Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Infeksi) dan Suami Siaga

Disusun Oleh :

Nidatul Fitriyah 177000003

Meiske Puni 177000006

Yenny Christanti Monica 177000008

Devia Rahmawati 177000012

Mauricia Jawa Hayon 177000013

PRODI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA

2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Infeksi) dan Suami siaga

Pokok Bahasan : Kesehatan Ibu dan Anak

Sub Pokok Bahasan : P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Infeksi) dan

Suami Siaga

Tempat : Puskesmas Jagir

Sasaran : Ibu Hamil dan Suami

Waktu : 20 menit

A. LATAR BELAKANG
P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Infeksi)
Penyebab kematian ibu terbesar secara berurutan disebabkan terjadinya perdarahan,
infeksi, eklamsia, persalinan lama dan keguguran. Kematian bayi sebagian besar
disebabkan karena Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kesulitan bernafas saat lahir dan
infeksi. Upaya penurunan kematian ibu dan bayi dapat dilakukan dengan peningkatan
cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah mendekatkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Infeksi (P4K).
P4K dengan Stiker adalah merupakan suatu kegiatan yang di fasilitasi oleh Bidan di
desa dalam rangka peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk
perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media
notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
bagi ibu dan bayi baru lahir.
Suami Siaga
Suami siaga merupakan suami yang siap menjaga istrinya yang sedang hamil,
menyediakan tabungan bersalin, serta memberikan kewenangan untuk menggunakannya
apabila terjadi masalah kehamilan. Suami siaga mempunyai jaringan dengan tetangga
potensial yang mampu mengatasi masalah kegawatdaruratan kebidanan.
Suami siaga juga harus memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan,
persalinana, nifas, dan mengutamakan keselamatan istri. Sehingga diperlukan trobosan-
trobosan baru dalam upaya meningkatkan partisipasi suami, namun dengan tetap
memperhatikan factor-faktor spesifik yang mempengaruhinya, sehingga dapat
menilbulkan kesadaran dan kemauan dari suami untuk lebih memberdayakan diri dalam
berbagi tanggung jawab dengan istrinya.
B. TUJUAN
 Tujuan Intruksional Umum (TIU)
P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Infeksi)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu hamil mengetahui tentang
P4K
Suami Siaga
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan bapak-bapak dapat memahami
dan menerapkan apa itu suami siaga pada istri mereka yang sedang hamil
 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai P4K dan Suami Siaga, diharapkan
mampu :
1. Pengertian suami siaga
2. Bagaimana kriteria dari suami siaga
3. Kegawatdaruratan kebidanan
4. Memberikan informasi tentang definisi P4K
5. Memberikan informasi tentang tujuan P4K
6. Memberikan informasi tentang manfaat P4K
7. Memberikan informasi tentang komponen P4K
8. Memberikan informasi tentang operasional P4K
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Media dan alat
 Buku KIA
 Lefleat
E. Materi Penyuluhan (Terlampir)
1. Defenisi P4K dan suami siaga
2. Tujuan P4K dan suami siaga
3. Manfaat P4K dan suami siaga
4. Unsur-unsur P4K
5. Peran keluarga dan masyarakat
6. Komponen P4K
7. Operasional P4K
8. Peran dan keterlibatan suami dalam kehamilan
9. Dukungan suami dalam kehamilan

Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media


Kegiatan

1. Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam  Menjawab salam Kata-kata/


 Memperkenalkan  Mendengarkan kalimat
diri dan menyimak
 Menyampaikan  Bertanya
tentang tujuan mengenai
pokok materi perkenalan dan
 Menyampaikan tujuan jika ada
pokok pembahasan yang kurang jelas
Kontrak waktu
Penyampaian Materi
2. Pelaksanaan 20  Menjelaskan  Mendengarkan Power
menit definisi P4K dan penjelasan dan Point
suami siaga menyimak
 Menjelaskan tujuan
dan manfaat P4K
dan suami siaga
 Menjelaskan unsur-
unsur P4K
 Menjelaskan peran
keluarga dan
masyarakat
 Menjelaskan
komponen P4K
 Menjelaskan
operasional P4K
 Menjelaskan peran
dan keterlibatan
suami dalam
kehamilan
 Menjelaskan
bagaimana dukungan
suami dalam
kehamilan

 Memberikan
3. Penutup 15 kesempatan bertanya  Bertanya Kata-kata/
menit  Melakukan evaluasi  Sasaran dapat kalimat
Dengan memberikan menjawab tentang
pertanyaan pertanyaan yang
 Menyampaikan diajukan
kesimpulan materi  Mendengarkan
 Membagikan leaflet  Merespon
dan reinforcement  Menjawab salam
 Mengakhiri
pertemuan dan
menjawab salam
MATERI

A. Pengertian P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Infeksi) dan


Suami siaga
P4K dengan Stiker adalah merupakan suatu kegiatan yang di fasilitasi oleh
Bidan di Desa dalam rangka peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu
hamil, termasuk perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan
stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Sedangkan suami siaga yaitu kewaspadaan suami untuk menjaga kesehatan
dan keselamatan istrinya yang sedang hamil sampai dengan persalinannya. Suami
siaga senantiasa siap memberikan yang terbaik untuk istri dan janinnya, sebagai suami
siaga siap dan ikhlas untuk memeriksakan kehamilan istrinya dan ikut mempersiapkan
persalinan dengan tenaga medis. (Gerakan Partisipatif penyelamat ibu hamil,
menyusui dan bayi, 2003)
Suami siaga adalah suami yang siap menjaga istrinya yang sedang hamil,
menyediakan tabungan bersalin, serta memberikan kewenangan untuk
menggunakannya apabila terjadi masalah kehamilan. Suami siaga mempunyai
jaringan dengan tetangga potensial yang mampu mengatasi masalah kegawatdaruratan
kebidanan. Suami siaga juga memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan,
persalinan, nifas dan mengutamakan keselamatan istri.
B. Tujuan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Infeksi) dan
Suami siaga
1. Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya Stiker P4K disetiap rumah ibu hamil
yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu
hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, fasilitas
tempat persalinan, calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta
pembiayaan.
2. Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB passca
persalinan yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.
3. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi
selama, hamil, bersalin maupun nifas.
4. Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal,
dukun/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat dalam perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, dan KB pasca salin sesuai
dengan perannya masing-masing (Depkes RI, 2009).
5. Dalam konsep suami siaga, seorang suami dengan istri yang sedang hamil
diharapkan siap mewaspadai setiap risiko kehamilan yang muncul, menjaga agar
istri tidak melakukan hal-hal yang mengganggu kesehatan dan kehamilannya, serta
segera mengantar ke rujukan terdekat bila ada tanda-tanda komplikasi kehamilan.
Jika peran SIAGA ini dijalankan, diharapkan keterlambatan yang kerap menjadi
penyebab kematian ibu melahirkan tidak terjadi. Keterlambatan yang dimaksud
mencakup terlambat mengetahui kelainan kehamilan dan persalinan, terlambat
memutuskan untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan, terlambat menerima
perawatan yang tepat.
C. Manfaat P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Infeksi)
1. Mempercepat berfungsinya desa siaga.
2. Meningkatkan cakupan pelayanan ANC sesuai standart.
3. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil
4. Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun.
5. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
6. Meningkatnya peserta KB pasca salin
7. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi
8. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi
D. Unsur-unsur Dalam P4K
1. Lokasi tempat tinggal ibu hamil
2. Identitas ibu hamil
3. Taksiran persalinan
4. Penolong persalinan, pendamping persalinan dan fasilitas persalinan
5. Calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.
E. Peran keluarga
1. Suami dan keluarga paham tentang bahaya persalinan
2. Adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu hamil, suami dan
keluarga, dengan bidan
3. Mendampingi ibu saat persalinan dan mendukung ibu dalam kehamilannya
4. Membantu ibu dalam mempersiapkan persalinannya
5. Adanya rencana alat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati antara ibu
hamil, suami dan keluarga, dengan bidan.
F. Peran masyarakat
1. Masyarakat paham tanda bahaya kehamilan dan menolong ibu hamil bila
menemukan adanya tanda bahaya pada kehamilan
2. Menganjurkan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan
3. Adanya dukungan sukarela dari masyarakat dalam perencanaan persiapan
masyarakat sekitar tempat tinggal ibu persalinan ibu hamil dalam hal biaya,
tarnsportasi, donor darah untuk proses persalinan termasuk menghadapi
kegawatdaruratan ibu hamil, ibu bersalin, dan bayi baru lahir
4. Memantapkan kerjasama antara bidan, dukun bayi dan kader
5. Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, kader, dukun bayi, dll
dalam perencanaan persalinan dan KB setelah melahirkan, sesuai peran
G. Komponen P4K dengan stiker
Fasilitas aktif oleh Bidan :
a. Pencatatan ibu hamil
b. Dasolin/ tabulin
c. Donor darah
d. Transport/ ambulan desa
e. Suami/ keluarga menemani ibu pada saat bersalin
f. IMD
g. Kunjungan nifas
h. Kunjungan rumah
H. Operasional P4K dengan stiker di tingkat desa
a. Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/ kelurahan
b. Mengaktifkan forum peduli KIA
c. Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker
d. Pemasangan stiker dirumah ibu hamil
e. Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa
f. Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ ambulan desa
g. Penggunaan, pengelolaan, dan pengawasan tabulin/ dasolin
h. Pembuatan dan penandatanganan amanat persalinan.
I. Penyebab Kematian Ibu Hamil
Keterlambatan sering kali berkontribusi terhadap kematian ibu ketika terjadi
komplikasi kehamilan. Tiga jenis keterlambatan yang berisiko terhadap kesehatan ibu,
yaitu terlambat untuk mencari pertolongan, terlambat mendapatkan pertolongan,
terlambat mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan, dan terlambat
mendapatkan pertolongan yang memadai pada fasilitas kesehatan. Suami dan anggota
keluarga lainnya memegang peranan yang penting dalam mendapatkan pelayanan
sesegera mungkin.
Suami biasanya menjadi pemegang keputusan ketika kondisi istri dalam
keadaan membutuhkan pertolongan kesehatan segera. Suami juga yang memutuskan
transportasi apa yang digunakan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan. Suami
dapat menghindari keterlambatan tersebut dengan cara mengenali gejala-gejala
persalinan imminen dan persalinan dengan komplikasi.
Kebanyakan kematian ibu yang terjadi antara tiga hari setelah persalinan,
disebabkan karena adanya infeksi atau perdarahan. Hasil penelitian terbaru
menemukan kematian ibu dapat dicegah bila suami dapat mengenal komplikasi-
komplikasi potensial setelah persalinan dan selalu siaga untuk mencari pertolongan
jika hal tersebut terjadi. Suami juga berperan agar istrinya mendapatkan makanan
yang bergizi
Pada masa menyusui, seorang ibu membutuhkan vitamin A tambahan untuk
menjaga agar vitamin-vitamin yang diperlukan dapat diterima dengan baik oleh
bayinya. Selama periode pasca persalinan, suami dapat membantu pekerjaan rumah
tangga yang berat seperti mengumpulkan kayu dan air serta menjaga anak-anak.
Mereka juga dapat mendorong istri untuk memberi ASI agar dapat menolong
kontraksi uterus. Pada akhirnya, suami harus mulai memikirkan metode kontrasepsi,
baik berupa metode sementara untuk memberikan jarak terhadap kelahiran yang
berikutnya atau bila mungkin vasektomi jika tidak menginginkan anak lagi.
J. Peran dan Keterlibatan Suami Dalam Kehamilan
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti
meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan jaga
produksi ASI. Keterlibatan suami sejak awal kehamilan, sudah pasti akan
mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai
perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya sesosok ”manusia mungil”
didalam perutnya. Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan,
menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam artikel berjudul ”What Your Parthner
Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun
2001), Amerika Serikat, keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si
bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam
masa-masa kehamilan.
Partisipasi suami yang dapat dilakukan antara lain meliputi :

1. Membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan istri yang sedang


hamil.

2. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri.

3. Mengajak dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas


kesehatan terdekat minimal 4 kali selama kehamilan.

4. Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anamia gizi dan
memperoleh istirahat yang cukup.

5. Mempelajari gejala komplikasi pada kehamilan seperti darah tinggi, kaki


bengkak, perdarahan, konsultasi dalam melahirkan, keracunan dalam kehamilan,
infeksi dan sebagainya.

6. Menyiapkan biaya melahirkan dan biaya transportasi.

7. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap sedini mungkin bila
terjadi hal-hal yang menyangkut kesehatan kehamilan dan kesehatan janin misal
perdarahan dan lain-lain.

8. Menentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) sesuai dengan kemampuan


dan kondisi daerah masing-masing.

K. Peran Suami Dalam Mencegah Atau Mengobati Komplikasi Kehamilan

Suami memainkan banyak peran kunci selama kehamilan dan persalinan istri
serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka berpengaruh terhadap
kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu dan bayinya.

Langkah awal yang dapat dilakukan oleh laki-laki dalam mempromosikan


keselamatan ibu adalah merencanakan keluarganya. Pembatasan kelahiran dan
membuat jarak kelahiran paling sedikit 2 tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu
dan anak, mengingat setiap kehamilan membawa resiko kesehatan yang potensial
untuk ibu, walaupun ibu tersebut terlihat sehat dan berisiko rendah kehamilan yang
tidak direncanakan sering kali menjadi berisiko karena akan membawa mereka untuk
aborsi. Komplikasi aborsi yang tidak aman menyebabkan 50.000 hingga 100.000
kematian setiap tahun.
L. Dukungan Suami Dalam Kehamilan

Agar istri bisa menjalani kehamilan yang sehat dan nyaman,dukungan suami mutlak
diperlukan. Saat hamil, istri akan mengalami perubahan, Secara fisik ia akan menjadi
lebih gemuk. Fisiologisnya juga mengalami berbagai perubahan yang mempengaruhi
pola perilaku dan emosinya. Karena itu,selama istri hamil, suami harus selau siaga
yaitu siaga untuk bersabar, memahami, memperhatikan, membantu dan melayani istri.
Bersabar, mengapa ? Mungkin sebagai suami anda sering mendengar cerita tentang
wanita yang hamil muda. Sebagian dari mereka sering mengalami morning sicknes
yaitu mual2 dan muntah2 di pagi hari. Tak jarang pada sore haripun wanita juga
mengalami hal yang demikian. Bahkan ada yang lebih parah lagi mual dan muntah
hampir sepanjang hari.

1. Pahamilah Perubahannya

Kasih sayang suami yang besar, dengan niat untuk memahami dan melayani istri
sebagai, bentuk tanggung jawab terhadap perjanjian bersama kepada Allah SWT
(mistaqan ghalizha) akan banyak membantu suami menyesuaikan diri terhadap
kehamilan istri. Suami juga juga perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan
selera istri. Anda harus menyesuaikan selera istri dengan menghargai masakannya dan
tidak mencela.

Sebagaimana dikatakan Trethowan dan Dickness (1972) wanita hamil sering


mengalami dullet-taste (selera yang bodoh) selama hamil. Istri anda, mungkin jadi sangat
suka masakan yang asin sekali,asam,atau citarasa lain yang tajam. Bisa pula ia jadi tidak
suka pada makanan yang sebelumnya ia sukai. Terimalah kondisi istri dan bersikaplah
bijak bila seleranya kurang sesuai dengan selera anda dan anak-anak.

2. Berilah Perhatian

Istri membutuhkan perhatian dari suami sebagai orang yang dicintainya. Ia juga butuh
perasan dicintai oleh orang yang dicintainya,lebih-lebih ketika ia mengalami berbagai
perubahan saat pertama kali ia hamil. Seorang suami perlu memberikan perhatian pada
istrinya dengan tulus. Perhatian dan kasih saying selain memenuhi kebutuhan fisik dan
psikis yang primer juga bisa diwujudkan dengan tindakan-tindakan kecil. Misalnya
mengucapkan salam atau memberi kecupan. Perhatian suami yang tulus bisa
menentramkan istri saat keinginannya mencari buah yang sedang tidak musim tidak
terpenuhi. Melalui perhatian yang tulus,bersih, dan sungguh2 suami lebih mudah
menyampaikan pengertian,ketika istri sedang ngidam.

Berikan dorongan pada istri. Itu akan banyak memberi arti bagi istri dalam beradaptasi
dengan kehamilannya. Suami juga harus bisa menjadi teman bicara dan pendengar yang
baik, karena disaat hamil seperti itu istri butuh teman bicara yang mau mendengar
tentang ungkapan perasaana, tentang dirinya,bayinya dan masa depan bersama. Sikap
yang perlu anda tumbuhkan adalah empati terhadap kehamilan istri anda. Berusahalah
untuk memahami apa yang dirasakan istri anda sebagaimana ia merasakannya. Istri
mengharapkan agar anda mengerti bahwa hamil itu berat. Bahwa kecemasan
menghinggapi dirinya dan tak mudah menghilangkannya dengan kata sabar. Genggamlah
tanggannya saat ia berbicara dan dengarlah secara penuh apa saja keluhannya.

3. Membantu dan Melayani Istri

Hamil memberi beban berat pada istri. Perutnya membesar sehingga keseimbangan
badan berubah dan sulit mencari posisi tidur yang nyaman. Ditambah lagi beban kerja
ginjal yang meningkat, frekuensi kencing bertambah,mual-mual,sampai tegangan yang
tidak mengenakkan pada farji dan perut. Semua beban itu dialami sendiri oleh istri.
Padahal, bayi yang ada dalam kandungannya adalah anak anda berdua. Karena itu sudah
sepatutnya sebagai suami anda berusaha meringankan beban istri. Meringankan beban
istri, bisa dengan melakukan pekerjaan sehari-hari yang sederhana, mencuci pakaian atau
menyapu halaman, misalnya, istri seringkali tidak menuntut suaminya untuk mengambil
alih semua pekerjaan rumah tangga. Ia lebih membutuhkan ketulusan dan kesungguhan
anda dalam membantu meringankan bebannya. Selain itu anda juga bisa melayani istri
misalnya dengan memijatnya saat ia sedang mual-mual atau menyediakan dan
menemaninya makan siang ia sedang kehilangan selera makan. Yang terakhir,
berterimakasihlah pada istri anda. Selama Sembilan bulan sepuluh hari hampir dapat
dipastikan istri tetap berusaha melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga, meskipun ia
cukup terbebani dengan kehamilannya.
Dengan semangat pengapdian, pengorbanan, kasih sayang dan cintanya, istri tidak
menuntut apapun, kecuali perhatian dan kasih sayang anda. Karena itulah, sudah
sepantasnya bila anda berterima kasih kepadanya,meski ia tidak memintanya. Anda bisa
mengungkapkan terima kasih itu dalam berbagai bentuk, tetapi ungkapan dengan kata-
kata jangan diabaikan. Istri akan merasakan kebahagian yang menyentuh bila anda bisa
mengucapkan terima kasih dengan betul-betul tulus dan spontan.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/346048307/Satuan-Acara-Penyuluhan-p4k

https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/kriteria-suami-siaga-siap-antar-jaga/

https://id.theasianparent.com/membantu-istri-hamil

https://zulfiprint19.blogspot.com/2017/01/sap-persiapan-persalinan.html

Anda mungkin juga menyukai