Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PERLAKUAN PENDAHULUAN DAN SUHU PENGERINGAN

TERHADAP SIFAT FISIK DAN KANDUNGAN β CAROTENE TEPUNG


WALUH (Cucurbita moschata)

Agus Slamet
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Email : agusumby@Yahoo.com

ABSTRACT

A research on the production of pumpkin flour with blanching treatment


and drying temperatures variation has been conducted. The main problem in
the processing of pumpkin flour was the change of physical properties and the
decrease of -carotene. The objectives of this research were to evaluate the
physical properties and -carotene content of pumpkin flour, and to determine
optimum condition that resulted favourable product. Pumpkin flour was
processed with blanching at temperature 100oC during 4 minutes and control
(without blanching), then dried at variation temperatures : 40, 50 and 60oC.
The samples were analyzed its hygroscopicity, colour, bulk density, -
carotene and moisture content. The research showed that blanching and
drying temperature affected to the physical properties of pumpkin flour and -
carotene content. The most favourable product was that processed by
blanching and drying at temperature 40oC and the characteristics of this
product were : hygroscopicity 72%, colour with L value 78.10; b+ value
131.52, bulk density 0.71 g/ml, -carotene 155.44 g/g db, and moisture
content 8.22%.

Key words : blanching, drying, -carotene, pumpkin flour.

PENDAHULUAN keunggulan antara lain : menjaga


ketersediaan bahan sepanjang
Labu (Cucurbita moschata) tahun, mempermudah dan
merupakan salah satu sumber menghemat ruang pengangkutan
vitamin A yang potensial. vitamin A dan pengangkutan serta
labu sebesar 180,00 SI (Anonim, mempermudah dalam pengolahan
1981). Buah labu kuning selanjutnya.
merupakan hasil pertanian yang Permasalahan yang
bersifat mudah rusak apabila tidak dihadapi dalam pembuatan tepung
dilakukan proses pengawetan. labu kuning adalah terjadinya
Cara pengawetan buah labu perubahan sifat fisik yaitu
kuning dengan proses penepungan terjadinya pemucatan warna dan
adalah cara pengawetan yang penurunan kadar β karoten.
mudah dan mempunyai beberapa Tepung labu kuning yang dibuat
1
dengan suhu pengeringan 60 oC karoten tepung labu kuning dan
kadar β karoten mengalami menentukan perlakuan
penurunan sebesar 75 % (Agus pendahuluan dan suhu
Slamet, 2001). Perubahan pengeringan yang tepat pada
sifat fisik dan penurunan β karoten pembuatan tepung labu kuning.
disebabkan karena kerusakan
karoten pada bahan yang METODE PENELITIAN
dikeringkan. Kerusakan tersebut Bahan penelitian
dapat terjadi secara oksidatif dan
non oksidatif. Proses oksidasi Bahan yang digunakan
karoten dipengaruhi oleh enzim adalah labu kuning (Cucurbita
lipoksigenase yang menyebabkan moschata) varietas Bokor, dengan
pemucatan warna. Kerusakan non ciri-ciri warna kulit kuning dan
oksidatif dapat terjadi karena daging buah berwarna kuning,
penggunaan suhu yang tinggi. dengan berat rata-rata tiap buah
Proses oksidatif karoten dapat adalah 5 kg. Buah labu kuning
dikurangi dengan memberikan diperoleh dari pasar Beringharjo.
perlakuan pendahuluan terhadap Bahan kimia yang digunakan untuk
bahan yang akan dikeringkan. analisis antara lain : etanol 95%,
Perlakuan pendahuluan yang petrolium eter dan garam NaCl.
dapat dilakukan adalah proses Bahan kimia tersebut dengan
blanching pada bahan. Tujuan spesifikasi pro analysis (pa), Merk.
proses blanching untuk
menginaktifkan enzim yang Alat penelitian
menyebabkan pemucatan warna
pada karoten yaitu zat alami yang Alat-alat yang digunakan
menyebabkan warna kuning pada untuk pembuatan tepung labu
bahan (Winarno, 1997). kuning antara lain pisau, alat
Untuk menghasilkan tepung pengukus, kompor, grinder,
labu kuning dengan warna kuning pengering kabinet dan pengayak
cerah dan meminimalkan 60 mesh. Alat-alat yang digunakan
penurunan kadar β karoten maka untuk analisis antara lain : oven
diperlukan optimasi dalam proses merk Memmert, vortex mixer,
pembuatannya. Variasi perlakuan Spectrofotometer 20 D Milton Ray,
pendahuluan pada pembuatan Chromameter dan timbangan
tepung tersebut adalah perlakuan sartorius serta alat-alat gelas.
blanching dan tanpa blanching.
Variasi suhu pengeringan yang Pelaksanaan penelitian
dilakukan adalah 40, 50 dan 60 oC.
Tujuan penelitian : untuk Labu kuning dikupas dan
mengetahui pengaruh perlakuan dipotong-potong ukuran
blanching dan suhu pengeringan ketebalannya adalah ± 0,3 cm.
terhadap sifat fisik dan kadar β Labu yang telah dipotong-potong

2
kemudian diblanching pada suhu labu kuning yang dilakukan analisis
100 oC selama 4 menit dan tanpa kadar air (AOAC,1970 dalam
blanching sebagai kontrol. Slamet Sudarmadji, dkk, 1993),
Potongan labu kuning setelah analisis β karoten (Winstein, dan
diblanching kemudian ditiriskan Dalal, 1972), uji warna dengan
untuk mengurangi kadar air. menggunakan alat chromameter,
Perlakuan selanjutnya adalah uji densitas curah (Wang dan
proses pengeringan dengan variasi Kinsela,1987 dalam Tranggono
suhu 40, 50 dan 60 oC. Proses dan Umar Santoso,1993) dan uji
pengeringan dihentikan apabila higroskopisitas (Ezeiki, 1988 dalam
kadar air bahan telah mencapai Haryadi, dkk., 1989).
8%. Labu kuning yang telah kering
kemudian dilakukan penggilingan Rancangan percobaan
dan pengayakan dengan ukuran
ayakan 60 mesh. Tepung labu Rancangan percobaan
kuning yang dihasilkan dianalisis : yang digunakan adalah rancangan
kadar β karoten, air dan dilakukan acak lengkap dengan 2 faktor yaitu
uji warna, densitas curah serta blanching dan tanpa blanching
higroskopisitasnya. Diagram alir serta faktor suhu pengeringan
proses penelitian disajikan pada dengan variasi 40, 50 dan 60 oC.
Gambar 1. Penelitian dilakukan dengan 2
ulangan sampel dan 3 ulangan
Analisis yang dilakukan analisis. Data penelitian diuji
statistik dengan uji F pada α 5%
Analisis pada bahan dasar apabila ada perbedaan nyata
meliputi kadar air (AOAC,1970 dilanjutkan dengan uji Duncan
dalam Slamet Sudarmadji, dkk, Multiple Range Test (DMRT) pada
1993), analisis β karoten (Winstein, α 5%.
S dan Dalal, 1972). Analisis tepung

3
Labu kuning

Pengupasan Kulit

Pemotongan
Tebal ± 0,3 cm

Blanching pada suhu


tebal 100 oC , 4 menit
Tanpa blanching

o
C
Pengeringan pada suhu 40,50 dan 60tebal
tebal sampai kadar air 8%

Penggilingan Pengayakan 60 mesh


tebal
Tepung labu kuning analisis : kadar β karoten, air, uji warna,densitas
curah dan higroskopisitas
Gambar 1. Diagram alir penelitian
tebal tebal
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut diduga disebabkan karena
Bahan dasar perbedaan umur panen dan faktor
varietas.
Analisis bahan dasar
pada penelitian ini meliputi analisis Tepung labu kuning
kadar air dan kadar β karoten. Kadar air
Kadar air labu kuning sebesar
93,45% dan kadar β karoten Kadar air suatu bahan
sebesar 355,13 µg/g berat kering. pangan sangat mempengaruhi
Menurut Anonim, 1981 kadar air umur simpannya. Kadar air tepung
buah labu sebesar 91,20% dan labu kuning disajikan pada Tabel 1.
kadar β karoten sebesar 364, 56
µg/g berat kering. Perbedaan

Tabel 1. Kadar air tepung labu kuning (%)


Perlakuan pendahuluan
Suhu pengeringan Blanching Tanpa blanching
(oC)
40 8,22 c 8,27 a
50 8,14 d 8,25 ab
60 8,07 e 8,23 bc

4
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan
nyata pada uji DMRT α 5%.

Berdasarkan uji statistik pengeringan kadar air tepung yang


menunjukkan bahwa ada interaksi dihasilkan semakin rendah. Hal ini
antara perlakuan pendahuluan dan disebabkan karena semakin tinggi
pengeringan berpengaruh nyata suhu maka laju penguapan
terhadap kadar air. Semakin tinggi semakin cepat. Perlakuan
suhu pengeringan dan dengan blanching menyebabkan kerusakan
perlakuan blanching maka kadar jaringan bahan, sehingga air lebih
air semakin rendah. Suhu mudah untuk diuapkan.
pengeringan yang semakin tinggi
pada perlakuan pendahuluan Warna
blanching berpengaruh nyata Warna tepung labu kuning
terhadap kada air tepung labu disajikan pada Tabel 2.
kuning. Semakin tinggi suhu

Tabel 2. Warna tepung labu kuning (nilai L dan b+)


Perlakuan pendahuluan
Suhu pengeringan Blanching Tanpa blanching
(oC) L b+ L b+
40 78,10 a 131,52 73,23 d 124, 88
50 77,48 b 130,57 71,42 e 120,17
60 74,94 c 126,30 69,56 f 119, 27
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada
uji DMRT α 5%.

Hasil uji statistik menunjukkan pengeringan yang sama


bahwa ada interaksi antara menghasilkan nilai kecerahan dan
perlakuan pendahuluan dan suhu nilai b+ yang diperoleh pada
pengeringan terhadap warna perlakuan blanching lebih besar
tepung labu kuning yang dari pada perlakuan tanpa
dihasilkan. Semakin rendah suhu blanching. Hal ini disebabkan
pengeringan pada perlakuan karena perlakuan blanching dapat
pendahuluan dengan blanching menonaktifkan enzim yang
nilai L dan b+ semakin besar yang menyebabkan pemucatan warna.
berarti warna tepung semakin Gliemmo, dkk (2009) menyatakan
kuning cerah. bahwa stabilitas warna pure labu
Perlakuan blanching dan kuning (Cucurbita moschata)
tanpa blanching berpengaruh nyata mengalami penurunan karena
berpengaruh nyata terhadap warna pengaruh proses pemanasan
tepung yang dihasilkan. Pada suhu
5
Suhu pengeringan
berpengaruh nyata terhadap warna Densitas curah
tepung labu kuning yang Densitas curah
dihasilkan. Semakin rendah suhu suatu bahan dipengaruhi
pengeringan baik pada proses oleh komposisi kimia, jenis
blanching maupun tanpa blanching bahan, bentuk,
maka nilai L dan b+ semakin tinggi dimensi/ukuran dan
yang memberikan arti warna kekasaran permukaan
semakin kuning dan cerah. Eskin suatu bahan (Lestari,
(1979) menyatakan bahwa suhu 2000). Densitas curah
yang tinggi dapat terjadi degradasi tepung labu kuning
termal sehingga dapat disajikan pada Tabel 3.
menyebabkan kerusakan
karatenoid pada bahan pangan.

Tabel 3. Densitas curah tepung labu kuning (g/ml)


Perlakuan pendahuluan
Suhu pengeringan Blanching Tanpa blanching
(oC)
40 0,71 ab 0.73 a
50 0,63 cd 0,66 bc
60 0,56 e 0,56 de
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan
nyata pada uji DMRT α 5%.

Perlakuan blanching dan tanpa blanching maupun tanpa


blanching tidak berpengaruh blanching. Dengan demikian
terhadap densitas curah tepung densitas curahnya tidak berbeda
labu kuning yang dihasilkan. Hal ini nyata.
diduga karena komposisi kimia,
berat jenis, bentuk, dimensi/ukuran Higroskopisitas
dan kekasaran permukaan tidak Higroskopisitas tepung labu kuning
terjadi perubahan akibat perlakuan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Higroskopisitas tepung labu kuning (%)


Perlakuan pendahuluan
Suhu pengeringan Blanching Tanpa blanching
(oC)
40 72,0 c 53,4 f
50 89,6 b 57,7 e
60 93,2 a 62,8 d
6
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan
nyata pada uji DMRT α 5%.

Hasil uji statistik menunjukkan perlakuan blanching lebih besar


bahwa ada interaksi antara dibandingkan dengan tanpa
perlakuan pendahuluan dan suhu blanching. Hal tersebut diduga
pengeringan berpengaruh nyata disebabkan karena kadar air
terhadap higroskopisitas tepung tepung labu kuning pada
labu kuning. Dengan perlakuan perlakuan blanching lebih rendah,
blanching dan semakin tinggi suhu sehingga penyerapan airnya
pengeringan maka higroskopisitas menjadi lebih besar.
tepung semakin besar
Perlakuan blanching dan Kadar β karoten
tanpa blanching berpengaruh nyata Kadar β karoten tepung
terhadap higroskopisitas tepung. labu kuning disajikan pada
Kemampuan menyerap air pada Tabel 5
tepung yang diperoleh pada

Tabel 5. Kadar β karoten tepung labu kuning (µg/g bahan)


Perlakuan pendahuluan
Suhu pengeringan Blanching Tanpa blanching
(oC)
40 155,44 a 131,65 b
50 140,55 b 119,53 c
60 113,12 c 86,59 d
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan
nyata pada uji DMRT α 5%.`

Hasil uji statistik menunjukkan blanching dapat mempertahankan


bahwa perlakuan blanching dan karatenoid dan asam askorbat dari
tanpa blanching berpengaruh nyata kerusakan karena oksidasi selama
terhadap kadar β karoten tepung proses pengeringan (Luh dan
labu kuning. Dengan perlakuan Woodroof, 1975 dalam Priyanti
blanching kadar β karoten yang 2001). Perlakuan blanching dan
o
dihasilkan lebih tinggi dibandingkan suhu pengeringan 40 C
tanpa blanching. Hal ini menghasilkan tepung labu kuning
disebabkan karena blanching dengan kadar β karoten sebesar
berfungsi untuk menonaktifkan 155,44 µg/g bahan. Agnieszka dkk
enzim, melunakan bahan sehingga (2009) melaporkan bahwa proses
proses pengeringan dapat lebih pengeringan labu kuning
cepat sehingga penurunan kadar β menyebabkan penurunan β
karoten lebih rendah. Perlakuan karoten lebih dari 50%.

7
Berdasarkan perhitungan Tepung Yang diperkaya
presentase penurunan kadar β Provitamin A Dengan
karoten pada tepung labu kuning Tepung Labu (Cucurbita
yang paling kecil yaitu 57,79% moschata). Proseding
pada perlakuan suhu pengeringan Seminar PATPI.
40 dengan perlakuan blanching. Yogyakarta.
Penurunan kadar β karoten yang
paling besar adalah 77,16% pada Arini, 1992.
perlakuan suhu pengeringan 60 Pengaruh Suhu dan Waktu
tanpa blanching. Pemanasan Serta
Penambahan Beberapa
KESIMPULAN Komponen Formula
Makanan Bayi Terhadap
Berdasarkan hasil Beberapa Kerusakan β
penelitian dapat disimpulkan : Karoten Tepung Wortel.
perlakuan blanching dan suhu Skripsi S1. Fakultas
pengeringan berpengaruh terhadap Teknologi Pertanian
sifat fisik dan kadar β karoten Universitas Wangsa
tepung labu kuning yang Manggala Yogyakarta.
dihasilkan. Perlakuan blanching
dan suhu pengeringan 40 oC Eskin, M.A.M, 1979.
merupakan perlakuan terbaik, Plant Pigments Flavour and
menghasilkan tepung labu kuning Texture. Academic New
dengan kadar β karoten sebesar York USA.
155,44 µg/g berat kering, kadar air
8,22%, warna L, 78,10, b+ 131,52, Gliemmo, M.F., M.E. Laturre and
densitas curah 0,71 g/ml, L.N. Gerschenson, 2009.
higroskopisitas 72% dan Color Stability of Pumkin
penurunan kadar β karoten (Cucurbita moschata) Pure
sebesar 57,79%. during Storage at Room
Temperature : Effect of pH,
DAFTAR PUSTAKA Pottasium Sorbate,
Ascorbic Acid and
Agnieszka Nawirska, Adam Figiel Packaging Material. Journal
and Alicja Z Kulcharska, 2009. Food Science and
Drying Kinetics and Quality Tecnology.
Parameters of Pumkin Haryadi, Sutardi dan Gardjito, M.,
Slices Dehydrated Using 1989.
Different Methods. Journal Pembuatan Makanan Kecil
of Food Engineering. dari Tepung Sagu dan
Waluh. PAU Pangan dan
Agus Slamet, 2003. Gizi, Universitas Gadjah
Kajian Sifat Fisik, Kimia Mada Yogyakarta.
dan Amilografi Beberapa
8
Lestari, 2000.
Pengaruh Suhu
Pengeringan Terhadap Sifat
Fisik dan Kimia Tepung
Kecambah Kecipir. Skripsi
S1 Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas
Wangsa Manggala
Yogyakarta.

Slamet Sudarmadji, Bambang


Haryono, dan Suhardi, 1993.
Prosedur Analisa Untuk
Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty
Yogyakarta.

Tranggono dan Umar Santoso,


1993.
Karakteristik Fungsi Tepung
dan Isolat Protein Biji
Kecipir. Laporan Penelitian
Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.

Winarno, F.G. 1997.

Kimia Pangan dan Gizi PT


Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai