Anda di halaman 1dari 22

PROJECT PROFESI KEPENDIDIKAN TENTANG DIAGNOSA

KESULITAN BELAJAR
Ditujukan Untuk Matakuliah Profesi Kependidikan

Disusun oleh :
Kelompok 2

PROGRAM STUDI – PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa menyusun
atau menyelesaikan tugas PROJECT. Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan
sederhana sesuai dengan kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disususun dalam
rangka memenuhi tugas PROJECT pada mata kuliah Profesi Kependidikan.
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaan tugas ini, dan Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada pihak- pihak yang telah membantu dan secara khusus saya berterimakasih
kepada Bapak Drs.Hidir Efendi, M.Pd. selaku Dosen pengampu mata kuliah Filsafat
Profesi Kependidikan karena telah memberikan bimbinganya kepada kami untuk
menyelesaikan tugas PROJECT ini hingga selesai.

Medan, 14 Mei 2019

Tim penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 1
C. Ruang Lingkup 2

BAB II DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR 3


A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar 3
B. Gejala dan Ciri Kesulitan Belajar 4
C. Latar Belakang Timbulnya Kesulitan Belajar 6
D. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar 8
E. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa 9

BAB III PELAKSANAAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR 13


A. Identifikasi Siswa 13
B. Melokalisasi Letak dan Jenis Kesulitan Belajar 14
C. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar 14
D. Menetapkan Kemungkinan Bantuan yang Diberikan 15
E. Pelaksanaan Bantuan 16
F. Evaluasi dan Tindak Lanjut 17

BAB IV PENUTUP 18
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala
usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan
belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara
menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan)
maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang
subjektif.
Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan
kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa. Perlunya diadakan diagnosis belajar
karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan
pelayanan untuk berkembang secara maksimal. Kedua, adanya perbedaan
kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing
siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada
siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan keempat, untuk menghadapi
permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BK lebih intensif
dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan
mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.
Belajar merupakan tugas utama siswa, di samping tugas-tugas yang lain.
Keberhasilan dalam belajar bukan hanya diharapkan oleh siswa yang bersangkutan,
tetapi juga oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan
bukan hanya berhasil, tetapi berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan
persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan psikologis, biologis, material, dan
lingkungan sosial yang kondusif.

B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka tujuan penulisan yang
hendak penulis capai adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian tentang kesulitan belajar.
2. Untuk memahami gejala dan ciri kesulitan belajar.
3. Untuk mengetahui latar belakang timbulnya kesulitan belajar.
4. Untuk mengetahui tujuan pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan belajar.
5. Untuk upaya mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa.
C. Ruang Lingkup
Berhubung luasnya cakupan diagnosis kesulitan belajar siswa, maka tidak
memungkinkan untuk dibahas saat ini seluruhnya. Oleh karena itu, pada saat ini,
laporan ini dibatasi yaitu khususnya tentang :
1. Pengertian diagnosis kesulitan belajar.
2. Gejala dan ciri kesulitan belajar.
3. Latar belakang timbulnya kesulitan belajar.
4. Tujuan pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan belajar.
5. Upaya mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa.

BAB II
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar


Menurut Sunarta (1985: 7) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami oleh siswa dalam kegiatan belajarnya,
sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkahlaku yang
terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman
kelasnya. Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994: 4- 5) menganggap kesulitan
belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin
disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis,
sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.
Dari penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kesulitan belajar
merupakan suatu kondisi dimana terdapat suatu jarak antara prestasi akademik yang
diharapkan dengan yang diperoleh yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu baik
bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis dalam proses belajar.
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Abin
S.M. (2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai :
1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa
yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama
mengenai gejala-gejalanya (symtoms).
2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-
gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
Dari penjelasan di atas, dapat penulis buat suatu kesimpulan bahwa Diagnosis
Kesulitan Belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar
dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu
kelemahan tertentu, serta mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan
kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

B. Gejala dan Ciri Kesulitan Belajar


1. Gejala kesulitan belajar
Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenal berdasarkan gejala yang
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Menurut Warkitri dkk. (1990), individu yang mengalami
kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut:
1. Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya.
2. Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah dibanding sebelumnya.
3. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
4. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
5. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses
belajar dan pembelajaran, dan mendapat nilai kurang baik.
6. Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang
sebelum waktunya.
7. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung,
suka menyendiri, bertindak agresif.
Dari kutipan di atas, dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa gejala-gejala yang
menunjukkan individu mengalami kesulitan belajar, yaitu:
1. Hasil belajar yang dicapai berada dibawah rata-rata kelas, lebih rendah dari hasil
belajar sebelumnya, serta tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
2. Individu lambat dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru.
3. Menunjukkan sikap yang masa bodoh, sering bolos ataupun tidak masuk sekolah,
serta mudah tersinggung dan menyendiri.

2. Ciri kesulitan belajar


Adapun ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh siswa seperti berikut ini
(Mutiara Endah; 2010, http://mutiaraendah.wordpress.com):
a. Gangguan persepsi visual:
1. Melihat huruf/angka dengan posisi yang berbeda dari yang tertulis, sehingga
seringkali terbalik dalam menuliskan kembali.
2. Sering tertinggal huruf dalam menulis.
3. Menuliskan kata dengan urutan yang salah misalnya ibu jadi ubi
4. Sulit memahami kanan dan kiri.
5. Bingung membedakan antara obyek dengan latar belakang.
6. Sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan) dengan tindakan (tangan,
kaki, dan lain-lain).
b. Gangguan persepsi auditori
1. Sulit membedakan bunyi: menangkap secara berbeda apa yang didengarnya.
2. Sulit memahami perintah terutama perintah yang diberikan dalam jumlah
banyak dan kalimat yang panjang.
3. Bingung dan kacau dengan bunyi yang datang dari berbagai penjuru sehingga
sulit mengikuti diskusi karena saat mencoba mendengar sebuah informasi
sudah mendapatkan gangguan dari suara lain di sekitarnya.
c. Gangguan bahasa
1. Sulit menangkap dan memahami kalimat yang dikatakan kepadanya.
2. Sulit mengkoordinasikan/mengatakan apa yang sedang dipikirkan.
d. Gangguan persepsi –motorik
1. Kesulitan motorik halus (sulit mewarnai, menggunting, melipat, menempel,
menulis rapi, memotong, dan lain-lain).
2. Memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi yang mengakibatkan
canggung dan kaku dalam geraknya.
e. Hiperaktivitas
1. Sukar mengontrol aktivitas motorik dan selalu bergerak/menggerakkan
sesuatu (tidak bisa diam).
2. Berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas berikutnya tanpa menyelesaikan
terlebih dahulu.
3. Impulsif.
f. Kacau (distractibility)
1. Tidak dapat membedakan stimulus yang penting dan tidak penting.
2. Tidak teratur, karena tidak memiliki urutan-urutan dalam proses berpikir.
3. Perhatiannya sering berbeda dengan apa yang sedang dikerjakan
(melamun/berhayal saat belajar di kelas).
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa ciri-ciri kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa, yaitu:
1. Dilihat dari pesepsi visualnya, ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
seperti pada saat menulis, siswa sering menulis dengan salah satu huruf yang
tertinggal atau tidak lengkap.
2. Dilihat dari persepsi auditori, ciri-cirinya seperti siswa sulit memahami
perintah yang disampaikan oleh guru.
3. Dilihat dari segi bahasa, cirinya seperti siswa sulit memahami kalimat yang
disampaikn kepadanya serta sulit mengungkapkan apa yang sedang
dipikirkannya.

C. Latar Belakang Timbulnya Kesulitan Belajar


Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-
faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal,
yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah
faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.
1. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan
faktor kejasmanian.
a. Faktor kejiwaan, antara lain :
 Minat terhadap mata pelajaran kurang
 Motif belajar rendah
 Rasa percaya diri kurang
 Disiplin pribadi rendah
 Sering meremehkan persoalan
 Sering mengalami konflik psikis
 Integritas kepribadian lemah.
b. Faktor kejasmanian, antara lain :
 Keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit)
 Adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan
 Adanya gangguan pada fungsi indera
 Kelelahan secara fisik.

2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal
dari luar peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor instrumental
dan faktor lingkungan.
a. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar
mahasiswa antara lain :
 Kemampuan profesional dan kepribadian dosen yang tidak memadai.
 Kurikulum yang terlalu berat bagi pesert didik.
 Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik.
 Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab
kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain :
 Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga.
 Lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif.
 Teman-teman bergaul yang tidak baik.
 Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.
Dari berbagai faktor yang melatarbelakangi timbulnya kesulitan belajar siswa,
penulis berpendapat bahwa faktor yang melatarbelakangi tersebut, yaitu:
3. Faktor internal
Faktor internal ini berasal dari dalam diri individu atau siswa itu sendiri. Faktor
internal ini seperti :
 Inteligensi siswa
 Minat belajar siswa
 Kesehatan siswa
 Gizi siswa.
4. Faktor eksternal
Faktor eksternal ini berasal dari luar diri individu seperti lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, teman sebaya, serta fasilitas belajar
baik itu di sekolah maupun di rumah. Di lingkungan keluarga seperti bagaimana
kondisi dalam keluarga, posisi siswa dalam keluarga. Di lingkungan sekolah seperti
bagaimana perhatian guru terhadap siswa. Selain itu, kelengkapan fasilitas belajar
juga dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa, kemudian suasana saat peserta
didik belajar juga sangat berpengaruh pada minat belajar peserta didik.

D. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar


Ramdhani (http://feyra-gokil.blogspot.com) menjelaskan bahwa setiap
kegiatan yang dilakukan mempunyai tujuan yang baik yang ingin dicapai, dilakukan
baik secara langsung maupun tidak langsung, begitu pula dengan kegiatan ini.
Pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar melibatkan guru dan siswa, maka
tujuan yang ingin dicapai juga berbeda antara guru dan siswa.
1. Siswa
Tujuan yang hendak dicapai setelah pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan
belajar ini bagi siswa adalah :
 Siswa memahami dan mengetahui kekeliruannya.
 Siswa memperbaiki kesalahannya.
 Siswa dapat memilih cara atau metode untuk memperbaiki kesalahannya.
 Siswa dapat menguasai pelajaran dengan baik.
 Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Guru
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar bagi Guru
adalah :
 Guru mengetahui kelemahan dalam proses belajar-mengajar.
 Guru dapat memperbaiki kelemahannya tersebut.
 Guru dapat memberikan layanan yang optimal kepada siswa sesuai dengan
keadaan diri siswa perkembangannya siswa dapat terlaksana dengan baik.

Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan


kegiatan diagnosis adalah agar guru, peserta didik dan orang tua peserta didik dapat:
1. Mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik.
2. Membantu memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik
dengan adanya kerjasama antara pihak sekolah, peserta didik dan keluarga.
3. Membantu pesert didik agar dapat menguasai pelajaran yang sulit baginya, serta
mempermudah guru dalam menentukan layanan apa yang sesuai dengan kesulitan
yang dialami oleh peserta didik.
E. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa
Menurut Etty Kartikawati dan Willem Lusikooy (1993/1994), langkah-langkah
diagnostik terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu:
1. Identifikasi kasus
a. Tujuannya : untuk mencari dan menemukan di antara siswa-siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar yang serius dan yang memerlukan bantuan.
b. Tekniknya : dengan memanfaatkna catatan atau rekaman tentang hal ikhwal yang
menyangkut kegiatan belajarnya untuk dianalisis.
c. Prosedurnya : mengumpulkan nilai-nilai dar seluruh bidang studi dalam satu kelas
untuk:
 Dihitung bagaimana rata-rata bagi setiap guru.
 Kemudian dihitung nilai rata-rata seluruh siswa di kelas itu.
 Lalu buat grafik untuk mengetahui posisi siswa dalam kelas berdasarkan nilai
rata-rata itu.
 Setelah itu, dapatlah diketahui bahwa ada siswa yang nilai rata-ratanya berada
di bawah rata-rata umum kelas, ditandai sebagai siswa yang berprestasi
rendah dan ia tentu mengalami kesulitan belajar.
 Pada akhirnya ditetapkan siswa-siswa yang paling banyak mengalami
kesulitan belajar adalah mereka yang mengalami nilai rata-ratanya di bawah
rata-rata nilai umum kelas, misalkan nilai-nilai yang paling rendah adalah
bidang studi Bahasa Indonesia dan Matematika.
2. Melakukan diagnosis
a. Tujuan : mengetahui secara tepat lokasi kesulitan belajar tersebut dalam bidng
studi apa saja. Juga untuk mengetahui secara pasti jenis kesulitan yang dialami
serta enemukan latar belakang apakah yang menyebabkan timbulnya kesulitan.
b. Teknik : melakukan analisis documenter, melakukan wawancara, melakukan
observasi (pengamatan), melakukan tes dalam berbagai jenisnya, melakukan
pengukuran dengan teknik sosiometri.
c. Prosedurnya :
 Menyusun rata-rata nilai dari nilai bidang studi.
 Membuat grafik tentang kedudukan siswa yang mengalami kedulitan belajar
dalam bidang studi tersebut.
 Kemudian menetapkan tempat(elokasi) dalam bidang studi apa saja bagi siswa
tersebut, mengalami kesulitan belajar, hal ini dapat pula dibantu oleh rapor dan
hasil ulangan.
 Kemudian menetapkan siswa mana yang mendapat prioritas pelayanan karena
paling banyak menemui kesulitan belajar.
d. Menetapkan jenis dan macam kesulitan yang dihadapi siswa dengan cara:
 Menganalisis hasil pekerjaan siswa dalam bidang studi tertentu yang diduga
menimbulkan kesulitan kepadanya.
 Guru bidang studi yang bersangkutan diwawancarai.
 Iswa yang bersangkutan diwawancarai.
 Melakukan tes (psikotest atau diagnostic tes).
e. Berusaha mengungkapkan latar belakang kesulitan, dengan cara-cara:
 Menganalisis dokumen-dokumen tentang data siswa yang bersangkutan yang
mencakup: indentitas pribadi, riwayat pendidikan, prestasi belajar, latar
belakang kehidupan keluarga, bakat dan minatnya, kecerdasan, cita-citanya,
pribadi serta lingkungannya (social dan kulturalnya), kesehataa, kegemaran
(hobby).
 Melakukan wawancara dengan siswa,orang tua siswa yang bersangkutan, dan
seterusnya.
 Melakukan pengukuran dimensi hubungan sosialnya dengan sosiometri.
 Melakukan pengamatan (observasi) terhadap siswa yang bersangkutan pada
waktu belajar.
3. Melakukan prognosis
a. Tujuan : untuk menetapkan macan dan teknik pemberian bantuan yang sesuai
dengan corak kesulitan yang dihadapi siswa.
b. Prosedur :
 Bila siswa menemukan kesulitan disebabkan oleh latar belakang pribadi, maka
hendaknya diberikan bantuan melalui konseling.
 Bila disebabkan oleh gangguan mental, nervus, gangguan kesehatan jasmani
dan sebagainya, maka hendaknya dilimpahkan kepada dokter ahli yang
bersangkutan.
 Bila berlatar belakang pada sikap social, maka perlu diberi bantuan dengan
menggunakan bimbingan kelompok, karena dengan cara ini siswa akan dilatih
kembali untuk bersikap social yang memungkinkan ia dapat melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan, juga dengan memberikan tugas kegiatan
tertentu yang membawanya kea rah hidup saling membantu, maka siswa yang
bersangkutan akan terpupuk rasa sosialnya.
4. Melakukan langkah pemberian bantuan
a. Tujuan : untuk memberikan bantuan kepada siswa yang bersangkutan agar
mampu mengatasi kesulitan belajar yang dialami dengan kemampuan sendiri
sehingga dapat mencapai hasil yang optimal serta dapat bersikap menyesuaikan
diri yang sehat.
b. Teknik : memilih salah satu teknik pemberian bantuan yang telah dipilih yang
meliputi:
 Remedial Teaching : memberikan pelajaran tambahan berupa kursus-kursus
(private less) dan cara lain tentang bidang studi yang lemah, dengan tujuan agar
kelemahan tersebut bagi siswa yang bersangkutan dapat ditingkatkan
kemajuannya (disembuhkan).
 Memberi konseling kepada siswa yang bersangkutan tentang hal-hal yang
menghambat kemajuan belajarnya,
 Melakukan bimbingan kelompok terhadap siswa yang dihambat oleh sikap
sosialnya yang kurang dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan.
 Melakukan perlimpahan (referral) kepada ahli lain di bidangnya.
5. Melakukan tindak lanjut (follow up servise)
a. Tujuan : untuk mengetahui sejauhmana hasil pemberian bantuan tersebut yang
telah diberikan kepada siswa dalam rangka memperbaiki kegiatan belajarnya
lebih lanjut.
b. Teknik : dengan melakukan tes kemajuan belajar atau psikotes atau dengan
memberikan wawancara kepada siswa yang ebrsangkutan tentang kemajuan
belajarnya dalam bidang studi tertentu, ditambah lagi dengan melakukan analisis
dokumen seperti hasil ulangan, hasil tes. Juga mengadakan observasi
(pengamatan) tentang sejauh mana perubahan tingkah laku siswa dalam
melakukan kegiatan belajar lebih lanjut.
c. Prosedur:
 Mengetes siswa dalam bidang studi yang semula mengalami hambatan.
 Mewawancarai siswa tentang sikap dan penderitaannya mengenai kesulitan-
kesulitan yang dirasakan.
 Mewawancarai guru bidang studi yang bersangkutan tentang perubahan yang
terjadi pada siswa yang bersangkutan, dan juga melakukan wawancara dengan
orang tua atau siswa tentang kemajuan belajarnya di rumah dan seterusnya.
 Menganalisis tentang informasi dan hasil belajar siswa yang bersangkutan.
 Melakukan pengamatan (observasi) kegiatan belajar siswa yang bersangkutan,
baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Penjelasan dari beberapa ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa upaya-
upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik, yaitu:
1. Mengidentifikasi peserta didk yang mengalami kesulitan belajar.
2. Mengidentifikasi jenis kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik.
3. Mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar pada
peserta didik tersebut.
4. Merencanakan suatu tindakan bantuan yang dibutuhkan oleh peserta didik
berdasarkan hasil pengungkapan factor penyebab kesulitan belajar tersebut.
5. Melaksanakan pemberian bantuan kepada peserta didik dengn memberikan
pelajaran tambahan kepada peserta didik.
6. Memberikan tindak lanjut, bagaimana hasil yang didapatkan setelah diberikan
bantuan

BAB III
PELAKSANAAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

A. Identifikasi Siswa
Dalam observasi ini penulis memilih salah satu siswa kelas V sebagai klien
karena penulis mengamati siswa tersebut dalam hasil ujian mid semester
mendapatkan nilai jelek dan juga pada proses belajar mengajar sikapnya kurang baik
terhadap materi pelajaran, terkadang banyak bicara di dalam kelas, terlihat kurang
konsentrasi. Selain pengamatan dari penulis hasil informasi dari wali kelas dan kepala
sekolah dan wawancara dengan klien juga memberikan informasi yang sama dengan
pengamatan penulis. Dan berbagai informasi tersebut penulis mendapat kesimpulan
bahwa siswa tersebut kesulitan dalam menerima pelajaran, motivasi belajarnya
rendah, tidak semangat dalam belajar.
Berikut hasil pengumpulan data yang berhubungan dengan pribadi klien:
1. Identitas siswa
Nama siswa : Dara Firmai
TTL : Padang / 27 Mei 2002
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Durung No 112, Medan
Sekolah : SD Negeri No. 158326
Kelas :V
Jumlah saudara : 3 Orang
Anak ke : 1 (pertama)
Tinggal bersama : Nenek
2. Nama orang tua
Ayah : Firman Rusli
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Sales
Pendidikan terakhir : SMA
Ibu : Yetmarwarni
Pekerjaan : Rumah tangga
3. Wali kelas : Gusmaini, S.Pd
4. Kepala Sekolah : Yusmi, M.Pd

B. Melokalisasi Letak dan Jenis Kesulitan Belajar


Melokalisasi letak kesulitan belajar, maksudnya adalah menentukan kesulitan
dalam mata pelajaran, pokok bahasan dan sub pokok bahasan mana yang tidak
mengerti oleh siswa.
Dan dalam hal ini, siswa yang penulis observasi mengalami kesulitan dalam
meyerap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kesulitan itu tidak hanya dalam satu
mata pelajaran melainkan hampir seluruh mata pelajaran. Kesulitan belajar yang
dialami siswa ini dapat kita sebut dengan slow linear (lambat dalam belajar).
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dari hasil nilai MID Semester siswa yaitu
sebagai berikut:
No. Mata Pelajaran KKM Nilai
1. Agama 75 80,0
2. PKN 75 70,0
3. B. Ind 75 50,0
4. MTK 75 33,0
5. IPA 75 33,0
6. IPS 75 60,0

C. Melokalisasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Dalam melokalisasi faktor penyebab kesulitan belajar siswa dapat dilakukan
dengan cara menggunakan berbagai instrument seperti wawancara, membagikan
angket, sosiometri, dan observasi.
Pengungkapan yang dilakukan dengan mengunakan berbagai instrument
tujuannya adalah agar dapat melihat dan mengetahui apakah siswa mengalami
kesulitan belajar itu berasal dari faktor dari dalam diri sendiri atau dari luar diri
sendiri.
Setelah melakukan berbagai instrumen dalam mengungkap faktor penyebab
kesulitan belajar siswa, maka faktor peneyebab kesulitan belajar siswa adalah sebagai
berikut:
1. Faktor internal
 Kelemahan intelegensi; minat, bakat, motivasi, sikap dan kebiasaan belajar.
 Diri pribadi; sering tidak makan pagi, penakut, pemalu, dan penggugup.
2. Faktor eksternal
 Keadaan hubungan keluarga; dirumah sering tidak senang, dirumah merasa
tidak disayangi, dan dirumah tidak dapat belajar karena membantu orang tua.
 Hubungan sosial; kekurangan teman bermain, sering diejek kawan.
 Pendidikan dan pembelajaran; termasuk anak yang kurang pandai, takut akan
ada ulangan atau ujian, memerlukan bantuan dalam belajar, mengalami
kesukaran dalam bidang matematika, tidak menyukai satu mata pelajaran,
tulisan jelek, takut akan tinggal kelas, nilai banyak yang buruk, sering tidak
masuk sekolah, di dalam kelas sering merasa mengantuk, takut berbicara di
depan umum, sering tidak mengerti yang diterangkan guru, pelupa, sering
melalaikan pelajaran, malas mengulang pelajaran, dan kekurang alat pelajaran.

D. Menetapkan Kemungkinan Bantuan yang Diberikan


Setelah didentifikasi faktor penyebab letak kesulitan belajar siswa, maka dapat
ditentukan perkiraan bantuan yang akan diberikan kepada siswa, yaitu dengan
melakukan pengajaran perbaikan satu kali atau dua kali dalam seminggu untuk materi
pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa yaitu berupa:
1. Mengajarkan kembali materi yang belum dimengerti atau dikuasai oleh siswa.
2. Memberikan latihan kepada siswa mengenai latihan kepada siswa mengenai
materi yang telah diajarkan.
Selanjutnya memberikan informasi kepada :
1. Siswa
tentang bagaimana cara belajar yang baik, tentang bagaimana pentingnya
mengulang pelajaran dirumah, bagaimana pentingnya membaca buku karena semua
jawaban atas tugas dan PR yang diberikan oleh guru ada didalam buku, tentang
pentingnya keseriusan belajar didalam kelas, serta yang paling penting adalah rajin
beribadah kepada Allah SWT, karena kunci keberhasilan itu adalah berusaha, berdoa,
dan bertawakal. Selain itu memberikan memberikan motivasi/ penguatan kepada
siswa tentang kemampuan yang dimilikinya sudah bagus, hanya saja perlu latihan dan
belajar dengan teratur, sehingga anak menjadi bersemangat dalam belajar.
2. Orang tua
Menginformasikan mengenai pentingnya meningkatkan perhatian terhadap
belajar anak dan memberikan informasi bahwa orang tua sangat berperan penting
bagi perkembangan anak dalam belajar, karena pendidikan yang pertama dan yang
paling utama bagi anak adalah dalam lingkungan keluarga. Selain itu juga memberikan
pemahaman kepada orang tua mengenai cara menyikapi anak dalam upaya
meningkatkan hasil belajar yang dialami oleh siswa.
3. Guru Kelas
memberikan informasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

E. Pelaksanaan Bantuan
Bantuan yang telah diberikan adalah :
1. Kepada siswa
 Melakukan pengajaran perbaikan dengan mengajarkan kembali materi yang
kurang/tidak dipahami oleh kedua siswa.
 Memberikan latihan kepada siswa mengenai materi yang telah diajarkan
kembali. Penulis telah membuat RPP (Rancangan pelaksanaan pembelajaran)
mengenai materi yang telah diajarkan tersebut.
 Memberikan informasi kepada siswa tentang bagaimana cara yang baik seperti
waktu belajar yang efektif.
 Memberikan informasi mengenai pentingnya mengulang pelajaran dirumah
agar materi yang diterangkan oleh guru dapat diserap dan di ingat selalu.
 Memberikan informasi kepada siswa akan pentingnya belajar dengan serius di
dalam kelas agar materi yang diberikan oleh guru dapat diserap dengan baik.
2. Kepada orang tua siswa
memberikan informasi kepada orang tua siswa agar lebih mengontrol lagi
anaknya dalam belajar dan selalu mengingatkan anak untuk belajar dengan teratur
dirumah, memberikan motivasi dan dorongan kepada anak agar anak selalu
bersemangat dalam belajar karena sebenarnya anak ini memiliki kemampuan dan
motivasi yang bagus apabila dia diberikan semangat, dukungan, dan sokongan
terutama dari orang tuannya, dan menciptakan suasana yang tenang dalam belajar
3. Kepada guru kelas
memberikan informasi tentang letak kesulitan belajar siswa, pada pokok
materi mana siswa mengalami kesulitan dalam belajar.

F. Evaluasi dan Tindak Lanjut


1. Evaluasi
 Siswa : setelah diberikan pengajaran perbaikan dan informasi tentang
bagaimana belajar yang baik, anak mulai memperhatikan pelajaran yang
diajarkan dan mulai mengerjakan tugas dengan benar.
 Orang tua : orang tua mulai mengubah sikap pada anaknya lebih mengontrol
dan memperhatikan anaknya terutama dalam belajar.
 Guru kelas : guru kelas lebih memperhatikan siswa dalam belajar dengan
memberikan penjelasan ketempat duduk siswa ketika siswa tidak mengerti
dengan materi yang dijelaskan.
2. Tindak lanjut
 Kepada siswa : memberikan penguatan positif berupa semangat dan
dukungan terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.
 Kepada Orang tua : orang tua memperhatikan kebutuhan belajar anaknya,
seperti menyuruh anak belajar dengan teratur setiap hari dan lebih
memberikan motivasi kepada anaknya agar anak lebih bersemangat dalam
belajar.
 Kepada wali kelas : wali kelas diharapkan lebih memperhatikan kedua
siswanya ini dalam belajar sehingga dapat dicapai hasil belajar yang optimal

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar merupakan tugas utama siswa, di samping tugas-tugas yang lain.
Keberhasilan dalam belajar bukan hanya diharapkan oleh siswa yang bersangkutan,
tetapi juga oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan
bukan hanya berhasil, tetapi berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan
persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan psikologis, biologis, material, dan
lingkungan sosial yang kondusif.
Kesulitan belajar adalah suatu keadaan siswa yang memiliki masalah sehingga
tidak bisa belajar sebagaimana mestinya yang berdampak pada keberhasilan belajar.
Dan keberhasilan belajar siswa itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
internal (yang bersumber dari dalam diri sendiri) maupun eksternal (yang bersumber
dari luar atau lingkungan).

B. Saran
Dalam penulisan Project ini Kami menyadari bahwa Project ini masih banyak
kekurangan oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan
guna perbaikan pada masa mendatang. Kami mengharapkan Project ini dapat
bermanfaat bagi kami atau pihak lain yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Abin, S.M. 2002. Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.

Mutiara Endah. 2010. (http://mutiaraendah.wordpress.com/05 Desember 2013/08:32).

Ramdhani (http://feyra-gokil.blogspot.com/05 Desember 2013/09:05).


Siti Mardiyati.1994. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta : Penerbit UNS.
Sunarta, Kelut. 2006. Verba Derivasional Bahasa Bolaang Mangandow. Denpasar: Program
Pascasarjana Universitas Udayana.

Warkitri. 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika.

Anda mungkin juga menyukai