Anda di halaman 1dari 9

PENGETAHUAN TIM REAKSI CEPAT

TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR


1
Ulfah Nasti Wiliastuti, 2 Anastasia Anna, 3Ristina Mirwanti
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat
E-mail: ristina.mirwanti@unpad.ac.id

Abstrak
Cardiac arrest termasuk kejadian kegawatdaruratan yang membutuhkan bantuan hidup dasar dengan resusitasi jantung
paru. Upaya pertolongan bantuan hidup dasar yang terlambat diberikan dapat berdampak kematian pada pasien. Tim
reaksi cepat sebagai tenaga kesehatan yang dibentuk khusus untuk menangani pasien kegawatdaruratan dituntut mampu
memberikan pertolongan pada pasien gawat darurat dengan cepat dan tepat. Tim reaksi cepat membutuhkan
pengetahuan dalam melakukan tindakan bantuan hidup dasar. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi
pengetahuan Tim Reaksi Cepat tentang Bantuan Hidup Dasar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif
pada 37 anggota tim reaksi cepat yang dipilih menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner pengetahuan yang disusun dan dikembangkan peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan
sebagian besar dalam kategori kurang yaitu sebanyak 36 responden (97,3%) dan satu responden (2,7%) memiliki
pengetahuan baik. Responden dengan katergori pengetahuan yang kurang memiliki kategori kurang di semua indikator
seperti, pada pengetahuan konsep dasar, pengkajian respon dalam BHD, resusitasi paru dalam BHD, resusitasi jantung
dalam BHD, dan AED dalam BHD. Perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang bantuan hidup dasar dengan
mengadakan pelatihan, evaluasi serta pembaharuan standar prosedur operasional BHD.

Kata kunci: Bantuan hidup dasar, pengetahuan, Tim Reaksi Cepat

Abstract
Cardiac arrest is one of emergency events that requiring basic life support (BLS) which is cardiopulmonary
resuscitation. Rescue efforts that given late have an impact on the patient's death. Code blue team which is specially
formed from health workers with the purpose to handle emergency patients is required to provide emergency care with
quick and accurate. Code blue team needs knowledge in performing basic life support. The purpose of this study was
to identify knowledge of Code Blue Team about Basic Life Support. This study used quantitative descriptive method
on 37 members of code blue team that have been selected by using total sampling. The research instrument
used knowledge questionnaire that has been compiled and developed by researcher based on basic life support
literature and has been passed validity content. The results showed that knowledge in mostly in the less category, as
many as 36 respondents (97.3%) and only 1 respondent (2.7%) had good knowledge. Respondents who has less
knowledge had less category on every indicator such as basic concept of knowledge, assessment of response in CPR,
lung resuscitation in CPR, cardiac resuscitation in CPR, and AED in CPR. Improving knowledge of basic life support
is needed by conducting training, evaluation, and updating the standard of procedure operational on CPR.
Keywords: Basic Life Support, Knowledge, Code Blue Team

PENDAHULUAN didapatkan kasus henti jantung 31.689 selama


lima tahun (2005-2010) dan 33,3%
Kematian jantung mendadak atau cardiac mendapatkan bantuan resusitasi jantung paru
arrest adalah berhentinya fungsi jantung (RJP) dari saksi yang sudah terlatih serta
secara tiba - tiba pada seseorang yang telah 3,7% menggunakan automated external
atau belum diketahui menderita penyakit defibrilator atau AED (Bryan et al, 2011).
jantung (American Heart Association, 2010). Prevalensi henti jantung di Indonesia setiap
Menurut survei Centers for Disease Control tahunnya belum didapatkan data yang jelas
and Prevention (CDC) di United State akan tetapi prevalensi terjadinya penyakit

77
Pengetahuan TIM Reaksi Cepat tentang Bantuan Hidup Dasar (Ristina Mirwanti)

jantung di Indonesia sebanyak 7,2% 2010). BHD merupakan salah satu upaya
(BPPK, 2008). Menurut data salah satu yang harus segera dilakukan oleh seseorang
rumah sakit di Jawa Barat, (Januari-Mei apabila menemukan korban yang
2015) terdapat 57 kasus pasien meninggal membutuhkan oleh karena itu, setiap tenaga
akibat cardiac arrest. kesehatan wajib menguasai BHD (Keenan,
Lmacraft & Joubert, 2009).
Cardiac Arrest atau henti jantung menjadi
kasus kegawatdaruratan yang harus RJP merupakan bagian dari bantuan hidup
mendapatkan penanganan yang tepat dan dasar yang membantu jantung dapat kembali
segera dari petugas medis atau masyarakat berfungsi memompa dan memperbaiki
umum yang sudah terlatih. Kematian otak dan sirkulasi darah dalam tubuh. Bantuan hidup
kematian permanen terjadi dalam jangka dasar dapat dilakukan oleh siapapun terutama
waktu 8 sampai 10 menit setelah seseorang oleh TRC sesegera mungkin pada saat awal
mengalami cardiac arrest (Pusponegoro A, terjadinya henti jantung untuk meningkatkan
2010). Salah satu penanganan yang harus angka kelangsungan hidup (Suharsono dan
diberikan pada cardiac arrest adalah bantuan ningsih, 2009).
hidup dasar dengan RJP. Penanganan yang
Inti dari penanganan cardiac arrest adalah
terlambat atau tidak tepat pada pasien dengan kemampuan seseorang untuk dapat
henti jantung dapat berakibat fatal, yaitu mendeteksi dan beraksi secara cepat dan
kematian dalam hitungan menit (Vaillancourt, benar untuk sesegera mungkin
Christian, Stiell, dan Ian, 2004). mengembalikan denyut jantung ke dalam
Kesempatan pasien untuk bisa bertahan kondisi normal sehinga dapat mencegah
hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada terjadinya kematian otak dan kematian
tiap menit yang berjalan tanpa permanen. Selain itu, kunci penanganan
cardiopulmonary resusitation dan defibrilasi kondisi kegawatdaruratan adalah harus
(American Heart Association, 2010). adanya kesinambungan dari orang yang
Berdasarkan hasil penelitian dari American pertama kali menemukan harus memiliki
Heart Association pada bulan Juni 1999 pengetahuan tentang BHD, pelayanan
didapatkan data bahwa 64% pasien dengan ambulans, UGD, ICU sampai pada ruang
cardiac arrest yang mendapatkan perawatan) harus satu bahasa dalam
penanganan segera dapat bertahan hidup memandang keadaan kegawatdaruratan
tanpa kerusakan otak. (Pusponegoro A, 2010).
Cardiac arrest merupakan insiden Tim Reaksi Cepat (TRC) sebagai tenaga
kegawatdaruratan yang membutuhkan kesehatan yang dibentuk khusus untuk
bantuan hidup dasar dengan resusitasi jantung menangani pasien kegawatdaruratan dituntut
paru. Basic Life Support (BLS) atau Bantuan mampu memberikan pertolongan pada pasien
Hidup Dasar merupakan tindakan pertolongan gawat darurat dengan cepat dan tepat. TRC
pertama yang dilakukan pada korban dengan adalah tim yang bertugas memberikan
henti napas dan henti jantung. Bantuan Hidup pertolongan segera pada pasien dengan
Dasar terdiri atas serangkaian tindakan kegawatdaruratan sebelum dan saat henti
pertolongan pertama memberikan napas napas henti jantung. TRC merupakan bagian
buatan dan tekanan jantung luar pada pasien dari Code Blue System, yaitu sebuah kode
yang mengalami henti napas dan henti isyarat internasional yang digunakan di dalam
jantung (American Heart Association, rumah sakit yang menandakan adanya

78
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 4 No. 2, Juli 2018: 77-85

seorang pasien yang sedang mengalami METODE PENELITIAN


serangan jantung atau mengalami situasi
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
gagal napas akut dan situasi gawat darurat
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
lalinnya yang menyangkut dengan nyawa
Populasi dalam penelitian ini adalah tim
pasien.
reaksi cepat di rumah sakit umum tingkat
Peningkatan kebutuhan pelayanan kabupaten di Jawa Barat yang berjumlah 37
pertolongan gawat darurat, menuntut tim orang. Peneliti menggunakan metode total
reaksi cepat memiliki pengetahuan yang sampling. Pengetahuan diukur dengan
cukup untuk melakukan tindakan dalam menggunakan kuesioner pengetahuan tim
memberikan pelayanan kesehatan (Svensson reaksi cepat tentang BHD yang berbentuk
& Fridlund, 2008). Proses pengkajian yang pilihan tunggal dengan jumlah dua pertanyaan
dilakukan secara sistematis yang dimulai dari dan di beri skor “1” apabila menjawab benar
memeriksa kesadaran, melakukan RJP dan dan skor “0” apabila jawaban salah.
tindakan defibrilasi harus dilakukan secara Pengetahuan dikategorikan kurang apabila
cepat (Herlitz, 2006). Maka dari itu mampu menjawab benar ≤ 75%, yaitu
pendidikan dan pelatihan tentang BHD skor ≤ 15 dan pengetahuan dikategorikan
penting diikuti oleh anggota tim reaksi baik apabila responden mampu menjawab
cepat sebagai pemberi pertolongan benar >75%, yaitu skor >15. Penelitian ini
kegawatdaruratan. telah melalui ethical clearance dari Komite
Hasil penelitian yang dilakukan Alhidayat Etik Penelitian Kesehatan FK UNPAD.
(2013) menunjukkan bahwa terdapat Responden dalam penelitian ini dilindungi
hubungan yang signifikan antara tingkat hak – haknya. Penelitian menjelaskan tujuan
pengetahuan perawat Instalansi Gawat penelitian dan responden diberikan hak untuk
Darurat tentang pengkajian primer terhadap bersedia atau menolak mengikuti penelitian.
tindakan life support di Rumah Sakit Responden diperlakukan secara adil dan
Pelamonia Makassar. Dari penelitian ini informasi terkait penelitian ini dirahasiakan.
didapatkan bahwa perawat dengan tingkat
pengetahuan tentang pengkajian primer yang HASIL PENELITIAN
tinggi sangat berpengaruh terhadap Tabel 1.
pelaksanaan tindakan life support yang baik Distribusi Frekuensi Karakteristik
pula. Responden (N=37)

Penelitian yang dilakukan Dahlan (2014) Frekuensi Persentase


No. Karakteristik
(f) (%)
mengatakan bahwa sebelum diberi pendidikan
kesehatan tentang BHD yang terbanyak 1 Ruangan
Rawat Inap 15 40,5
dalam kategori pengetahuan yang buruk, IGD 19 51,4
sedangkan tingkat pengetahuan tenaga ICU 3 8,1
kesehatan sesudah diberikan pendidikan 2 Jenis Kelamin
Perempuan 19 51,4
kesehatan tentang BHD yang tebanyak dalam
Laki-laki 18 48,6
kategori pengetahuan baik. Hasil dari 3 Usia 19
penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya Dewasa Awal 13 35,1
suatu pendidikan kesehatan terhadap tingkat Dewasa Akhir 24 64,9
pengetahuan kesehatan. 4 Pend Terakhir
D3 32 86,5
3
5
D3
79
Pengetahuan TIM Reaksi Cepat tentang Bantuan Hidup Dasar (Ristina Mirwanti)

S1 5 13,5 Berdasarkan tabel 3, tampak seluruh


5 Lama Bekerja responden memiliki pengetahuan yang kurang
Lama Bekerja 5- 22 59,5 terkait konsep dasar, tetapi beberapa memiliki
Lama
10 Bekerja > 15 40,5 pengetahuan yang baik dalam hal pengkajian
6 10
Sumber
informasi 19 32,2 respons (37,8%). Sebagian besar responden
Seminar/worksho
Kuliah 34 57,6 memiliki pengetahuan yang kurang terkait
Media
p sosial 6 10,2 resusitasi jantung, paru, dan penggunaan AED
Tabel 1 menunjukkan 51,4% responden (94,65).
berasal dari ruang IGD, dan 51,4% juga
berjenis kelamin perempuan. Mayoritas
responden merupaka dewasa akhir (64,9%)
PEMBAHASAN
dengan pendidikan terakhir D3 keperawatan Pengetahuan tentang BHD sangat diperlukan
(86,5%). Mayoritas responden memiliki oleh tim reaksi cepat. Pengetahuan BHD akan
pengalaman lama bekerja 5 – 10 tahun mempengaruhi perilaku dalam pemberian
(59,5%) dan sebagian besar pernah pertama pada pasien yang perlu diberikan
mendapatkan informasi mengenai BHD dari
seminar dan workshop (57,6%). BHD. Pengetahuan tentang BHD akan
meningkatkan pengetahuan individu tentang
Tabel 2. mengidentifikasi tanda-tanda pasien yang
Gambaran Pengetahuan Tim Reaksi harus diberikan BHD, cara-cara melakukan
Cepat (n=37)
tahapan BHD, dan juga mengetahui tanda-
Persentase tanda pasien yang telah dalam keadaan
Pengetahuan Frekuensi (f)
(%)
Baik 1 2,7
pulih atau tidak terselamatkan.
Kurang 36 97,3 Pengetahuan tentang BHD ini dapat
mengurangi angka kematian.
Tabel 2 menunjukkan bahwa hampir Tingkat pengetahuan responden tentang BHD
keseluruhan tim reaksi cepat memiliki berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan
pengetahuan yang kurang terkait BHD. hasil bahwa dari 37 responden, sebagian besar
Tabel 3. responden yakni berjumlah 36 orang (97,3%)
Distribusi Frekuensi Indikator Pengetahuan memiliki pengetahuan kurang berkaitan
Tim Reaksi Cepat dengan pengetahuan bantuan hidup dasar.
Frekuensi Persentase Tinggi rendahnya pengetahuan seseorang
Indikator
(f) (%) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
Konsep dasar usia, informasi, pendidikan dan pengalaman
Baik 0 0
Kurang 37 100 (Notoatmodjo, 2013).
Pengkajian respon Lebih dari setengah responden pada
Baik 14 37,8
penelitian ini berada pada kategori usia
Kurang 23 62,2
Resusitasi paru dewasa akhir (34-45 tahun), yakni
Baik 2 5,4 berjumlah 24 orang (64,9%). Menurut
Kurang 35 94,6 Dariyo (2003) yang mengatakan bahwa pada
Resusitasi jantung
usia dewasa awal individu mampu
Baik 2 5,4
Kurang 35 94,6 memecahkan masalah yang kompleks dengan
AED dalam BHD kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional.
Baik 2 5,4 Hal ini sejalan dengan teori Fischer, Yan, &
Kurang 35 94,6

80
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 4 No. 2, Juli 2018: 77-85

Stewart (2003) yang mengatakan bahwa pada Dari data di atas menunjukkan bahwa
usia mulai dari dua puluh tahun terjadi lebih dari setengah responden (57,6%) pada
perubahan kognitif yang sangat luas. Pada penelitian ini memiliki sumber informasi dari
dewasa awal tersebut perkembangan seminar/workshop/pelatihan. Responden
kognitif menjadi lebih kaya, kompleks, dan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak
dinamis, serta individu akan lebih banyak rumah sakit bekerja sama dengan provider
berperan bersama- sama dengan individu pelatihan dan dilaksanakan dalam satu hari
lainnya dalam berbagai konteks untuk dengan pemantauan selama setahun evaluasi
menghasilkan variasi yang sistematis dan per tiga bulan sekali.
dinamis sedangkan teori Notoatmodjo Menurut Notoatmodjo (2003) informasi yang
(2003) yang menegaskan bahwa semakin diperoleh individu dapat mempengaruhi
bertambahnya usia maka akan semakin seseorang karena informasi memiliki
berkembang pula daya tangkap dan pola pikir pengaruh pada diri individu yang selanjutnya
individu, sehingga pengetahuan yang mengakibatkan perubahan atau peningkatan
diperoleh semakin baik. Hal tersebut pengetahuan, sehingga informasi mengenai
menunjukkan bahwa secara fisik, psikologis, bantuan hidup dasar harus ditingkatkan,
mental dan kognitif responden telah karena semakin banyak informasi yang
berkembang, siap dan matang untuk diterima makan akan semakin banyak pula
menerima informasi. Hasil penelitian tidak pengetahuan yang didapat. Informasi
sejalan dengan teori yang dikatakan oleh mengenai bantuan hidup dasar sudah didapat
Notoatmodjo (2003) karena selain dari faktor oleh tim reaksi cepat, namun informasi
usia pengetahuan dipengaruhi oleh faktor lain, tersebut diterima hampir tiga bulan yang lalu.
yaitu faktor sumber informasi yang didapat. Hasil penelitian Partiprajak dan Thongpo
Hasil penelitian ini, mayoritas responden (2016) mengungkapkan bahwa pelatihan
berada pada usia dewasa akhir. Menurut hasil resusitasi jantung paru memiliki efek
penelitian Lumangkun, Kumaat dan Rompas langsung yang signifikan pada pengetahuan,
(2014) tentang hubungan karakteristik polisi self-efficacy dan keterampilan kompresi dada,
lalu lintas dengan tingkat pengetahuan BHD namun pengetahuan dan self-efficacy
bahwa tidak ada hubungan antara umur polisi menurun secara signifikan setelah tiga bulan
dengan tingkat pengetahuan BHD. Penelitian pasca-pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa
tersebut menjelaskan bahwa bertambahnya pengetahuan Tim reaksi cepat cenderung
umur seseorang dapat berpengaruh pada mengalami penurunan sehingga pengulangan
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya. dan evaluasi pelatihan dilakukan secara
Pada penelitian ini, mayoritas responden berkala.
berada pada usia dewasa akhir akan tetapi Hasil penelitian Samar Toubasi, R. Alosta,
memiliki pengetahuan yang kurang terkait Darawa dan Demeh (2015) mengungkapkan
BHD. Pada umur-umur tertentu atau bahwa program pelatihan tentang bantuan
menjelang usia lanjut kemampuan hidup dasar memiliki efek yang signifikan
penerimaan atau mengingat suatu pada pengetahuan. Data penelitian tersebut
pengetahuan juga dapat berkurang. Selain dari menunjukkan peningkatan yang signifikan
faktor usia pengetahuan dipengaruhi oleh dalam nilai post-test dibandingkan dengan
faktor lain, yaitu faktor sumber informasi nilai pre- test. Program pelatihan bantuan
yang didapat. hidup dasar meningkatkan pengetahuan dan

81
Pengetahuan TIM Reaksi Cepat tentang Bantuan Hidup Dasar (Ristina Mirwanti)

keterampilan perawat di rumah sakit ACLS pada 82 perawat dan 134 dokter, hasil
Yordania. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dan
penelitian, dalam penelitian ini menunjukkan dokter yang memiliki pengalaman
bahwa pengetahuan tim reaksi cepat memberikan resusitasi jantung paru pada
cenderung mengalami penurunan walaupun pasien henti nafas dan jantung langsung dan
sudah dilakukan seminar dan pelatihan, berada pada lingkungan high risk cardiac
hal ini terjadi karena setiap orang memiliki arrest memiliki pengetahuan yang lebih baik
keterbatasn dalam penyimpanan memori. dibandingkan dengan perawat dan dokter
Penelitian yang dilakukan oleh Anderson et al yang tidak berada pada lingkungan high risk
(2011) di Kanada didapatkan bahwa cardiac arrest.
pengetahuan dan keterampilan memburuk Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan cepat dalam sembilan puluh hari responden dengan pengetahuan kurang
pertama, sebaiknya pengetahuan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman lama
keterampilan pertolongan pertama dievaluasi bekerja. Setelah dilakukan wawancara
menggunakan metode teratur "refreshing" terhadap tim reaksi cepat didapatkan
yang dapat dilakukan pada frekuensi tinggi, informasi tentang ketersediaan AED yang
seperti setiap sembilan puluh hari (Anderson, terbatas, dalam penelitian ini responden sudah
Gaetz, & Masse, 2011). Metode pelatihan memiliki pengalaman yang cukup tetapi
yang digunakan juga harus efektif sehingga pengetahuan responden dalam kategori
pengetahuan dapat tersalurkan dengan baik.
kurang hal ini dapat disebabkan oleh
Upaya pelatihan tersebut dapat diberikan oleh keterbatasan kesediaan AED yang
pihak rumah sakit.
mendukung pemberian bantuan hidup dasar
Selain faktor usia dan informasi yang didapat, kepada pasien.
faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan Selain itu, tingkat pendidikan juga termasuk
ialah pengalaman. Pengetahuan didapatkan ke dalam faktor yang memengaruhi
dengan mengumpulkan informasi yang pengetahuan. Pada penelitian ini
didapatkan pada kegiatan sebelumnya sebagian besar responden berstatus
(Notoatmodjo, 2003). Lama bekerja di rumah pendidikan terakhir pada lulusan D3 sebanyak
sakit akan memberikan pengalaman bagi 32 orang (86,5%) dan sisanya dengan
perawat dalam memberikan penanganan pendidikan terakhir S1 sebanyak lima orang
bantuan hidup dasar. Pengalaman merupakan (13,5%) dengan pengetahuan baik satu orang
hasil dari proses mendapatkan pengetahuan berstatus pendidikan terakhir pada lulusan
atau kemampuan melalui melihat merasakan D3.
dan melakukan sesuatu (Alavi, et al., 2012).
Menurut Grossman (1999), pendidikan
Pada penelitian ini lebih dari setengah merupakan salah satu kebutuhan dasar
responden dengan lama bekerja 5- 10 tahun manusia yang diperlukan untuk
sebanyak 22 orang (59,5%). Pengalaman pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat
melihat tindakan BHD dan pengalaman pendidikan, semakin mudah mereka
melakukan RJP merupakan salah satu menerima serta mengembangkan
sumber pengetahuan responden. Hal ini pengetahuan dan teknologi, sehingga akan
didukung oleh penelitian Passali, et al., meningkatkan produktivitas. Hal ini bertolak
(2011) yang berjudul evaluasi pengetahuan belakang dengan hasil penelitian Faridah
dokter dan perawat mengenai BLS dan (2009) mengatakan bahwa sebagian besar

82
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 4 No. 2, Juli 2018: 77-85

tingkat pendidikan terakhir responden adalah dasar, pemeriksaan nadi pada anak usia satu
D3 keperawatan (86,36%) sedangkan sisanya tahun sampai remaja, lima langkah dalam
dengan responden yang mempunyai tingkat rantai survival dewasa, pemberian ventilasi
pendidikan terakhir S1 keperawatan (4,55%), pada pasien dewasa dengan dua penolong,
dengan pengetahuan perawat tentang BHD penanganan pasien henti jantung jika tidak
baik. Ini mencerminkan bahwa masih terdapat AED, kedalaman kompresi dada
sedikitnya tenaga perawat yang mempunyai untuk pasien dewasa.
dasar pendidikan S1. Berdasarkan teori dan
penelitian di atas maka secara teoritis hasil SIMPULAN DAN SARAN
penelitian ini sesuai dengan pendapat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
Grossman (1999) yang mengatakan semakin
bahwa sebagian besar responden memiliki
tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah pengetahuan tentang bantuan hidup dasar pada
mereka menerima serta mengembangkan kategori kurang. Hasil penelitian tiap indikator
pengetahuan dan teknologi, sehingga akan secara keseluruhan berada pada kategori kurang,
meningkatkan produktivitas, karena tingkat yaitu pada kelompok pengetahuan konsep dasar,
pendidikan tim reaksi cepat yang memiliki pengkajian respons dalam BHD, resusitasi paru
tingkat pendidikan terakhir D3 dan memiliki dalam BHD, resusitasi jantung dalam BHD, dan
pengetahuan kurang. AED dalam BHD. Perlu dilakukan evaluasi secara
berkala, pelatihan mengenai BHD. Dari aspek
Pendidikan atau penyuluhan adalah upaya kebijakan, dapat dilakukan kajian untuk
agar individu, kelompok dan masyarakat, pembaharuan dan sosialisasi SOP pelaksanaan
berperilaku atau mengadopsi perilaku BHD di rumah sakit.
kesehatan dengan cara persuasi, bujukan
himbawan ajakan, memberi informasi, REFERENSI
memberikan kesadaran, dan sebagainya. Alavi, A., Bahrami, M., Zargham-Boroujeni,
Pendidikan nonformal tentang Bantuan Hidup A., & Alireza, Y. (2012). Pediatric
Dasar dimaksudkan untuk memberikan nurses’ perception of factors associated
pengetahuan pada perawat sehingga terjadi with caring self-efficacy: A qualitative
perubahan perilaku, pengetahuan atau content analysis. Iranian Journal of
Nursing and Midwifery Research, 232–
kognitif merupakan domain penting untuk
238.
terbentuknya tindakan seseorang Alhidayat, N,A., Rahmat, A., Simunati.
(Notoatmojo, 2003). (2013). Hubungan Tingkat
Pengetahuan yang kurang pada penelitian ini Pengetahuan Perawat Instaansi Gawat
Darurat tentang Pengkajian terhadap
disebabkan hampir setegah responden salah
Pelaksanaan Tindakan Life Support di
menjawab enam item pertanyaan, yaitu: Rumah Sakit Pelamonia Makassar. Vol.
tujuan bantuan hidup dasar; langkah-langkan 2, No.4
mengoperasikan AED; peralihan peran saat Alkatiri, JBS. (2007). Resusitasi Jantung
memberikan RJP dengan dua penolong; posisi Paru. Dalam: Sudoyo, Aru S. Dkk.
pasien setelah denyut nadi dan pernafasan (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit
kembali; cara kompresi dada pada bayi Dalam. Edisi IV.
American Heart Association (AHA).
dengan dua penolong; tindakan pemberian
(2015). Highlight of the 2015
defirilator. Selain itu lebih dari setengah American Heart Association –
responden salah menjawab enam item Guidelines Update for CPR and EGC.
pertanyaan, yaitu pengertian bantuan hidup Dallas, Texas.

83
Pengetahuan TIM Reaksi Cepat tentang Bantuan Hidup Dasar (Ristina Mirwanti)

. (2010). Adult Basic Life Fischer, K. W., Yan, Z., & Stewart, J. (2003).
Support: Guidlines for Adult cognitive development: Dynamics
cardiopulmonary Resuscitation and in the. Canada: Sage.
Emergeny Cardiovascular Care. Frame, Sottn B. (2003). PHTLS: basic
Anderson, G., Gaetz, M., & Masse, J. (2011). and advenced prehospital trauma life
First aid skill retention of first support. (5th ed). Missouri; Mosby.
responders within the workplace. Herlitz, J., Holmberg, S., Engdahl, J.,
Journal of Trauma, Resuscitation ang Svensson, L., & Young, M. (2006). Can
Emergrncy Medicine. we define patients with no chance of
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). survival after out- of-hospital cardiac
A Taxonomy for learning, teaching, and arrest?”, 1114-1119.
assesing: A revision of Bloom's http://doi.org/10.1136/hrt.2003.029348
Taxonomy of Educational Objectives. Hurlock, E. B. (2003). Psikologi
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Perkembangan; Suatu Pendekatan
Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Penerbit Erlangga
Badan Penelitian dan Pengembangan Keenan, M. Lamacraft,G., & Joubert,G.
Kesehatan (BPPK) RI. 2008. Riset (2009). A Survey Of Nurse Basi Life
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Support Knowledge and training at a
Laporan Nasional 2007. Jakarta: tertiary hospital. African journal of
Badan Penelitian dan Pengembangan Health proffesions Educaton, 1(1), 4-7.
Kesehatan (BPPK) RI. Khalilati, Noor., Supinah., & Arifin, Zainal.
Biggs, J., & Tang, C. (2007). Teaching for (2017). Hubungan Tingkat
Quality Learning at University. New Pengetahuan Perawat dengan
York: The Society for Research into Ketepatan Kompresi Dada dan
Higher Education & Open University Ventilasi menurut AHA Guidelines 2015
Press. di Ruang Perawatan Intensif RSUD dr.
Bryan, McNally., Rachel, Robb., Monica, H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
Mehta., Kimberly, Vellano., Amy, L. Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No.1
Valderrama., Paula W. Yoon., Comilla, Krathwohl, D. R., Anderson, L. W., Airasian,
Sasson., Allison, Crouch., Amanda P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E.,
Bray, Perez., Merritt, Robert., & Pintrich, P. R., … Wittrock, M. C.
Kellermann, Arthur Morbidity and (2002). A taxonomy for learning,
Mortality Weekly Report: Surveillance teaching, and assessing: A revision of
Summaries Vol. 60, No. 8 (July 29, Bloom’s taxonomy of educational
2011), pp. 1-19 : Centers for Disease objectives,(Abridged Edition). New
Control & Prevention (CDC) York Longman, Complete e(4), 302.
Budiman, & Riyanto, A. (2013). Kapita https://doi.org/10.1207/s15430421tip41
Selekta Kuesioner Pengetahuan dan 04_2
Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi
Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Medika. Cipta
Dariyo, Agoes. (2003), Psikologi Nursalam.(2009). Konsep dan
Perkembangan Dewasa Muda, Jakarta: Penerapan Metodologi Penelitian
PT Gramedia Widiasarana. Ilmu Keperawatan. Jakarta:Salemba
Depkes. (2006). Kurikulum Penolong Medika
Pertama Kedaruratan (Fiert Respoder Mpotos, N., Decaluwe, K., Belleghem, V. V.,
Emergency Training). Jakarta: Cleymans, N., Raemaekers, J., Derese,
Direktorat Jendral Bina Kesehatan A., Monsieurs, K. G. (2015).
Masyarakat. Automated testing combined with

84
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 4 No. 2, Juli 2018: 77-85

automated retraining to improve CPR Utara. Ejournal Keperawatan (e-Kp)


skill level in emergency nurses. Voleme 2, Nomor 1. Minahasa Utara
Elsevier: Nurse Education in Practice, Suharsono, T. Ningsih, D. (2012).
212-217. Penatalaksanaan Henti Jantung Di
doi:10.1016/j.nepr.2014.11.012 Luar Rumah Sakit, Malang : UMM
Papila, D. E., Sterns, H. L., Feldman, Press.
R.D., Camp, C. J. (2007). Adult Svensson, Anders., & Fridlund, Bengt.
Development and Aging, 3rd. New York (2008). Experiences of and actions
: MaGraw Hills towards worries among ambulance
Partiprajak, S., & Thongpo, P. (2016). nurses in their professional life: A
Retention of basic life support critical incident study. Elsevier:
knowledge, self-effi cacy and chest international Emergency Nursing 16,
compression performance in Thai 35-
undergraduate nursing students. Toubasi, Samar., R. Alosta, Mohammed., W.
Elsevier, 235-241. Darawad., Demeh, Waddah. (2015).
doi:10.1016/j.nepr.2015.08.012 Impact of simulation training on
Passali, C., Pantazopoulos, I., Dontas, I., Jordanian nurses’ performance of basic
Patsaki, A., Barouxis, D., Troupis, G., life support skills: A pilot study.
& Xanthos, T. (2011). Evaluation of Elsevier,
nurses’ and doctors’ knowledge of basic doi:dx.doi.org/10.1016/j.nedt.2015.03.0
& advanced life support resuscitation 17
guidelines. Elsevier, 365-369. Thygerson, Alton.(2009). First Aid:
doi:10.1016/j.nepr.2011.03.010 Pertolongan Pertama Edisi kelima.
Polit, & Hungler. (2006). NursingrResearch: Jakarta: penerbit Erlangga
Principles and methods. (6th ed). Vaillancourt, Christian, & Stiell, Ian, G.
Philadelphia: Lippincott Williams and (2004). Cardiac Arrest Care and
Wikins. Emergency Medical Services in
Pusponegoro A, et al. (2010). Buku Panduan Canada. The Canadian Journal of
Basic Trauma Life Support. Ed. Ke 3. Cardiology, 20(11):181-197
Penerit Yayasan Ambulans Gawat Wawan A & Dewi M. (2011). Teori dan
Darurat 18. Jakarta. Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Rasjad C. Trauma. Dalam: Rasjad MI, Perilaku. Yogyakarta: Muha Medika
Rasyid MY, penyunting. Pengantar WHO. (2011). Mortality, road traffic deaths.
Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Maret 29, 2012.
Watampone, 2007: 318-475, n.d. http://apps.who.int/ghodata/?vid=5120
Suharty, Dahlan. (2014). Pengaruh Widiko, E. (2012). A study on knowledge,
Pendidikan Kesehatan Tentang attitude, and pravtice of first aid
Bantuan Hidup Dasar (BHD) Terhadap among undergraduate medical students
Tingkat Pengetahuan Tenaga in tanzania 2012. Elective study report,
Kesehatan di Puskesmas Wori 1-22.
Keamatan Wori Kabupaten Minahasa

85

Anda mungkin juga menyukai