Anda di halaman 1dari 11

LAMPIRAN I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ....TAHUN 2010

TENTANG

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(SMK3)

1. PENETAPAN KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Dalam menerapkan SMK3, perusahaan harus memiliki kebijakan K3, yang dibuat
melalui tinjauan awal kondisi K3 dan proses konsultasi antara pengurus dan wakil
pekerja/buruh. Kebijakan K3 harus disahkan oleh puncak pimpinan perusahaan dan
harus :
a. Tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;
b. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;
c. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu, kontraktor,
pemasok dan pelanggan;
d. Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik;
e. Bersifat dinamik;
f. Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih
sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan
perundang-undangan.

Untuk memenuhi hal-hal tersebut di atas maka pengusaha dan atau pengurus
perusahaan/tempat kerja harus menunjukan kepemimpinan dan komitmen terhadap
K3 dengan menyediakan sumberdaya yang memadai dan diwujudkan dalam:
a. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan
perusahaan;
b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain
yang diperlukan di bidang K3;
c. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan K3;
d. Perencanaan K3 yang terkoordinasi;
e. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

1
Wujud kepemimpinan dan komitmen tesebut pada butir a sampai dengan e
diadakan peninjauan ulang secara teratur.
Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap
K3 sehingga penerapan Sistem Manajemen K3 berhasil diterapkan dan
dikembangkan.
Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada ditempat kerja harus berperan
serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.

2. PERENCANAAN
Perusahaan harus memiliki prosedur perencanaan yang efektif guna pembuatan
dan penetapan rencana K3 oleh pengusaha. Rencana K3 harus jelas dan
mempunyai tujuan, sasaran,skala prioritas, upaya pengendalian bahaya, penetapan
sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian dan sistem
pertanggungjawaban dengan mempertimbangkan hasil penelaahan awal, identifikasi
bahaya, penilaian dan pengendalian risiko sesuai persyaratan perundang-undang
yang berlaku serta sumber daya yang dimiliki.

2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko


Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan produk
barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk
memenuhi kebijakan K3. Untuk itu harus ditetapkan dan dipelihara
prosedurnya.

2.2. Peraturan Perundangan dan Persyaratan lainnya


Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi,
identifikasi dan pemahaman peraturan perundangan dan persyaratan lainnya
yang berkaitan dengan K3 sesuai dengan kegiatan perusahaan yang
bersangkutan. Pengusaha dan atau pengurus harus menjelaskan peraturan
perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap pekerja/buruh.

2.3. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan sasaran K3 dalam rencana yang ditetapkan oleh pengusaha harus
berdasarkan pada kebijakan K3, sekurang-kurangnya memenuhi kualifikasi :
a. Dapat diukur;
b. Satuan/indikator pengukuran;
c. Sasaran pencapaian;
d. Jangka waktu pencapaian

Penetapan tujuan dan sasaran K3 harus dikonsultasikan dengan wakil


pekerja/buruh, ahli K3, P2K3 dan pihak-pihak lain yang terkait. Tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan
perkembangan.

2
2.4. Indikator Kinerja
Dalam menilai pencapaian tujuan dan sasaran K3, perusahaan harus
menggunakan indikator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian
kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan
pencapaian tujuan penerapan SMK3.

2.5. Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung


Keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3, diperlukan perencanaan
awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung secara efektif guna
menghasilkan rencana aksi yang jelas dan dapat dikembangkan secara
berkelanjutan. Untuk itu pengusaha dan atau pengurus perusahaan/tempat
kerja harus :
a. Menetapkan sistem pertanggungjawaban dalam pencapaian tujuan dan
sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang
bersangkutan;
b. Menetapkan sarana dan jangka waktu untuk pencapaian tujuan dan
sasaran.

3. PELAKSANAAN RENCANA
Dalam mencapai tujuan dan sasaran K3 sebagaimana tertuang dalam rencana,
pengusaha dan atau pengurus harus terus mengorganisir pelaksanaannya dan
menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi sesuai dengan sistem manajemen
yang diterapkan dan harus didukung dengan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana yang memadai.

3.1. Jaminan Kemampuan


3.1.1. Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana
Perusahaan harus menyediakan personel yang memiliki kualifikasi, sarana
dan dana yang memadai.
Penyediakan sumber daya tersebut, perusahaan harus membuat prosedur
yang dapat memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang
harus dikeluarkan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh pengusaha dan
atau pengurus agar penerapan SMK3 dapat efektif adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan sumber daya yang memadai sesuai dengan ukuran dan
kebutuhan dan memiliki kompetensi kerja dan kewenangan dibidang K3
yang dibuktikan melalui sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang, surat ijin kerja/operasi atau surat penunjukan dari instansi
yang berwenang
b. Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap
tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap
pelatihan yang dibutuhkan;

3
c. Membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara
efektif;
d. Membuat peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli;
e. Membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan
tenaga kerja secara aktif.

3.1.2. Integrasi
Perusahaan dapat mengintegrasikan SMK3 ke dalam sistem manajemen
perusahaan yang ada. Dalam hal pengintegrasian tersebut terdapat
kemungkinan pertentangan dengan tujuan dan prioritas perusahaan, maka :
a. Tujuan dan prioritas SMK3 harus diutamakan;
b. Penyatuan SMK3 dengan sistem manajemen perusahaan dilakukan
secara selaras dan seimbang.

3.1.3. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat


Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak dalam perusahaan
didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan
SMK3, serta memiliki budaya perusahaan yang mendukung dan
memberikan kontribusi bagi SMK3. Oleh karena itu perusahaan harus;
a. Menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan
tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3 dan wewenang untuk
bertindak dan menjelaskan hubungan pelaporan untuk semua tingkatan
manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung;
b. Mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap
perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh
terhadap sistem dan program K3;
c. Dapat memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang
menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

Tanggung jawab pengurus terhadap K3 adalah:


a. Pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan
bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan;
b. Pengurus harus mengenali kemampuan pekerja/buruh sebagai sumber
daya yang berharga yang dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab dalam menerapkan dan
mengembangkan SMK3.

3.1.4. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran

4
Pengusaha dan atau pengurus perusahaan/tempat kerja harus menunjukan
komitmennya terhadap K3 melalui konsultasi dan melibatkan pekerja/buruh
maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan, pengembangan dan
pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan
merasakan hasilnya.
Pekerja/buruh harus memahami serta mendukung penerapan SMK3, dan
perlu disadarkan terhadap bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi dan
psikologis yang mungkin dapat menciderai dan melukai pada saat bekerja
serta harus memahami sumber bahaya tersebut sehingga dapat mengenali
dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.

3.1.5. Pelatihan dan Kompetensi Kerja


Penerapan dan pengembangan SMK3 yang efektif ditentukan oleh
kompetensi kerja dan pelatihan yang dimiliki dan diikuti oleh pekerja/buruh
di perusahaan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam
menjamin kompetensi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan SMK3.

Prosedur untuk melakukan identifikasi standar kompetensi kerja dan


penerapannya melalui program pelatihan harus tersedia dan
didokumentasikan.

Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan sesuai


kebutuhan dengan :
a. Menggunakan standar kompetensi kerja yang ada;
b. Memeriksa uraian tugas dan jabatan;
c. Menganalisis tugas kerja;
d. Menganalisis hasil inspeksi dan audit;
e. Meninjau ulang laporan insiden.

Hasil identifikasi kompetensi kerja tersebut digunakan sebagai dasar


penentuan program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi dasar
pertimbangan dalam penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja.

3.2. Kegiatan Pendukung


3.2.1. Komunikasi
Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber
penting dalam penerapan SMK3. Penyediaan informasi yang sesuai bagi
pekerja/buruh dan semua pihak yang terkait dapat digunakan untuk
memotivasi dan mendorong penerimaan serta pemahaman umum dalam
upaya perusahaan untuk meningkatkan kinerja K3.
Perusahan harus mempunyai prosedur untuk menjamin bahwa informasi
K3 terbaru di komunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan. Ketentuan
dalam prosedur tersebut dapat menjamin pemenuhan kebutuhan untuk :

5
a. Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan
tinjauan ulang manajemen pada semua pihak dalam perusahan yang
bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja perusahaan;
b. Melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 yang terkait dari luar
perusahaan;
c. Menjamin bahwa informasi yang terkait dikomunikasikan kepada orang-
orang di luar perusahaan yang membutuhkannya.

3.2.2. Pelaporan
Prosedur pelaporan informasi yang terkait dan tepat waktu harus ditetapkan
untuk menjamin bahwa SMK3 dipantau dan kinerjanya ditingkatkan.

Prosedur pelaporan internal harus ditetapkan untuk menangani :


a. Pelaporan terjadinya insiden;
b. Pelaporan ketidaksesuaian;
c. Pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Pelaporan identifikasi sumber bahaya.

Prosedur pelaporan eksternal perlu ditetapkan untuk menangani :


a. Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundangan;
b. Pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait.

3.2.3. Pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan unsur utama setiap sistem manajemen dan
harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Proses dan prosedur
kegiatan perusahaan harus ditentukan dan didokumentasikan serta
diperbarui apabila diperlukan. Perusahaan harus dengan jelas menentukan
jenis dokumen dan pengendaliannya yang efektif. Pendokumentasian
dalam penerapan SMK3 dapat mendukung kesadaran pekerja/buruh dalam
rangka mencapai tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem dan kinerja K3.
Bobot dan mutu pendokumentasian ditentukan oleh kompleksitas kegiatan
perusahaan. Apabila unsur SMK3 terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan secara menyeluruh, maka pendokumentasian SMK3 harus
diintegrasikan dalam keseluruhan dokumentasi yang ada.
Perusahaan harus mengatur dan memelihara kumpulan ringkasan
pendokumentasian untuk :
a. Menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3;
b. Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3;
c. Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur;
d. Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan
unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan;
e. Menunjukkan bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk
perusahaan telah diterapkan.

6
3.2.4. Pengendalian Dokumen
Perusahaan harus menjamin bahwa :
a. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan
tanggung jawab di perusahaan;
b. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan, jika diperlukan, dapat
direvisi;
c. Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh
personal yang berwenang;
d. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap
perlu;
e. Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan;
f. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.

3.2.5. Pencatatan dan Manajemen Informasi


Pencatatan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menunjukan
kesesuaian penerapan SMK3 dan harus mencakup :
a. Persyaratan eksternal/peraturan perundangan-undangan dan
internal/indikator kinerja K3;
b. Izin kerja;
c. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber
bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat
kerja, serta peralatan lainnya, bahan-bahan dan sebagainya,
lingkungan kerja, sifat pekerjaan , cara kerja dan proses produksi;
d. Kegiatan pelatihan K3;
e. Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;
f. Pemantauan data;
g. Hasil pengkajian, kecelakaan, insiden, keluhan dan tindak lanjut;
h. Identifikasi produk termasuk komposisinya;
i. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor;
j. Audit dan peninjauan ulang SMK3.

3.3. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko


Bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menetukan tingkat risiko yang
merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, selanjutnya dilakukan pengendalian.

3.3.1. Identifikasi Bahaya


Identifikasi bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan :
a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.

3.3.2. Penilaian Risiko


Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

7
3.3.3. Tindakan Pengendalian
Perusahaan harus melaksanakan pengendalian kegiatan-kegiatan, produk
dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan melaksanakan
kebijakan, standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan,
prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan
produk barang dan jasa.
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui
metode :
a. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,
ventilasi, higiene dan sanitasi;
b. Pendidikan dan pelatihan;
c. Insentif, penghargaan dan motivasi diri;
d. Evaluasi melalui internal audit, pemeriksaan/investigasi insiden dan
etiologi;
e. Penegakan hukum.

3.3.4. Perancangan (Design) dan Rekayasa


Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam proses
rekayasa harus dimulai sejak tahap perancangan dan perencanaan.
Setiap tahap dari siklus perancangan meliputi pengembangan, verifikasi,
tinjauan ulang, validasi dan penyesuaian harus dikaitkan dengan identifikasi
bahaya, prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Personel yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan
diberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan verifikasi
persyaratan SMK3.

3.3.5. Prosedur dan Instruksi Kerja


Prosedur dan instruksi kerja terdokumentasi pada saat dibuat harus
mempertimbangkan aspek K3 pada setiap tahapan. Rancangan dan tinjauan
ulang prosedur hanya dapat dibuat oleh personel yang memiliki kompetensi
kerja dengan melibatkan para pelaksana. Personel harus dilatih agar
memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur. Prosedur harus
ditinjau ulang secara berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan,
proses atau bahan baku yang digunakan.

3.3.6. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan


Pengadaan barang dan jasa melalui kontrak harus ditinjau ulang untuk
menjamin kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan K3 yang
ditentukan.

3.3.7. Pembelian/pengadaan
Sistem pembelian barang dan jasa termasuk didalamnya prosedur
pemeliharaan barang dan jasa harus terintegrasi dalam strategi penanganan
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sistem pembelian harus

8
menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan
memenuhi persyaratan K3.
Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus
menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan jasa
tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.

3.3.8. Produk Akhir


Produk akhir yang berupa barang atau jasa harus dapat dijamin
keselamatannya dalam pengemasan, penyimpanan, pendistribusian dan
penggunaan serta pemusnahan

3.3.9. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri


Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat
atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada
saat kejadian yang sebenarnya.
Pengujian prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh personil yang
memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya
besar harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang.

3.3.10.Rencana dan Pemulihan keadaan Darurat


Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden perusahaan
harus memiliki prosedur yang meliputi :
a. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai
mendapatkan pertolongan medik;
b. Proses perawatan lanjutan.
Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat
untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan
membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.

4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA


Perusahaan harus memiliki prosedur dan melakukan pemantauan dan evaluasi
kinerja K3. Pemantauan dan evaluasi kinerja meliputi pemeriksaan, pengujian,
pengukuran dan audit internal SMK3. Hasilnya harus dianalisis guna mengetahui
penerapan SMK3 dan pencapaian tujuan dan sasaran SMK3 serta untuk melakukan
tindakan perbaikan.

4.1. Pemeriksaan, Pengujian dan Pengukuran


Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur pemeriksaan,
pengujian dan pengukuran yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran K3,
Frekuensi pemeriksaan, pengujian dan pengukuran harus sesuai dengan
obyeknya yang mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.

9
Prosedur pemeriksaan, pengujian dan pengukuran secara umum meliputi :
a. Personel yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang
cukup.;
b. Catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang berlangsung
harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, pekerja/buruh dan kontraktor
kerja yang terkait;
c. Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk
menjamin telah dipenuhinya standar K3;
d. Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian
dan pengukuran;
e. Pemeriksaan/investigasi yang memadai harus dilaksanakan untuk
menemukan penyebab permasalahan dari suatu insiden;
f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.

4.2. Audit Internal SMK3


Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui
keefektifan penerapan SMK3. Audit harus dilaksanakan secara sistematik dan
independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan
metodologi yang telah ditetapkan.
Untuk menilai efektifitas penerapan SMK3, pelaksanaan audit internal dapat
menggunakan pedoman penilaian penerapan SMK3 sebagaimana tercantum
pada lampiran II peraturan ini, dan pelaporannya dapat menggunakan format
laporan yang tercantum pada lampiran III peraturan ini.
Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit
sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang di dapatkan di tempat kerja. Hasil
audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen.

4.3. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan


Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, dan evaluasi kinerja harus
didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan dan pencegahan
serta pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif.

5. PENINJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA

10
Pengusaha dan atau pengurus perusahaan/tempat kerja harus melakukan tinjauan
ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan
keefektifan yang berkesinambungan guna pencapaian tujuan SMK3.
Selain hal tersebut diatas tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3
terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap
kinerja perusahaan.
Tinjauan ulang penerapan SMK3 sekurang-kurangnya meliputi :
a. Evaluasi terhadap kebijakan K3;
b. Tujuan, sasaran dan kinerja K3;
c. Hasil temuan audit SMK3;
d. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3, kebutuhan untuk perbaikan dan
peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan :
1) perubahan peraturan perundangan;
2) tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
3) perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
4) perubahan struktur organisasi perusahaan;
5) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemologi;
6) pengkajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
7) pelaporan;
8) masukan dari pekerja/buruh.

Hasil dari tinjauan ulang tersebut diatas dapat digunakan untuk pengembangan
penerapan SMK3 dan peningkatan kinerja K3 di perusahaan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN...NOMOR...

11

Anda mungkin juga menyukai