PENYUSUN :
Feni Lailani Fadhillah 030.13.076
PEMBIMBING :
1
DAFTAR ISI
Daftar isi……………………………………………………………………… 2
Bab I Pendahuluan…………………………………………………………....... 3
2.4 Etiologi………………………………………………………............... 7
2
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi bakteri kedua yang paling umum terjadi
dalam perawatan primer dan sering ditemukan dalam masyarakat, setelah infeksi
pernapasan.1 Infeksi saluran kemih (ISK) atau Urinary Track Infections (UTI) adalah istilah
umum yang menunjukan keberadaan mikroorganisme dalam urin, uretra, bladder, ginjal,
prostat. Umumnya, bakteri yang mencapai >100.000 unit koloni per ml urin segar yang
diambil pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosis ISK. Sebagian besar kejadian infeksi
saluran kemih disebabkan oleh mikroorganisme bakteri Escherichia coli 60-80% yang
melakukan invasi secara asending ke saluran kemih dan menimbulkan reaksi peradangan.2
Manifestasi klinis ISK sangat bervariasi dan tergantung pada umur, mulai dengan
asimtomatik hingga gejala yang berat, sehingga ISK sering tidak terdeteksi baik oleh tenaga
medis maupun oleh orangtua. Diagnosis yang akurat dan tatalaksana yang adekuat dapat
mencegah penderita ISK dari komplikasi pembentukan parut ginjal dengan segala
konsekuensi jangka panjangnya seperti hipertensi dan gagal ginjal kronik. Kesalahan dalam
mendiagnosis dapat berakibat penyakit berlanjut ke arah kerusakan ginjal. ISK sudah
ditegakkan, perlu ditentukan lokasi dan beratnya invasi ke jaringan, karena akan menentukan
tata laksana dan morbiditas penyakit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Sistem urinarius terdiri dari 2 ginjal (ren), 2 ureter, vesika urinaria dan uretra. Sistem
urinarius berfungsi sebagai sistem ekskresi dari cairan tubuh. Ginjal berfungsi untuk
membentuk atau menghasilkan urin dan saluran kemih lainnya berfungsi untuk
mengekskresikan atau mengeliminasi urin. Sel-sel tubuh memproduksi zat-zat sisa seperti
urea, kreatinin dan ammonia yang harus diekskresikan dari tubuh sebelum terakumulasi dan
menyebabkan toksik bagi tubuh. Selain itu, ginjal juga berfungsi untuk regulasi volume darah
tubuh, regulasi elekterolit yang terkandung dalam darah, regulasi keseimbangan asam basa,
dan regulasi seluruh cairan jaringan tubuh. Saluran kemih bagian atas adalah ginjal,
sedangkan ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra merupakan saluran kemih
bagian bawah.
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal. Bagian
paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah dalamnya
terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut
kaliks mayor yang masing-masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor.
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari
ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan
4
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis.
Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir dari
ureter. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium).
Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih dengan luar
tubuh ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada laki-laki, sperma
berjalan melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan panjang
kira-kira 17-20 cm dan memanjang dari kandung kemih ke ujung penis.
Uretra pada laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra
membranosa dan uretra spongiosa. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena
hanya 2,5-4 cm panjangnya dan memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara
labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang klitoris.3,4
5
Gambar 3. Vesika urinaria dan uretra pada perempuan dan laki-laki3
2.2 DEFINISI
ISK (Infeksi Saluran Kemih) atau Urinary Track Infections (UTI) adalah keadaan
adanya infeksi (pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi
infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna. Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK
atau kontaminasi dari uretra, vagina ataupun dari flora di periuretral. Dalam keadaan normal,
urin baru dan segar adalah steril. Bakteriuria bermakna yaitu bila ditemukan jumlah
koloni>105/ml spesies yang sama pada kultur urin dari sampel mid-stream urine. Pada ISK
merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bakteriuria patogen dengan colony
forming units per mL (CFU/ ml urin > 105), dan lekositouria >10 per lapangan pandang besar,
disertai manifestasi klinik.5
2.3 EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di
praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan struktur saluran kemih
6
termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang
pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi.6
Di Amerika Serikat pada tahun 2007 terdapat sekitar 10,5 juta kunjungan pasien
dengan ISK di tempat praktik umum (0,9% merupakan kunjungan pasien rawat jalan) dan 2-3
juta kunjungan gawat darurat. Kejadian infeksi saluran kemih dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti usia, jenis kelamin, kelainan pada saluran kemih, kateterisasi, penyakit
diabetes, kehamilan, dan lain-lain.2
2.4 ETIOLOGI
Eschericia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan ISK
simtomatik maupun asimtomatik
7
Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33% ISK anak
laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan koagulase negatif
Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Stafilokokus jarang dijumpai, kecuali pasca
kateterisasi
Gambar 5. gambaran bakteri E.coli, berbentuk basil dan adanya fimbrae atau pili8
8
2.5 KLASIFIKASI
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang
jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat mengenai kapiler
glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan
radiologik.4,9 PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin walaupun lebih sering
ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia lanjut, PNA biasanya disertai
hipertrofi prostat.9
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer) dan sekunder
mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri
(immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai kelainan-
kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase inaktif.
Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal dari pielonefritis
kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan penyebab dari pielonefritis tetapi berasal
dari saluran kemih bagian bawah yang sebenarnya tidak memberikan keluhan atau
bakteriuria asimtomatik. Jadi diagnosis PNK harus mempunyai dua kriteria yakni telah
terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan anatomi serta kelainan-kelainan tersebut
mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK,
nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter lebih memegang peranan penting dalam
patogenesis PNK. Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Pada PNK juga sering ditemukan
pembentukan jaringan ikat parenkim.9
9
biasanya berupa sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada laki-laki berupa sistitis,
prostatitis, epidimitis, dan uretritis.6
Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah radang
selaput mukosa kan dung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak, biasanya
ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai penyulit ISKA
(pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated type).
Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh (recurrent urinary tract infection) termasuk
ISK tipe berkomplikasi (complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian khusus dalam
pengelolaannya.6,9
Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat diisolasi
mikroorganisme penyebabnya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa SUA disebabkan
oleh MO anaerobik.9
2.6 PATOGENESIS
10
Gambar 6. Pathogenesis Urinary Tract Infections2
11
8. Lalu meningkat ke ginjal
9. Kolonisasi di ginjal
10. Kerusakan host jaringan oleh toxin bakteri
11. Bakterimia2
12
Kemungkinan perlengketan
Bakteri patogen dari urin dapat menyebabkan manifestasi klinis bergantung pada
perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan variasi faktor virulensi.
13
mekanisme pertahanan tubuh host. Beberapa penelitian terakhir juga mengatakan
bahwa banyak bakteri seperti E.coli memiliki kemampuan untuk menginvasi sel host
sebagai patogen oportunistik intraseluler.4,6,9
Sifat patogenitas lain dari strain E.coli yaitu toksin, dikenal beberapa toksin
seperti α-haemolysin, cytotoxic necrotizing factor-1 (CNF-1) dan iron uptake system
(aerobactin dan enterobactin). Hampr 95% sifat α-haemolysin ini terikat pada
kromosom dan berhubungan dengan phatogenicity island (PAIS) dan hanya 5 %
terikat pada gen plasmid.9
Selain itu urin juga memiliki karakter spesifik (osmolalitas urin, konsentrasi
urin, konsentrasi asam organik dan pH) yang dapat menghambat pertumbuhan dan
kolonisasi bakteri pada mukosa saluran kemih. Menurut penelitian urin juga
mengandung faktor penghambat perlekatan bakteri yakni Tamm-Horsfall
glycoprotein, dikatakan bahwa bakteriuria dan tingkat inflamasi di saluran kemih
meningkat pada defisit THG. THG membantu mengeliminasi infeksi bakteri pada
saluran kemih dan berperan sebagai salah satu mekanisme pertahanan tubuh.4
Retensi urin, stasis, dan refluks urin ke saluran cerna bagian atas juga dapat
meningkatkan pertumbuhan bakteri dan infeksi. Selain itu, abnormalitas anatomi dan
14
fungsional saluran kemih yang dapat menganggu aliran urin dapat meningkatkan
kerentanan host terhadap ISK4,6. Keberadaan benda asing seperti adanya batu, kateter,
stent dapat membantu bakteri untuk bersembunyi dari mekanisme pertahanan host 4,10
15
C. Cara Bakteri Menginvasi Saluran Kemih (bacterial entry)
Terdapat beberapa rute masuk bakteri ke saluran kemih. Pada umumnya, bakteri di
area periuretra naik atau secara ascending masuk ke saluran genitourinaria dan
menyebabkan ISK.4,6,11 Sebagian besar kasus pielonefritis disebabkan oleh naiknya
bakteri dari kandung kemih, melalui ureter dan masuk ke parenkim ginjal. Kejadian ISK
oleh karena invasi mikroorganisme secara ascending juga dipermudah oleh refluks
vesikoureter. Pendeknya uretra wanita dikombinasikan dengan kedekatannya dengan
ruang depan vagina dan rektum merupakan predisposisi yang menyebabkan perempuan
lebih sering terkena ISK dibandingkan laki-laki.4,11
Penyebaran secara hematogen umumnya jarang, namun dapat terjadi pada pasien
dengan immunocompromised dan neonatus. Staphylococcus aureus, Spesies Candida, dan
Mycobacterium tuberculosis adalah kuman patogen yang melakukan perjalanan melalui
darah untuk menginfeksi saluran kemih.4,9,10,11
Penyebaran limfatogenous melalui dubur, limfatik usus, dan periuterine juga dapat
menyebabkan invasi mikroorgnaisme ke saluran kemih dan mengakibatkan ISK. Selain
itu, invasi langsung bakteri dari organ yang berdekatan ke dalam saluran kemih seperti
pada abses intraperitoneal, atau fistula vesicointestinal atau vesikovaginal dapat
menyebabkan ISK.4
Manifestasi klinis ISK (simtomatologi ISK) dibagi menjagi gejala-gejala lokal, sistemik dan
perubahan urinalisis. Dalam praktik sehari-hari gejala cardinal seperti disuria, polakisuria,
dan urgensi sering ditemukan pada hampr 90% pasien rawat jalan dengan ISK akut.6
Lokal Sistemik
Disuria Panas badan sampai
Polakisuria menggigil
Stranguria Septicemia dan syok
Tenesmus
Nokturia Perubahan urinalisis
Enuresis nocturnal Hematuria
Prostatismus Piuria
Chylusuria
16
Inkontinesia Pneumaturia
Nyeri uretra
Nyeri kandung kemih
Nyeri kolik
Nyeri ginjal
Tabel 4. Simtomatologi ISK9
Hampir 50% pasien dengan gejala kardinal tersebut tidak disertai bakteriuria
bermakna (signifikan baceriuria), dikenal sebagai sindroma uretra akut (SUA). Sindroma
uretra akut atau istilah lama sistitis abakterialis karena tidak dapat diisolasi mikroorganisme
sebagai penyebabnya.
1. Vaginitis
2. Uretritis GO dan non GO
3. Infeksi herpes
4. Prostatitis
Pada vaginitis disertai discharge (flour albus) yang menyebabkan iritasi dan memberikan
keluhan disuria. Penyebab vaginitis terutama C.albican dan T.vaginalis, dapat diidentifikasi
dengan pengecatan Gram dan kultur. Bila keluhan-keluhan kardinal tersebut lebih dari 3 hari
biasanya uretritis atau sistitis dan bukan vaginitis.11
Manifestasi klinik pada infeksi saluran kemih atas dan infeksi saluran kemih bawah pada
pasien dewasa dapat dilihat pada gambar berikut:
17
Gambar 6. Hubungan antara lokasi infeksi saluran kemih dengan keluhan6
Pasien dengan sistitis biasanya datang dengan gejala disuria, frekuensi, urgensi, dan
nyeri suprapubik. Reaksi inflamasi menyebabkan mukosa buli-buli menjadi kemerahan
(eritrema), edema, dan hipersensitif sehingga jika buli-buli terisi urine, akan mudah
terangsang untuk segera mengeluarkan isinya; hal ini menimbulkan gejala frekuensi.
Kontraksi buli-buli akan menyebabkan rasa sakit/nyeri di daerah suprapubik dan eritema
mukosa buli-buli mudah berdarah dan menimbulkan hematuria. Tidak seperti gejala pada
infeksi saluran kemih bagian atas, sistitis jarang disertai dengan demam, mual, muntah, badan
lemah, dan kondisi umum yang menurun. Jika disertai dengan demam dan nyeri pinggang
perlu difikirkan adanya penjalaran infeksi ke saluran kemih sebelah atas. 12,13
Pemeriksaan urine berwarna keruh, berbau, dan pada urinalisis terdapat piuria,
hematuria, dan bakteriuria. Pada pemeriksaan urine dari pasien wanita dengan sistitis hanya
ditemukan 102 sampai 104 bakteri/mL urine, keadaan ini tidak dapat terlihat pada sediaan
18
dengan pewarnaan Gram. Pada pemeriksaan fisik biasanya hanya ditemukan nyeri tekan pada
uretra atau area suprapubik. Apabila ditemukan adanya lesi di genital dan duh tubuh vagina,
terutama pada kasus dengan jumlah bakteri di kultur urin < 105 bakteri/mL, maka patogen
yang dapat difikirkan sebagai penyebab yaitu C. trachomatis, N. gonorrhoeae, Trichomonas,
Candida, dan virus herpes simpleks. Bila ditemukan nyeri di CVA (costovertebral angle) dan
manifestasi sistemik yang menonjol, seperti suhu > 38,30C, mual dan muntah, biasanya
mengindikasikan adanya infeksi renal konkomitan. Tetapi apabila tanda-tanda tersebut tidak
ditemukan tidak menjamin bahwa infeksi hanya terbatas di buli-buli dan uretra.13
Gambaran klasik dari pieonefritis akut adalah demam tinggi dengan disertai
menggigil, nyeri di daerah perut dan pinggang, disertai mual, muntah dan diare. Kadang-
kadang terdapat gejala iritasi pada buli-buli yaitu berupa disuria, frekuensi, atau urgensi.
Selain demam, takikardia, dan nyeri tekan otot generalisata, pada pemeriksaan fisik juga
ditemukan adanya nyeri tekan pada satu atau kedua CVA dengan pemberian tekanan yang
cukup dalam atau ditemukan nyeri tekan pada palpasi dalam abdomen. Sebagian besar pasien
memiliki leukositosis yang signifikan dan bakteri dapat dideteksi dengan pewarnaan Gram.
Leukosit cast ditemukan di urine penderita, dan penemuan cast ini adalah patogonomik.
Hematuria ditemukan pada fase akut penyakit; bila hematuria masih ditemukan walaupun
manifestasi infeksi akut telah menghilang maka harus difikirkan terhadap kemungkinan
adanya batu, tumor, atau tuberculosis.13
Manifestasi dari pielonefritis akut biasanya berespon terhadap terapi dalam waktu 48
– 72 jam, kecuali pada individu dengan nekrosis papiler, pembentukan abses, dan obstruksi
urinary. Walaupun gejala sudah menghilang tetapi masih dapat ditemukan adanya bakteriuria
dan pyuria. Pada pielonefritis berat, demam turun dalam jangka waktu yang lebih lama dan
mungkin tidak menghilang dalam beberapa hari walaupun sudah diberikan terapi dengan
antibiotik yang tepat.13
Uretritis (urethra)
Sekitar 30 % dari wanita dengan disuria akut, gejala frekuensi, dan pyuria, memiliki
hasil kultur dari urin arus tengah (midstream) yang tidak menunjukkan adanya pertumbuhan
bakteri atau pertumbuhan yang sedikit sekali. Secara klinis, wanita dengan keluhan tersebut
tidak dapat dibedakan dengan mereka yang menderita sistitis. Pada kondisi ini, yang harus
19
dibedakan yaitu antara wanita yang terinfeksi kuman patogen yang ditularkan melalui
hubungan seksual, seperti C. trachomatis, N. gonorrhoeae, atau virus herpes simpleks,
dengan mereka yang terinfeksi E.coli dalam jumlah sedikit atau infeksi stafilokokus pada
uretra dan buli-buli.11,13 Infeksi klamidia atau gonokokus dapat dicurigai pada wanita dengan
awitan penyakit yang bertahap, tidak ada hematuria, tidak ada nyeri suprapubik, dan gejala
sudah berlangsung selama > 7 hari. Informasi tambahan berupa riwayat berganti-ganti
pasangan, terutama jika pasangan tersebut memiliki riwayat uretritis klamidia atau gonococal
dan ditemukan servisitis mukopurulen, maka kecurigaan terhadap infeksi menular seksual
makin besar. Gross hematuria, nyeri suprapubik, dan awitan panyakit yang tiba-tiba atau
cepat, lama penyakit < 3 hari, dan adanya riwayat ISK sebelumnya mengarah kepada
diagnosa ISK E. coli.13
Pemeriksaan analisis urin rutin merupakan uji saring yang dapat diandalkan bila
koreksi urin benar dan masih segar.2
pH urin
Urin normal mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan urin masih segar dan pH
lebih dari 8,0 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang berhubungan
dengan mikroorganisme pemecah urea (urea splitting organism).4
Proteinuria
Albuminuria hanya ditemukan pada ISKA, sifatnya ringan kurang dari 1 gram per 24 jam.4
Prosedur pemeriksaan ini belum baku terutama untuk visualisasi bakteri, sel-sel leukosit dan
sel epitel. Keuntungan murah, mudah dan dapat dilaksanakan di setiap Pusat Pelayanan
Medik Primer (Puskesmas).
Interpretasi pemeriksaan ini harus kritis, karena sensitivitas dan spesifisitasnya masih lemah.
20
Bila urin masih segar dari pasien bakteriuria CFU per mL < 105 hampir 90% bahan
pemeriksaan urin dapat diditeksi satu atau lebih bekteri dan leukosituria satu atau
lebih (75% bahan pemeriksaan).4,6
Uji Biokimia
Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi nitrit dari
bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya sebagai uji saring
(skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat menentukan tipe bakteriuria.6,9
Mikrobiologi
Pemeriksaan kultur secara kuantitatif ini sudah merupakan prosedur rutin untuk identifikasi
bakteriuria pathogen. Indikasi CFU per mL :
21
kateterisasi (tidak dianjurkan). Interpretasi kultur urin kuantitatif (CFU per mL urin) sesuai
dengan kriteria baku.6,9
Kateterisasi
Bahan Urin UTK
%)
(%)
2
< 10.000 2
50
10.000-100.000 5
95
> 100.000 80
Faktor fisiologik:
Diuresis berlebihan
Kultur yang diambil pada hari yang tidak tepat
Kultur dilakukan pada fase dini ISK
Infeksi oleh bakteri yang multiplikasi lambat
Adanya bakteriofag
Pemeriksaan urine merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting pada
infeksi saluran kemih. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan urinalisis dan pemeriksaan
kultur urine.
Sel-sel darah putih (leukosit) dapat diperiksa dengan dipstick maupun secara
mikroskopik. Urine dikatakan mengandung leukosit atau piuria jika secara mikroskopik
didapatkan > 10 leukosit/mm3 atau terdapat > 5 leukosit/lapangan pandang besar.
Pemeriksaan kultur urin dimaksudkan untuk menentukan keberadaan kuman, jenis kuman,
dan sekaligus menentukan jenis antibiotika yang cocok untuk membunuh kuman itu.9
22
Untuk mencegah timbulnya kontaminasi sample urine oleh kuman yang berada di
kulit vagina atau prepusium, perlu diperhatikan cara pengambilan contoh urine. Contoh urine
dapat diambil dengan cara :
3.Pemeriksaan darah
Pada keadaan infeksi berat, perlu diperiksa faal ginjal, faal, hepar, faal hemostasia,
elektrolit darah, analisis gas darah, serta kultur kuman untuk penanganan ISK secara
intensif.9
4.Pencitraan
Foto Polos Abdomen. Pembuatan foto polos berguna untuk mengetahui adanya batu radio-
opak pada saluran kemih atau adanya distribusi gas yang abnormal pada pielonefritis akuta.
Adanya kekaburan atau hilangnya bayangan garis psoas dan kelainan dari bayangan bentuk
ginjal merupakan petunjuk adanya abses perirenal atau abses ginjal. Batu kecil atau batu
semiopak kadangkala tidak tampak pada foto ini, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto
tomografi.
PIV (Pielografi Intravena). Adalah pemeriksaan rutin untuk mengevaluasi pasien yang
menderita ISK complicated. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya pielonefritis
23
akuta dan adanya obstruksi saluran kemih; tetapi pemeriksaan ini sulit untuk mendeteksi
adanya hidronefrosis, pionefrosis, ataupun abses ginjal pada ginjal yang fungsinya sangat
jelek.
CT scan. Pemeriksaan ini lebih sensitive dalam mendeteksi penyebab ISK dari pada PIV atau
ultrasonografi, tetapi biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan ini relatif mahal.10
2.9 TATALAKSANA
a. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak. Antibiotika yang adekuat,
dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin:
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika
tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200mg
Bila infeksi menetap disertai memperlihatkan kelainan urinalisis (lekosuria)
diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari
Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin diperlukan bila semua gejala hilang
dan tanpa lekosiuria.
Reinfeksi berulang (frequent reinfection)
Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang insentif diikuti koreksi faktor
risiko
Tanpa faktor predisposisi
-asupan cairan banyak
24
-cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (misal
trimetoprim 200mg).6,9
Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap
untuk memelihara satus hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam.
Indikasi rawat inap pielonefritis akut seperti tabel dibawah.6
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternatif
terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO sebagai
penyebabnya:
Fluorokiunolon
Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin
Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida6
Indikasi rawat inap pasien dengan pielonefritis akut
25
Pada infeksi klamidia sebaiknya digunakan doksisiklin (2 x 100 mg sehari selama 7
hari). Pada perempuan kasus pielonefritis akut tanpa komplikasi oleh E.coli biasanya cukup
diobati dengan trimetoprim-sulfametoksasol selama 14 hari, trimetoprim saja, florokuinolon,
aminoglikosida atau sefalosporin. Pasien yang kambuh setelah pengobatan harus diperiksa
untuk menentukan apakah ada fokus supurasi yang belum diketahui, batu atau penyakit
urologi lain. Jika tidak ada pengobatan harus dilanjutkan sampai 2 sampai 6 minggu untuk
membersihkan fokus infeksi pada saluran bagian atas yang dianggap menyebabkan
bakteriuria berulang.9
Infeksi saluran kemih dengan komplikasi khas disebabkan oleh bakteri yang diperoleh
di rumah sakit termasuk E.coli, Klebsiella, Proteus, Serratia, pseudomonas, enterokokus, atau
stafilokokus diterapi awal secara empiris dengan antibiotik spektrum luas. Pada pasien gejala
minimal pengobatan florokuinolon seperti siprofloksasin atau ofloksasin per oral dapat
digunakan. Pada pasien penyakit berat harus diberi pengobatan secara parenteral yaitu
imipenem, penisilin atau sefalosporin ditambah aminoglikosida, dan seftriakson. Pengobatan
diberikan selama 7 sampai 21 hari, tergantung beratnya infeksi.9
Pada perempuan hamil sistitis akut atau pada trimester pertama ada bakteriuria tanpa
gejala harus diobati dengan amoksisilin atau nitrofurantoin atau sefalosporin. Setelah
pengobatan dibuat pembiakan untuk memastikan penyembuhan dan diulangi setiap bulan.
Pielonefritis akut pada kehamilan diberikan antibiotik parenteral biasanya sefalosporin.9
2.10 KOMPLIKASI
Gagal ginjal akut. Edema yang terjadi akibat inflamasi akut pada ginjal akan mendesak
system pelvikalises sehingga menimbulkan gangguan aliran urine. Pada pemeriksaan
urogram terlihat spastisitas system pelvikalises atau pada pemeriksaan radionuklir, asupan
(uptake) zat radioaktif tampak menurun. Selain itu urosepsis dapat menyebabkan nekrosis
tubulus ginjal akut.
Nekrosis papilla ginjal dan nefritis interstisial. Infeksi ginjal pada pasien diabetes sering
menimbulkan pengelupasan papilla ginjal dan nefritis interstisial.
Batu saluran kemih. Adanya papilla yang terkelupas akibat infeksi saluran kemih serta
debris dari bakteri merupakan nidus pembentukkan batu saluran kemih. Selain itu beberapa
26
kuman yang dapat memecah urea mampu merubah suasana pH urine menjadi bas. Suasana
basa ini memungkinkan unsure-unsur pembentuk batu mengendap di dalam urine dan untuk
selanjutnya membentuk batu pada saluran kemih.
Supurasi. Infeksi saluran kemih yang mengenai ginjal dapat menimbulkan abses pada ginjal
yang meluas ke rongga perirenal dan bahkan ke pararenal, demikian pula yang mengenai
prostat dan testis dapat menimbulkan abses pada prostat dan abses testis.6
2.11 PROGNOSIS
Pielonefritis akut tanpa komplikasi pada orang dewasa jarang yang berkembang menjadi
gangguan fungsi atau penyakit ginjal kronik. Infeksi saluran kemih berulang lebih sering
menunjukkan adanya kekambuhan dibandingkan dengan infeksi ulang dan harus dilakukan
pemeriksaan sungguh-sungguh adanya batu ginjal atau kelainan urologis yang mendasari.
Jika tidak ditemukan apapun, pemberian kemoterapi selama 6 minggu bermanfaat untuk
menghilangkan fokus infeksi.9
Infeksi saluran kemih simtomatik berulang pada ank-anak dan pada orang dewasa dengan
uropati obstruktiva, gangguan saraf kandung kemih, penyakit ginjal struktural atau diabetes,
lebh sering berkembang menjadi penyakit ginjal kronik. Bakteriuria tanpa gejala pada
kelompok ini, seperti pada orang dewasa tanpa penyakit urologis atau sumbatan, cenderung
meningkatkan infeksi bergejala tapi tidak mengakibatkan gangguan ginjal pada banyak
keadaan.6,9
27
BAB III
KESIMPULAN
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinary Track Infections (UTI) adalah keadaan
adanya infeksi (pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi
infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna. Pada ISK merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bakteriuria
patogen dengan colony forming units per mL (CFU/ ml urin > 105), dan lekositouria >10 per
lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik.5 Faktor predisposisi ISK antara lain:
litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, DM, nefropati analgesik,
senggama, kehamilan, kontrasepsi, dan kateterisasi. Pathogen bakteri Escherichia coli invasi
kesaluran kemih secara asending. Patogenesis ISK dipengaruhi oleh patogenisitas bakteri
(perlekatan mukosa dan faktor virulensi), faktor tuan rumah (host) dan bacterial
ISK terbagi menjadi infeksi saluran kemih atas (pielonefritis akut dan pielonefritis
kronik) serta infeksi saluran kemih bawah (sistitis akut, sistitis kronik, sindrom uretra akut,
uretritis, epididimitis). ISK akut belum menimbulkan kelainan struktural atau radiologis
dengan gejala awitan akut seperti demam, nyeri pinggang, nyeri suprapubic, disuria,
polakisuria, stranguria, nokturia. Sedangkan ISK kronik sudah menimbulkan kelainan
struktural atau radiologis dan biasanya kurang bergejala.
Pilihan terapi untuk pasien ISK adalah antibiotik yang sensitif terhadap kuman
patogen penyebab. Penanganan yang dini dan sesuai dapat menghindari komplikasi dan
pasien dapat sembuh sempurna.
28
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
29
13. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis,
and Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrison’s Manual of Medicine16th Edition.
Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2005:724
30