Anda di halaman 1dari 53

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini dibuat sebagai bukti telah menyelesaikan laporan Laboratorium Uji
Bahan tentang pengujian agregat jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang .

Nama Anggota Kelompok :

1. Catur Ali Zulfikar (183131)


2. Dwiky Satria Aji (183131)
3. Nasta Natasya Amelia (183131)
4. Rena Novita (1831310001)
Kelas : 1D

Tanggal Praktek : 21 Februari – 0 2019

Malang,
Diperiksa Pembimbing

Sugeng Riyanto, ST., MT

NIP. 19630503 198902 1 001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Laporan
Laboratorium Uji Bahan tentang pengujian agregat, ini dibuat untuk memenuhi
Laporan Tugas mata kuliah Laboratorium Uji Bahan. Laporan ini terdiri dari
beberapa fakta dan data dari uji praktikum yang telah kami lakukan selama satu
semester. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Sugeng Riyanto,
ST., MT selaku dosen pembimbing mata kuliah Laboratorium Uji Bahan yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini. Tak lupa kami sampaikan
kepada teman - teman kelas 1D yang telah membantu. Semoga dengan dibuatnya
laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan mohon maaf bila ada kesalahan
dalam penulisan maupun penyusunan laporan ini.

Malang, 21 Februari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT KASAR DAN HALUS

1.1. PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT KASAR


1.1.1 Tujuan
1.1.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat - sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.

1.1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan kadar air agregat
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar air agregat
c. Menggunakan peralatan dengan terampil

1.1.2 Dasar Teori


Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Jumlah air yang
terkandung di dalam agregat perlu diketahui, karena akan mempengaruhi
jumlah air yang diperlukan di dalam campuran beton. Agregat yang basah
(banyak mengandung air), akan membuat campuran juga lebih basah dan
sebaliknya.

1.1.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110±5)⁰C
c. Talam atau cawan, terbuat dari porselin atau logam tahan karat
1.1.4 Benda Uji
Berat contoh agregat minumum tergantung pada ukuran butir maksimum sesuai
pada tabel 1.1

1
Tabel 1.1 Berat Agregat Untuk Pengujian Kadar Air
Ukuran Butiran Berat Agregat Ukuran Butiran Berat Agregat
(mm) (kg) (mm) (kg)

6,3 0,5 50,8 8


9,6 1,5 63,5 10

12,7 2 76,2 13

19,1 3 88,9 16

25,4 4 101,6 25

38,1 6 152,4 50

1.1.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Timbang berat Talam/Cawan ( W₁ ) Kerikil

Sampel 1

Sampel 2

2
b. Masukan benda uji ke dalam Talam/Cawan dan timbang beratnya ( W₂)
Kerikil

Sampel 1

Sampel 2

c. Hitung berat benda uji ( W₃ = W₁ - W₂ )


d. Keringkan benda uji berikut dengan Talam/Cawan didalam oven dengan
suhu ( 110 ± 5 )⁰C

3
e. Timbang berat Talam/Cawan dan benda uji setelah dikeringkan ( W₄)
Kerikil

Sampel 1

Sampel 2

f. Hitung berat benda uji kering oven ( W₅ = W₄ - W₁ )

4
Data Pengujian Kadar Air Agregat Kasar
Benda uji
Pemeriksaan
I II
Berat Cawan W1 40,5 40
Berat Cawan + Benda Uji W2 486 424
Berat Benda Uji W3 = W2-W1 445,5 384
Berat Cawan + Benda Uji kering Oven W4 480,5 420
Berat Benda Uji Kering Oven W5 440 380
𝑊3−𝑊5
Kadar Air = X100% 0,01 0,01
𝑊3

Kadar Air Rata-rata 0,01

1.1.6 Perhitungan
𝑊ᴣ−𝑊₅
Kadar air agregat = 𝑊₃ x 100%

dimana : Wᴣ = berat benda uji semula (gram)


W₄ = berat benda uji kering oven (gram)
Perhitungan
𝑊ᴣ−𝑊₅
Kadar air agregat kerikil sampel 1 = x 100%
𝑊₃
445,5−440
= x 100% = 0.01 %
445,5
𝑊ᴣ−𝑊₅
Kadar air agregat kerikil sampel 2 = x 100%
𝑊₃
384−380
= x 100% = 0.01 %
384

1.1.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil perhitungan kadar air agregat dalam 2 (dua) desimal
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh
Catatan :
Pemeriksaan kadar air agregat dilakukan maksimal dua kali, kemudian
diambil rata- ratanya

Kesimpulan :
Dari 2 kali percobaan yang dilakukan dan pengolahan data yang
diperoleh,menghasilkan nilai kadar air kerikil yang tidak jauh berbeda antara
percobaan pertama dan kedua. Sehingga diperoleh rata-rata yaitu 0.01 %

5
1.1.8 Referensi
1. DPU Manual Pemeriksaan Bahan Jalan PB-210-76
2. ASTM C-556-67
3. PEDC.Bandung.Pengujian Bahan . Edisi 1983
4. Modul Pengujian Bahan Bangunan Politeknik Universitas
Brawijaya 2000

6
1.2 PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
1.2.1 Tujuan
1.2.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat - sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.

1.2.1.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan kadar air agregat
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar air agregat
c. Menggunakan peralatan dengan terampil
1.2.2 Dasar Teori
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Jumlah air yang terkandung
di dalam agregat perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang
diperlukan di dalam campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung
air), akan membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya.

1.2.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110±5)⁰C
c. Talam atau cawan, terbuat dari porselin atau logam tahan karat

1.2.4 Benda Uji


Berat contoh agregat minumum tergantung pada ukuran butir maksimum sesuai
pada tabel 1.1

7
Tabel 1.1 Berat Agregat Untuk Pengujian Kadar Air
Ukuran Butiran Berat Agregat Ukuran Butiran Berat Agregat
(mm) (kg) (mm) (kg)

6,3 0,5 50,8 8

9,6 1,5 63,5 10

12,7 2 76,2 13
88,9 16
19,1 3
101,6 25
25,4 4

38,1 6 152,4 50

1.2.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Timbang berat Talam/Cawan ( W₁ )

Sampel 1

8
Sampel 2
b. Masukan benda uji ke dalam Talam/Cawan dan timbang beratnya ( W₂)
Pasir

Sampel 1

9
Sampel 2
c. Hitung berat benda uji ( W₃ = W₁ - W₂ )
d. Keringkan benda uji berikut dengan Talam/Cawan didalam oven dengan
suhu ( 110 ± 5 )⁰C
e. Timbang berat Talam/Cawan dan benda uji setelah dikeringkan ( W₄) Pasir

Sampel 1

10
Sampel 2

Data Pengujian Kadar Air Agregat Kasar


Benda uji
Pemeriksaan
I II
Berat Cawan W1 72,5 71
Berat Cawan + Benda Uji W2 783 737
Berat Benda Uji W3 = W2-W1 710,5 666
Berat Cawan + Benda Uji kering Oven W4 745,5 704,5
Berat Benda Uji Kering Oven W5 673 633,5
𝑊3−𝑊5
Kadar Air = X100% 0,05 0,05
𝑊3

Kadar Air Rata-rata 0,05

1.2.6 Perhitungan
𝑊ᴣ−𝑊₅
Kadar air agregat = 𝑊₃ x 100%

dimana : Wᴣ = berat benda uji semula (gram)


W₄ = berat benda uji kering oven (gram)
Perhitungan
𝑊ᴣ−𝑊₅
Kadar air agregat pasir sampel 1 = x 100%
𝑊₃
710,5−673
= x 100% = 0.05 %
710,5
𝑊ᴣ−𝑊₅
Kadar air agregat pasir sampel 2 = x 100%
𝑊₃
666−633,5
= x 100% = 0.05%
666

11
1.2.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil perhitungan kadar air agregat dalam 2 (dua) desimal
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh
Catatan :
Pemeriksaan kadar air agregat dilakukan maksimal dua kali, kemudian
diambil rata- ratanya
Kesimpulan :
Dari 2 kali percobaan yang dilakukan dan pengolahan data yang
diperoleh,menghasilkan nilai kadar air kerikil yang tidak jauh berbeda antara
percobaan pertama dan kedua. Sehingga diperoleh rata-rata yaitu 0.05%

12
BAB II
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Instruktsional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
2.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
halus
c. Menggunakan peralatan dengan terampil

2.2 Dasar Teori


Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air
dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah
kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan
kondisi jenuh permukaan kering (SSD = Saturated Surface Dry)

2.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5)⁰C
c. Talam atau cawan, terbuat dari porselin atau logam tahan karat
d. Piknometer / gelas ukur, dengan kapasitas 500 ml
e. Kerucut terpancung (Cone) untuk menentukan keadaan JPK/SSD. Dengan
diameter atas (40 ± 3) mm, diameter bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm
terbuat dari bahan logam dengan tebal minimum 0,8 mm
f. Penumbuk yang mempunyai penampang rata, berat (340 ± 15) gram, diameter
permukaan penumbuk (25 ± 3) mm
g. Saringan No. 4 (4,75 mm)
h. Thermometer

13
i. Hotplate
j. Desikator
k. Alat pembagi contoh atau riffle sampler
l. Air suling

2.4 Benda Uji


a. Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No. 4 yang diperoleh dari alat
pembagi contoh atau sistem perempat bagian (quartering) dan dibuat dalam
keadaan jenuh permukaan kering (SSD)
b. Berat benda uji sebanyak ± 1000 gram

2.5 Prosedur Pelaksanaan

1. Siapkan alat dan bahan

2. Penentuan Agregat
Halus Dalam Kondisi Jenuh Permukaan Kering atau SSD :
 Masukan benda uji ke dalam kerucut terpancung dalam 3 (tiga) lapis, dimana
pada masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8 (delapan) kali, ditambah 1
(satu) kali penumbukan untuk bagian atasnya (total penumbukan sebanyak 25
kali
 Angkat cetakan kerucut terpancung secara perlahan-lahan

14
 Periksa bentuk agregat hasil pencetakan setelah kerucut terpancung diangkat,
keadaan jenuh permukaan kering/SSD tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi
masih dalam keadaan cetak
3. Penentukan Berat jenis dan Penyerapan Agregat Halus
 Timbang agregat dalam keadaan SSD sebanyak 500 gram dan masukan ke dalam
piknometer/gelas ukur

Sampel 1 Sampel2
 Masukan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, dan putar sambil
diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya. Proses untuk
menghilangkan gelembung udara dalam piknometer dapat dipercepat
dengan menggunakan pompa hampa udara atau dengan cara merebus
piknometer.
 Tambahkan air suling sampai mencapai tanda batas

15
 Timbang piknometer yang berisi air dan benda uji ( B₁ )
 Keluarkan benda uji dan keringkan benda uji dengan Talam/Cawan di
dalam oven dengan suhu (110 ± 5)⁰, sampai beratnya tetap, kemudian
dinginkan dan timbang beratnya ( B₂ )

 Isi kembali
piknometer dengan air suling sampai pada tanda batas, kemudian timbang
beratnya ( B₃ )

16
2.6 Perhitungan
1. Berat Jenis Kering (bulk dry specific grafity)
𝐵₂
Bj bulk = 𝐵 ₁ + 500 − 𝐵 ₁

2. Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering/SSD


500
Bj jpk = 𝐵 ₃ + 500 − 𝐵 ₁

3. Berat Jenis Semu (Apparent Specific Grafity)


𝐵₂
Bj app = 𝐵₃+𝐵₂−𝑩₁

4. Penyerapan Absorpsi
500 − 𝐵 ₂
Abs = x 100 %
𝐵₂

dimana :
B₁ = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
B₂ = berat benda uji kering oven (gram)
B₃ = berat piknometer berisi air suling (gram)
500 = berat benda uji dalam keadaan JPK/SSD
Tabel 2.1 Data Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Pasir
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Cawan 75 69
Berat Benda Uji JPK/SSD BJ 575 569
Berat Benda Uji Kering Oven B2 500 500
Berat Piknometer + Air B3 712,42 712,42
Berat Piknometer + Air + Benda Uji B1 1031,83 1027,93

Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Bj bulk (ov) = 𝐵2/((𝐵3+𝐵𝑗−𝐵1)) 1,96 1,97
Bj JPK/ SSD = 𝐵J/((𝐵3+𝐵𝑗−𝐵1))
2,25 2,24
Bj App = 𝐵2/((𝐵3+𝐵𝑗−𝐵1)) 1,96 1,97
Penyerapan = Bj - B2/B2 0,13 0,14

 Berat Jenis Kering (bulk dry specific grafit) sampel 1


𝐵₂ 574.17
Bj bulk = = = 1.96
𝐵 3 + 𝐵𝑗− 𝐵 ₁ 712.42+ 575 − 1031.03

 Berat Jenis Kering (bulk dry specific grafit) sampel 2


𝐵₂ 566.45
Bj bulk = = = 1.97
𝐵 3 + 𝐵𝑗 − 𝐵 ₁ 712.42+ 569− 1027.93

17
 Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering/SSD sampel 1
500 500
Bj jpk = = = 2,25
𝐵 1 + 𝐵𝑗 − 𝐵 ₁ 1031.03 + 575 − 1031.03

 Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering/SSD sampel 2


500 500
Bj jpk = = = 2,24
𝐵 1 + 𝐵𝑗 − 𝐵 ₁ 1027.93 + 569 − 1027.93

 Berat Jenis Semu (Apparent Specific Grafity) sampel 1


𝐵₂ 500
Bj app = = = 1.96
𝐵₃+𝐵₂−𝑩₁ 712.42 + 500 − 𝟏𝟎𝟑𝟏.𝟎𝟑

 Berat Jenis Semu (Apparent Specific Grafity) sampel 2


𝐵₂ 500
Bj app = = = 1.97
𝐵₃+𝐵₂−𝑩₁ 712.42+ 500 − 𝟏𝟎𝟐𝟕.𝟗𝟑

 Penyerapan Absorpsi sampel 1


𝐵𝑗−𝐵2
Abs = x 100 %
𝐵₂
575− 500
Abs = x 100 % = 0.13%
500

 Penyerapan Absorpsi sampel 2


𝐵𝑗−𝐵2
Abs = 𝐵₂
x 100 %
569−500
Abs = x 100 % = 0.14%
500

2.7 Pelaporan
a. Laporan hasil perhitungan berat jenis dan penyerapan dalam 2 (dua)
desimal
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh
Kesimpulan :
Hasil perhitungan berat jenis dan percobaan yang dilakukan 2 kali
meemperoleh hasil yang terpaut jauh karena perbedaan jumlah bahan uji
yang digunakan. Namun kedua hasil percobaan tetap dijumlah untuk
memeperoleh rata rata sebesar 0.13%.

18
Catatan :
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus, dilakukan minimal
2 (dua) kali, kemudian diambil nilai rata-ratanya.

19
BAB III
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
3.1 Tujuan
3.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
3.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :
a. Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
b. Menjeleskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat kasar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil

3.2 Dasar Teori


Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air
dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah
kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan
kondisi jenuh permukaan kering (SSD = Saturated Surface Dry).

3.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh, kapasitas 5000 gram
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5) º C
c. Talam atau cawan, terbuat dari porselin atau logam tahan karat
d. Piknometer / gelas ukur, dengan kapasitas 1000 ml
e. Alat pembagi contoh (riffle_sampler)
f. Termometer
g. Kain penyerap
h. Desikator
i. Air suling

20
3.4 Benda Uji
Benda uji adalah agregat kasar yang diperoleh dengan menggunakan riffle
sample atau sistem perempat bagian (quartering), sebanyak ± 5000 gram.
3.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu dan bahan-bahan lain yang melekat
pada permukaan agregat
b. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam
c. Keluarkan benda uji dari perendaman, dan lap dengan kain penyerap sampai
selaput air pada permukaan agregat hilang (agregat ini dinyatakan dalam
kondisi jenuh permukaan kering/SSD)
Perhatikan !
Untuk butiran yang besar, pengeringan dengan lap harus satu persatu

d. Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh permukaan kering/SSD ( Bj )

Sampel 1 Sampel 2
e. Masukkan benda uji ke dalam piknometer/gelas ukur, tambahkan air suling
hingga benda uji terendam dan permukaan air sampai tanda batas (pada
piknometer/gelas ukur diberi tanda batas), kemudian timbang beratnya (B1)

21
f. Keluarkan benda uji dan keringkan benda uji dengan Talam/Cawan di dalam
oven dengan suhu (115 ± 5) º C, sampai beratnya tetap, kemudian diinginkan
dan timbang beratnya (B2).

g. Isi kembali piknometer dengan air suling sumpai pada tanda batas, kemudian
timbang beratnya (B3)

3.6 Perhitungan
1. Berat Jenis Kering (bulk dry specific grafity)
𝑩𝟐
Bj bulk = 𝑩𝟑+𝑩𝒋−𝑩𝟏

2. Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering/SSD


𝑩𝟐
Bj jpk = 𝑩𝟑+𝑩𝒋−𝑩𝟏

22
3. Berat Jenis Semu (Apparent Specific Grafity)
𝑩𝟐
Bj app = 𝑩𝟑+𝑩𝒋−𝑩𝟏

4. Penyerapan/Absorpsi
𝑩𝒋−𝑩𝟐
Abs = 𝑥 100%
𝑩𝟐

Dimana : B1 = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)


B2 = berat benda uji kering oven (gram)
B3 = berat piknometer berisi air suling (gram)
B4 = berat benda uji dalam keadaan JPK/SSD (gram)

TABEL HASIL PERCOBAAN


Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Cawan 39 41
Berat Benda Uji JPK/SSD BJ 539 541
Berat Benda Uji Kering Oven B2 500 500
Berat Piknometer + Air B3 994 994
Berat Piknometer + Air + Benda Uji B1 1313,8 1317,6

Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Bj bulk (ov) = 𝐵2/((𝐵3+𝐵𝑗−𝐵1)) 2,28 2,30
Bj JPK/ SSD = 𝐵J/((𝐵3+𝐵𝑗−𝐵1)) 2,46 2,49
Bj App = 𝐵2/((𝐵3+𝐵𝑗−𝐵1)) 2,28 2,30
Penyerapan = Bj - B2/B2 0,07 0,08

 Berat Jenis Kering (bulk dry specific grafit) sampel 1


𝐵₂ 500
Bj bulk = = = 2.28
𝐵 3 + 𝐵𝐽 − 𝐵 ₁ 994+ 539 − 1313.8

 Berat Jenis Kering (bulk dry specific grafit) sampel 2


𝐵₂ 500
Bj bulk = = = 2.30
𝐵 3 + 𝐵𝐽 − 𝐵 ₁ 994+ 541− 1317.6

 Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering/SSD sampel 1


𝐵𝐽 539
Bj jpk = = = 2,46
𝐵 1 + 𝐵𝐽 − 𝐵 ₁ 1313.8+ 539 − 1313.8

 Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering/SSD sampel 2

23
𝐵𝐽 541
Bj jpk = = = 2,49
𝐵 1 + 𝐵𝐽 − 𝐵 ₁ 1317.5+ 541 − 1317.6

 Berat Jenis Semu (Apparent Specific Grafity) sampel 1


𝐵₂ 500
Bj app = = = 2.28
𝐵₃+𝐵₂−𝑩₁ 994 + 500 − 𝟏𝟑𝟏𝟑.𝟖

 Berat Jenis Semu (Apparent Specific Grafity) sampel 2


𝐵₂ 500
Bj app = = = 2,30
𝐵₃+𝐵₂−𝑩₁ 994+ 500 − 𝟏𝟑𝟏𝟕.𝟓

 Penyerapan Absorpsi sampel 1


𝐵𝐽 − 𝐵 ₂
Abs = x 100 %
𝐵₂
539 − 500
Abs = x 100 % = 0.07%
500

 Penyerapan Absorpsi sampel 2


𝐵𝐽 − 𝐵 ₂
Abs = x 100 %
𝐵₂
541 − 500
Abs = x 100 % = 0.08%
500

2.7 Pelaporan
a. Laporan hasil perhitungan berat jenis dan penyerapan dalam 2 (dua)
desimal
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh
Kesimpulan :
Hasil perhitungan berat jenis dan percobaan yang dilakukan 2 kali
meemperoleh hasil yang terpaut jauh karena perbedaan jumlah bahan uji
yang digunakan. Namun kedua hasil percobaan tetap dijumlah untuk
memeperoleh rata rata sebesar 0.07 %.
Catatan :
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus, dilakukan minimal
2 (dua) kali, kemudian diambil nilai rata-ratanya.

24
BAB IV
PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT HALUS DAN KASAR

4.1 Tujuan
4.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton dengan benar.
4.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan berat isi agregat halus, kasar dan agregat campuran.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat isi agregat halus, kasar dan
agregat campuran
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

4.2 Dasar Teori


Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah rasio antara
berat agregat dan isi/ volume. Berat isi agregat diperlukan dalam pehitungan
bahan campuran beton, apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume.

4.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
b. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
c. Tongkat pemadat dengan diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat,
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Mistar perata (straight edge)
e. Sendok/ sekop
f. Wadah (Mould) baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang
berkapasitas.

25
4.4 Benda Uji
Benda uji adalah agregat halus, kasar dan atau campuran, sekurang-kurangnya
sebanyak kapsitas wadah sesuai dalam tabel diatas.
4.5 Prosedur Pelaksanaan
4.5.1 Berat Isi Lepas
a. Timbang dan catatlah beratnya wadah/ mould baja ( W 1 )

b. Masukan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir,
dengan ketinggian maksimum 5 (lima) cm di atas wadah dengan menggunakan
sendok atau sekop sampai penuh.

c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.


d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji ( W 2 )

26
e. Hitung berat benda uji ( W 3 = W 2 - W 1 )

4.5.2 Berat Isi Padat dengan Cara Penusukan


a. Timbang dan catatlah berat wadah/mould ( W 1 )
b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata.

c. Ratakan permukaanbenda uji dengan menggunakan mistar perata


d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji ( W 2 )

e. Hitung berat uji ( W 3 = W 2 – W 1 ).


4.5.3 Berat Isi Padat dengan Cara Penggoyangan
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W 1)

27
b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
c. Padatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah seperti
berikut:
- Letakan wadah diatas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu
sisinya kira-kira setinggi 5 cm, kemudian lepaskan.
- Ulangi hal tersebut diatas pada posisi berlawanan, dan padatkan setiap lapis
sebanyak 25 kali untuk setiap sisi.

d. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.


e. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji ( W 2 )

28
f. Hitung berat benda uji ( W 3 = W 2 – W 1 )

4.6 Perhitungan
W3
Berat Isi Agregat = kg/ dm ³
V
Dimana W3 = Berat material yang diuji ( kg )
V = Isi wadah ( dm ³ )

29
PENGOLAHAN DATA

BERAT ISI LEPAS AGREGAT HALUS


Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Mould W1 3372 3372
Berat Mould + benda uji W2 6960 6934
W3 = W2-
Berat benda uji 3588 3562
W1
Berat Mould + air W4 6256 6256
V = W4-
Berat air / volume Mould 2884 2884
W1
Berat isi agregat W3/V 1.24 1.23

Rata - rata Berat Isi Agregat 1.23

BERAT ISI LEPAS KASAR


Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Mould W1 3372 3372
Berat Mould + benda uji W2 7445 7422
W3 = W2-
Berat benda uji 4073 4050
W1
Berat Mould + air W4 6256 6256
V = W4-
Berat air / volume Mould 2884 2884
W1
Berat isi agregat W3/V 1.41 1.40
Rata - rata Berat Isi Agregat 1.40

30
BERAT ISI LEPAS DENGAN PENUSUKAN AGREGRAT
KASAR
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Mould W1 3372 3372
Berat Mould + benda uji W2 7928 7868
W3 = W2-
Berat benda uji 4556 4496
W1
Berat Mould + air W4 6256 6256
V = W4-
Berat air / volume Mould 2884 2884
W1
Berat isi agregat W3/V 1.58 1.56
Rata - rata Berat Isi Agregat 1.57

BERAT ISI LEPAS DENGAN PENUSUKAN AGREGAT


HALUS
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Mould W1 3372 3372
Berat Mould + benda uji W2 7558 7660
W3 = W2-
Berat benda uji 4186 4288
W1
Berat Mould + air W4 6256 6256
V = W4-
Berat air / volume Mould 2884 2884
W1
Berat isi agregat W3/V 1.45 1.49
Rata - rata Berat Isi Agregat 1.47

BERAT ISI PADAT DENGAN PENGGOYANGAN AGREGAT


KASAR
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Mould W1 3372 3372

31
Berat Mould + benda uji W2 7908 7978
W3 = W2-
Berat benda uji 4536 4606
W1
Berat Mould + air W4 6256 6256
V = W4-
Berat air / volume Mould 2884 2884
W1
Berat isi agregat W3/V 1.57 1.59
Rata - rata Berat Isi Agregat 1.58

BERAT ISI PADAT DENGAN PENGGOYANGAN AGREGAT


HALUS

Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Mould W1 3372 3372
Berat Mould + benda uji W2 7882 7894
W3 = W2-
Berat benda uji 4510 4522
W1
Berat Mould + air W4 6256 6256
Berat air / volume Mould V = W4- W1 2884 2884
Berat isi agregat W3/V 1.56 1.57
Rata - rata Berat Isi Agregat 1.56

32
BAB V
PENGUJIAN KADAR ORGANIK AGREGAT

5.1 Tujuan
5.1.1 Tujuan Intruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton yang benar.
5.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan kadar organik agregat halus.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar organik agregat halus.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

5.2 Dasar Teori


Kadar organik agregat adalah bahan-bahan organik yang tedapat di dalam
pasir yang dapat menimbulkan efek merugikan terhadap mutu mortar dan mutu
beton.

5.3 Peralatan
a. Tabung/botol kaca yang dilengkapi dengan skala isi.
b. Gelas ukur.
c. Larutan NaOH 3 (tiga) %.
d. Bahan pembantu merupakan cairan pembanding warna (warna standart) yang
terbuat dari:
1. Cairan Pembanding Permanen

33
Cairan Pembuatan:
Masukan campuran 9 (Sembilan) gram Ferri Chloria (FeCl 6H2O) dengan 1
(satu) gram Cobalt Chlorida (CoCI 6H2O) kedalaman 100 ml air yang telah
mengandung 1/3 ml asam chloride.

2. Cairan Pembanding Sementara ( untuk 1 kali pemakaian )


Cara Pembuatan:
Buatlah larutan asam tiatin dalam 10 % alcohol, larutan 3 % sodium
hidroksida, dan campuran 2,5 ml larutan asam tianin dengan 97,5 ml larutan
sodium hidroksida 3 %, kemudian kedalam botol tertutup rapat. Kocok dan
diamkan selama 24 jam.

5.4 Benda Uji


Benda uji adalah agregat halus,sebanyak 1/3 dari isi botol.

5.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Masukkan agregat halus yang diuji kedalam botol.

b. Tambahkan larutan sodium hidroksida 3 % kurang lebih banyak 2/3 isi botol.

34
c. Tutup botol sampai rapat, kemudian dikocok selama 10 menit.

 Diamkan selama 24 jam.

 Amati warna cairan diatas permukaan agregat halus yang ada dalam botol
dan bandingkan warnanya dengan larutan pembanding.

Sampel 1 Sampel 2
PENGOLAHAN DATA
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Cawa kosong 39.5 28.37
Berat Cawan + Isi 164.5 58.37

35
 Kesimpulan
Kadar organik di pasir coklat lebih tinggi daripada pasir hitam, karena
warna cairan dalam botol lebih pekat dari pada botol pasir hitam. Kadar organik
dikatakan tinggi (terlalu kotor) jika warna cairan dalam botol di atas agregat halus
lebih tua dibandingkan dengan larutan pembanding.

BAB VI
PENGUJIAN GRADASI BUTIRAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
6.1 Tujuan
6.1.1 Tujuan Inatruktural Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknlogi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
6.1.2 Tujuan Instruktural Khusus
Setelah melakukan percobaan jalan dengan dapat :
a. Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat halus
dan agregat kasar
c. Menggunakan peralatan dengan terampil
6.2 Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian
butir agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.gradasi
agregat adalah ditribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat
mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka volume pori akan besar.
Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang
kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang
lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain
kemampuannya tinggi.

36
Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu
butiran yang kemampuannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti
hanya membutuhkan bahan pengikat sedikit saja.
6.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitin 0,2 %, kapasitas maksimum 25 kg.
b. Alat pemisah contoh (Riffle sampler)
c. Talam / nampan
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai dengan
(110 ± 5)˚ C
e. Satu set ayakan standar untuk agregat halus.
f. Satu set ayakan standar untuk agregat halus.
g. Kuas, sikat kuningan.
6.4 Benda Uji
a. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak
1. Agregat Halus
Ukuran maksimum No. 4, berat minimum 500 gram
Ukuran maksimum No. 8, berat minimum 100 gram
2. Agregat kasar
Ukuran maksimum 3.5”, berat minimum 35 kg
Ukuran maksimum 3”, berat minimum 30 kg
Ukuran maksimum 2.5”, berat minimum 25 kg
Ukuran maksimum 2”, berat minimum 20 kg
Ukuran maksimum 1.5”, berat minimum 15 kg
Ukuran maksimum 1”, berat minimum 10 kg
Ukuran maksimum 3/4”, berat minimum 5 kg
Ukuran maksimum 1/2”, berat minimum 2,5 kg
Ukuran maksimum 3/8”, berat minimum 1 kg
b. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4. Selanjutnya
agregat halus dan agregat kasar yang harus disediakan sebanyak jumlah
seperti tercantum di atas.

37
6.5 Prosedur Pelaksanaan
a Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)˚ C, sampai beratnya
tetap.
b Saring benda uji lewat susunan ayakan dengan ukuran saringan paling besar
ditempat paling atas. Pengayakan ini dilakukan dengan tangan atau meletakan
susunan ayakan pada mesin penggetar/ pengguncang, dan digetarkan /
digoncang selama 15 menit.
c Bersihkan masing-masing ayakan, dimulai dari ayakan teratas dengan kuas.
Perhatikan ! penyikatan jangan terlalu keras, sekedar menurunkan debu yang
mungkin masih melekat pada ayakan.
d Timbang berat agregat yang tertahan di atas saringan / ayakan.
e Hitung prosentase berat benda uji tertahan di atas masing-masing ayakan
terhadap berat total benda uji.

Proses Pengayakan dengan mesin penggetar

38
Menimbang berat agregat yang tertahan diatas ayakan

PASIR

Diameter Lubang Berat Ayakan + Berat Benda


Berat Ayakan
Saringan(mm) Benda Uji Uji

38.1

38.10 - 19.20

19.20 - 9.60

9.60 - 4.80 565.5 567.5 2

4.80 - 2.40 586 602 16

2.40 - 1.20 547 613.5 66.5

1.20 - 0.60 518 519 1

0.60 - 0.30 475.5 586 110.5

39
0.30 - 0.15 430.5 545 114.5

0.15 - 0.00 405.5 477.5 72

PAN 464.5 487 22.5

Diameter Tertahan % Komulatif


Lubang Individ Individ
Saringan( u u Tertin Tem
mm) ggal bus
(gram) (%)
100,
38,1 0,00 0,00 0,00 00
38.10 - 100,
19.20 0,00 0,00 0,00 00
19.20 - 100,
9.60 0,00 0,00 0,00 00
9.60 - 100,
4.80 0,00 0,00 0,00 00
4.80 - 99,7
2.40 2,00 0,27 0,27 3
2.40 - 97,5
1.20 16,00 2,14 2,41 9
1.20 - 88,7
0.60 66,50 8,90 11,30 0
0.60 - 88,5
0.30 1,00 0,13 11,44 6
0.30 - 73,7
0.15 110,50 14,78 26,22 8
0.15 - 58,4
0.00 114,50 15,32 41,53 7
48,8
PAN 72,00 9,63 51,16 4
Jumlah 382,50 51,16
Modulus
Kehalusa
n

KERIKIL

%
Tertahan
Komulatif
Diameter Lubang Saringan (mm)
Indi Indi Terti Tem
vidu vidu nggal bus

40
(gra
(%)
m)
37.5 0 0 0 100
92.5
19 208 7.44 7.44
6
86.6
9.5 2423 94.08 5.92
4
165.
PAN 5.92 100.0 0
5
JUMLAH 2796 100. 201.5
.5 00 2

Ʃ 𝐾𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
MODULUS KEHALUSAN
2.02
100

BAB VII
PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT KASAR DENGAN MESIN LOS
ANGELES

7.1 Tujuan
7.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengahrunya
terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
7.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan nilai persen keausan agregat kasar
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian keausan agregat kasar
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

41
7.2 Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetukan ketahanan ataau kekuatan
agregat kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles.
Ketahanan atau kekuatsan agregat akan membatasi kekuatan beton yang dapat
dicapai bilamana kekuatan agregat tersebut kurang atau kira kira sama dengan
kekuatan beton yang direncanakan. Namun demikian biasanya sebagian besar
agregat yang tersedia, kekuatannya masih lebih besar dari kekuatan beton.
Nilai keausan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan
aus lewat saringan No. 12 terhadap berat semula dalam persen.

7.3 Peralatan
a. Mesin Los Angeles
b. Timbangan Dengan ketelitian 5 gram
c. Saringan No. 12 dan saringan-saringan lainnya.
d. Talam / nampan
e. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai dengan
( 110 ± 5 )ºC .
f. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (17/8”) dan berat masing-
masing antara 390-445 gram.
g. Kuas,sikat kuningan.

7.4 Benda Uji


a. Berat dan gradasi benda uji sesuai daftar 1.
b. Bersihkan benda uji dan keingkan dalam oven pada suhu ( 110 ± 5 )ºC sampai
bertanya tetap.

7.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Benda uji dan bola-bola baja dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles.

42
b. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 kali putaran untuk gradasi
A,B,C, dan D.

c. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, kemudian disaring
dengan No. 12, butiran yang tertahan diatasnya dicuci bersih dan selanjutnya
dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)ºC sampai beratnya tetap.

43
Benda uji telah disaring dan ditimbang

Tabel Hasil Percobaan

Gradasi Pemeriksaan …….. B ……

44
Ukuran Saringan Berat Material
Lewat Tertahan (gram)
76,2 63,5
63,5 50,8
50,8 37,5
37,5 25,4
25,4 19
19 12,5 2500
12,5 9,5 2500
9,5 6,3
6,3 4,75
4,75 2,36
Berat total Material
(A) 5000
Berat Material Tertahan Saringan No .12
(B) 4380
𝐴−𝐵
Keausan Agregat X 100%
𝐴

12,40

Perhitungan :
𝐴−𝐵
Keausan Agregat = X 100%
𝐴
5000−4380
Keausan Agregat = X 100% = 12,40 %
5000

Kesimpulan : berat benda uji yang dihasilkan memiliki nilai keausan 12,40%

BAB VIII
PENGUJIAN KEKERASAN AGREGAT KASAR

45
8.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengahrunya
terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
8.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan nilai persen keausan agregat kasar
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian keausan agregat kasar
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

8.3 Dasar Teori


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetukan nilai kekerasan agregat kasar
terhadap pembebanan. Kekerasan agregat adalah daya tahan agregat terhadap
kerusakan akibat penggunaan dalam konstruksi. Sifat-sifat kekerasan dari agregat ,
penting untuk diketahui bilaman agregat akan digunakan sebagai material bahan
bangunan dan jalan
Nilai kekerasan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan
aus lewat saringan 2,36 mm terhadap berat semula dalam persen.

8.4 Peralatan
a. Timbangan ketelitian 0,1 gram
b. Satu set alat uji yang terdiri dari :
 Silinder dengan diameter 115 mm dan tinggi 180 mm
 Alas terbuat dari plat baja
 Plunyer / pengarah beban
c. Saringan dengan ukuran 12,7 mm ; 9,5 mm ; 2,36 mm
d. Talam / nampan
e. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai dengan
( 110 ± 5 )ºC .
f. Alat pemadat ddengan diameter 9,5 mm dan tinggi 610 mm
g. Mesin penekan dengan daya beban 40 ton, kecepatan tekan 4 ton/menit

46
8.5 Benda Uji
a. Siapkan benda uji seberat ± 10 kg yang lolos saringan 12,7 mm dan tertahan
pada saringan 9,5 mm
b. Benda uji agregat dalam keadaan kering yang didapat setelah dimasukkan oven
selama 4 jam dengan suhu ( 110 ± 5 )ºC.
8.6 Prosedur Pelaksanaan
a. Timbang berat silinder dan plat alas ( C )

b. Benda uji dimasukkan ke dalam silinder sebanyak 3 lapis

c. Padatkan benda uji pada tiap lapis dengan alat penumbuk sebanyak 25 kali tiap
lapis.

47
d. Ratakan permukaan benda uji dan timbang berat silinder berisi benda uji dan plat
alas ( D )

e. Hitung berat benda uji semula ( A = D – C )


f. Tempatkan plunyer diatasanya permukaan benda uji, harus diperhatikan agar
plunyer tidak mendesak silinder

48
g. Kemudian masukkan ke dalam mesin tekan yang mempunyai daya tekan 40
ton dengan kecepatan tekan 4 ton/menit.
h. Keluarkan benda uji dari silinder, kemudian disaring dengan saringan ukuran
2,36 mm, dan timbang berat material yang tertahan pada saringan tersebut ( B
).

49
TABEL PENGOLAHAN DATA

BENDA UJI
PEMERIKSAAN
(gram)

Berat Slinder + Plat Alas


C 2186
Berat Slinder + Plat Alas+
Benda Uji D 2595

Berat Benda Uji Semula


A= D - C 409
Berat Benda Uji tertahan
Saringan 2,36 mm B 375

Kekerasan Agregat 𝐴−𝐵


𝑥100% 8,31
𝐵

Perhitungan :
𝐴−𝐵
Kekerasan Agregat = 𝑥100%
𝐵
409−375
Kekerasan Agregat = 𝑥100% = 8,31%
375

Kesimpulan :
Hasil yang dihasilkan dalam percobaan adalah 8,31% jika untuk perkerasan
beton agregat tidak boleh lebih dari 45%.

50

Anda mungkin juga menyukai