Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN PADA PEER GROUP TENTANG SARAPAN

PAGI TERHADAP STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH


DI SDN KEMBANGARUM 02 SEMARANG

Nur Fajrin*), Asti Nuraeni **), Achmad Solechan***)

*)
Alumni Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***)
Dosen Program Studi S.1 Sistem Informasi STIMIK Pro Visi Semarang

ABSTRAK

Sarapan pagi merupakan perilaku sehat yang berguna untuk memenuhi kebutuhan gizi dan energi anak
usia sekolah pada masa tumbuh kembang. Pendidikan kesehatan adalah salah satu langkah yang akan
mendorong dilaksanakannya perilaku yang sehat melalui penggunaan sejumlah metode dan teknik
pendidikan, dengan metode peer group anak usia sekolah akan lebih mudah memahami materi
pendidikan kesehatan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
pendidikan kesehatan pada peer group tentang sarapan pagi terhadap status gizi anak usia sekolah di
SDN Kembangarum 02 Semarang. Jenis penelitian ini menggunakan quasy experimental dengan
desain penelitian one group pretest-posttest tanpa kelompok kontrol. Jumlah sampel penelitian ini
sebanyak 61 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Uji statistik
yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan pada
peer group tentang sarapan pagi terbukti efektif terhadap status gizi anak usia sekolah dengan p value
0,040. Status gizi pada pretest adalah sangat kurus dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) 16,99 dan
status gizi pada posttest adalah kurus dengan IMT 17,10. Penelitian ini menyarankan bagi siswa untuk
membiasakan diri melakukan sarapan pagi dan untuk pihak sekolah bisa menjadikan pendidikan
kesehatan sebagai program rutin dengan metode peer group atau dengan metode lainnya.

Kata kunci : Anak usia sekolah, status gizi, pendidikan kesehatan, peer group

ABSTRACT

Breakfast is a healthy habit, which is useful to fulfil the nutrient and energy of students for their
growth. Health education with some methods and techniques is one of ways to reinforcehealthy habit.
Peer group method can facilitate students to acquire health education materials given. The research
aims to find out the effectiveness of health education about the importance of breakfast toward
Kembangarum 02 SDN Semarang’s students nutrient status in peer group. The research is quasi
experimental designed for one group using pre-test and post-test without controlling group. 61
respondents become the samples with total sampling as the sample selection technique. Wilcoxon test
is used as the statistic test method. The research shows that health education for peer group about
breakfast is effective toward the students’ nutrient status with p value 0.040. The nutrient status in pre-
test is extremely thin with 16.99 as the Body Mass Index (IMT) while the nutrient status in post-test is
thin with 17.10 as the IMT. The research concludes recommendation for students to have breakfast
and for schools to provide health aducation as a routine program with peer group method or with other
ones.

Key words : Students, nutrient status, health education, peer group

Efektivitas Pendidikan Kesehatan Pada Peer Group Tentang … (nurfajrin.erste@gmail.com) 1


PENDAHULUAN gizi normal) dan 1 lainnya memiliki IMT=33
Kategori anak usia sekolah menurut Febry, (obesitas). Pengukuran status gizi pada siswa
Pujiastuti, dan Fajar (2013, hlm.45) adalah kelas I didapatkan hasil, 1 dari 2 siswa
anak usia 7-12 tahun. Anak usia tersebut jika memiliki IMT=17,85 (kurus) dan 1
di Indonesia adalah anak usia sekolah dasar. diantaranya memiliki IMT=21,89 (normal).
Menurut Pusat data dan informasi, Kemenkes Pada siswa kelas II didapatkan hasil, 1 dari 2
RI (2014), estimasi jumlah anak usia siswa memiliki IMT=16,15 (sangat kurus) dan
SD/setingkat (7-12 tahun) tahun 2014 di 1 siswa lainnya memiliki IMT=19,78
Provinsi Jawa Tengah 1.823.562 laki-laki dan (normal). Pada siswa kelas III didapatkan
perempuan 1.728.355 sehingga total hasil, 1 dari 2 siswa memiliki IMT=15,72
3.551.917. (sangat kurus), 1 lainnya memiliki IMT=20,88
(normal). Pada siswa kelas V didapatkan hasil,
Anak usia sekolah terutama di Indonesia 1 dari 2 siswa memiliki IMT=15,82 (sangat
memiliki masalah gizi dengan prevalensi yang kurus) dan 1 siswa memiliki IMT=17,03
masih tinggi sehingga menjadi sasaran (kurus). Pada kelas VI didapatkan hasil bahwa
program perbaikan gizi masyarakat. Masalah 1 dari 2 siswa memiliki IMT=17,12 (kurus), 1
gizi yang terjadi pada anak usia sekolah siswa lainnya memiliki IMT=23,68 (normal).
menurut Soenardi (2011, hlm.8) adalah gizi
kurang, anemia, dan kegemukan. Riset Sarapan pagi adalah cara yang baik untuk
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010), mengisi kebutuhan energi sepanjang hari
menunjukkan prevalensi kurus (IMT/U) pada (Febry & Zulfito, 2009, hlm.33). Sarapan pagi
anak usia sekolah (6-12 tahun) sebesar 12,2% itu penting untuk anak karena anak akan
terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. memulai kegiatan, terutama kegiatan
Prevalensi kurus mengalami penurunan seperti bersekolah (Soenardi, 2014, hlm.9). Penelitian
ditunjukkan pada Riskesdas tahun 2013 yang membuktikan bahwa anak-anak yang
menunjukkan bahwa secara nasional menyempatkan sarapan sebelum berangkat ke
prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada anak Sekolah (tentunya dengan makanan yang
usia 5-12 tahun adalah 11.2 persen, terdiri dari bergizi) bisa belajar lebih baik daripada teman-
4,0 persen sangat kurus dan 7,2 persen kurus. temannya yang tidak sarapan.
Prevalensi anak pendek (kerdil) dengan usia 6-
18 tahun pada Riskesdas tahun 2010 diatas 3% Keadaan tidak terbiasa sarapan pagi banyak
sedangkan Riskesdas tahun 2013, terjadi di Indonesia. “Sekitar 20 hingga 40
menunjukkan prevalensi pendek pada anak persen anak-anak Indonesia tidak terbiasa
usia 5-12 tahun adalah 30,7% (12,3% sangat untuk sarapan”, demikian menurut pakar gizi
pendek dan 18,4% pendek).Prevalensi anak Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Hadinsyah,
pendek juga mencerminkan adanya riwayat MS (Putra, 2012, ¶1). Studi pendahuluan yang
kurang gizi, yang bisa mengancam masa depan dilakukan peneliti di SDN Kembangarum 02
mereka (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Semarang menggunakan wawancara langsung,
ditemukan fenomena bahwa banyak siswa
Hasil studi pendahuluan tentang pengukuran belum melakukan sarapan dengan baik dan
status gizi pada siswa kelas IV di SDN benar (23 siswa). 32 siswa kelas IV,5 orang
Kembangarum 02 didapatkan hasil bahwa, 1 diantaranya tidak sarapan, 11 orang sarapan
dari 4 siswa diantaranya memiliki IMT=15,42; dengan mie instant, 7 orang sarapan dengan air
yang berarti siswa berstatus gizi sangat kurus. saja (susu/teh), dan sisanya sarapan dengan
1 siswa memiliki IMT=18,08 (status gizi nasi, lauk, serta sayur.
kurus). 1 siswa memiliki IMT=18,63 (status

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…No…


Berbagai faktor mempengaruhi anak tidak siswa kelas IV di SDN Kembangarum 02
sarapan. Faktor yang mempengaruhi anak untuk dilakukan penelitian.
tidak sarapan menurut hasil penelitian oleh
Meriska, Kodrat dan Bambang pada tahun Pendekatan yang dapat dilakukan dalam
2013 dengan metode cross sectional study, rangka melaksanakan pendidikan kesehatan
menunjukkan ada hubungan antara antara lain pendekatan kelompok. Sedangkan
pengetahuan gizi anak (p=0.001), ketersediaan metode yang dapat digunakan antara lain,
makanan untuk sarapan pagi (p=0.005), bermain peran, belajar kelompok, diskusi,
dukungan keluarga (p=0.001), dan peran guru demonstrasi dan lain-lain. Pendekatan dan
(p=0.001) dengan perilaku sarapan pagi. metode tersebut dapat dilakukan oleh perawat
Pengetahuan gizi anak dan peran guru tentu komunitas bekerjasama dengan dokter kecil
didapatkan dari lingkungan sekolah anak. untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada
teman sebayanya sehingga akan mudah
Lingkungan sekolah dan adanya peer group dipahami (Efendi dan Makhfudli, 2009,
dapat menjadi strategi untuk mengoptimalkan hlm.211).
kesehatan anak. Strategi intervensi yang
dilakukan pada keperawatan komunitas adalah Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
proses kelompok, pendidikan kesehatan dan efektivitas pendidikan kesehatan pada peer
kerjasama (Efendi dan Makhfudli, 2009, group tentang sarapan pagi terhadap status gizi
hlm.211). Kegiatan UKS juga melibatkan pada anak usia sekolah.
dokter kecil. Dokter kecil sebagai peer group
(teman sebaya) dapat menjadi sarana untuk METODE PENELITIAN
melakukan sosialisasi tentang hidup sehat Jenis penelitian yang digunakan dalam
salah satunya sarapan. Perawat komunitas penelitian ini adalah quasy experimental.
dapat melaksanakan strategi intervensi tersebut Desain penelitian yang digunakan adalah one
dengan pendidikan kesehatan bersama dokter group pretest-posttest rancangan yang tidak
kecil. ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi
dilakukan observasi pertama (pretest) yang
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDN memungkinkan menguji perubahan yang
Kembangarum 02 bahwa SD tersebut belum terjadi setelah adanya eksperimen (program).
memiliki agenda rutin untuk pendidikan
kesehatan terutama tentang sarapan pagi Populasi dalam penelitian ini adalah semua
kepada siswa. Dokter kecil sekolah berada di siswa SD kelas IV dengan usia 9-12 tahun di
Kelas V, sedangkan peer group yang dibentuk SDN Kembangarum 02 Semarang. Sebagai
secara khusus di SD ini belum ada. Kelas IV gambaran jumlah siswa SDN Kembangarum
adalah awal dimana mereka memiliki 02 kelas IV adalah 62 orang. Sampel dalam
kesadaran dalam menjaga kesehatan secara penelitian ini menggunakan semua populasi
mandiri (Wong, 2008, hlm.559). Informasi dengan menggunakan teknik sampling adalah
yang didapat akan mudah diserap dan menjadi Total sampling yaitu teknik pengambilan
kebiasaan baik untuk selanjutnya. Studi sampel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
pendahuluan yang dilakukan,pada kelas IV
ditemukan masalah gizi yang lebih kompleks Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
dibanding kelas I, II, III, V, dan VI, dimana siswa SDN Kembangarum 02 Semarang,
terdapat siswa dengan status gizi sangat kurus berada pada kelas IV, dan keadaan umum
sampai dengan obesitas yang tidak ditemukan sadar dan kooperatif. Penelitian ini dilakukan
di Kelas lain. Sehingga dari hasil studi di SDN Kembangarum 02 Semarang.
pendahuluan yang dilakukan, peneliti memilih Penelitian ini dilakukan mulai dari 26 Maret
2016 sampai dengan 13 April 2016.

Efektivitas Pendidikan Kesehatan Pada Peer Group Tentang … (nurfajrin.erste@gmail.com) 3


Uji kenormalan data yang digunakan dalam Penyebab tidak langsung yang
penelitian ini adalah uji Kolmogorov Smirnov mempengaruhi status gizi yang tampak
karena sampelnya ≥50 (Dahlan, 2010, hlm.53). pada penelitian ini melalui wawancara
Penelitian ini menggunakan uji beda non beberapa anak adalah orang tua anak
parametrik yaitu Wilcoxon Test, karena data
diantaranya sibuk bekerja sehingga
tidak berdistribusi normal dengan hasil uji
anak tidak pernah disediakan sarapan
kenormalan p value 0,000 (≤0,05). Untuk
pengambilan keputusan menerima atau
pagi, namun ada orang tua yang rajin
menolak hipotesis penelitian, digunakan hasil menyiapkan sarapan pagi dan bekal
dari non parametrik. Nilai p value ≤0,05 untuk anaknya. Faktor lain adalah
(signifikan), maka Ha diterima (Ho ditolak). pelayanan kesehatan yang terdekat
dilingkungan responden adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN puskesmas dan dokter praktik yang
1. Analisis Univariat mudah dijangkau.
a. Jenis kelamin
Tabel 1 b. Usia
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Tabel 2
Responden di SDN Kembangarum Distribusi Frekuensi Usia Responden
02 Semarang Maret 2016 di SDN Kembangarum 02 Semarang
(n=61) Maret 2016
(n=61)
Jenis Frekuensi Persentase (%)
kelamin Persentase
Usia (Tahun) Frekuensi
Laki-laki 39 63,9 (%)
Perempuan 22 36,1 9 20 32,8
Jumlah 61 100,0 10 35 57,4
11 3 4,9
Dari tabel 5.1 diketahui bahwa jumlah 12 3 4,9
responden laki-laki kelas IV di SDN Jumlah 61 100,0
Kembangarum 02 sebanyak 39 orang
(63,9%), sedangkan jumlah responden Dari tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa
perempuan adalah 22 orang (36,1%). usia terkecil pada siswa kelas IV SDN
Kembangarum 02 adalah 9 tahun yaitu
Status gizi dipengaruhi oleh 2 hal yaitu sebanyak 20 orang (32,8%), 10 tahun
penyebab langsung dan tidak langsung sebanyak 35 orang (57,4%), 11 tahun
serta nilai IMT yang dihitung tidak sebanyak 3 orang (4,9%), dan usia terbesar
berdasarkan jenis kelamin melainkan 12 tahun sebanyak 3 orang (4,9%).
dengan berat badan, tinggi badan,
Penelitian ini tidak mengukur status gizi
dan/atau usia anak. Penyebab langsung
berdasarkan usia melainkan
seperti asupan makanan tidak dikaji
berdasarkan berat badan dan tinggi
secara mendalam dalam penelitian ini,
badan. Tidak terdapat perbedaan yang
hanya ada beberapa anak yang
signifikan pada status gizi anak yang
mengatakan tidak menyukai beberapa
berusia 9 tahun dengan 12 tahun.
jenis makanan seperti sayur atau jenis
Kebutuhan gizinya yang membedakan
makanan laut, sedangkan untuk
usia 9 dan 12 tahun dimana kebutuhan
penyakit infeksi tidak terkaji dalam
penelitian ini.

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…No…


gizi anak bertambah seiring Tabel 4 menunjukkan bahwa frekuensi
pertumbuhan dan perkembangannya. status gizi siswa kelas IV yaitu 40 orang
(65,6%) berstatus gizi sangat kurus, 10
c. Status gizi sebelum diberikan orang (16,4%) berstatus gizi kurus, 9 orang
pendidikan kesehatan tentang sarapan (14,8%) berstatus gizi normal, 1 orang
pagi (1,6%) berstatus gizi gemuk dan 1 orang
Tabel 3 (1,6%) berstatus gizi obesitas.
Nilai Indeks Masa Tubuh (IMT)
Responden Sebelum Dilakukan Status gizi yang tidak normal yang
Pendidikan Kesehatan Pada Peer tergambar pada hasil penelitian diatas
Group Tentang Sarapan Pagi dipengaruhi salah satunya dengan anak
Maret 2016 tidak terbiasa sarapan pagi sesuai hasil
(n=61) wawancara yang telah dilakukan
sebelumnya. Sebelum dilakukan
Std. pendidikan kesehatan pada peer group
Me
Variabel devia Min. Maks. tentang sarapan pagi anak belum memiliki
an
si
pengetahuan mengenai sarapan pagi. Anak
Indeks
masa maupun orang tua belum memahami
16,
tubuh 3,10 14,10 32,98 manfaat sarapan pagi sehingga anak dan
99
(IMT) orang tua tidak memiliki motivasi untuk
pre test
membiasakan diri sarapan pagi yang
Tabel 3 menunjukkan bahwa IMT pada akhirnya mereka melewatkan sarapan pagi.
siswa kelas IV sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan tentang sarapan d. Status gizi sesudah diberikan
memiliki rerata 16,99 dengan standar pendidikan kesehatan tentang sarapan
deviasi 3,10. Nilai IMT paling rendah pagi
adalah 14,10; dan nilai IMT tertinggi Tabel 5
adalah 32,98. Nilai Indeks Masa Tubuh (IMT)
Responden Sesudah Dilakukan
Tabel 4 Pendidikan Kesehatan Pada Peer
Frekuensi Status Gizi responden Sebelum Group Tentang Sarapan Pagi
Dilakukan Pendidikan Kesehatan Pada Maret 2016
Peer Group Tentang Sarapan Pagi Maret (n=61)
2016
(n=61) Std.
Me
Variabel devi Min. Maks.
an
asi
Status gizi Frekuensi Persentase (%) Indeks
Sangat masa
40 65,6 17,
kurus tubuh 3,16 13,79 33,51
10
(IMT)
Kurus 10 16,4
pre test
Normal 9 14,8
Gemuk 1 1,6 Tabel 5.5 menunjukkan bahwa IMT pada
siswa kelas IV sesudah dilakukan
Obesitas 1 1,6
pendidikan kesehatan tentang sarapan
Jumlah 61 100,0 memiliki rerata 17,10 dengan standar
deviasi 3,16. Nilai IMT paling rendah

Efektivitas Pendidikan Kesehatan Pada Peer Group Tentang … (nurfajrin.erste@gmail.com) 5


adalah 13,79; dan nilai IMT tertinggi Kebiasaan sarapan terjadi karena
adalah 33,51. pengetahuan tentang sarapan yang
meningkat sehingga kebiasaan tersebut
Tabel 6 akan dapat memperbaiki status gizi anak
Frekuensi Status Gizi Responden Sesudah sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Dilakukan Pendidikan Kesehatan Pada oleh Ahmad, Waluyo, dan Farissa (2011)
Peer Group Tentang Sarapan Pagi pada 42 siswa kelas IV, V, dan VI di SDN
Maret 2016 Kledokan Depok Sleman, dengan
(n=61) menggunakan uji Chi Square, didapatkan p
value sebesar 0,026. Artinya bahwa ada
Persentase hubungan kebiasaan sarapan dengan status
Status gizi Frekuensi
(%) gizi anak usia sekolah.
Sangat kurus 44 72,1
Kurus 5 8,2
Normal 10 16,4
Pendidikan kesehatan tentang sarapan
Gemuk 1 1,6 pagi yang dilakukan peer group pada
Obesitas 1 1,6 penelitian ini mampu menambah
Jumlah 61 100,0 pengetahuan anak dan orang tua tentang
sarapan pagi. Pengetahuan tersebut
Tabel 6 menunjukkan bahwa frekuensi mengakibatkan anak mengubah
status gizi siswa kelas IV yaitu 44 orang kebiasaan yang awalnya tidak sarapan
(72,1%) berstatus gizi sangat kurus, 5 pagi menjadi membiasakan diri untuk
orang (8,2%) berstatus gizi kurus, 10 sarapan pagi sehingga status gizi anak
orang (16,4%) berstatus gizi normal, 1 menjadi lebih baik meskipun belum
orang (1,6%) berstatus gizi gemuk dan sepenuhnya.
1 orang (1,6%) berstatus gizi obesitas.
2. Analisis Bivariat
Status gizi sesudah dilakukan pendidikan a. Uji normalitas data
kesehatan pada peer group mengalami Tabel 7
peningkatan seperti yang ditunjukkan pada Hasil Uji Normalitas Data Status Gizi
rerata hasil penelitian diatas, dimana Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan Pendidikan Kesehatan Pada Peer
reratanya adalah sangat kurus dengan IMT Group Tentang Sarapan Pagi
16,99 sedangkan sesudah dilakukan Pada Responden Maret 2016
pendidikan kesehatan reratanya adalah (n=61)
kurus dengan rerata 17,10. Pendidikan
kesehatan yang dilakukan mempengaruhi Kolmogorov-Smirnov
Status Gizi Frekuensi
kebiasaan sarapan pagi yang sebelumnya P-value
(n)
tidak dilakukan oleh responden. Penelitian Status gizi 61 0,000
yang dilakukan oleh Rahmayanti dan Iin sebelum
(2015) dengan uji t dependen, dilakukan
pendidikan
menunjukkan bahwa ada pengaruh kesehatan pada
pendidikan kesehatan terhadap peer group
pengetahuan anak usia sekolah tentang tentang sarapan
pagi
sarapan pagi dengan p value 0,0001.

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…No…


Status gizi 61 0,000 Tabel 8 menggambarkan bahwa rata-rata
sesudah dilakukan status gizi siswa sebelum dilakukan
pendidikan
kesehatan pada
pendidikan kesehatan pada peer group
peer group tentang sarapan pagi sebesar 16,99 (sangat
tentang sarapan kurus) dengan standar deviasi 3,10. Rata-
pagi rata status gizi sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan pada peer group
Tabel 7 menggambarkan hasil uji
tentang sarapan pagi sebesar 17,10 (kurus)
normalitas data dengan menggunakan uji
dengan standar deviasi 3,16. Hasil analisis
Kolmogorov-Smirnov. P-value untuk status
tersebut menyimpulkan telah terjadi
gizi sebelum dilakukan pendidikan
peningkatan status gizi sesudah dilakukan
kesehatan pada peer group tentang sarapan
pendidikan kesehatan pada peer group
pagi adalah 0,000 dan P-value untuk status
tentang sarapan pagi. Hasil uji Wilcoxon
gizi sesudah dilakukan pendidikan
Test atau pada tabel diatas didapatkan nilai
kesehatan pada peer group tentang sarapan
significancy 0,04 (p<0,05), dengan
pagi adalah 0,000. Hasil P-value ≤0,05
demikian dapat disimpulkan bahwa
maka seluruh data tidak berdistribusi
pendidikan kesehatan pada peer group
normal, sehingga uji statistik yang
tentang sarapan pagi efektif dalam
digunakan adalah Wilcoxon Test.
meningkatkan status gizi siswa kelas IV di
SDN Kembangarum 02 Semarang.
b. Uji Wilcoxon
Penelitian ini menunjukkan bahwa
Tabel 8
pendidikan kesehatan pada peer group
Analisis Efektivitas Pendidikan
tentang sarapan pagi efektif untuk
Kesehatan Pada Peer Group Tentang
memperbaiki status gizi anak usia sekolah
Sarapan Pagi Terhadap Status Gizi
di SDN Kembangarum 02 Semarang.
Responden Maret 2016
Perbaikan status gizi ini selain dipengaruhi
(n=61)
oleh materi pendidikan kesehatan itu
sendiri juga oleh pendidikan kesehatan
Std.
Jum P- yang diberikan dengan metode peer group.
Kelompok Mean Devia
lah value Peer group memberikan pengaruh terhadap
si
Status gizi 61 16,99 3,10 0,04 perilaku teman sebayanya. Hal ini sesuai
sebelum dengan penelitian yang dilakukan oleh
dilakukan
pendidikan Desmarnita, Sri, dan Rochima (2014)
kesehatan dengan menggunakan uji paired t-test
pada peer menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
group pendidikan kesehatan metode peer group
tentang
sarapan terhadap pengetahuan dan sikap remaja
pagi putri tentang kesehatan reproduksi.
Status gizi 61 17,10 3,16 Penelitiana tersebut sama dengan penelitian
sesudah yang dilakukan oleh Permana dan Sri
dilakukan (2014) dengan menggunakan uji Wilcoxon
pendidikan
juga menunjukkan bahwa ada pengaruh
kesehatan
pada peer pendidikan kesehatan melalui peer group
group terhadap sikap remaja tentang HIV/AIDS
tentang di SMA N 2 Bantul dengan p value 0,025.
sarapan
pagi

Efektivitas Pendidikan Kesehatan Pada Peer Group Tentang … (nurfajrin.erste@gmail.com) 7


Peer group pada penelitian ini memiliki SARAN
usia yang berbeda antara 9-12 tahun serta 1. Bagi Siswa
jenis kelamin yang berbeda pula. Kesamaan Siswa bisa menerapkan kebiasaan sarapan
kebiasaan dan pola pikir yang sama pagi sebagai usaha hidup sehat agar status
membuat pendidikan kesehatan tentang gizi tetap baik. Pengetahuan tentang
sarapan pagi yang disampaikan oleh peer sarapan pagi yang sudah didapat melalui
group memberikan kesan pada peer group pendidikan kesehatan diharapkan bisa
tersebut. Sesudah diberikan pendidikan dibagikan sebagai informasi untuk
kesehatan peer group merubah perilaku keluarga, teman atau tetangga di
mereka yang sebelumnya tidak terbiasa lingkungan sekitar agar bermanfaat dan
sarapan pagi menjadi berusaha untuk dapat bersama-sama hidup sehat. Metode
terbiasa sarapan pagi dan kebiasaan sarapan peer group juga diharapkan dapat
pagi memiliki manfaat untuk memperbaiki digunakan siswa untuk kegiatan diskusi
status gizi. lain sehingga siswa dapat terus berlatih rasa
solidaritas, melatih kecakapan dan dapat
Pengaruh positif dari peer group adalah menjadi sumber informasi bagi orang lain.
responden dilatih untuk mengingatkan 2. Bagi SDN Kembangrum 02 Semarang
teman bahwa sarapan pagi itu penting. Metode pendidikan kesehatan pada
Responden mendapat pengetahuan penelitian ini diharapkan bisa diterapkan
oleh pihak sekolah sebagai program rutin
tentang sarapan pagi, responden juga
tidak hanya tentang sarapan melainkan bisa
berlatih kecakapan bakatnya dengan
diterapkan untuk materi lain seperti
menjadi peer leader, anggota kelompok membuang sampah atau mencuci tangan
lain juga berlatih dengan mengajukan yang baik dan benar guna peningkatan
pertanyaan kepada leader dan kesehatan anak usia sekolah. Metode peer
memecahkan pertanyaan secara group juga diharapkan bisa diterapkan pada
bersama-sama. Peer group memberikan kegiatan belajar mengajar agar siswa
informasi kepada orang tua bahwa terlatih untuk memiliki rasa solidaritas,
sarapan pagi itu penting, sehingga melatih kecakapan sebagai leader atau
orang tua mendapat pengetahuan anggota dalam menyampaikan pendapat
tentang sarapan pagi. dan diskusi serta dapat menjadi sumber
informasi bagi orang lain.
3. Bagi Institusi Keperawatan
Institusi keperawatan dapat menggunakan
SIMPULAN
penelitian ini untuk memperluas wawasan
Hasil analisis status gizi sebelum dan sesudah
keilmuan dan meningkatkan pengetahuan,
diberikan pendidikan kesehatan pada peer
serta dapat diaplikasikan pada proses
group tentang sarapan pagi dengan
pembelajaran untuk penggunaan materi
menggunakan Wilcoxon Test didapatkan nilai
pendidikan kesehatan dengan metode peer
significancy 0,04 (p<0,05), artinya hipotesis
group. Metode peer group diharapkan bisa
penelitian diterima, dengan demikian dapat
digunakan tidak hanya untuk pendidikan
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan pada
kesehatan saja melainkan untuk diskusi
peer group tentang sarapan pagi efektif
lain, selain itu metode peer group juga bisa
terhadap status gizi anak usia sekolah di SDN
dikembangkan atau digabungkan dengan
Kembangarum 02 Semarang.
metode lain.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sumber
informasi tambahan untuk penelitian lebih

8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…No…


lanjut mengenai pendidikan kesehatan pada d%2Ffile%3Ffle%3Ddigital%2F20
peer group tentang sarapan pagi terhadap 314222-
status gizi anak usia sekolah. Peneliti S_Sarah%2520Salim%2520S.%25
selanjutnya disarankan mencoba metode 20Alatas.pdf&
lain selain pendidikan kesehatan dan usg=AFQjCNH0gLQv18fTfWNrk
metode peer group agar menciptakan M71gW99C-
kebiasaan sarapan pagi untuk memperbaiki nM5g&sig2=A_ZOIZFMcT1
status gizi anak. MfWZrvBlNbQ&bvm=bv.1269934
52,d.c2I. Diperoleh pada 02 Mei
2016
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K.A.H. (2011). Asuhan
Bensley, R.J., & Jodi B.F. (2009). Metode
Keperawatan Komunitas: Teori
Pendidikan Kesehatan Masyarakat
dan Praktik. Jakarta: EGC
(Alih Bahasa). Ed.2. Jakarta: EGC
Admin Kumpulan Info. (2016). Kalori
Cahyaningsih, D.S. (2011). Pertumbuhan
Tubuh.
Perkembangan Anak dan Remaja.
http://kumpulan.info/sehat/artikel-
Jakarta: Trans Info Media
kesehatan/398-kalori-tubuh.html.
Diperoleh pada 04 Februari 2016
Cornelia., Edith S., Irfanny A., Rita R., Sri
I., Triyani K., et al. (2013).
Ahmad, S., Waluyo & Farissa F. (2011).
Konseling Gizi. Cetakan 1. Jakarta:
Hubungan Kebiasaan Sarapan
Penebar Plus
Pagi dan Jajan dengan Satatus
Gizi Anak Sekolah Dasar Di SDN
Dahlan, M.S. (2010). Statistik Untuk
Kledokan Depok Sleman
Kedokteran dan Kesehatan
Yogyakarta.
Deskriptif, Bivariat, Dan
http://journal.respati.ac.id/index.ph
Multivariat Dilengkapi dengan
p/medika/article/view File/95/91.
Menggunakan SPSS. Ed.3. Jakarta:
Diperoleh pada 25 November 2015
Salemba Medika
Alamin, R.L., Agustin S., & Mufnaetty.
Damayanti, D. (2011). Tips Memberikan
(2014). Hubungan Sarapan Pagi
Makan Anak Usia Sekolah Plus 25
Di Rumah dan Jumlah Uang Saku
Resep Praktis. Jakarta: Gramedia
Dengan Konsumsi Makanan
Pustaka Utama
Jajanan Di Sekolah Pada Siswa
SDN Sukorejo 02 Semarang.
Desmarnita, U., Sri D., & Rochima. (2014)
Diperoleh pada 02 Mei 2016
Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Metode Peer Group Terhadap
Alatas, S.S. (2011). Status Gizi Anak Usia
Pengetahuan dan Sikap Remaja
Sekolah (7-12 Tahun) Dan
Putri Tentang Kesehatan
Hubungannya Dengan Tingkat
Reproduksi.
Asupan Kalsium Harian Di
http://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.i
Yayasan Kampungkids Pejaten
d/indeks.php/
Jakarta Selatan.
JKEP/article/view/37. Diperoleh
https://www.google.co.id/url?sa=t
pada 03 Mei 2016
&rct=j&q=&esrc=s&
source=web&cd=1&cad=rja&uact
Departemen Kesehatan RI. (2007). Info
=8&ved=0ahUKEwiKwtvssvLNA
Pangan Dan Gizi. Jakarta: Depkes
hVBRo8KHYKMADsQFggZMA
RI
A&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.i

Efektivitas Pendidikan Kesehatan Pada Peer Group Tentang … (nurfajrin.erste@gmail.com) 9


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. _______. (2010). Metodologi Penelitian
(2008). Kamus Besar Bahasa Kebidanan & Teknik Analisis Data.
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Jakarta: Salemba Medika
Pustaka Utama
Ido. (2014). Manfaat Sarapan Pagi
Dika, V. (2015). Pengertian Interaksi Menurut Penelitian.
Teman Sebaya Peer. http://www.pakarnutrisi.net
http://www.gudangteori. /2014/05/20/manfaat-sarapan-pagi-
xyz/2015/12/pengertian-interaksi- menurut-penelitian/. Diperoleh
teman-sebaya-peer. Diperoleh pada pada 03 Januari 2016
02 Mei 2016
Maryani, D.S. (2014). Ilmu Keperawatan
Dini. (2012). Orang Indonesia Masih Komunitas. Cetakan 1. Bandung:
Mengabaikan Sarapan. Yrama Widya
http://female.kompas.
com/read/2012/06/19/12593926/or Maulana, H.D.J. (2009). Promosi
ang.indonesia.masih.mengabaikan. Kesehatan. Jakarta: EGC
sarapan. Diperoleh pada 05
Desember 2015. Meriska, I., Kodrat, P., & Bambang, M.
(2013). Perilaku Sarapan Pagi
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Pada Anak Sekolah Dasar.
Keperawatan Kesehatan https://www.google.co.id/url?sa=t
Komunitas: Teori dan Praktik &rct=j&q=&esrc=s&
dalam Keperawatan. Jakarta: source=web&cd=4&cad=rja&uact
Salemba Medika =8&ved=0ahUKEwjam5qzsPLNA
hVGrY8KHQoFD1MQFggyMAM
Febry, A.B., Pujiastuti & Fajar, I. (2013). &url=http%3A%2F%2Fpoltekkes-
Ilmu Gizi untuk Praktisi tjk.ac.id%2Fe
Kesehatan. Yogyakarta: Graha jurnal%2Findex.php%2FJK%2Fart
Ilmu icle%2Fdownload%2F72%2F65&u
sg=AFQjCNFWqSUhVTgFXnGa
Febry, A.B., & Zulfito, M. (2009). Menu MDGxPWF0USZBaQ&sig2=Ibrh
Sehat & Permainan Kreatif untuk WxOgkkTVuZSc7PI4kg&bvm=bv.
Meningkatkan Kecerdasan Anak. 126993452,d.c2I. Diperoleh pada
Jakarta: Gagas media 05 Desember 2015

Gunawan. (2013). http://www.aura- Mousir. (2014). Akibat Tidak Sarapan


ilmu.com/2013/03/Manfaat- Pagi.
Sarapan-Pagi-Untuk- http://www.tipscantikterkini.com/2
Kesehatan.html. Diperoleh pada 03 014/ 11/akibat-tidak-sarapan-pagi-
Januari 2016 bagi.html. Diperoleh pada 04
Februari 2016
Harnilawati. (2013). Pengantar Ilmu
Keperawatan Komunitas. Sulawesi Mubarak, W.I., & Chayatin, N. (2011).
Selatan: Pustaka As Salam Ilmu Keperawatan Komunitas 1.
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A.A.A., (2008). Pengantar Ilmu
Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Nanonano. (2015). Makanan 4 Sehat 5
Kebidanan. Jakarta: Salemba Sempurna.
Medika http://halosehat.com/makanan/mak

10 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…No…


anan-sehat/makanan-4-sehat-5- Permana, R.T.R., & Sri, S. (2014).
sempurna-contoh-dan-manfaatnya. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Diperoleh pada 04 Februari 2016 Melalui Peer Group Terhadap
Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS
Nasir, A., Abdul, M., & Ideputri. (2011). Di SMA N 2 Bantul Yogyakarta.
Buku Ajar: Metodologi Penelitian https://www.google.co.id/url?sa=t
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka &rct=j&q=&esrc=s&source=
Cipta web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved
=0ahUKEwj8_frVuPLNAhWMr48
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi KhbPiC-
Penelitian Kesehatan. Jakarta: sQFggeMAA&url=http%3A%2F%
Rineka Cipta 2Fopac.unisayogya.ac.id%2F430%
2F1
_______. (2010). Metodologi Penelitian %2FNASKAH%2520PUBLIKASI
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta %2520RANANDIKA%2520TRI%
2520ROHMADI%2520WISNU%2
_______. (2012). Metodologi Penelitian 520PERMANA%2520(201010201
Kesehatan. Ed.Revisi. Jakarta: 093).pdf&usg=AFQjCNHgnWo3lg
Rineka Cipta nLLfWrrNAMFsYD-
L_9dg&sig2=bxvpMy4D9JIf-W6
Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan mRCJrmg&bvm=bv.126993452,d.
Metodologi Penelitian Ilmu c2I. Diperoleh pada 03 Mei 2016
Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi).
Jakarta: Salemba Medika (2009). Kamus Gizi Pelengkap
Kesehatan Keluarga. Jakarta:
Nursalam & Ferry, E. (2011). Pendidikan Kompas
dalam Keperawatan. Jakarta: Putra, Y.M.P. (2012). Anak Indonesia
Salemba Medika. Tidak Terbiasa Sarapan.
http://www.republika.co.id/berita/g
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Riset ayahidup/parenting/12/12/
Kesehatan Dasar. Laporan. Badan 17/mf4qhg-40-persen-anak-
Penelitian dan Pengembangan indonesia-tidak-biasa-sarapan.
Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI Diperoleh pada 04 Desember 2015

_______. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Rahmayanti, S.D., & Iin, S.R. (2015).
Laporan. Badan Penelitian dan Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Terhadap Pengetahuan Anak Kelas
Kemenkes RI 3 SD Tentang Sarapan Pagi di
SDN Gumuruh 7 Kecamatan
_______. (2015). Data dan Informasi Batununggal Kota Bandung Tahun
Tahun 2014 (Profil Kesehatan 2015.
Indonesia). Jakarta: Kemenkes RI https://www.google.co.id/url?sa=t
&rct=j&q=&esrc=s&source=web&
Perdana, A. (2015). Perkembangan Fisik cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahU
Anak Usia Sekolah Dasar. KEwiO8b6VsvLNAhWLQY8KH
http://www.yuwonoputra.com/201 VSiCW4QFgglMAE&url=http%3
3/07/perkembangan-fisik-anak- A%2F%2Fstikesayani.ac.id%2Fpu
sekolah-dasar.html?m=1. blikasi%2Fe-journal%2
Diperoleh pada 02 Mei 2016 Ffiles%2F2015%2F201508%2F20

Efektivitas Pendidikan Kesehatan Pada Peer Group Tentang … (nurfajrin.erste@gmail.com) 11


1508- Wong, D.L. (2008). Pedoman Klinis
004.pdf&usg=AFQjCNGRih8CasJ Perawatan Pediatrik. Ed.4.
O Jakarta: EGC
EmCHXpWMjCjgoBiswA&sig2=h
IkLcDnsB9GI9fTF_NN2FQ&bvm Yana, Y. (2014). Manfaat Sarapan Pagi.
=bv.126993452,d.c2I. Diperoleh http://www.manfaat.co.id/manfaat-
pada 04 Desember 2015 sarapan-pagi. Diperoleh pada 02
Mei 2016
Santoso, S. (2010). Kupas Tuntas Riset
Eksperimen dengan Excel 2007
dan Minitab 15. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo

Susana, A. (2015). Efektivitas


Pendampingan Peer Group
Tentang Bahaya Rokok Terhadap
Frekuensi Merokok Siswa SMAN
14 Semarang. Diperoleh pada 03
Januari 2016

Soenardi, T. (2011). 100 Resep Hidangan


Organik untuk Anak Sekolah.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

_______. (2014). Bekal Sekolah untuk


Anak. Jakarta : Gramedia Utama

Stanhope, M., & Ruth, N.K. (2010). Buku


Saku Keperawatan Komunitas:
Pengkajian, Intervensi, dan
Penyuluhan. Alih bahasa. Jakarta:
EGC

Sulaksosno. (2015). Pentingnya Manfaat


Sarapan Untuk Anak Sekolah.
http://www.carakhasiatmanfaat.co
m./artikel/pentingnya-manfaat-
sarapan-untuk-anak-sekolah.html.
Diperoleh pada 02 Mei 2016

Sunarti, E. (2004). Mengasuh dengan Hati.


Jakarta: Elex Media Komputindo

Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep


Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Widyanto, F. (2014). Keperawatan


Komunitas dengan Pendekatan
Praktis. Cetakan 1. Yogyakarta:
Nuha Medika

12 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…No…

Anda mungkin juga menyukai