Anda di halaman 1dari 22

“SISTEM PERKEMIHAN”

OLEH:

I Nyoman Arya Widiana (18089014007)

Ni Kadek Ayu Desi Dian Wulandari (18089014008)

Ni Desak Ketut Ayu Indah Sari (18089014009)

Kadek Ayu Krisna Dewi (18089014010)

Komang Berly B. Prawerti (18089014011)

Gusti Kadek Dedi Praja Kusuma (18089014012)

SEMESTER IIA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHETAN BULELENG

S1 ILMU KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah “Sistem Perkemihan”, dengan dosen pembimbing Ari Pertama
Watiningsih S.Pd, M.Si. Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 1.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu
segenap saran dan kritik membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan
untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Bungkulan, 20 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................... 1
1.4 Manfaat ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Perkemihan ................................................... 3
2.2 Fungsi Sistem Perkemihan .......................................................... 3
2.3 Organ-Organ Sistem Perkemihan................................................ 4
2.4 Fisiologi Sistem Perkemihan ....................................................... 9
2.5 Proses Miksi ................................................................................ 11
2.6 Penyakit Yang Menyerang Sistem Perkemihan .......................... 13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................. 14
3.2 Saran ........................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Organ Sistem Perkemihan ............................................................ 3

Gambar 2.2 Organ Ginjal ................................................................................ 4

Gambar 2.3 Kandung Kemih .......................................................................... 7

Gambar 2.4 Organ Sistem Perkemihan ............................................................ 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem perkemihan merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-


sisa metabolisme makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawaan
nitrogen seperti urea dan kreatinin, bahan asing dan produk sisanya. Sampah
metabolisme ini dikeluarkan (diekresikan) oleh ginjal dalam bentuk urin. Urin
kemudian akan turun melewati ureter menuju kandung kemih untuk disimpan
sementara dan akhirnya secara periodik akan dikeluarkan melalui uretra.
Tubuh merupakan satu kesatuan dari sel yang bekerja setiap saat. Dalam
proses tersebut, dihasilkan zat-zat yang isa yang harus dikeluarkan oleh tubuh itu
sendiri. Pengeluaran itu biasanya disebut juga dengan proses eliminasi. Proses
eliminasi tersebut juga terdiri dari dua bagian yaitu eliminasi alvi dan urin. Sistem
perkemihan yang melibatkan organ terpenting urinary yaitu ginjal. Untuk itu
karena ginjal itu organ penting dalam sistem perkemihan, maka sudah sepantasnya
kita menjaga ginjal kita agar tidak terjadi berbagai penyakit yang disebabkan oleh
adanya gangguan dari fungsi ginjal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan sistem perkemihan?
1.2.2 Apa sajakah fungsi sistem perkemihan?
1.2.3 Apa saja organ - organ sistem perkemihan
1.2.4 Bagaimana proses fisiologi sistem perkemihan?
1.2.5 Bagaimana proses miksi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu sistem perkemihan.
1.3.2 Untuk mengetahui fungsi sistem perkemihan.
1.3.3 Untuk mengetahui organ-organ sistem perkemihan.

1
2

1.3.4 Untuk mengetahui proses fisiologi sistem perkemihan.


1.3.5 Untuk mengehatui proses miksi.
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini agar penulis dan mahasiswanya lainnya
supaya mengetahui atau memahami tentang sistem perkemihan dan agar lebih
mengerti apa saja yang terdapat dalam sistem perkemihan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di
pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah


suatu system kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan
keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk
membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan bayak
fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.

Gambar 2.1 Organ Sistem Perkemihan


(Sumber. Dokumen.tips)
2.2 Fungsi Sistem Perkemihan
1.Membuang sisa metabolisme :
1) Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid.
2) Racun-racun/Toxins.
3) Obat-obat/Drugs.

3
4

2.Pengaturan homeostasis :
1) Keseimbangan air dan Elektrolit.
2) Keseimbangan asam-basa darah.
3) Tekanan darah.
4) Produksi darah merah.
5) Mengaktifkan vitamin D.

2.3 Organ Sistem Perkemihan


2.3.1 Ginjal/Kidneys

Gambar 2.2 Organ Ginjal


(Sumber. Slideshare.net)

Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang


peritonium, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar transversus
abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan
dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah posterior
dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi kosta, sedangkan
dianterior dilindungi oleh bantaan usus yang tebal.

Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan


beratnya antara 120-150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk
5

dan ukuran tubuh. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara katup ginjal
antara 11-15 cm.

Perbedaan panjang dari kedua ginjal lebih dari 1,5 cm atau


perubahan bentuk merupakan tanda yang penting karena kebanyakan
penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur. Permukaan
anterior dan posterior katup atas dan bawah serta pinggir lateral ginjal
berbentuk konveks sedangkan pinggir medialnya berbentuk konkaf karena
adanya hilus.

Ada beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui
hilus antara lain arteri dan vena renalis, saraf dan pembuluh getah bening.
Ginjal diliputi oleh suatu kapsula tribosa tipis mengkilat, yang beriktan
longgar dengan jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah
dari permukaan ginjal.
2.3.1.1 Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa
ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal
(medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
1. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah
ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal
– gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai
bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman
disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi,
yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut
dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat –
zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari
simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
2. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang
disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan
6

puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam


ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus
ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena
terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara
pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal.
Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan
lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut
urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi,
setelah mengalami berbagai proses.
3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis
renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing –
masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung
menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine
yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks
mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih
(vesikula urinaria).
2.3.2 Ureter / Ureters
Ureter adalah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih. Ureter merupakan lanjutan pelvis renis, menuju distal &
bermuara pada vesica urinaria. Panjangnya 25 – 30 cm. Persarafan ureter
oleh plexus hypogastricus inferior T11- L2 melalui neuron² simpatis.
Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan
adventisia. Lapisan mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong
oleh lamina propria. Epitel transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel
permukaan bervariasi dalam hal bentuk mulai dari kuboid (bila kandung
kemih kosong atau tidak teregang) sampai gepeng (bila kandung kemih
dalam keadaan penuh/teregang).
Sel-sel permukaan ini mempunyai batas konveks (cekung) pada
lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel
payung. Lamina propria terdiri atas jaringan fibrosa yang relatif padat
7

dengan banyak serat elastin. Lumen pada potongan melintang tampak


berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang
memanjang.
Lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria,
adanya jaringan elastin dan muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila
ureter diregangkan.Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot
polos longitudinal disebelah dalam dan sirkular di sebelah luar (berlawan
dengan susunan otot polos di saluran cerna). Lapisan adventisia atau
serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelsatin.
Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal
ke dalam kandung kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek
lapisan mukosa dan merangsang reseptor saraf sensoris sehingga akan
timbul rasa nyeri yang amat sangat dan menyebabkan penderita batu
ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal sebagai kolik ureter.
2.3.3 Kandung kemih
Disebut juga bladder/ kandung kemih. Vesica urinaria merupakan
kantung berongga yang dapat diregangkan dasn volumenya dapat
disesuaikan dengan mengubah status kontraktil otot polos di dindingnya.
Secara berkala urin dikososngkan dari kandung kemih ke luar tubuh
melalui ureter. Organ ini mempunyai fungsi sebagai reservoir urine (200
- 400 cc). Dindingnya mempunyai lapisan otot yang kuat. Letaknya di
belakang os pubis. Bentuk bila penuh seperti telur ( ovoid ). Apabila
kosong seperti limas. Apex ( puncak ) vesica urinaria terletak di belakang
symphysis pubis.

Gambar 2.3 Kandung Kemih


(Sumber. Slideshare.net)
8

Kandung kemih terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan


serosa/adventisia. Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih
tebal dibandingkan ureter (terdiri atas 6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat
longgar yang membentuk lamina propria dibawahnya. Tunika
muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang tersusun
berlapis-lapis yang arahnya tampak tak membentuk aturan tertentu. Di
antara berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat longgar. Tunika
adventisianya terdiri atas jaringan fibroelastik.Fungsi kandung kemih
adalah menampung urin yang akan dikeluarkan kedunia luar melalui
uretra
2.3.4 Urethra
Merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh
melalui ginjal, ureter, vesica urinaria.

Gambar 2.4 Organ Sistem Perkemihan


(Sumber. Slideshare.net)
Uretra adalah saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah –
tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus
tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki – laki
terdiri dari :
9

1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling
dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring
sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita
terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
2.4 Fisiologi Sistem Perkemihan
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa
meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300
ml)maka reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi
musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan
dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda
sampai ia menemukan waktu dan tempat yang cocok. Walaupun demikian,
bila rangsangan sensoris ditunda terlalu lama, maka akan memberikan rasa
sakit.
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka
terjadi relaksasi musculus pubococcygeus dan terjadi pengurangan
topangan kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa kejadian dengan
urutan sebagai berikut :
1. Membukanya meatus intemus.
2. Erubahan sudut ureterovesical.
3. Bagian atas urethra akan terisi urine
4. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
5. Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
6. Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intraabdominalmeningkat
7. Pembukaan sphincter extemus
8. Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong
10

Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubococcygeus


yang bekerja di bawah pengendalian secara volunteer :

1. Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir


2. Vesica urinaria tertarik ke atas
3. Urethra memanjang
4. Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan
kontraksi.

Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus


kejadian seperti yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara
otomatis.

Fungsi sistem homeostatis urinaria:

1. Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur banyaaknya air


yang hilang dalam urine, melepaskan eritropoietin dan melepaskan
rennin.
2. Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah natrium,
kalium, klorida, dan ion lain yang hilang dalam urin dan mengontrol
kadar ion kalsium.
3. Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrol kehilangan ion
hydrogen dan ion bikarbonat dalam urin.
4. Menyimpan nutrient dengan mencegah pengeluaran dalam urin,
mengeluarkan produk sampah nitrogen seperti urea dan asam urat.
5. Membantu dalam mendeteksi racun-racun.
6. Mekanisme pembentukan urine.

Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit


terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi).
Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini
hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian
diserap kembali. Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam
kandungan kemih.
11

Tahap – tahap Pembentukan Urine :


1. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent
lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah,
sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang
terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan
ke seluruh ginjal.
2. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas.
Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan
dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali
kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif
dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila
renalis.
3. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai
tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan
ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari
tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke
ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung
kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika
kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Urin yang keluar dari kandungan kemih mempunyai komposisi
utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak
ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir
melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
2.5 Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres
reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250
12

cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya


akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang
sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter
eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para
simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk
mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat
terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula
spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf
tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus –
menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako
lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar
berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter
masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan
dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah
Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena
membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan
menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
Jadi, reflex mikturisi merupakan sebuah siklus yang lengkap yang terdiri
dari:
1. Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif.
2. Periode tekanan menetap.
3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal.
4. Perangsangan atau penghambatan berkemih oleh otak.

Pusat – pusat ini antara lain:


1. Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terutama
terletak di ponds, dan beberapa pusat yang terletak korteks serebral
yang terutama bekerja menghambat tetapi dapat menjadi perangsang.
13

2. Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih,


tetapi pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai
pengendali akhir dari berkenmih sebagai berikut:

a) Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan


refleks berkemih kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki.
b) pusat yang lebih tinggi dapat mecegah berkemih, bahkan jika
refleks berkemih timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus
menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai
mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih.
c) Jika tiba waktu berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat
berkemih sacral untuk membantu untuk mencetuskan refleks
berkemih dan dalam waktu bersamaan menghambat sfingter
eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat
terjadi. Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan
cara berikut: Pertama, seseorang secara sadar mengkontraksikan
otot – otot abdomennya, yang meningkatkan tekanan dalam
kandung kemih dan mengakibatkan urin ekstra memasuki leher
kandung kemih dan uretra posterior di bawah tekanan, sehingga
meregangkan dindingnya.

2.6 Penyakit Yang Menyerang Sistem Perkemihan


Dalam menjalankan fungsinya, organ sistem perkemihan bisa
mengalami permasalahan karena adanya bakteri atau virus yang
menyerang. Berikut beberapa penyakit atau masalah pada sistem
perkemihan yang bisa terjadi pada pria atau wanita:
2.6.1 Infeksi saluran kemih (ISK)
Infeksi saluran perkemihan adalah penyakit dimana bakteri
masuk ke saluran kemih. ISK merupakan masalah sistem
perkemihan yang paling umum atau banyak dialami orang, namun
resikonya lebih tinggi terjadi pada wanita karena wanita memiliki
uretra yang lebih pendek dibandingkan pria sehingga membuat
bakteri lebih mudah untuk mencapai kandung kemih sehingga
14

lebih cepat untuk menginfeksi saluran kemih, dibandingkan dengan


uretra pria yang panjang.
2.6.2 Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah keadaan dimana anda tidak bisa
mengontrol pengeluaran urine atau berkemih. Jadi anda bisa
merasa ingin terus berkemih. Penyebabnya berbeda pada wanita
dan pria. Pada pria biasanya karena ada pembesaran prostat,
sedangkan wanita karena ada dorongan sering berkemih dan
kebocoran urin.
2.6.3 Interstisial cystitis (IC)
Penyakit ketiga yang dapat menyerang saluran perkemihan
adalah intestisial cystitis (IC). Jika mengalami penyakit ini anda
akan merasakan nyeri dan tekanan pada kandung kemih serta
panggul. Selain itu, saluran kemih yang terkena interstisial cystitis
juga akan mengalami kerusakan pada lapisan pelindung kandung
kemih dan membuat kandung kemih menjadi kurang elastis.
2.6.4 Prostatitis
Penyakit prostatitis bisa disebabkan oleh beberapa faktor
seperti usia (umumnya terjadi pada usia lanjut), nyeri pada panggul
dan nyeri ketika buang air kecil, serta jumlah frekuensi kencing.
Prostatitis dimanefastikan dengan adanya pembengkakan pada
kelenjar prostat pria.
2.6.5 Batu ginjal
Batu ginjal juga termasuk penyakit yang banyak dialami
pada sistem perkemihan. Tanda dan gejala yang dirasakan
penderita batu ginjal adalah rasa sakit pada bagian punggung, dan
adanya darah pada urine. Batu ginjal terjadi karena adanya
akumulasi dari massa padat pada urine yang menganggu fungsi
perkemihan.
15

2.6.6 Gagal ginjal


Gagal ginjal yaitu kondisi dimana ginjal mengalami
penurunan fungsi dalam menyaring limbah dari darah. Ini bisa
terjadi karena gaya hidup buruk seperti makan makanan yang tidak
sehat, sering mengonsumsi alcohol dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di
pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
2. Sistem Perkemihan terdiri dari :
1) Dua Ginjal (Ren) yang menghasilkan urin.
2) Dua uretra yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria
(kandung kemih)
3) Satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan.
4) Uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria (kandung kemih).
3. Tahap Pembentukan urin
1) Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, terjadi penyerapan darah, sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein,
cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh
ginjal.
2) Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas.
Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan
dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali
kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif
dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila
renalis.

16
15

3) Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai
tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan
ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari
tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke
ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung
kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika
kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Urin yang keluar dari kandungan kemih mempunyai komposisi
utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak
ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir
melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
4. Penyakit yang menyerang sistem perkemihan. Dalam menjalankan
fungsinya, organ sistem perkemihan bisa mengalami permasalahan
karena adanya bakteri atau virus yang menyerang. Berikut beberapa
penyakit atau masalah pada sistem perkemihan yang bisa terjadi pada
pria atau wanita: infeksi saluran kemih (ISK), Inkontinensia urine,
Interstisial cystitis (IC), Prostatitis, Batu ginjal dan Gagal ginjal.

3.2 Saran
Seluruh perawat dan mahasiswa keperawatan agar meningkatkan
pemahamannya terhadap sistem perkemihan sehingga dapat dikembangkan
dalam tatanan layanan keperawatan. Diharapkan agar perawat maupun
mahasiswa agar lebih mengerti tentang anatomi fisiologi dari sistem
perkemihan.
DAFTAR PUSTAKA

Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.
Syaifuddin, Haji.2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC.
Sander , Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta : Rajawali Pers.
Sobotta. 2003. Atlas Anatomi Manusia . Ed.1.Jakarta : EGC.
Syaifuddin . 2003 . Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Wibowo , Daniel S . 2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia Widiasa
rana Indonesia.
Wonodirekso, S dan Tambajong J. 1990 . Sistem urinaria dalam Buku Ajar
Histologi Leeson and Leeson . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai