Anda di halaman 1dari 10

Nama: Gusti Kadek Dedi Praja Kusuma

NIM: 18089014012
Semester:

Konjungtivitis (Mata Merah)

Konjungtivitis atau mata merah adalah peradangan yang terjadi pada


konjungtiva atau selaput bening yang melapisi bagian depan mata. Pada saat terjadi
peradangan pada pembuluh darah kecil di konjungtiva, bagian mata yang seharusnya
berwarna putih akan terlihat merah atau merah muda. Peradangan yang terjadi
umumnya disebabkan oleh infeksi baik karena bakteri maupun virus. Namun, reaksi
alergi juga dapat memicu terjadinya mata merah. Konjungtivitis awalnya bisa jadi
hanya menjangkiti satu mata, namun biasanya setelah beberapa jam akan menjangkiti
kedua mata.

Gejala konjungtivitis umumnya meliputi mata berair dan terasa gatal. Namun
pada kasus konjungtivitis akibat alergi, biasanya disertai dengan bulu mata yang
melengket.

Diagnosis dan pengobatan konjungtivitis sejak dini bisa membantu membatasi


penyebaran karena ini merupakan penyakit yang dapat menular. Meski begitu,
konjungtivitis biasanya tidak mengganggu penglihatan.

Penyebab Konjungtivitis
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan konjungtiva mengalami peradangan dan
munculnya penyakit konjungtivitis. Berikut ini adalah beberapa penyebabnya:

 Konjungtivitis infeksi yang terjadi akibat virus atau bakteri.


 Konjungtivitis alergi atau reaksi alergi terhadap tungau debu atau serbuk sari.
 Konjungtivitis iritasi yang terjadi akibat mata terkena unsur penyebab iritasi
seperti sampo, air berklorin, atau bulu mata yang menggesek mata.

Perawatan Konjungtivitis
Obat tetes mata antibiotik bisa digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri pada
konjungtivitis yang parah, namun kebanyakan konjungtivitis tidak memerlukan
perawatan karena biasanya gejala akan hilang dalam dua pekan.
Bersihkan kelopak dan bulu mata dengan menggunakan kapas dan air dari lapisan
yang lengket atau berkerak. Sebelum gejala konjungtivitis hilang, jangan memakai
lensa kontak terlebih dulu.
Usahakan untuk menghindari pemicu alergi. Pengobatan dengan antihistamin
biasanya digunakan untuk mengatasi konjungtivitis alergi. Untuk mencegah
penyebaran, hindari berbagi penggunaan handuk atau bantal, dan cucilah tangan
secara rutin.

Komplikasi Konjungtivitis
Kebanyakan konjungtivitis yang terjadi tidak menimbulkan masalah kesehatan serius,
tapi bisa menimbulkan frustrasi, terutama pada penderita konjungtivitis alergi. Hal ini
dikarenakan penderita akan mengalami rasa gatal hebat yang terus menerus.
Komplikasi konjungtivitis yang tergolong serius, namun jarang terjadi adalah
jaringan parut pada mata (akibat konjungtivitis alergi yang parah) dan meningitis(
jika infeksi menyebar).
Terakhir diperbarui: 22 Maret 2017
Ditinjau oleh: dr. Marianti

Gejala Konjungtivitis

Gejala konjungtivitis awalnya hanya menjangkiti satu mata, namun biasanya setelah
beberapa jam akan menjangkiti kedua mata. Konjungtivitis memiliki gejala yang
umum terjadi seperti berikut ini:
 Sering mengeluarkan air mata dan mukus karena kelenjar yang memproduksi
keduanya menjadi terlalu aktif akibat peradangan.
 Mata menjadi merah karena pembuluh darah kecil pada konjungtiva melebar
setelah mengalami peradangan.
 Sensitifitas terhadap cahaya bertambah tinggi.

Selain gejala-gejala umum di atas, kojungtivitis juga dapat menimbulkan beberapa


gejala lain, sesuai dengan jenisnya.

Konjungtivitis Infektif
Ada beberapa gejala yang biasanya muncul jika mengalami konjungtivitis infektif, di
antaranya:

 Kelenjar getah bening yang membesar di depan telinga.


 Mata terasa seperti terbakar.
 Bulu mata akan terasa menempel atau lengket ketika bangun pagi.
 Mata terasa seperti berpasir.

Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis dapat terjadi akibat alergi dan menyebabkan mata terasa gatal. Gejala-
gejala seperti hidung berair atau tersumbat, serta bersin-bersin juga dapat terjadi.
Kelopak mata akan terasa perih dan menjadi kering jika Anda menderita alergi
terhadap tetes mata atau biasa disebut dengan contact dermaconjunctivitis.
Selain itu, ada juga konjungtivitis papiler raksasa (giant papillary conjunctivitis/GPC)
yaitu alergi terhadap pemakaian kontak lensa. Gejala yang muncul bisa berupa bintik
kecil di dalam kelopak mata bagian atas dan berkembang secara perlahan.
Konjungtivitis Iritan
Kita harus mencurigai konjungtivitis iritan apabila terdapat riwayat paparan terhadap
bahan iritan seperti sampo atau bahan kimia lainnya. Mata biasanya akan
mengeluarkan cairan bening seperti air mata yang tidak lengket. Soket mata bagian
bawah biasanya lebih sering terserang dibandingkan bagian atas.
Segera temui dokter jika mengalami konjungtivitis papiler raksasa karena bisa
menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya.
Sebagian besar kasus konjungtivitis tidak berbahaya dan tidak perlu dicemaskan.
Meskipun begitu, segera temui dokter jika mengalami gejala mata yang lebih parah
seperti:

 Penglihatan terganggu.
 Salah satu atau kedua mata berwarna merah pekat.
 Mata terasa sakit.
 Mengalami fotofobia atau sensitif terhadap cahaya.
 Pusing hebat yang disertai rasa mual atau muntah.

Penyebab Konjungtivitis
Penyebab konjungtivitis berbeda-beda, tergantung dari jenisnya. Hal tersebut akan
dijelaskan di bawah ini.

Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi terjadi akibat adanya reaksi alergi pada mata setelah
bersentuhan dengan zat alergen. Konjungtivitis alergi masih terbagi lagi ke dalam tiga
tipe, di antaranya:

 Contact dermatoconjunctivitis. Konjungtivitis alergi tipe ini umumnya


disebabkan oleh obat tetes mata. Selain itu, penggunaan riasan wajah dan
paparan zat kimia juga bisa menyebabkan terjadinya kondisi ini.
 Konjungtivitis papiler raksasa. Penyebab terjadinya konjungtivitis papiler
raksasa adalah lensa kontak, bagian mata buatan atau prostesis yang dipasang
saat operasi mata, serta jahitan yang digunakan pada operasi mata.
Diperkirakan sekitar satu persen orang yang menggunakan lensa kontak keras
dan tiga persen pengguna lensa kontak lunak terkena konjungtivitis papiler
raksasa.
 Konjungtivitis alergi menahun. Orang-orang yang memiliki alergi lain, seperti
asma dan rhinitis alergi, lebih sering menderita konjungtivitis tipe ini.
Konjungtivitis alergi menahun biasanya disebabkan oleh tungau debu,
kelupasan kulit mati hewan, dan serbuk sari dari pohon, bunga atau rumput.

Konjungtivitis Iritasi
Penyebab terjadinya konjungtivitis iritasi sangat beragam di antaranya adalah:

 Sampo
 Asap atau uap
 Bulu mata yang menyimpang dan menggesek konjungtiva
 Berenang di kolam yang airnya mengandung klorin
Konjungtivitis Infektif
Konjungtivitis infektif terjadi akibat adanya infeksi pada mata yang dipicu oleh:

 Virus. Adenovirus merupakan salah satu virus yang paling sering


menyebabkan konjungtivitis. Selain itu, virus ini juga bisa menyebabkan
gejala demam dan sakit tenggorokan.
 Penyakit menular seksual (misalnya gonore atau chlamydia).
 Bakteri. Kelompok bakteri yang sering menyebabkan terjadinya infeksi
telinga dan lambung, juga bisa menyebabkan konjungtivitis

Penderita konjungtivitis infektif dapat menularkan infeksi mata pada orang yang
berdekatan dengannya. Penyebarannya bisa terjadi melalui kontak langsung maupun
tidak langsung dari sekresi mata yang terinfeksi. Oleh sebab itu, disarankan untuk
selalu mencuci tangan sampai bersih usai bersentuhan dengan penderita, serta jangan
berbagi handuk atau bantal dengan mereka.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan seseorang terkena konjungtivitis
infektif, di antaranya:

 Menderita diabetes atau penyakit lain yang membuat sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah.
 Berada di tempat yang ramai dan padat (misalnya di dalam kereta atau bus).
 Usia. Anak-anak sangat rentan terkena penyakit ini karena mereka sering
berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. Selain itu, lansia juga rentan
karena sistem kekebalan tubuh yang melemah seiring menuanya usia.
 Menderita blefaritis atau peradangan pada sisi kelopak mata yang disebabkan
oleh bakteri.
 Memiliki riwayat infeksi saluran pernapasan.
 Mengonsumsi obat-obatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti
kortikosteroid atau sering disebut juga dengan steroid.
 Penggunaan lensa kontak.

Diagnosis Konjungtivitis
Diagnosis dilakukan dokter dengan cara memeriksa mata dan menanyakan gejala
yang dialami untuk menentukan perawatan yang akan dilakukan, serta menentukan
konjungtivitis tipe apa yang diderita oleh pasien.
Segera temui oftalmologis atau dokter spesialis mata jika gejala yang dialami cukup
parah dan tidak kunjung sembuh. Dokter mungkin akan menyarankan pengambilan
sampel cairan kental atau mukus dari mata yang terinfeksi untuk dianalisis. Jika
konjungtivitis dicurigai terjadi karena alergi, maka tes alergi juga dibutuhkan agar
penderita dapat menghindari alergen di masa mendatang.
Berikut ini adalah beberapa kondisi parah yang memerlukan pemeriksaan lanjutan:
 Kornea membengkak dan muncul luka terbuka atau disebut dengan keratitis.
 Pembengkakan lapisan tengah mata yang menyebabkan sakit kepala, mata
berair, dan terasa sakit. Kondisi ini disebut dengan iritis.
 Penyakit glaukoma akut yang menyebabkan munculnya tekanan pada mata
dan rasa sakit.

Pemeriksaan oleh dokter spesialis mata harus segera dilakukan jika bayi yang baru
lahir menderita konjungtivitis infektif.
Perawatan Konjungtivitis
Perawatan konjungtivitis yang dilakukan tergantung pada penyebabnya. Berikut ini adalah
perawatan yang digolongkan berdasarkan penyebab terjadinya konjungtivitis.

Konjungtivitis Infektif
Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan sendiri untuk mengatasi konjungtivitis infektif
karena sebagian besar kasusnya tidak memerlukan perawatan medis dan akan menghilang dalam
waktu 1-2 pekan. Di bawah ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala
yang dialami.

 Gunakan obat tetes air mata yang berguna sebagai pelumas untuk meredakan rasa sakit
dan lengket pada mata. Obat ini bisa dibeli secara bebas di apotek.
 Cucilah tangan secara rutin setelah menyentuh mata yang terinfeksi agar tidak menular.
 Jangan menggunakan lensa kontak sebelum gejala infeksi hilang atau setidaknya satu hari
setelah menyelesaikan perawatan. Ganti lensa kontak yang telah dipakai saat terinfeksi
karena kemungkinan bisa menjadi sumber infeksi.
 Gunakan kain kapas yang dibasahi untuk membersihkan kelopak dan bulu mata dengan
lembut agar tidak lengket.

Jika gejala yang dialami tidak kunjung mereda setelah dua pekan atau infeksi yang terjadi cukup
parah, dokter akan meresepkan obat antibiotik, salah satunya adalah chloramphenicol.
Biasanya dokter akan meresepkan obat tetes mata chloramphenicol sebagai penanganan utama.
Namun chloramphenicol dalam bentuk salep akan diresepkan jika pasien tidak cocok dengan
bentuk tetes. Penglihatan mungkin akan menjadi buram selama 20 menit setelah pemakaian salep
mata. Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter tentang penggunaan obat.
Selain obat tetes mata chloramphenicol, ada juga obat tetes mata fusidic acid. Anak-anak, wanita
hamil, dan orang yang berusia lanjut lebih cocok untuk menggunakan obat tetes mata fusidic
acid karena penggunaannya tidak perlu sesering obat tetes mata lain.
Konjungtivitis Alergi
Sebelum menemui dokter, cobalah lakukan pengobatan sendiri di rumah terlebih dahulu untuk
meredakan gejala konjungtivitis alergi. Kompres mata dengan kain yang dibasahi air dingin dan
hindari terpapar zat alergen. Jangan memakai lensa kontak hingga gejala konjungtivitis hilang.
Agar gejala tidak memburuk, jangan menggosok mata walau terasa gatal.
Jika konjungtivitis alergi tidak kunjung mereda, temui dokter. Dokter kemungkinan akan
meresepkan antihistamin (baik dalam bentuk tetes mata atau oral) guna meredakan gejala alergi.
Contoh-contoh obat antihistamin adalah azelastine,
cetirizine, loratadine, fexofenadine,atau emedastine. Gunakan obat sesuai anjuran dokter,
Selain antihistamin, obat kortikosteroid jangka pendek dalam bentuk gel, salep, atau krim
kemungkinanakan diresepkan jika gejala konjungtivitis alergi yang dialami cukup parah.
Selain itu, ada juga obat yang bernama mast cell stabilisers yang berguna untuk mengendalikan
gejala alergi dalam jangka waktu panjang. Dokter mungkin akan mengombinasikan antihistamin
dengan obat ini, karena efek mast cell stabilisers baru bisa terasa setelah beberapa pekan
pemakaian. Contoh obat tetes mata mast cell stabilisers yang biasa diresepkan adalah nedocromil
sodium, sodium cromoglicate, dan lodoxamide.
Temuilah dokter agar diperiksa secara lebih lanjut jika mengalami gejala-gejala seperti daya
penglihatan berkurang, mata terasa sakit, salah satu atau kedua mata berwarna merah pekat, serta
mengalami fotofobia atau sensitif terhadap cahaya. Pemeriksaan bertujuan untuk memeriksa
apakah pasien menderita penyakit menular seksual (misalnya chlamydia) yang bisa
menyebabkan terjadinya konjungtivitis infektif. Jika dibiarkan, gejala penyakit ini dapat
berlangsung hingga beberapa bulan.

Pencegahan Konjungitivitis
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran konjungntivitis, di
antaranya:

 Sering mencuci tangan dan mengganti sarung bantal.


 Menggunakan handuk atau lap yang bersih dan jangan memakai handuk orang lain.
 Membuang riasan mata yang sudah terpakai dan jangan berbagi pemakaian riasan dengan
orang lain.
 Jangan menggosok atau menyentuh mata yang terinfeksi.
 Membersihkan mata dengan kapas, lalu cuci tangan Anda dengan air hangat dan sabun.
 Jangan menggunakan obat tetes mata yang pernah dipakai untuk mata yang terinfeksi
guna menghindari penularan.
 Jika terkena infeksi mata, jangan pergi bekerja atau bersekolah hingga konjungtivitis
tidak lagi menular.
 Menghindari penggunaan lensa kontak saat terserang infeksi pada mata. Sebagai
gantinya, Anda bisa menggunakan kacamata.
Komplikasi Konjungtivitis
Komplikasi akibat konjungtivitis dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Berikut ini
adalah komplikasi konjungtivitis yang dapat terjadi berdasarkan tipe konjungtivitis yang diderita.

Konjungtivitis Infektif
Konjungtivitis bisa berlangsung selama beberapa bulan jika disebabkan oleh penyakit menular
seksual, seperti chlamydia (klamidia). Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi
akibat konjungtivitis infektif:

 Jika bakteri masuk ke aliran darah dan menyerang jaringan tubuh, pasien bisa mengalami
keracunan darah atau disebut dengan sepsis.
 Lapisan pelindung saraf tulang belakang dan otak, atau meninges, bisa mengalami infeksi
(meningitis).
 Infeksi telinga bagian tengah. Kondisi ini dialami oleh 25 persen anak-anak yang
menderita konjungtivitis akibat bakteri haemophilus influenzae.
 Permukaan kulit menjadi bengkak atau meradang dan terasa sakit akibat infeksi yang
terjadi pada jaringan dan lapisan dalam kulit (selulitis).

Konjungtivitis Neonatal
Konjungtivitis infektif yang terjadi pada bayi yang baru lahir hingga usia 28 hari harus segera
ditangani karena bisa menyebabkan kerusakan penglihatan permanen. Kebanyakan bayi yang
terkena konjungtivitis infektif bisa sembuh total dan hanya sedikit yang mengalami komplikasi.

Punctate Epithelial Keratitis


Keratitis dapat terjadi akibat konjungtivitis yang menyebabkan kornea membengkak atau
mengalami peradangan. Kondisi ini menyebabkan mata sensitif terhadap cahaya dan terasa sakit.
Kebutaan bisa terjadi jika tukak muncul di kornea dan menyebabkan kerusakan permanen.
https://www.alodokter.com/konjungtivitis/komplikasi

Anda mungkin juga menyukai