Anda di halaman 1dari 4

Cara membuat Gula Bit

1. Persiapan Bahan
Sebelum di olah menjadi gula, bit-bit tersebut harus di bersihkan dari kotoran dan dari
daun-daunnya. Setelah yakin tidak ada lagi kotoran atau daun yang menempel, umbi
bit lalu di potong menjadi irisan-irisan tipis untuk memudahkan proses ekstraksi.
2. Ekstraksi umbi Bit
Ekstraksi umbi bit berlangsung dalam sebuah alat yang di sebut diffuser. Dalam
diffuser, irisan umbi bit akan diaduk secara perlahan dalam air panas selama kurang
lebih 1 jam hingga kandungan gula dalam umbi bit larut dalam air. Jus dari
proses diffusi yang masih mentah ini mengandung sekitar 14% gula dan bubur residu
yang biasanya masih mengandung 1 hingga 2% gula. Untuk mendapatkan hasil
ekstraksi jus bit, maka larutan bit harus di pisahkan dari ampasnya.
3. Pengepresan residu
Ampas yang merupakan irisan-irisan bit yang telah di ekstraksi biasanya masih
memiliki kandungan gula yang walapun sedikit tapi masih bisa di manfaatkan. Untuk
mengeluarkan gula tersebut, maka ampas bit harus di peras dalam kempa-kempa ulir
hingga jus nya keluar semua dan yang tertinggal hanya bubur bit. Bubur bit ini biasanya
di olah menjadi produk sampingan sebagai bahan pakan ternak.
4. Karbonatasi
Karbonatasi adalah proses pengolahan jus bit atau cairan gula bit (liquor) dengan
menambahkan kapur / lime dalam bentuk Kalsium Hidroksida(Ca(OH)2) dan gas CO2
(karbondioksida).
Karbonatasi adalah proses pengolahan jus bit atau cairan gula bit (liquor) dengan
menambahkan kapur / lime dalam bentuk Kalsium Hidroksida(Ca(OH)2) dan gas CO2
(karbondioksida). Karbonatasi ini bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai
padatan yang menyebabkan cairan gula keruh serta untuk memngurangi beberapa
komponen warna yang tidak di inginkan. Prosesnya sangat sederhana. Gas
karbondioksida akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus
berupa kalsium karbonat yang mengikat berbagai padatan sehingga terbentuk
gumpalan-gumpalan kapur beserta kotoran. Saat di lakukan penyaringan, kotoran ini
akan terangkat meninggalkan cairan gula yang siap untuk proses selanjutnya.
5. Pendidihan / Kristalisasi
Pendidihan / Pemanasan dengan suhu tinggi merupakan proses akhir dalam pembuatan
gula bit. Dalam proses ini, cairan gula di didihkan hingga menguap dan terbentuk kristal
gula. Untuk memicu terbentuknya kristal, biasanya di tambahkan serbuk gula kedalam
cairan lalu di sentrifugasi/diputar untuk memisahkan kristal dari cairan induk. Kristal
yang terbentuk kemudian di keringkan dengan udara panas sampai kering sebelum
akhirnya di kemas dan disimpan. Sedangkan cairan induk yang masih mengandung gula
mengulang proses kristalisasi sampai tidak ada lagi kristal gula yang terbentuk.Gula
yang di hasilkan dari tanaman bit ini di sebut gula bit. Bentuk dan strukturnya hampir
sama dengan gula tebu, yaitu sama-sama berupa sukrosa, berbentuk kristal, berwarna
putih dan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri. Cara pembuatan gula
bit ini lebih cepat prosesnya dari pada pembuatan gula tebu. Dengan biaya produksi
yang juga lebih rendah. Karena prosesnya tunggal, tanpa ada tahap pemurnian.
Pembuatan msg

1. Persiapan bahan baku dan bahan pembantu


Dalam pembuatan MSG digunakan bahan baku berupa tetes tebu sebagai sumber
karbohidrat. Tetes tebu diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan Ca dengan
menambahkan H2SO4. Setelah itu tetes disterilisasi dengan menggunakan uap panas bersuhu
maksimum 1200 ºC selama 10 hingga 20 menit dan siap difermentasi dalam tabung yang juga
disterilisasi (Said, 1991).
Selain bahan baku utama juga terdapat bahan pembantu dalam pembuatan MSG. Bahan
pembantu tersebut adalah amina (NH2), asam sulfat (H2SO4), HCl, NaOH, karbon aktif, “beet
molasses” dan“raw sugar” (Susanto dan Sucipto, 1994).
2. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi reduksi di dalam sistem biologi yang menghasilkan
energi. Fermentasi menggunakan senyawa organik yang biasanya digunakan adalah
karbohidrat dalam bentuk glukosa. Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan
katalis enzim menjadi bentuk lain (Winarno, 1990).

Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktifitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat
organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat bahan
pangan sebagai akibat dari pemecahan-pemecahan kandungan bahan pangan tersebut. Hasil-
hasil fermentasi terutama tergantung pada jenis bahan pangan (substrat), macam mikroba
dan kondisi sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan metabolisme
mikroba tersebut (Winarno, 1990).

Bakteri yang banyak digunakan dalam pembuatan MSG adalah bakteri Brevibacterium
lactofermentum. Pertama-tama biarkan kultur yang telah diinokulasi dimasukkan kedalam
tabung berisi medium pra-starter dan diinkubasi selama 16 jam pada suhu 310C. Selanjutnya
biarkan prastarter diinokulasi kedalam tangki starter (Judoamidjojo, dkk. 1990).

Penurunan pH akibat terbentuknya asam pada proses pembentukan pra-starter tidak


diinginkan karena akan menghambat pola pertumbuhan. Penambahan garam (CaCO3)
sebanyak 3 % kedalam tebu prastarter berguna untuk mencegah agar pH tidak rendah dari.
Didalam tangki pembibitan penggunaan CaCO3 tidaklah mungkin karena akan menyebabkan
efek samping berupa kerak dan endapan serta akan mengurangi efek pertumbuhan mikroba.
Penambahan urea ke dalam tangki pembibitan akan mengurangi pH dan dapat menggantikan
fungsi CaCO3. Nilai pH tertinggi yang terjadi akibat peruraian urea diharapkan tidak lebih dari
7,4 sedangkan pH terendah tidak kurang dari 6,8. Hasil dari fermentasi adalah asam glutamat
dalam bentuk cair yang masih tervampur dengan sisa fermentasi (Said, 1991).
3. Kristalisasi dan Netralisasi
Kristalisasi merupakan metode yang terpenting dalam purifikasi senyawa-senyawa yang
mempunyai berat molekul rendah (Mc Cabe, et al. 1994). Kristal murni asam glutamat yang
berasal dari proses pemurnian asam glutamat digunakan sebagai dasar pembuatan MSG.
Asam glutamat yang dipakai harus mempunyai kemurnian lebih dari 99 % sehingga bisa
didapatkan MSG yang berkualitas baik. Kristal murni asam glutamat dilarutkan dalam air
sambil dinetralkan dengan NaOH atau dengan Na2CO3 pada pH 6,6-7,0 yang kemudian
berubah menjadi MSG. Pada keadaan asam glutamat akan bereaksi dengan Na dan
membentuk larutan MSG. Larutan ini mempunyai derajat kekentalan 26 -280Be. Pada suhu
300C dengan konsentrasi MSG sebesar 55 gram/larutan (Winarno, 1990).
Penambahan arang aktif sebanyak % (w/v) digunakan untuk menjernihkan cairan MSG yang
berwarna kuning jernih dan juga menyerap kotoran lainnya, kemudian didiamkan selama satu
jam lebih untuk menyempurnakan proses penyerapan warna serta bahan asing lainnya yang
berlangsung dalam keadaan netral. Cairan yang berisi arang aktif dan MSG kemudian disaring
dengan menggunakan “vacum filter” yang kemudian menghasilkan filter serta “cake” berisi
arang aktif dan bahan lainnya. Bila kekeruhan dan warna filter tersebut telah sesuai dengan
yang diinginkan maka cairan ini dapat dikristalkan (Said, 1991).
Larutan MSG yang telah memiliki kekentalan 260Be diuapkan pada kondisi vakum bertekanan
64 cmHg atau setara dengan titik didih 69 gram MSG pelarutan. Pemberian umpan akan
menyebabkan terbentuknya MSG karena larutan dalam keadaan jenuh. Umpan yang
diberikan sekitar 2% lalu inti kristal yang terbentuk secara perlahan-lahan akan diikuti dengan
pemekatan larutan sehingga menghasilkan kristal yang lebih besar. Proses kristalisasi
berlangsung selama 14 jam (Said, 1991).
4. Pengeringan dan pengayakan
Kristal MSG yang dihasilkan dari proses kristalisasi dipisahkan dengan metode sentrifugasi dari
cairannya. Filtrat hasil penyaringan dikembalikan pada proses pemurnian dan kristal MSG
yang dihasilkan setelah disaring kemudian dikeringkan dengan udara panas dalam lorong
pengeringan, setelah itu diayak dengan ayakan bertingkat sehingga diperoleh 3 ukuran yaitu
LLC (“Long Large Crystal”), LC (“Long Crystal”), dan RC (“Regular Crystal”), sedangkan FC
(“Fine Crystal”) yang merupakan kristal kecil dikembalikan ke dalam proses sebagai umpan.
Hasil MSG yang telah diayak dalam bentuk kering kemudian dikemas dan disimpan sementara
dalam gudang sebelum digunakan untuk tujuan lainnya (Said, 1991).

Pembuatan formaldehid

1. Persiapan bahan baku pembuatan formalin


Metanol cair dengan temperatur ± 30°C dipompa darimetanol tank dan dipanaskan
di preheater(MP) sampai temperatur 65°C lalu dimasukkan dalamvaporizer (VP). Didalam
vaporizer terjadi perubahan fase dari cair menjadi gas dengan suhu
dalamvaporizer 65 – 75°C. Metanol gas darivaporizer dipanaskan lagi
dengan super heater (SH) di bagian atasvaporizer sampai suhu 95°C dan langsung
dimasukkan kemix gas(MG). Udara dihisap melaluiair filter(penyaring udara)dengan blower .
Setelahdipanaskan dengan pemanas udarasampai suhu ±110°C lalu dimasukkan ke
dalammix gas(MG).Steam masuk melalui steam filter pada suhu 140oC kemix gas(MG).b
2. Proses ReaksiUdara, steam dan metanol gas bercampur rata dimix gas pada suhu 140oC lalu
masukke reaktor (RE) dengan melewatimix gas filter(MGF) untuk menjaga agar tidak adatetes-
tetes cairan (kondensat ) masuk ke reaktor. Pada saat startoperation, temperaturkatalis
dinaikkan oleh heatersebagai pemanas awal sampai suhu 400 – 450°C, setelah
ituheater dimatikan sehingga suhu katalis naik dengan sendirinya sampai suhu operasiyang
diinginkan karena adanya reaksieksoterm.Di dalam reaktor terjadi reaksi pembuatan gas
formaldehid dengan bantuan katalis perak pada suhu operasi 650 – 700°C.Reaksi yang terjadi
sebagai berikut:
1.Reaksi oksidasi methanol
CH3OH + ½ O2 → CH2O + H2O -37 kcal/mol2.
Dehidrogenasi methanol
CH3OH →CH2O + H2 +21 kcal/molGas formaldehide yang terbentuk kemudian
di- spray dengan larutancrud formalin 44%dengan temperature 80oC untuk menurunkan
suhu gas formaldehid sampai dibawah 250oC.Spray crude formalin ini juga dapat
menyebabkan terjadinya reaksi samping yaituterbentuknya paraform dan asam format
( formic acid ). Reaksi samping yang terjadi didalam reaktor yaitu:1.
Reaksi pembentukan paraform (methylen glycol )
CH2O + H2O →HOCH2OH (methylen glycol )atau polymer dapat ditulis :n CH2O +
H2O→HO(CH2O)n H2.
Reaksi pembentukan asam format ( formic acid )
2 CH2O + H2O →HCOOH + CH3OH(asam format) (methanol)c.
3. Proses Absorbsi
Gas formaldehide dari reaktor (RE) dialirkan ke bagian bawah packed tower. Gas
inidikontakkan dengan larutan formalin 44% suhu 40oC yang dialirkan dari atas
menaradengan bantuan distributor cairan agar larutan formalin yang digunakan tersebar
secaramerata didalam packed tower dan membasahi seluruh permukaanraschig
ring sehingga penyerapan maksimal. Hasil penyerapan di packed tower berupa formalin
cair masuk ke control tank(CT). Sisa gas yang belum terserap di packed tower masuk ke
dalambubblecap tower yang akan diserap oleh pure water dari atas menara. Sisa dari
penyerapan ituyang masih lolos nantinya dibakar di flare stack yang sebelumnya melewati
demister. Hasil penyerapan dari bubble cap tower masuk kecontrol tank (CT).d.
4. Proses pendinginan
Larutancrude formalin padacontrol tank (CT) temperaturnya ±80°C,karenatemperaturnya
masih relatif tinggi maka didinginkan lagi dengan dilewatkancooler(CO).Cooler yang
digunakan yaitu frame and plate dengan temperatur keluar 40°C.Selain itu agar formalin yang
terbentuk sempurna, setelah melewaticooler larutantersebut masuk ke crude formalin
filter (CF) baru masuk ke crude formalin tank . Kadarformalin dicrude formalin tank (T-03)
sekitar 43-44%.
5. Proses pengenceran
Untuk memperoleh formalin dengan kondisi standar yang digunakan oleh PT. PAI
yaituformalin dengan kadar 37,3% maka formalin daricrude formalin tank diencerkandengan
menggunakan pure waterdimixing tank. Setelah terbentuk larutan formalin37,3% disimpan
dalam tangki penyimpanan

Anda mungkin juga menyukai