DIABETES MELITUS
DISUSUN OLEH :
TAHUN 2018
SATUAN ACARA P ENYULUHAN
I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan keluarga pasien ruang B2 dapat memahami
tentang penyakit diabetes melitus.
II. METODE
Penyuluhan, diskusi dan tanya jawab.
III. MEDIA
1. Leaflet
IV. MATERI
Terlampir
V. KEGIATAN PENYULUHAN
KEGIATAN KEGIATAN
NO WAKTU METODE
PENYULUHAN PESERTA
1 Pembukaan :
Membuka kegiatan Menjawab salam 5 menit ceramah
dengan mengucapakan
Mendengarkan
salam Memperhatikan
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
penyuluhan
Menyebutkan materi
yang akan diberikan
2 Pelaksanaan :
Penjelasan / Penyuluhan Memperhatikan 15 menit ceramah
tentang : Mendengarkan
pengertian diabetes
melitus
klasifikasi diabetes
melitus
penyebab diabetes
melitus
tanda dan gejala diabetes
melitus
dampak dan komplikasi
diabetes melitus
pencegahan diabetes
melitus
3 Evaluasi :
Materi Penyuluhan :
DIABETES MELLITUS
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetes
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner
& Suddart, 2002).
4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam
darah menjadi meningkat
a. Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat,
maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan
kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai
kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah,
1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : 16)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla
spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan–perubahan
metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan
hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
b. Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga
tekanan darah akan naik atau Diabetes Melitus. Lemak yang menumpuk dalam
pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan
resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini berperan
dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan
gangren. Infeksi dimulai dari celah–celah kulit yang mengalami hipertropi, pada
sel–sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan
kalus demikian juga pada daerah–daerah yang terkena trauma (Long, 1996 : 17)
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah
keotak menurun (Long, 1996 : 17)
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I.
e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3.
g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal.
i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II).
j. Urine: gula dan aseton positif.
k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.
8. Pencegahan
Pencegahan penyakit diabetes melitus terutama ditujukan kepada orang-
orang yang memiliki risiko untuk menderita DM. Tujuannya adalah untuk
memperlambat timbulnya DM, menjaga fungsi sel penghasil insulin di pankreas,
dan mencegah atau memperlambat munculnya gangguan pada jantung dan
pembuluh darah.Faktor risiko DM dibedakan menjadi faktor yang dapat
dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.Usaha pencegahan
dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi.
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Contohnya ras dan etnik, riwayat anggota keluarga menderita DM, usia >45
tahun, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000 gram atau riwayat
pernah menderita DM gestasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat badan
rendah, kurang dari 2,5 kg.
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
Contohnya berat badan berlebih, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi (>
140/90 mmHg), gangguan profil lipid dalam darah (HDL < 35 mg/dL dan atau
trigliserida > 250 mg/dL, dan diet tak sehat tinggi gula dan rendah
serat.Pencegahan DM juga harus dilakukan oleh pasien-pasien prediabetes yakni
mereka yang mengalami intoleransi glukosa (GDPP dan TGT) dan berisiko tinggi
mederita DM.
Pencegahan DM pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah
dengan mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat badan,
dan pengaturan pola makan. Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang
dengan perubahan gaya hidup intensif, pencegahan diabetes paling berhubungan
dengan penurunan berat badan. Menurut penelitian, penurunan berat badan 5-10%
dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM. Dianjurkan pula melakukan
pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks, mengandung
sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditujukan untuk mencapai
berat badan ideal.
Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolah raga rutin, minimal 150
menit perminggu, dibagi 3-4 kali seminggu. Olah raga dapat memperbaiki
resistensi insulin yang terjadi pada pasien prediabetes, meningkatkan kadar HDL
(kolesterol baik), dan membantu mencapai berat badan ideal. Selain olah raga,
dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari-hari, misalnya dengan memilih
menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar daripada
menggunakan mobil, dll.
Merokok, walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi
glukosa, dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa
dan DM. Oleh karena itu, pasien juga dianjurkan berhenti merokok.
DAFTAR PUSTAKA