Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era modernisasi telah terjadi banyak perubahan dari segala
aspek di masyarakat. Kemajuan teknologi dan semakin pesatnya cara
memperoleh informasi juga mempengaruhi pengetahuan, sikap dan
perubahan pada perilaku kehidupan khususnya dalam menghadapi
berbagai kesehatan yang ada. Perubahan perilaku biasanya sering terjadi
pada usia remaja, karena masa remaja merupakan saat dimana seseorang
mulai berinteraksi dengan lebih banyak pengaruh lingkungan dan
mengalami pembentukan perilaku.
Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebiasaan makan mereka. Mereka menjadi lebih aktif,
lebih banyak makan di luar rumah, dan mendapat banyak pengaruh dalam
pemilihan makanan yang akan dimakannya, mereka juga lebih sering
mencoba-coba makanan baru (Virgianto, n.d). Jika pola makan tidak
diperhatikan maka akan muncul masalah kesehatan, salah satunya yaitu
obesitas.
Masalah obesitas menjadi masalah diseluruh dunia karena
prevalensinya meningkat pada anak-anak, remaja bahkan orang dewasa,
baik di negara maju ataupun negara berkembang. Berdasarkan United
Nations Children’s Fund (UNICEF) 2012 Indonesia menempati urutan
kedua setelah Singapura dengan jumlah remaja obesitas terbesar yaitu
12,2% kemudian Thailand sebesar 8%, Malaysia sebesar 6% dan Vietnam
sebesar 4,6% (Tuti, 2016). Kurangnya aktivitas, kesalahan dalam memilih
makanan serta pengetahuan tentang status gizi yang rendah akan
mengakibatkan timbulnya masalah gizi lebih (obesitas). Obesitas juga
termasuk dalam lima faktor risiko terhadap kejadian kematian di seluruh
dunia. Sebanyak 2,8 juta orang dewasa per tahunnya meninggal

1
2

dikarenakan mengalami obesitas dan kegemukan (WHO, 2011) dalam


Lisnawati, dkk 2016.
Menurut Atikah (2010) obesitas atau kegemukan adalah keadaan
dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan
berat idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak ditubuhnya.
Faktor dari obesitas adalah asupan makanan berlebih yang berasal dari
jenis makanan olahan serba instan, kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan
harian maupun latihan fisik terstruktur (Ratu, 2011). Dampak yang
ditimbulkan dari obesitas itu sendiri yaitu Diabetes Melitus tipe 2,
hipertensi (tekanan darah tinggi), stroke, gagal jantung bahkan hingga
kanker. Selain dampaknya berupa penyakit, obesitas juga berdampak pada
masalah psikososial seperti depresi dan rendah diri karena diejek oleh
temannya.
Untuk menurunkan resiko terjadinya obesitas dapat dilakukan
dengan mengatur pola makan yang teratur, memilih makanan yang sehat
dan seimbang serta berolahraga. Kesenjangan antara masukan dan
pengeluaran energi dalam pola konsumsi biasanya disebabkan oleh
perubahan gaya hidup. Perubahan dalam gaya hidup menyebabkan
terjadinya perubahan aktivitas, pengetahuan, sikap, serta cara memilih
makanan untuk dikonsumsi yaitu makanan dengan tinggi kalori, lemak dan
kolesterol terutama makanan siap saji yang berdampak meningkatkan
obesitas. (Cici, 2014)
Seharusnya remaja jaman sekarang lebih memperhatikan pola
makan dan aktivitas fisiknya guna meningkatkan kesehatannya serta
menurunkan resiko obesitas. Tetapi untuk meningkatkan kesehatannya,
remaja juga harus memiliki pengetahuan yang baik dalam memilih
makanan untuk dikonsumsi. Menurut Sediaoetama (2002) tingkat
pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang
memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi.
(Widyantara, 2014)
3

Fauyan (2016) dalam penelitian tentang Hubungan Aktivitas Fisik


Dan Frekuensi Fast Food Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja Di
Smp N 5 Karanganyar dengan 40 responden overweight dan 40 responden
non overweight didapatkan responden overweightyang memiliki aktifitas
fisik kategori ringan sebanyak 76.2% dan responden non overweight
sebanyak 21.1% sedangkan pada responden non overweight yang
memiliki frekuensi fast food dengan kategori sering sebanyak 39.2%, dan
pada responden overweightyang memiliki frekuensi fast food dengan
kategori sering sebanyak 60.8%. Hasil dari uji chi-square antara aktivitas
fisik dengan kejadian overweight menyatakan bahwa ada hubungan antara
aktivitas fisik dengan kejadian overweight dan terdapat juga hubungan
antara frekuensi fast food dengan kejadian overweight (p=0,010; r=-
3.444).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Saferi (2014) tentang
Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Body Image Dengan Frekuensi
Konsumsi Fast Food Remaja Putri Di SMKN 4 Surakarta dengan 100
responden didapatkan hasil bahwa pengetahuan gizi baik yaitu sebanyak
30 subjek (57,7%), pengetahuan gizi cukup sebanyak 18 subjek (34,6%)
dan pengetahuan gizi kurang sebanyak 4 subjek (7,7%). Pada variabel
body image sebanyak 31 subjek (59,6%) memiliki Body image yang
positif dan sebanyak 21 subjek (40,4%) memiliki Body image yang
negatif. Sementara, data penelitian tentang frekuensi konsumsi fast food
menunjukkan sebagian besar subjek memiliki frekuensi konsumsi fast food
dalam kategori kadang-kadang yaitu sebanyak 27 subjek (51,9%) dan
sisanya 25 subjek (48,1%) dengan frekuensi jarang. Sedangkan subjek
yang memiliki frekuensi konsumsi fast food dalam kategori sering dan
tidak pernah tidak ditemukan dalam penelitian ini. Hasil uji korelasi
person product moment hubungan pengetahuan gizi dengan frekuensi
konsumsi fast food diperoleh r hitung sebesar 0,395 (p-value = 0,004),
sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi
dengan frekuensi konsumsi fast food. Selanjutnya hasil uji korelasi person
4

product moment hubungan body image dengan frekuensi konsumsi fast


food diperoleh r hitung sebesar 0,432 (p-value = 0,001), sehingga terdapat
hubungan yang signifikan antara body image dengan frekuensi konsumsi
fast food.
World Health Organization melansir persentase orang kegemukan
atau overweight yang sangat tinggi. Data selama 2010, di Indonesia
tercatat 32,9 persen atau sekitar 78,2 juta penduduk dengan kondisi
kegemukan. Persentase tadi bisa dibandingkan dengan data obesitas WHO
pada 2008 yang hanya 9,4persen (Anggraini dkk, 2013). Sementara
menurut Himpunan Studi Obesitas Indonesia memeriksa lebih dari 6000
orang dari hampir seluruh provinsi didapatkan angka obesitas dengan IMT
>30kg/m2 pada laki-laki sebesar 9,16% dan pada perempuan 11,02%
(Anggraini dkk,2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2013, prevalensi
gemuk pada remaja usia 16-18 tahun di Indonesia sebanyak 7,3% yang
terdiri dari 5,7% gemuk dan 1,6% obesitas. Provinsi sangat gemuk
tertinggi berada di DKI Jakarta dengan (4,2%) dan terendah di Sulawesi
Barat (0,6%). Sementara Bali menempati urutan ke 4 dengan prevalensi
sangat gemuk 2,2% dan gemuk 11,5%.
Menurut data profil kesehatan Bali tahun 2016 ditemukan
prevalensi obesitas pada usia>15 tahun tertinggi pertama berada di
Kabupaten Klungkung dengan jumlah penderita obesitas laki-laki dan
perempuan sebanyak 4453 jiwa atau 4,74%. Tertinggi kedua berada di
Kabupaten Buleleng dengan jumlah penderita laki-laki dan perempuan
sebanyak 3878 jiwa dengan persentase 18,06%. Setelah Kabupaten
Buleleng, tertinggi ketiga yaitu Kota Denpasar dengan jumlah penderita
sebanyak 3372 jiwa atau 4,31%. Sementara untuk di daerah Denpasar
penderita terbanyak obesitas berada di daerah Denpasar Selatan dengan
1903 jiwa.
Menurut Dirjen Bina Kesmas Depkes rendahnya konsumsi buah
dan sayur, tingginya konsumsi garam dan meningkatnya konsumsi
5

makananan yang tinggi lemak serta berkurangnya aktifitas olah raga pada
sebagian masyarakat terutama di perkotaan akan menyebabkan terjadinya
masalah gizi lebih. Oleh karena itu sudah saatnya mengembangkan strategi
nasional gizi, aktifitas fisik dan kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah
meningkatnya masalah gizi lebih dan penyakit degeneratif. Salah satunya
dengan upaya peningkatan pengetahuan dan sadar gizi kepada keluarga
dan masyarakat khususnya remaja perlu diprioritaskan dan mendapat
dukungan dari berbagai sektor termasuk masyarakat
Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar karena jumlah penderita
obesitas sebanyak 3372 jiwa. Dari data puskesmas yang didapat tahun
2016, jumlah pengunjung >15 tahun yang melakukan pemeriksaan
obesitas terbanyak dan hasilnya tertinggi di daerah Kota Denpasar yaitu di
Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu sebanyak 1197 jiwa. Maka penelitian
ini akan dilakukan di daerah Puskesmas II Denpasar Selatan, tepatnya di
SMK 3 Denpasar. SMK 3 Denpasar juga merupakan sekolah dengan siswa
terbanyak di daerah Denpasar Selatan yaitu 1134 siswa dan memiliki
jadwal kegiatan sekolah yang padat mulaidari jam belajar hingga jam
praktiknya. Selain itu, lingkungan sekitar sekolah juga bisa menjadi faktor
pendukung siswa untuk membeli makanan saat pulang sekolah atau pun
jam istirahat karena beraneka ragam tempat makan yang tersedia ditambah
rasanya yang enak dan murah. Hasil pengamatan yang dilakukan dengan
mewawancarai beberapa siswa di SMK 3 Denpasar mengatakan mereka
memiliki berat badan lebih dan telah melakukan diet tetapi gagal karena
ketidakpahaman tentang memilih makanan yang baik serta karena rasa
tertarik mereka dengan makanan yang berada dilingkungan sekolah
mereka.
Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk meneliti
tentang “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Sadar Gizi Dengan
Upaya Pencegahan Obesitas Pada Remaja Kelas X dan XI Di SMK 3
Denpasar Tahun 2018”.
6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu, “Apakah Ada Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan Sadar Gizi Dengan Upaya Pencegahan Obesitas Pada Remaja
Kelas X dan XI Di SMK 3 Denpasar?”.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan sadar gizi
dengan upaya pencegahan obesitas pada remaja kelas X dan XI di
SMK 3 Denpasar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan sadar gizi pada
remaja.
b. Untuk mengidentifikasi upaya pencegahan obesitas pada remaja.
c. Menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan
upaya pencegahan obesitas pada remaja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam sadar gizi dan
upaya pencegahan obesitas.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan menjadi inspirasi dan bahan kajian atau
data awal untuk melakukan penelitian selanjutnya.
b. Bagi siswa SMK 3 Denpasar
Diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu tentang sadar gizi,
dampak, serta cara melakukan pencegahan obesitas yang benar
baik dalam pola makan ataupun mengatur aktivitasnya.

Anda mungkin juga menyukai