaby mendarat di Surabaya. Mereka bertugas untuk melucuti serdadu Jepang dan membebaskan
para interniran. Kedatangan Mallaby disambut oleh R.M.T.A. Suryo (Gubernur Jawa Timur). Dalam
pertemuan itu dihasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut. Inggris berjanji bahwa di antara tentara
Inggris tidak terdapat angkatan perang Belanda. Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak untuk
menjamin keamanan dan ketenteraman. Akan segera dibentuk Contact Bureau (Biro Kontak) agar kerja
sama dapat terlaksana sebaikbaiknya. Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang. Atas kesepakatan
tersebut, maka Inggris diizinkan masuk kota Surabaya. Ternyata dalam praktiknya, Inggris tidak
menepati janjinya. Pasukan Inggris justru berusaha menguasai Surabaya. Secara kronologis serangan
Inggris terhadap Indonesia, antara lain sebagai berikut. Tanggal 26 Oktober 1945, satu peleton Field
Security Section di bawah pimpinan Kapten Shaw menyerang sebuah penjara di Kalisosok dan juga
pusat-pusat penting lainnya, seperti pangkalan udara, kantor pos, dan gedung pemerintahan. Tanggal 27
Oktober 1945, pasukan Inggris menyebarkan pamflet-pamflet yang berisi perintah, agar rakyat
Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan senjata hasil rampasan dari Jepang. Dengan kejadian ini maka
pihak Indonesia menginstruksikan kepada semua pemuda untuk siap siaga penuh menghadapi segala
kemungkinan yang akan terjadi. Akhirnya terjadi juga kontak senjata antara pemuda Indonesia dan
Inggris. Semua pemuda di seluruh kota menyerang Inggris dengan segala kemampuan. Tanggal 28
Oktober 1945, pemuda Indonesia menyerang pos-pos Sekutu di seluruh Surabaya. ada tanggal 29
Oktober 1945, komando Sekutu menghubungi Presiden Soekarno untuk menyelamatkan pasukan
Inggris agar tidak mengalami kehancuran total. Presiden Soekarno dan Jenderal Mallaby mengadakan
perundingan. Pertemuan itu menghasilkan dua kesepakatan, yaitu penghentian kontak senjata dan
keberadaan RI diakui oleh Inggris. Cara menghindari kontak senjata diatur sebagai berikut. Surat-surat
selebaran yang disebarkan tidak berlaku lagi. Kota Surabaya tidak dijaga oleh tentara Sekutu kecuali
kamp-kamp tawanan. TKR dan Polisi diakui oleh Sekutu. Tanjung Perak untuk sementara waktu
diawasi bersama TKR, Polisi, dan tentara Sekutu untuk menyelesaikan penerimaan bantuan berupa
obat-obatan untuk tawanan perang. Tanggal 30 Oktober 1945, seluruh Biro Kontak menuju ke beberapa
tempat. Gencatan senjata tidak dihormati Sekutu. Dalam salah satu insiden yang belum pernah
terungkap secara jelas, Brigjen Mallaby ditemukan meninggal. Tanggal 9 November 1945, pimpinan
tentara Sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum kepada rakyat. Ultimatum dari pasukan Sekutu
tersebut pada pokoknya berisi: tuntutan pertanggungjawaban pihak Indonesia atas terbunuhnya
Mallaby; instruksi yang menuntut agar semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata
harus melapor. Mereka harus meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang telah ditentukan; mereka
harus menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas waktu ultimatum tersebut ialah jam
06.00 tanggal 10 November 1945. Ultimatum tersebut ditolak oleh para pemimpin dan rakyat Surabaya.
Batas ultimatum akhirnya habis. Maka pecah pertempuran hebat antara pasukan Indonesia dan Inggris.
Pertempuran sengit terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pasukan Inggris yang dilengkapi dengan
peralatan perang canggih menggempur para pejuang Indonesia. Dalam pertempuran tidak seimbang
yang berlangsung sampai awal bulan Desember 1945 itu telah gugur beribu-ribu pejuang. Salah satu
tokoh dan pemimpin perjuangan rakyat Surabaya adalah Bung Tomo. Dalam pertempuran yang tidak
seimbang, Bung Tomo terus mengobarkan semangat rakyat supaya terus maju, pantang mundur.
Peristiwa di Surabaya merupakan gambaran keberanian dan kebulatan tekad bangsa Indonesia untuk
membela tanah air dan kemerdekaan. Sekarang peristiwa 10 November diabadikan sebagai Hari
Pahlawan dan Tugu Pahlawan di tengah Kota Surabaya melambangkan keberanian dan semangat juang
bangsa Indonesia.
D. Pertempuran di Ambarawa
Pertempuran di Ambarawa diawali kedatangan tentara Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober
1945. Mereka datang untuk mengurus tawanan perang. Pihak Sekutu berjanji tidak akan mengganggu
kedaulatan Republik Indonesia. Ternyata Sekutu diboncengi oleh NICA. Insiden bersenjata mulai
timbul di Magelang. Kejadian itu meluas menjadi pertempuran setelah pasukan Sekutu membebaskan
para interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa. Gencatan senjata terjadi setelah Presiden
Soekarno turun tangan. Akan tetapi, secara diam-diam Sekutu meninggalkan Magelang menuju
Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. Mayor Sumarto memimpin perlawanan TKR dan para
pemuda menentang tentara Sekutu. Gerakan tentara Sekutu berhasil ditahan di desa Jambu berkat
bantuan dari resimen kedua yang dipimpin M. Sarbini, batalyon Polisi Istimewa di bawah pimpinan
Onie Sastroatmodjo, dan batalyon dari Yogyakarta. Dalam pertempuran di desa Jambu pada tanggal 26
November 1945 itu, Letkol Isdiman (Komandan Resimen Banyumas) gugur. Kolonel Soedirman
(Panglima Divisi di Purwokerto) segera mengambil alih pimpinan. Setelah mengadakan konsolidasi
dengan para Komandan Sektor, Kolonel Soedirman memimpin pertempuran melawan Sekutu pada
tanggal 12 Desember 1945. Dalam waktu satu setengah jam, TKR sudah mengepung kota Ambarawa.
Empat hari kemudian tentara Sekutu mundur ke Semarang.
E. Pertempuran Medan
Area Berita proklamasi Republik Indonesia baru sampai di kota Medan pada tanggal 27 Agustus 1945.
Keterlambatan berita tersebut karena sulitnya komunikasi dan sensor ketat terhadap berita-berita oleh
tentara Jepang. Berita proklamasi kemerdekaan dibawa oleh Mr. Teuku M. Hassan, yang diangkat
menjadi gubernur Sumatera. Pada tanggal 13 September 1945, para pemuda yang dipelopori oleh
Achmad Tahir membentuk Barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 4 Oktober 1945, Barisan Pemuda
Indonesia beraksi mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan merebut senjata-senjata milik tentara
Jepang. Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan Sekutu yang diboncengi serdadu Belanda dan NICA di
bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di kota Medan. Sebelumnya, Belanda sudah
mendaratkan suatu kelompok komando yang dipimpin oleh Westerling. Reaksi awal para pemuda atas
kedatangan Sekutu tersebut adalah membentuk TKR di Medan. Tanggal 13 Oktober 1945 terjadi
pertempuran pertama antara para pemuda dan pasukan Sekutu. Ini merupakan awal perjuangan
bersenjata yang dikenal sebagai pertempuran Medan Area. Konfrontasi antara pejuang kemerdekaan
dan serdadu NICA segera menjalar ke seluruh Kota Medan. Karena insiden antara pasukan pejuang
kemerdekaan dan tentara NICA terus terjadi, maka pada tanggal 18 Oktober 1945 pihak Sekutu
mengeluarkan maklumat yang berisi larangan terhadap rakyat untuk membawa senjata dan semua
senjata yang dimiliki harus diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 1 Desember 1945, AFNEI
memasang sejumlah papan bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area (Batas Resmi Wilayah Medan)
di berbagai sudut pinggiran kota Medan. Papan nama itulah yang membuat pertempuran di Medan dan
sekitarnya dikenal sebagai Pertempuran Medan Area. Kemudian, Sekutu dan NICA mengadakan aksi
pembersihan unsur-unsur RI di seluruh kota. Para pejuang Indonesia membalas aksi-aksi tersebut. Pada
tanggal 10 Desember 1945 tentara Sekutu melancarkan serangan militer besar-besaran, yang dilengkapi
dengan pesawat tempur canggih. Seluruh daerah Medan dijadikan sasaran serangan.
F. Pertempuran di Jakarta
Sama seperti yang terjadi di Bandung, orang-orang NICA dan KNIL terus melakukan
provokasiprovokasi bersenjata sehingga memancing kemarahan masyarakat. Orang-orang KNIL sendiri
dimanfaatkan oleh NICA demi kepentingan Belanda dengan cara mempersenjatai mereka. Keadaan di
Jakarta pun menjadi kacau dan sulit dikendalikan. Tentara Belanda kian merajalela. Sementara itu,
pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok pada tanggal 30 Desember 1945 membuat
keadaan menjadi tambah gawat. Mengingat situasi keamanan yang semakin memburuk di Jakarta,
Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 4 Januari 1946 pindah ke Yogyakarta, dan kemudian ibukota
Republik Indonesia pun turut pindah ke Yogyakarta.
G. Peristiwa Merah Putih di Manado
Seperti di tempat-tempat lain, pasukan Sekutu yang mendarat di Sulawesi Utara juga memboncengi
orang-orang NICA. Orang-orang NICA kemudian mempersenjatai bekas tentara KNIL yang ditawan
Jepang. Sejak akhir tahun 1945, pasukan Sekutu menyerahkan Sulawesi Utara kepada pasukan NICA.
Pasukan NICA bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat. Rakyat Sulawesi Utara bereaksi dengan
membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI). PPI berencana menyerang pasukan NICA. Akan tetapi,
rencana tersebut bocor sehingga para pemimpin PPI ditangkap dan dipenjarakan. Pada tanggal 14
Februari 1946, para pejuang PPI menyerbu markas NICA di Teling. Mereka berhasil membebaskan
pimpinan PPI dan menawan komandan NICA beserta pasukannya. Selanjutnya, para pejuang merobek
bendera merah putih biru Belanda dan menjadikannya bendera merah putih. Bendera itu kemudian
dikibarkan di markas Belanda di Teling. Oleh karena itu peristiwa itu dikenal dengan nama peristiwa
merah putih di Manado. Para pejuang dapat mengusir NICA dari Sulawesi Utara. Pada tanggal 16
Februari 1946, pemerintah sipil terbentuk. Pemerintahan sipil itu dipimpin oleh B. W. Lapian sebagai
residen.
H. Bandung lautan api
Pada bulan Oktober 1945, tentara Sekutu memasuki kota Bandung. Pada waktu itu, para pemuda dan
para pejuang kota Bandung sedang melaksanakan pemindahan kekuasaan dan melucuti senjata atau
peralatan perang lainnya dari tangan Jepang. Tentara Sekutu menuntut para pemuda dan pejuang agar
menyerahkan semua hasil pelucutan tentara Jepang kepada Sekutu. Tanggal 21 November 1945, tentara
Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama, agar kota Bandung bagian utara selambat-lambatnya pada
tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh pihak Indonesia dengan alasan demi keamanan. Para
pejuang Republik Indonesia tidak mengindahkan ultimatum tersebut. Akibatnya sering terjadi insiden
antara pejuang Indonesia dan tentara Sekutu. Pada tanggal 23 Maret 1946, tentara Sekutu mengeluarkan
ultimatum untuk yang kedua kalinya. Kali ini para pejuang diminta meninggalkan seluruh kota
Bandung. Pihak pemerintah mengindahkan ultimatum ini. Para pejuang sebelum meninggalkan kota
Bandung melancarkan serangan umum ke arah markas besar Sekutu dan berhasil membumihanguskan
kota Bandung bagian selatan.
I. Pertempuran Margarana
Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946, Belanda mendaratkan kira-kira 2000 tentara di Bali. Pada waktu itu,
Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai sedang berada di Yogyakarta untuk berkonsultasi dengan markas
tertinggi TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda Kecil dan cara-cara menghadapi Belanda. Akibat
perundingan Linggarjati, daerah kekuasaan de facto Republik Indonesia yang diakui hanya terdiri dari
Jawa, Madura, dan Sumatera. Hal itu berarti Bali tidak diakui sebagai bagian dari Republik Indonesia. I
Gusti Ngurah Rai juga mendapati pasukannya terpencar-pencar. Sementara itu, Belanda sedang
mengusahakan berdirinya satu negara boneka di wilayah Indonesia bagian timur. I Gusti Ngurah Rai
dibujuk Belanda untuk bekerja sama. Ajakan tersebut ditolak I Gusti Ngurah Rai. Pada tanggal 18
November 1946, I Gusti Ngurah Rai menyerang Belanda. Pasukan Ngurah Rai berhasil mengusai
Tabanan. Namun, karena kekuatan pasukan yang tidak seimbang akhirnya pasukan Ngurah Rai dapat
dikalahkan dalam pertempuran puputan (habis-habisan) di Margarana, sebelah utara Tabanan. I Gusti
Ngurah Rai gugur bersama anak buahnya. Gugurnya I Gusti Ngurah Rai melicinkan jalan bagi usaha
Belanda untuk membentuk “Negara Indonesia Timur”.
J. Pertempuran lima hari di Palembang
Pasukan Sekutu mendarat di Palembang pada tanggal 12 Oktober 1945. Pasukan ini dipimpin oleh
Letnan Kolonel Carmichael. Bersama pasukan Sekutu ikut pula aparat NICA. Pemerintah Indonesia di
Palembang menentukan bahwa pasukan Sekutu hanya diizinkan mendiami daerah Talang Semut.
Akan tetapi, mereka tidak mengindahkan peraturan itu. Insiden dengan pemuda meletus ketika mereka
menggeledah rumah-rumah penduduk untuk mencari senjata. Sekutu terus menambah kekuatannya di
Palembang. Pada bulan Maret 1946, pasukan Sekutu sudah berjumlah dua batalyon. Sekutu juga
melindungi masuknya pasukan Belanda. Jumlah pasukan Belanda semakin bertambah. Ketika
meninggalkan kota Palembang, Sekutu menyerahkan kedudukannya kepada Belanda. Pertempuran
Belanda dan para pemuda meletus ketika Belanda meminta para pemuda dan peju-ang mengosongkan
kota Palembang. Belanda mengajak berunding dan melakukan gencatan senjata. Sementara
perundingan berlangsung, pada tanggal 1 Januari 1947 pertempuran meletus kembali. Pertempuran
berlangsung selama lima hari lima malam. Seperlima bagian kota Palembang hancur. Pada tanggal 6
Januari 1947 dicapai persetujuan gencatan senjata antara Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia
di Palembang.

2. AGRESI MILITER BELANDA 1 DAN 2

AGRESI MILITER I
Perselisihan pendapat akibat perbedaan penafsiran dalam melaksanakan Perjanjian Linggarjati
menimbulkan konflik antara Indonesia dan Belanda. Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengeluarkan
nota berupa ultimatum yang harus dijawab pemerintah Indonesia dalam waktu 14 hari, karena tidak
mencapai kesepakatan terhadap nota tersebut maka pada tanggal 21 Juli 1947, tengah Malam Belanda
melancarkan serangan keseluruh daerah republik Indonesia. Operasi yang di beri label “aksi polisional”
ini merupakan agresi yang dikenal dengan Agresi Militer I.
Pasukan-pasukan belanda bergerak ke Jakarta dan Bandung untuk menguasai Jawa Barat, dan
dari Surabaya untuk menguasai Madura dan wilayah Jawa Timur, serta satu pasukanlagi untuk
memduduki Semarang. Di Sumatra pasukan Belanda berusaha menguasai perkebunan-perkebunan
disekitar Medan. Instalasi minyak dan batubara di Palembang dan sekitarnya juga diserang dan
dikuasai. Pasuka TNI memutuskan mundur ke pedalaman sambil menjalankan taktik bumi hangus
dan taktik gerilia. Sistem wehrkreise diterapkan dengan menggantikan sistem pertahanan liner.
Dengan taktik itu, Belanda hanya mampu bergerak di kota-kota dan jalan raya. Sementara wilayah
lainnya dikuasai sepenuhnya oleh TNI. Walaupun dengan kemampuan teknik sangat terbatas, TNI
Angkatan Udara mulai berperan aktif dalam perang melawan Belanda. Dengan bermodalkan pesawat
tua peninggalan Jepang, yang terdiri dari sebuah pesawat pengebom Guntai dan dua buah pesawat
pemburu Cureng, dan penerbangan AURI terlibat dalam beberapa serangan udara terhadap Belanda.
Pada tanggal 29 Juli 1947, ketiga pesawat yang berpangkalan di Maguwo Yogyakarta ini terlibat
pertempuran di Ambarawa, Salatiga dan Semarang.
AGRESI MILITER BELANDA II
Situasi dalam negeri Indonesia yang sedang memberantas PKI dimanfaatkan oleh Belanda. Pada
tanggal 18 Desember 1948 malam, Dr Beel memberitahukan kepada delegasi RI dan Komisi Tiga
Negara (KTN) bahwa Belanda tidak lagi terikat dan tidak mengakui perjanjian Renville. Keesokan
harinya, Belanda melancarkan agresi militer yang kedua kalinya. Sasaran Belanda langsung ditujukan
untuk menguasai ibu kota RI di Yogyakarta. Dengan taktik perang kilat, Belanda juga menyerang
wilayah RI lainnya. Serangan diawali dengan terjunnya pasukan payung di Pangkalan Udara Maguwo
(Adisucipto) dan pengebomam beberapa tempat di Yogyakarta. Dalam waktu singkat, pasukan
Belanda berhasil menguasai Ibu kota RI. Pimpinan tertinggi negara dan beberapa pejabat tinggi, seperti
Presiden, wakil presiden, kepala staf angkatan udara, dan beberapa pejabat tinggi lainnya ditawan oleh
Belanda.
Presiden Sukarno diasingkan ke Parapat (Sumatra Utara) kemudian ke Bangka. Wakil Presiden
Mohammad Hatta dibuang ke Bangka. Pada saat pasukan Belanda menyerang kota Yogyakarta, kabinet
sempat bersidang di Istana Presiden pada pagi hari tanggal 19 Desember 1948. Sidang memutuskan
bahwa bila terjadi sesuatu kepada Mr. Syafrudin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran Rakyat yang
sedang berada di Bukittinggi untuk membentuk Pemerintahan Darurat RI (PDRI)

3. PEMBENTUKAN PEMERINTAH DARURAT REPUBLIK INDONESIA

a) Sejarah
Tidak lama setelah ibukota RI di Yogyakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda II,
mereka berulangkali menyiarkan berita bahwa RI sudah bubar. Karena para pemimpinnya, seperti
Soekarno, Hatta dan Syahrir sudah menyerah dan ditahan.
Mendengar berita bahwa tentara Belanda telah menduduki ibukota Yogyakarta dan menangkap
sebagian besar pimpinan Pemerintahan Republik Indonesia, tanggal 19 Desember sore hari, Mr.
Syafruddin Prawiranegara bersama Kol. Hidayat, Panglima Tentara dan Teritorium Sumatera,
mengunjungi Mr. Teuku Mohammad Hasan, Gubernur Sumatera/Ketua Komisaris Pemerintah Pusat di
kediamannya, untuk mengadakan perundingan. Malam itu juga mereka meninggalkan Bukittinggi
menuju Halaban, daerah perkebunan teh, 15 Km di selatan kota Payakumbuh.
Sejumlah tokoh pimpinan republik yang berada di Sumatera Barat dapat berkumpul di Halaban,
dan pada 22 Desember 1948 mereka mengadakan rapat yang dihadiri antara lain oleh Mr.
Syafruddin Prawiranegara, Mr. T. M. Hassan, Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Kolonel Hidayat, Mr.
Lukman Hakim, Ir. Indracahya, Ir. Mananti Sitompul, Maryono Danubroto, Direktur BNIMr. A.
Karim, Rusli Rahim dan Mr. Latif. Walaupun secara resmi kawat Presiden Soekarno belum diterima,
tanggal 22 Desember 1948, sesuai dengan konsep yang telah disiapkan, maka dalam rapat tersebut
diputuskan untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan susunan
sebagai berikut:
 Mr. Syafruddin Prawiranegara, Ketua PDRI/Menteri Pertahanan/ Menteri
Penerangan/Menteri Luar Negeri ad interim
 Mr. T. M. Hassan, Wakil Ketua PDRI/Menteri Dalam Negeri/Menteri PPK/Menteri
Agama,
 Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Menteri Keamanan/Menteri Sosial, Pembangunan,
Pemuda,
 Mr. Lukman Hakim, Menteri Keuangan/Menteri Kehakiman,
 Ir. Mananti Sitompul, Menteri Pekerjaan Umum/Menteri Kesehatan,
 Ir. Indracaya, Menteri Perhubungan/Menteri Kemakmuran.
Sejak itu PDRI menjadi musuh nomor satu Belanda. Tokoh-tokoh PDRI harus bergerak terus
sambil menyamar untuk menghindari kejaran dan serangan Belanda. Mr. T.M Hasan yang menjabat
sebagai Wakil Ketua PDRI, merangkap Menteri Dalam Negeri, Agama, Pendidikan dan Kebudayaan,
menuturkannya bahwa rombongan mereka kerap tidur di hutan belukar, di pinggir sungai Batanghari,
dan sangat kekurangan bahan makanan. Mereka pun harus menggotong radio dan berbagai
perlengkapan lain. Kondisi PDRI yang selalu bergerilya keluar masuk hutan itu diejek radio
Belanda sebagai Pemerintah Dalam Rimba Indonesia.

b) Konsolidasi
Sekitar satu bulan setelah agresi militer Belanda, dapat terjalin komunikasi antara pimpinan PDRI
dengan keempat Menteri yang berada di Jawa. Mereka saling bertukar usulan untuk menghilangkan
dualisme kepemimpinan di Sumatera dan Jawa.
Setelah berbicara jarak jauh dengan pimpinan Republik di Jawa, maka pada 31 Maret1949
Prawiranegara mengumumkan penyempurnaan susunan pimpinan Pemerintah Darurat Republik
Indonesia sebagai berikut:
 Mr. Syafruddin Prawiranegara, Ketua merangkap Menteri Pertahanan dan Penerangan,
 Mr. Susanto Tirtoprojo, Wakil Ketua merangkap Menteri Kehakiman dan Menteri
Pembangunan dan Pemuda,
 Mr. Alexander Andries Maramis, Menteri Luar Negeri (berkedudukan di New Delhi,
India).
 dr. Sukiman, Menteri Dalam Negeri merangkap Menteri Kesehatan.
 Mr. Lukman Hakim, Menteri Keuangan.
 Mr. Ignatius J. Kasimo, Menteri Kemakmuran/Pengawas Makanan Rakyat.
 Kyai Haji Masykur, Menteri Agama.
 Mr. T. Moh. Hassan, Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.
 Ir. Indracahya, Menteri Perhubungan.
 Ir. Mananti Sitompul, Menteri Pekerjaan Umum.
 Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Menteri Perburuhan dan Sosial.

Pejabat di bidang militer:

 Letnan Jenderal Sudirman, Panglima Besar Angkatan Perang RI.


 Kolonel Abdul Haris Nasution, Panglima Tentara & Teritorium Jawa.
 Kolonel R. Hidajat Martaatmadja, Panglima Tentara & Teritorium Sumatera.
 Kolonel Mohammad Nazir, Kepala Staf Angkatan Laut.
 Komodor Udara Hubertus Suyono, Kepala Staf Angkatan Udara.
 Komisaris Besar Polisi Umar Said, Kepala Kepolisian Negara.

Kemudian tanggal 16 Mei 1949, dibentuk Komisariat PDRI untuk Jawa yang
dikoordinasikan oleh Mr. Susanto Tirtoprojo, dengan susunan sebagai berikut :

 Mr. Susanto Tirtoprojo, urusan Kehakiman dan Penerangan.


 Mr. Ignatius J. Kasimo, urusan Persediaan Makanan Rakyat.
 R. Panji Suroso, urusan Dalam Negeri.

Selain dr. Sudarsono, Wakil RI di India, Mr. Alexander Andries Maramis, Menteri Luar Negeri
PDRI yang berkedudukan di New Delhi, India, dan Lambertus N. Palar, Ketua delegasi Republik
Indonesia di PBB, adalah tokoh-tokoh yang sangat berperan dalam menyuarakan Republik Indonesia di
dunia internasional sejak Belanda melakukan Agresi Militer Belanda II. Dalam situasi ini, secara de
facto, Mr. Syafruddin Prawiranegara adalah Kepala Pemerintah Republik Indonesia.

c) Perlawanan
Perlawanan bersenjata dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia serta berbagai laskar di Jawa,
Sumatera serta beberapa daerah lain. PDRI menyusun perlawanan di Sumatera. Tanggal 1 Januari
1949, PDRI membentuk 5 wilayah pemerintahan militer di Sumatera:

 Aceh, termasuk Langkat dan Tanah Karo.


o Gubernur Militer : Tgk Daud Beureu'eh di Beureu'eh
o Wakil Gubernur Militer : Letnan Kolonel Askari
 Tapanuli dan Sumatera Timur Bagian Selatan.
o Gubernur Militer : Dr. Ferdinand Lumban Tobing
o Wakil Gubernur Militer : Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang
 Riau
o Gubernur Militer : R.M. Utoyo
o Wakil Gubernur Militer : Letnan Kolonel Hasan Basry
 Sumatera Barat.
o Gubernur Militer : Mr. Sutan Mohammad Rasjid
o Wakil Gubernur Militer : Letnan Kolonel Dahlan Ibrahim

 Sumatera Selatan.

o Gubernur Militer : Dr. Adnan Kapau Gani


o Wakil Gubernur Militer : Letnan Kolonel Maludin Simbolon.

d) Mandat

Sesungguhnya, sebelum Soekarno dan Hatta menyerah, mereka sempat mengetik dua buah kawat.
Pertama, memberi mandat kepada Menteri Kemakmuran Mr. Sjafruddin Prawiranegara untuk
membentuk pemerintahan darurat di Sumatra. Kedua, jika ikhtiar Sjafruddin gagal, maka mandat
diberikan kepada Mr. A.A.Maramis untuk mendirikan pemerintah dalam pengasingan di New
Delhi, India. Tetapi Sjafruddin sendiri tidak pernah menerima kawat itu. Berbulan-bulan kemudian
barulah ia mengetahui tentang adanya mandat tersebut. Menjelang pertengahan 1949, posisi Belanda
makin terjepit. Dunia internasional mengecam agresi militer Belanda. Sedang di Indonesia,
pasukannya tidak pernah berhasil berkuasa penuh. Ini memaksa Belanda menghadapi RI di meja
perundingan.

Belanda memilih berunding dengan utusan Soekarno-Hatta yang ketika itu statusnya tawanan.
Perundingan itu menghasilkan Perjanjian Roem-Royen. Hal ini membuat para tokoh PDRI tidak
senang, Jendral Sudirman mengirimkan kawat kepada Sjafruddin, mempertanyakan kelayakan para
tahanan maju ke meja perundingan. Tetapi Sjafruddin berpikiran untuk mendukung dilaksanakannya
perjanjian Roem-Royen.

Pengembalian Mandat

Setelah Perjanjian Roem-Royen, M. Natsir meyakinkan Prawiranegara untuk datang ke Jakarta,


menyelesaikan dualisme pemerintahan RI, yaitu PDRI yang dipimpinnya, dan Kabinet Hatta, yang
secara resmi tidak dibubarkan.

Setelah Persetujuan Roem-Royen ditandatangani, pada 13 Juli 1949, diadakan sidang antara PDRI
dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta serta sejumlah menteri kedua kabinet. Pada sidang
tersebut, Pemerintah Hatta memper tanggung jawabkan peristiwa 19 Desember 1948. Wakil Presiden
Hatta menjelaskan 3 soal, yakni hal tidak menggabungkan diri kepada kaum gerilya, hal hubungan
Bangka dengan luar negeri dan terjadinya Persetujuan Roem-Royen.

Sebab utama Sukarno-Hatta tidak ke luar kota pada tanggal 19 Desember sesuai dengan rencana
perang gerilya, adalah berdasarkan pertimbangan militer, karena tidak terjamin cukup pengawalan,
sedangkan sepanjang yang diketahui dewasa itu, seluruh kota telah dikepung oleh pasukan payung
Belanda. Lagi pula pada saat yang genting itu tidak jelas tempat-tempat yang telah diduduki dan arah-
arah yang diikuti oleh musuh. Dalam rapat di istana tanggal 19 Desember 1948 antara lain KSAU
Suaryadarma mengajukan peringatan pada pemerintah, bahwa pasukan payung biasanya membunuh
semua orang yang dijumpai di jalan-jalan, sehingga jika para dia itu ke luar haruslah dengan
pengawalan senjata yang kuat.

Pada sidang tersebut, secara formal Syafruddin Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya,
sehingga dengan demikian, M. Hatta, selain sebagai Wakil Presiden, kembali menjadi Perdana Menteri.
Setelah serah terima secara resmi pengembalian Mandat dari PDRI, tanggal 14 Juli, Pemerintah RI
menyetujui hasil Persetujuan Roem-Royen, sedangkan KNIP baru mengesahkan persetujuan tersebut
tanggal 25 Juli1949.

4. MENUJU PENGAKUAN KEDAULATAN BELANDA


Indonesia adalah negara yang cinta damai, tatepi kita lebih mencintai kemerdekaan. Kemerdekaan
wajib dipertahankan walaupun nyawa sebagai taruhannya. Setelah para pemimpin bangsa berjuang
mempertahankan kemerdekaan secara fisik tak juga berhasil maka para pemimpin kita melakukan
perjuangan melalui meja perundingan. Berikut adalah beberapa usaha mempertahankan kemerdekaan
melalui jalan damai atau melalui meja perundingan.
A. Perjanjian Linggarjati

Pada tanggal 10 November 1946 diadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda. Perundingan
ini dilaksanakan di Linggajati. Linggajati terletak di sebelah selatan Cirebon. Dalam perundingan itu
delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir. Sementara delegasi Belanda dipimpin
oleh Van Mook.

Pada tanggal 15 November 1946, hasil perundingan diumumkan dan disetujui oleh kedua belah
pihak. Secara resmi, naskah hasil perundingan ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan Belanda
pada tanggal 25 Maret 1947. Hasil Perjanjan Linggajati sangat merugikan Indonesia karena wilayah
Indonesia menjadi sempit.
Berikut ini isi perjanjian Linggarjati :
1) Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan
Sumatera.
2) Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk Negara Indonesia
Serikat yang terdiri atas:
a. Negara Republik Indonesia,
b. Negara Indonesia Timur, dan
c. Negara Kalimantan.
3) Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan merupakan suatu uni (kesatuan) yang
dinamakan Uni Indonesia-Belanda dan diketuai oleh Ratu Belanda.
B. Agresi Militer Belanda I
Meskipun sudah ada Perjanjian Linggajati, Belanda tetap berusaha untuk menjajah Indonesia. Pada
tanggal 21 Juli 1947, Belanda menyerang wilayah Republik Indonesia. Tindakan ini melanggar
Perjanjian Linggajati. Belanda berhasil merebut sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Akibatnya wilayah kekuasaan Republik Indonesia semakin kecil. Serangan militer Belanda ini dikenal
sebagai Agresi Militer Belanda I.
Peristiwa tersebut menimbulkan protes dari negara-negara tetangga dan dunia internasional. Wakil-
wakil dari India dan Australia mengusulkan kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) agar
mengadakan sidang untuk membicarakan masalah penyerangan Belanda ke wilayah Republik
Indonesia.
C. Perjanjian Renville (17 Januari 1948)
Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan agar pihak Indonesia dan
Belanda menghentikan tembak-menembak. Akhirnya pada tanggal 4 Agustus 1947, Belanda
mengumumkan gencatan senjata. Gencatan senjata adalah penghentian tembak-menembak di antara
pihak-pihak yang berperang. PBB membantu penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda
dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri atas:
1. Australia, dipilih oleh Indonesia;
2. Belgia, dipilih oleh Belanda;
3. Amerika Serikat, dipilih oleh Australia dan Belanda.
Komisi Tiga Negara (KTN) memprakarsai perundingan antara Indonesia dan Belanda. Perundingan
dilakukan di atas kapal Renville, yaitu kapal Angkatan Laut Amerika Serikat. Oleh karena itu, hasil
perundingan ini dinamakan Perjanjian Renville. Dalam perundingan itu Negara Indonesia, Belanda, dan
masing-masing anggota KTN diwakili oleh sebuah delegasi.
1. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.
2. Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
3. Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.
4. Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul van Zeeland.
5. Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.

Isi perjanjian Renville adalah sebagai berikut.

1. Belanda hanya mengakui daerah Republik Indonesia atas Jawa Tengah,


Yogyakarta, sebagian kecil Jawa Barat, dan Sumatera.
2. Tentara Republik Indonesia ditarik mundur dari daerah-daerah yang telah diduduki
Belanda.
Hasil Perjanjian Renville sangat merugikan Indonesia. Wilayah kekuasaan Republik Indonesia
menjadi semakin sempit.
D. Agresi Militer Belanda II
Belanda terus berusaha menguasai kembali Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda
melancarkan serangan atas wilayah Republik Indonesia. Penyerangan Belanda ini dikenal sebagai
Agresi Militer Belanda II. Ibu kota Republik Indonesia waktu itu, Yogyakarta, diserang Belanda. Perlu
diketahui bahwa sejak 4 Januari 1946, lbu kota Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.
Belanda mengerahkan angkatan udaranya. Lapangan Udara Maguwo tidak dapat dipertahankan.
Akhirnya Yogyakarta direbut Belanda. Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sutan
Syahrir, dan Suryadarma ditangkap Belanda. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta
ditawan dan diasingkan ke Pulau Bangka. Sebelum tertangkap, Presiden Sukarno telah mengirim
mandat lewat radio kepada Menteri Kemakmuran, Mr. Syaffiruddin Prawiranegara yang berada di
Sumatera. Tujuannya ialah untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)
dengan ibu kota Bukit Tinggi.
Agresi Militer Belanda II menimbulkan reaksi dunia, terutama negaranegara di Asia. Negara-negara
di Asia seperti India, Myanmar, Afganistan, dan lain-lain segera mengadakan Konferensi New Delhi
pada bulan Desember 1949. Mereka bersimpati kepada perjuangan rakyat Indonesia, dan mendesak
agar:
 Pemerintah RI segera dikembalikan ke Yogyakarta, dan
 Serdadu Belanda segera ditarik mundur dari Indonesia.
Belanda tidak memperdulikan desakan itu. Belanda baru bersedia berunding setelah Dewan
Keamanan PBB turun tangan.
E. Usaha Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan
Komisi PBB untuk Indonesia atau UNCI (United Nations Commission for Indonesia) berhasil
mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda dalammeja perundingan. Dalam perundingan-
perundingan itu, delegasi dari Indonesia berjuang secara diplomasi supaya kedaulatan Indonesia diakui.
Perundingan-perundingan itu antara lain, Perundingan Rum-Royen dan Konferensi Meja Bundar
(KMB).
F. Perjanjian Rum-Royen
Perjanjian Rum-Royen disetujui di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1949. Delegasi Indonesia dipimpin
oleh Mr. Moh. Rum, sedangkan pihak Belanda dipimpin oleh Dr. van Royen. Anggota delegasi
Indonesia lainnya ialah Drs. Moh. Hatta dan Sri Sultan Hamengku Buwono lX.
Isi Perjanjian Rum-Royen adalah sebagai berikut.

A . Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.

B . Menghentikan gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik.

C. Belanda menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia
Serikat.
D. Akan diselenggarakan perundingan lagi, yaitu KMB, antara Belanda dan Indonesia setelah
Pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta.
G. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Sebagai tindak lanjut Perjanjian Rum-Royen, pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November
1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs.
Moh. Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) atau Badan Musyawarah Negaranegara
Federal dipimpin oleh Sultan Hamid II. Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. van Maarseveen.
Sedangkan UNCI dipimpin oleh Chritchley.
Hasil-hasil persetujuan yang dicapai dalam KMB adalah sebagai berikut.
1. Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan menyerahkan
kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan Desember 1949.
2. RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia Belanda.
3. Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda.
Kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan dalam KMB sangat memuaskan rakyat Indonesia.
Akhirnya kedaulatan negara Indonesia diakui oleh pihak Belanda. Seluruh rakyat Indonesia menyambut
hasil KMB dengan suka cita.
H. Pengakuan Kedaulatan
Sesuai hasil KMB, pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan upacara pengakuan kedaulatan dari
Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS. Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di dua tempat,
yaitu Den Haag dan Yogyakarta secara bersamaan. Dalam acara penandatanganan pengakuan
kedaulatan di Den Haag, Ratu Yuliana bertindak sebagai wakil Negeri Belanda Belanda dan Drs. Moh.
Hatta sebagai wakil Indonesia. Sedangkan dalam upacara pengakuan kedaulatan yang dilakukan di
Yogyakarta, pihak Belanda diwakili oleh Mr. Lovink (wakil tertinggi pemerintah Belanda) dan pihak
Indonesia diwakili Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Dengan pengakuan kedaulatan itu berakhirlah kekuasaan Belanda atas Indonesia dan berdirilah
Negara Republik Indonesia Serikat. Sehari setelah pengakuan kedaulatan, ibu kota negara pindah dari
Yogyakarta ke Jakarta. Kemudian dilangsungkan upacara penurunan bendera Belanda dan dilanjutkan
dengan pengibaran bendera Indonesia.

5. PEMBENTUKAN NEGARA RIS

Pada tanggal 23 Agustus 1949, KMB dimulai di Den Haag dan berlangsung sampai 2 November
1949. Hasil kesepakatan tersebut kemudian diajukan kepada KNIP untuk di ratifikasi. Bedasarkan
hasil sidang KNIP yang berlangsung pada tanggal 6 Desember 1949, KMB dinyatakan diterima atau
diratifikasi untuk disahkan. Pada tanggal 15 Desember 1949, diadakan pemilihan presiden RIS dan Ir.
Soekarno terpilih sebagai presiden RIS pada tanggal 16 Desember 1949.
Pada 20 Desember 1949 kabinet RIS yang pertama dibawah Drs. Moh. Hatta selaku Perdana
Menteri dilantik oleh presiden. Akhirnya tanggal 23 Desember delegasi RIS yang dipimpin oleh Moh.
Hatta berangkat ke Belanda untuk menandatangani akte “Penyerahan” kedaulatan dari pemerintahan
Belanda. Tepat pada tanggal 27 Desember 1949 di Indonesia dan Negeri Belanda terjadi upacara
penandatanganan naskah “penyerahan” kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada RIS. “ Penyerahan”
kedaulatan berarti secara formal pemerintah Belanda telah mengakui kedaulatan Indonesia. Dengan
demikian perang kemerdekaan yang berlangsung sejak tahun 1945 telah berakhir berkat perjuangan
militer serta diplomasi yang terus-menerus dilakukan oleh bangsa Indonesia.
 Proses Berjalannya Republik Indonesia Serikat pada Tahun 1949-1950
Pada tanggal 27 Desember 1949, Belanda resmi mengakui kedaulatan RIS melalui perjanjian KMB.
Sehingga Republik Indonesia tidak lagi merupakan negara yang merdeka, melainkan menjadi negara
bagian dari RIS. Dengan adanya RIS maka bentuk negara kesatuan berubah menjadi bentuk negara
serikat. Republik Indonesia sebagai suatu daerah bagian harus menyerahkan sebagian kedaulatannya
kepada RIS. Hal-hal yang harus diserahlkan oleh daerah-daerah bagian kepada RIS terdapat dalam
lampiran konstitusi RIS. Diantaranya yaitu:
1. Pengaturan Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Serikat.
2. Hak memberi grasi, amnesti, dan abolisi.
3. Pengaturan hukum sipil dan hukum dagang, harus diatur oleh pusat, baik karena
kepentingan sosial maupun ekonomi.
4. Pengaturan susunan kehakiman federal.
5. Pertahanan negara, dll.
Lampiran Konstitusi tersebut dapat diubah sesuai kepentingan dengan melalui persetujuan bersama
dari negara-negara bagian. Akan tetapi segala penyelenggaraan pemerintahan yang tidak termasuk
dalam lampiran tersebut adalah menjadi kekuasaan daerah-daerah bagian. (Pasal 51 Konstitusi RIS).
Wilayah RIS menurut Moh. Djuana dan Sulwan (1973: 98-99) meliputi seluruh daerah Indonesia, yang
terdiri dari negara-negara bagian seperti berikut :
1. Negara Republik Indonesia, dengan daerah menurut status quo seperti tersebut dalam
perjanjian Renville.
2. Negara Indonesia Timur
3. Negara Pasundan, termasuk distrik federal Jakarta
4. Negara Jawa Timur
5. Negara Madura
6. Negara Sumatra Timur
Negara Sumatra Selatan Selain dari pembagian wilayah negara , dalam konstitusi RIS juga diatur
mengenai sistem pemerintahan yang digunakan (Zulkarnain, 2012 : 101) yaitu sebagai berikut :
1. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden, bukan oleh parlemen sebagaimana lazimnya.
2. Kekuasaan Perdana Menteri dikendalika oleh Presiden.
3. Kabinet dibentuk oleh presiden, buka oleh parlemen
4. Kabinet tidak dapat menyatakan Mosi tidak percaya kepada kabinet.
5. Presiden RIS menduduki jabatan rangkap, yaitu sebagai kepala negara sekaligus sebagai
presiden RIS
Setelah enam bulan RIS berjalan, mulai muncul berbagai pergerakan di negar-negara bagian.
Tujuan dari pergerakan-pergerakan itu adala untuk bergabung kembali dengan RI untuk mewujudkan
negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ris yang sekarang terbentuk dianggap tidak sesuai
dengan jiwa dan semangat proklamasi 17 Agustus 1945. Pemerintahan RIS dinilai bentuk warisan
penjajah yang dimaksudkan untuk dapat mempertahankan kekuasaannya di Indonesia.
Pada awal Mei 1950 terjadi penggabungan negara-negara bagian dalam RIS, sehingga hanya tinggal
3 negara bagian, yaitu Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatra
Timur. Perkembangan selanjutnya adalah munculnya kesepakatan antara RIS yang mewakilinegara
Indonesia Timur dan Negara Sumatra Timur dengan Republik Indonesia untuk kembali ke bentuk
Negara Kesatuan. Kesepakatan tersebut kemudian dituangkan dalam Piagam persetujuan tanggal 19
Mei 1950. Untuk mengubah Negara Serikat menjadii negara kesatuan diperlukan suatu UUD Negara
Kesatuan. Untuk memperoleh UUD tersebut maka dilakukan cara memasukkan isi UUD 1945
ditambah bagian-bagian konstitusi RIS yang baik. Pada tanggal 15 Agustus 1950 ditetapkanlah UU
Federal No. 7 tahun 1950 tentang Undang-undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, yang berlaku sejak
tanggal 17 Agustus 1950. Dengan demikian, sejak tanggal tersebut Konstitusi RIS 1949 diganti dengan
UUDS 1950, dan terbentuklah kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia.

SOAL / JAWABAN :

1. Sebutkan 5 perjuangan bersenjata diberbagai daerah dalam memepertahankan


kemerdekaan !
Jawaban : 1.Insiden bendera di Surabaya
2. Pertempuran lima hari di Semarang
3. Pertempuran di Surabaya
4. Pertempuran di Ambawara
5. Pertempuran Medan

2. Siapakah yang di utus Indonesia untuk memimpi kapal perang Semeru dan kapal perang
Sindoro ?
Jawaban : Dari Tegal, Indonesia mengirim kapal perang Semeru di bawah pimpinan Mulyadi
dan kapal perang Sindoro di bawah pimpinan Ibrahim Saleh dan Yos Sudarso.
3. Apa yang terjadi pada tanggal 19 september 1945 ?
Jawaban : Insiden bendera di Surabaya
Pada tanggal 19 September 1945, di Surabaya Kontak senjata yang terjadi di
Surabaya antara terjadi insiden bendera.

4. Apa yang menyebabkan berhentinya pertempuran di Semarang ?


Jawaban : Pertempuran di Semarang baru berhent i s etelah Gubernur Wongsonegoro dan
pemimpin TKR berunding dengan komandan tentara Jepang. Proses gencatan senjata
dipercepat setelah Brigadir Jenderal Bethel dari pasukan Sekutu ikut terlibat dalam
perundingan pada tanggal 20 Oktober 1945.

5. Apa yang dilakukan inggris terhadap Indonesia pada tanggal 27 Oktober 1945 dalam
perang di Surabaya ?
Jawaban : Tanggal 27 Oktober 1945, pasukan Inggris menyebarkan pamflet-pamflet yang berisi
perintah, agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan senjata hasil rampasan dari Jepang.

6. Apa yang menyebabkan konflik antara Indonesia dan Belanda sehingga terjadi agresi
militer 1?
Jawaban : Karena ada perselisihan pendapat akibat perbedaan penafsiran dalam
melaksanakan Perjanjian Linggarjati menimbulkan konflik antara Indonesia dan Belanda.
Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengeluarkan nota berupa ultimatum yang harus dijawab
pemerintah Indonesia dalam waktu 14 hari, karena tidak mencapai kesepakatan terhadap nota
tersebut maka pada tanggal 21 Juli 1947, tengah Malam Belanda melancarkan serangan
keseluruh daerah republik Indonesia. Operasi yang di beri label “aksi polisional” ini merupakan
agresi yang dikenal dengan Agresi Militer I.

7. Taktik apa yang digunakan TNI dalam agresi mliter 1?


Jawaban : Pasuka TNI menjalankan taktik bumi hangus dan taktik gerilia

8. Pesawat apa saja yang digunakan TNI angkatan udara dalam perang melawan belanda ?
Jawaban : TNI Angkatan Udara mulai berperan aktif dalam perang melawan Belanda. Dengan
bermodalkan pesawat tua peninggalan Jepang, yang terdiri dari sebuah pesawat pengebom
Guntai dan dua buah pesawat pemburu Cureng.

9. Apa yang menjadi sasaran Belanda dalam melancarkan agresi militer 2 ?


Jawaban : Belanda melancarkan agresi militer yang kedua kalinya. Sasaran Belanda
langsung ditujukan untuk menguasai ibu kota RI di Yogyakarta.

10. Apa hasil sidang yang dilaksanakan pada 19 desember 1948 di istana presiden ?
Jawaban : tanggal 19 Desember 1948. Sidang memutuskan bahwa bila terjadi sesuatu kepada
Mr. Syafrudin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran Rakyat yang sedang berada di Bukittinggi
untuk membentuk Pemerintahan Darurat RI (PDRI)

11. Dalam PDRI MR. Syafruddin Prawiranegara menjabat sebagai ?


Jawaban : Mr. Syafruddin Prawiranegara, Ketua merangkap Menteri Pertahanan dan
Penerangan,

12. Sebutkan 3 pejabat di bidang militer ?


Jawaban : 1) Letnan Jenderal Sudirman, Panglima Besar Angkatan Perang RI. 2) Kolonel Abdul
Haris Nasution, Panglima Tentara & Teritorium Jawa. 3) Kolonel R. Hidajat Martaatmadja,
Panglima Tentara & Teritorium Sumatera

13. Sebutkan salah satu wilayah yang telah dibentuk PDRI membentuk 5 wilyah sebutkan
salah satunya ?
Jawaban : Aceh, termasuk Langkat dan Tanah Karo.
Gubernur Militer : Tgk Daud Beureu'eh di Beureu'eh
Wakil Gubernur Militer : Letnan Kolonel Askari

14. Apa mandat yang diberikan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara ?


Jawaban : Soekarno - Hatta memberi mandat kepada Menteri Kemakmuran Mr. Sjafruddin
Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatra. Kedua, jika ikhtiar
Sjafruddin gagal, maka mandat diberikan kepada Mr. A.A.Maramis untuk mendirikan
pemerintah dalam pengasingan di New Delhi, India.

15. Siapa yang bertanggung jawab peristiwa 19 Desember 1948 ?


Jawaban : Sidang antara PDRI dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta serta
sejumlah menteri kedua kabinet. Pada sidang tersebut, Pemerintah Hatta memper tanggung
jawabkan peristiwa 19 Desember 1948.

16. Apa isi perjanjian Linggarjati ?


Jawaban :
a) Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan
Sumatera.

b) Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk Negara Indonesia


Serikat yang terdiri atas: Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara
Kalimantan.
c) Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan merupakan suatu uni (kesatuan) yang
dinamakan Uni Indonesia-Belanda dan diketuai oleh Ratu Belanda.

17. Agresi militer Belanda 1 menimbulkan …...


Jawaban : Menimbulkan protes dari negara-negara tetangga dan dunia internasional.

18. Sebutkan bentuk Komisi Tiga Negara ?


Jawaban :
1. Australia, dipilih oleh Indonesia;
2. Belgia, dipilih oleh Belanda;
3. Amerika Serikat, dipilih oleh Australia dan Belanda.

19. Kondisi PDRI yang selalu bergerilya keluar masuk hutan diejek radio Belanda sebagai
…….
Jawaban : Sebagai Pemerintah Dalam Rimba Indonesia

20. Sebutkan isi perjanjian Rum-Royen ?


Jawaban : Perjanjian Rum-Royen adalah sebagai berikut :
A . Pemerintah Republik I ndonesia dikembalikan ke Yogyakarta.

B . Menghentikan gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik.

C. Belanda menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia
Serikat.
D. Akan diselenggarakan perundingan lagi, yaitu KMB, antara Belanda dan Indonesia
setelah Pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta.

21. Bagaimana bentuk Negara setelah adanya RIS ?


Jawaban : Dengan adanya RIS maka bentuk negara kesatuan berubah menjadi bentuk
negara serikat.

22. Sebutkan 2 lampiran konstitusi RIS ?


Jawaban :
1. Pengaturan Kewarga negaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Serikat.
2. Hak memberi grasi, amnesti, dan abolisi.

23. Sebutkan 3 daerah menurut status quo yang terdapat di dalam perjanjian Renville ?
Jawaban :
1. Negara Indonesia Timur
2. Negara Pasundan, termasuk distrik federal Jakarta
3. Negara Jawa Timur

24. Dalam konstitusi RIS diatur mengenai system pemerintahan yang digunakan
(Zulkamain, 2012 : 101). Sebutkan salah satunya !
Jawaban : Perdana Menteri diangkat oleh Presiden, bukan oleh parlemen sebagaimana
lazimnya.

25. Apa yang ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 1950 ?


Jawaban : Pada tanggal 15 Agustus 1950 ditetapkanlah UU Federal No. 7 tahun 1950
tentang Undang-undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, yang berlaku sejak t anggal 17 Agustus
1950
( MENGENAI KOMPETENSI DASAR 3.10 DAN 3.11 )

DI SUSUN

NAMA : SUKMAWATI .S. PUTRI

KELAS : XI-IPS 3
T/P.2016-2017

SMA NEGERI 1 LIMBOTO

Anda mungkin juga menyukai