Anda di halaman 1dari 16

RESUME

ANALISIS INSTRUMEN

DISUSUN OLEH :
NAMA : ISRANUR M.I. DJAMALUDDIN K.
STAMBUK : A 251 16 079
KELAS :C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
Pertemuan ke-5 : Spektrofotometri Massa

Spektrofotometri massa adalah suatu teknik untuk menghasilkan ion-ion


dalam fase gas dari molekul atau atom dalam sampel, memisahkan ion menurut
rasio masa per muatan, dan mengukur kelimpahan dari ion yang terbentuk.
Spektrofotometer massa merupakan instrumen yang memisahkan atom, molekul,
dan fragmen molekul yang terionisasi dalam fase gas berdasar pada perbedaan
rasio masa per muatan.

Prinsip dasar Spektroskopi Massa

Spektroskopi massa berbeda dengan spektroskopi lain. Spektroskopi


massa tidak didasarkan pada serapan radiasi elektromagnetik melainkan pada
pengujian senyawa yang dibombardir electron berenergi tinggi. Jika electron yang
mempunyai energy 10 elektron volt (230,5 kkal/mol) ditumbukkan pada suatu
molekul organik, energi yang dipindahkan sebagai hasil dari tumbukan tersebut
cukup untuk mengeluarkan salah satu elektron dari molekul.

A:B + e- A.B+ + 2e-

Molekul AB terionisasi oleh serangan electron. Ada dua kemungkinan jenis


pemecah ion molekuler yaitu menjadi ion positif dan suatu radikal atau ion positif
dengan suatu molekul netral. Selanjutnya ion-ion anak dapat mengalami
pemecahan lagi menjadi fragmen yang lebih kecil (atom) namun pada prakteknya
hal itu tidak pernah terjadi dan dengan spektroskopi massa hanya diinterpretasi
fragmen-fragmen yang umum terjadi pada suatu molekul organik yang
mempunyai pola yang spesifik sesuai dengan gugus fungsionalnya.

Walaupun energy yang dibutuhkan 10 eV, namun pada kenyataannya digunakan


energy sebesar 70 eV. Electron yang berenergi tinggi ini tidak hanya
menyebabkan ionisasi melainkan juga menyebabkan putusnya ikatan kimia pada
molekul. Molekul suatu senyawa dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil.
Disosiasi dari radikal kation menghasilkan fragmen netral dan fragmen bermuatan
positif.
Dalam spektroskopi massa yang terdeteksi adalah fragmen yang bermuatan positif
(kation). Spesies ion positif dipisahkan oleh pembelokan dalam medan magnet
yang dapat berubah sesuai dengan massa dan muatannya yang selanjutnya
menimbulkan arus ion pada kolektor yang sebanding dengan limpahan relative
lawan perbandingan massa/muatan (m/z)

Rasio masa per muatan disimbolkan dengan m/z m merupakan ekspresi unified
atomic mass units, u

1 u = 1/12 dari masa isotop 12C

1 u = 1 Da = (amu) = 1.665402 x 10-27 kg

Z menyimbolkan jumlah muatan dari ion

q = ze, e = 1.6 x 10-19 C

Ionisasi Spektrofotometri massa

Berdasarkan pola ionisasinya, spektrometer massa dibagi menjadi :

1. EI-MS: Elektron Impact - Mass Spectrometer


 Pola ionisasi sampel dengan berkas elektron berenergi tinggi (electron
bombardment).
 Karena energinya tinggi, maka fragmentasi banyak dan kelimpahan M+.
relatif kecil. Intensitas puncak ion molekul kecil, bahkan sering tidak
nampak, sehingga kadang menyulitkan interpretasi spektra.
2. CI-MS:Chemical Ionization-Mass Spektro-meter
 Pola ionisasinya menggunakan gas (mis: metan, isobutan atau ammonia)
yang diionkan
 Energi ionisasi lebih kecil dibanding EI-MS, sehingga fragmentasinya
lebih kecil dan kelimpahan relatif M+. tinggi.
 Dalam spectra CI, informasi mengenai BM molekul sample diperoleh dari
protonasi molekul sample, dan harga m/z yang diperoleh adalah satu unit
lebih besar dibanding BM yang sesungguhnya.
 R + e ---> R+. + 2e
 R+. + RH ---> RH+ + R.
 RH+ + S ---> SH+ + R
(R = reagent, S = sample, e = electron, . = radical electron , H = hydrogen)
3. FAB-MS :Fast Atom Bombardment - Mass Spectrometer
Pola ionisasinya menggunakan 'fast atoms', misalnya He, Ne, Ar. Biasanya
sample dilarutkan dulu dalam suatu matrix, misalnya gliserol kemudian
dibombardment dengan fast atom mis Ne
4. FD-MS : Field Desorption - Mass Spectro-meter
 Pola ionisasinya menggunakan medan magnet.
 Sample diletakkan pada filament dan dipanaskan secara gradual
menggunakan medan listrik (electric field).
 Sample ionise by electron tunneling. Ions are M+ and [M+Na]+

Spektrum Massa

Spektrum massa adalah suatu plot antara kelimpahan relatif vs m/z.


Kelimpahan fragmen tergantung pada kesetimbangan antara kecepatan
pembentukan dan dekomposisinya. Fragmen yang melimpah terbentuk dengan
mudah dan mempunyai tendensi yang rendah untuk terfragmentasi lebih lanjut,
atau relatif stabil. Fragmen yang paling melimpah dinyatakan mempunyai
kelimpahan relatif (relative abundance = RA) 100% dan disebut dengan base
peak. Kelimpahan fragmen-fragmen yang lain dinyatakan relatif terhadap base
peak.
Pertemuan ke-6 : Spektrofotometri NMR dan Raman

Pada tahun 1945, duo group Sarjana Fisika Purcell, Torry, dan Pound
((Havard University) dan Block, Hansen, dan Packard (Stanford University)
menemukan fenomena dari inti, seperti Anda ketahui kebanyakan inti (uang
mempunyai proton dan elektron) memiliki medan magnet. Di dalam medan
magnet yang kuat inti-inti dianggap berorientasi spesifik dengan tenaga potensial
yang sesuai. Block dan Purcell menemukan cara-cara untuk mengetahui sejumlah
kecil dari tenaga yang diserap atau dipancarkan, seperti kalau inti-inti loncat dari
tenaga satu ke tenaga lainnya. Dari penemuan tersebut maka sejak Tahun 1950
Resonansi Magnetik Inti (NMR) mulai dipandang sebagai persoalan kimia yang
penting.
Kedudukan Spin Inti
Seperti kita ketahui beberapa inti atom berkelakuan seperti magnet apabila
mereka berputar. Inti seperti 1H, 13C6, 17O8, 14N7 mempunyai spin, sedangkan
12C6 dan 16O8 tidak mempunyai spin. Inti yang mempunyai spin, jumlah
spinnya tertentu dan ditentukan dengan bilangan beraturan spin inti (I) sebesar (2I
+ 1), yang berkisar dengan perbedaan +I hingga –I. Kedudukan spin individu
sesuai dengan urutan :
-I, (-I + 1), … (I - 1), I
Sebagai contoh proton (1H1) mempunyai bilangan kuantum spin I = ½
maka ia mempunyai kedudukan spin (2 (1/2) + 1) = , sehingga kedudukan spin
dari intinya adalah : - ½ dan + ½. Untuk klor I 3/2, maka terdapat kedudukan spin
(2 (3/2) + 1) = 4, sehingga kedudukan spin dari intinya adalah : -3/2, -1/2, +1/2,
dan +3/2. untuk inti dengan I = 0 tidak menunjukkan sifat-sifat magnet dan tidak
akan memberikan sinyal dalam NMR. Bila tidak ada medan magnet yang
diberikan, semua kedudukan spin dari suatu inti mempunyai tenaga yang sama,
dan semua kedudukan spin akan selalu mempunyai tenaga populasi yang sama.
Beberapa inti dapat dipelajari dengan NMR, namun pembicaraan kita dibatasi
dengan inti 1H1 (proton).
Momen Magnet Inti
Inti mempunyai massa muatan. Di dalam beberapa inti muatan ini berputar
pada sumbu inti dan akibat perputaran inti menghasilkan suatu dipol magnet
sepasang sumbu yang mempunyai moment magnet ( ). Perputaran muatan inti
1H akan menghasilkan medan magnet yang mempunyai moment magnet ( ) dan
ini dapat dianalogkan sebagai magnet yang sangat kecil. Bila medan magnet luar
(Ho) dikenakan terhadapnya maka magnet kecil tersebut berusaha untuk
menyesuaikan moment magnetnya sepanjang arah medan magnet yang diberikan.
Proton, 1H mempunyai bilangan kuantum putaran 1/2 , kedudukan spinnya 2, jadi
kemungkinan orientasinya yaitu parallel ( keatas ) dan anti parallel (kebawah)
terhadap medan magnet luar.
Pergeseran Kimia dan Perlindungan
Kegunaan yang besar dari resonansi magnet inti adalah karena tidak setiap proton
dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang sama. Hal ini disebabkan karena
proton dikelilingi elektron dan menunjukkan adanya perbedaan lingkungan
elektronik antara satu proton dengan proton lainnya. Di dalam medan magnet,
perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan medan magnet
yang melawan medan magnet yang digunakan. Besarnya perlindungan ini
tergantungg pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin besar
kerapatan elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang
dihasilkan melawan medan yang digunakan, sehingga inti merasakan medan
magnet yang mengenainya menjadi lebih kecil dan inti akan mengalami presisi
pada frekuensi yang lebih rendah. Perbedaan frekuensi resonansi antara proton
yang satu dengan yang lainnya sangat kecil dan sangat sukar untuk mengukur
secara tepat frekuensi resonansi dari setiap proton. Untuk memudahkan hal
tersebut, maka digunakan senyawa standar yang ditambahkan ke dalam larutan
yang akan diukur, dan frekuensi resonansi setiap proton dalam cuplikan diukur
relatif terhadap frekuensi resonansi dari proton-proton senyawa standar. Senyawa
standar yang umum digunakan adalah tetrametilsilan atau TMS ((CH3)4 Si). TMS
dipilih sebagai senyawa standar, karena proton-proton dari gugus metil jauh lebih
terlindungi bila dibandingkan dengan senyawa yang lainnya. Oleh karena itu bila
kita mengukur suatu senyawa, maka resonansi dari protonnya dicatat dalam
pengertian berapa jauh dalam Hz mereka digeser dari proton-proton TMS. Untuk
menyatakan pergeseran kimia, biasanya digunakan skala delta (𝛿) yang
didefinisikan sebagai berikut :
𝛿 = (𝑣𝑠𝑝 − 𝑣𝑠𝑡𝑑)𝑥 106 𝑝𝑝𝑚 𝑣𝑠𝑡𝑑
𝑣𝑠𝑡𝑑

dimana v sp dan v std adalah masing-masing frekuensi sampel dan standar


(TMS). Satuan skala 𝛿 adalah part permilion (ppm). Bila nilai𝛿= 1,00 berarti
bahwa punck muncul bagian perjuta atau part permilion dibawah medan puncak
TMS. Jika spektrum diukur pada 60 MHz (60 x 106 Hz), maka ppm sama dengan
60 Hz dibawah medan TMS. Satuan lain yang juga biasa digunakan adalah tau
(𝜏), dimana 𝜏= (10 - 𝛿). Spektrofotometer NMR biasanya mencatat dari harga 𝛿
yang tinggi ke harga yang rendah.
Instrumentasi spektroskopi NMR
Komponen spektrofotometer NMR terdiri dari, tempat sampel, celah magnet,
ossilator radio frekuensi, detektor radio frekuensi, audio amplifier, pencatat
(recorder).
Tempat sampel berupa tabung gelas yang berbentuk silindris, diletakkan
diantara dua kutub magnet. Sampel dilarutkan dalam pelarut tak mengandung
proton seperti CCl4, CDCl3, D2O atau acetonitril dan sejumlah kecil TMS
ditambahkan sebagai standar internal, kemudian dimasukkan kedalam tempat
sampel. Sampel kemudian diputar sekitar sumbunya untuk mengusahakan agar
semua bagian dari larutan terkena medan magnet yang sama.
Celah magnet ,Magnet terdiri dari dua bagian, magnet pokok mempunyai
kekuatan sekitar 14.100 Gauss, dan ia ditutup oleh potongan-potongan kecil kutub
elektromagnet. Pada celah magnet terdapat kumparan yang dihubungkan dengan
ossilator frekuensi radio (RF) 60 MHz.
Ossilator frekuensi radio akan memberikan tenaga elektromagnetik
sebesar 60 MHz melalui kumparan yang dihubungkan pada celah sampel.
Kumparan selanjutnya memberikan tenaga elektromagnetik yang digunakan untuk
mengubah orientasi perputaran proton. Kebanyakan spektrofotometer NMR
menggunakan sinyal frekuensi RF tetap dan mengubah-ubah kekuatan medan
magnet untuk membawa setiap proton mengalami resonansi.
Detektor radio frekuensi. Kumparan detektor berada tegak lurus dengan
kumparan ossilator RF. Bila ada tenaga yang diserap, kumparan detektor tidak
menangkap tenaga yang diberikan oleh kumparan ossilator RF. Bila sampel
menyerap tenaga, maka putaran inti akan menghasilkan sinyal frekuensi rasio
pada bidang kumparan detektor, dan alat memberikan respon ke pencatat sebagai
sinyal resonansi atau puncak.
Pencatat berfungsi untuk menangkap sinyal resonansi atau puncak.
Sebelum sinyal sampai ke pencatat biasanya dilewatkan terlebih dahulu ke audio
amplifier untuk menggandakan sinyal, sehingga menjadi lebih nampak.
Pertemuan ke-7 : Spektrofotometri Atomik

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika


menelaah garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang
memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia
bernama Alan Walsh di tahun 1955. Sebelumnya ahli kimia banyak bergantung
pada cara-cara spektrofotometrik atau metode analisis spektrografik. Beberapa
cara ini yang sulit dengan memakan waktu, kemudian digantikan dengan
spektrofotometri serapan atom atau atomic absroption spectroscopy (AAS).
Spektrofotometri molekuler pita absorpsi inframerah dan UV-tampak yang
di pertimbangkan melibatkan molekul poliatom, tetapi atom individu juga
menyerap radiasi yang menimbulkan keadaan energi elektronik tereksitasi.
Spectra absorpsi lebih sederhana dibandingakan dengan spectra molekulnya
karena keadaan energi elektronik tidak mempunyai sub tingkat vibrasi rotasi. Jadi
spectra absopsi atom terdiri dari garis-garis yang jauh lebih tajam daripada pita-
pita yang diamati dalam spektrokopi molekul.
AAS didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atomatom netral dalam
keadaan gas. Sinar yang diserap biasanya sinar tampak / UV. Prinsip AAS secara
garis besar sama dengan spektrofotometer UV-VIS, hanya saja dibedakan atas
cara pengerjaan, cuplikan, peralatan dan bentuk spectrum atom. Untuk analisis
kuantitatif, AAS mengukur kadar total unsur logam dalam satu cuplikan, tidak
bergantung bentuk molekul logam dalam cuplikan.
Spektroskopi serapan atom (SSA) melibatkan penguapan contoh,
seringkali dengan menyemprotkan suatu larutan contoh ke dalam suatu lampu
listrik yang menghasilkan spektrum dari unsur yang akan ditetapkan. Atom logam
bentuk gas normalnya tetap berada dalam keadaan tek terkesitasi, atau dengan
perkataan lain dalam keadaan dasar, mampu menyerap energi cahaya yang
panjang gelombang resonansi yang khas untuknya, yang pada umumnya adalah
panjang gelombang radiasi yang akan dipancarkan atom-atom itu bila terkesitasi
dari keadaan dasar. Jadi, jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi itu
dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka
sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus
dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Inilah asas yang
mendasari spektroskopi serapan atom.
Prinsip Kerja Serapan Atom
Sampel berupa molekul akan didisosiasikan (terurai) menjadi atom-atom
di dalam nyala api pada alat spektrophotometer serapan atom, atom menyerap
energi sehingga elektron-elektronnya mengalami eksitasi. Energi eksitasi ini
berasal dari pancaran sinar sebuah sumber cahaya lampu, dimana energi yang
terserap sama dengan selisih energi antara dua nivo energi. Peralihan antara dua
nivo energi yang melibatkan posisi dasar biasanya mempunyai intensitas pancaran
dan serapan yang lebih kuat daripada kemungkinan peralihan yang lain. Peralihan
dari posisi dasar ke posisi eksitasi yang pertama disebut garis resonansi. Garis
resonansi ini sangat penting artinya pada atomaborpsi, sebab pada atom absorpsi
ini tiap elemen dalam sampel akan menyerap sinar dengan jumlah jarak
gelombang yang terbatas dalam kawasan spektrum yang sempit. Dari spektrum
serapan ini akan dapat diperoleh data-data mengenai zat sampel. Nyala api gas
pembakar molekul / atom yang ada dalam sebuah proses spektrophotometer
serapan atom seolah-olah berfungsi sebagai kuvet pada spektrophotometer Ultra
Violet – Visibel (UV-Vis).
Prinsip pengukuran spekterophotometer serapan atom analog dengan
prinsip pengukuran pada serapan molekuler spektrofotometer . Garis yang
terpenting dalam spektrophotometer serapan atom adalah garis resonansi. Ukuran
lebar alami garis resonansi ini terletak dalam kisaran 0,005 nm. Pada garis ini
tidak akan muncul pelebaran garis akibat peralihan vibrasi dan rotasi,
sebagaimana halnya pada molekuler spekterofotometer. Garis serapan yang sangat
sempit ini merupakan penyebab langsung mengapa sumber cahaya normal yang
kontinyu tidak dapat dipergunakan dalam absorpsi. Sebuah monokromator hanya
dapat mengisolasikan seberkas sinar sumber cahaya dari suatu kawasan
gelombang yang lebarnya sama dengan himpunan spektrum monokromator itu
sendiri. Bagi sebuah spektrofotometer, lebar itu terletak pada ordo 0,5 nm. Selain
itu sumber cahaya yang kontinyu hanya memancarkan energi yang kecil
jumlahnya bagi tiap-tiap kawasan spektrum yang kecil.
Dengan demikian hampir seluruh sinar dalam batas-batas himpunan
gelombang monokromator akan jatuh pada detektor, seandainya terjadi serapan
maksimal oleh atom-atom dalam nyala api, yang diserapkan hanya sebesar 1%
dari seluruh sinar dalam himpunan spektrum itu (kawasan spektrum selebar 0,005
nm dari himpunan yang lebarnya 0,5 nm). Pada alat spektrophotometer serapan
atom ini, sinar lampu diarahkan dengan sebuah lensa kepada nyala api dan
kemudian dilewatkan melalui sebuah monokromator. Mengingat bahwa lampu
tersebut memancarkan beberapa garis karakteristik dari pada unsur, maka
umumnya dipergunakan sebuah monokromator yang mengisolasikan garis
resonansi yang terpenting, yaitu garis yang timbul akibat perubahan dari posisi
teeksitasi dari garis dasar.
Untuk melakukan pengamatan dengan menggunakan alat
spektrophotometer serapan atom terhadap unsur-unsur yang dalam nyala api
sudah dapat mengemisikan sinar, maka dalam alat spektrophotometer serapan
atom tersebut sering diperlengkapi dengan sebuah alat interuptor sinar cahaya (
chopper ). Alat ini dipasangkan antara lampu dengan nyala api sehingga kepada
nyala api tersebut akan jatuh sinar lampu yang terputus-putus secara periodik.
Sinar cahaya yang berperiodik ini bertepatan dengan sinar emisi dari nyala api ke
detektor. Apabila detektor dihubungkan dengan aplifator arus bolak-balik yang
frekwensinya sama dengan frekwensi interuptor, maka yang diregistrasikan hanya
sinar yang berasal lampu bukan cahaya yang berasal dari nyala api.
Unsur atau atom yang diselidiki dengan spektrophotometer serapan atom
ialah terutama unsur-unsur yang garis resonansinya berada di bawah 500 nm.
Untuk unsur-unsur natrium, kalium dan kalsium dapat diukur dangan alat
spektrophotometer serapan atom tanpa saling mengganggu terhadap garis-garis
spektrumnya. Sedangkan unsurunsur dalam Tabel 1.1 berikut harus diselidiki
secara sendiri bila menggunakan alat spektrophotometer serapan atom. Kegunaan
spektrophotometer serapan atom lebih berfokus pada analisis kuantitatif atom-
atom logam, hingga saat ini sudah ada sekitar 70 jenis atom yang dapat dianalisis.
Sumber cahaya berupa lampu yang dapat memancarkan energi yang
cukup. Ada jenis lampu yang dapat memancarkan spektrum kontinyu sebaliknya
ada lampu yang dapat memancarkan spektrum garis. Untuk spektrofotometer tipe
spektrophotometer serapan atom dipergunakan jenis lampu katoda dengan
spektrum garis. Dalam hal ini diperlukan sinar dengan lebar berkas yang sangat
sempit dimana garis emisinya harus sesuai dengan garis resonansi unsur atau atom
yang diselidiki. Lampu katoda terdiri atas sebuah katoda berongga berbentuk
tabung dan berhadapan dengan anoda dari kawat wolfram , keduanya terbungkus
dengan bahan gelas. Lampu ini diisi dangan gas mulia seperti argon, neon, helium
atau krypton sampai tekanan maksimal 1 cmHg. Pada anoda dan katoda dipasang
tegangan sebesar kira-kira 300 V dan melalui katoda dialirkan arus sebesar 10
mA. Karenanya katoda menjadi pijar dan mengakibatkan penguapan atom logam
yang elektronelektronnya mengalami eksitasi dalam rongga katoda. Lampu ini
akan memancarkan emisi spektrum yang khas untuk logam bahan penyusun
katoda.
Kelemahan lampu katoda berongga ini adalah bahwa pada alat
spektrophotometer serapan atom harus dipergunakan lampu dengan katoda yang
dibuat dari elemen atau unsur yang sejenis dengan unsur yang dianalisis. Untuk
itu menjadi perhatian bahwa jumlah unsur yang akan diteliti bergantung pada
jumlah lampu yang sesuai dan tersedia, setiap unsur masing-masing memiliki
lampu sendiri. Sebetulnya ada jenis lampu yang baru yang dapat dipergunakan
untuk beberapa jenis unsur. Tetapi pada prinsipnya katoda lampu ini dibuat dari
campuran beberapa logam, ada jenis lampu yang terdiri dari gabungan logam
tembaga dan magnesium, ada lampu gabungan tembaga dan krom. Bahkan telah
ada lampu gabungan dari enam unsur logam, yaitu logam tembaga, magnesium,
krom, besi, nikel dan kobal.
Pertemuan ke-8 : Konsep Dasar Pengukuran Elektrometri

Sel elektrokimia merupakan pemanfaatan arus listrik yang dihasilkan dari


sebuah reaksi kimia ataupun arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu
reaksi kimia. Pemanfaatan sel elektrokimia banyak digunakan untuk
menghasilkan teknologi terbarukan. Sel elektrolisis dan sel Volta merupakan hasil
terapan dari sel elektrokimia yang menggunakan media elektroda dan larutan
elektrolit. Sampai saat ini, sel elektrokimia masih memiliki peranan penting di
dalam kemajuan teknologi modern mulai industri otomotif maupun rumah
tangga..
Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang
perpindahan elektron yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda).
Elektroda terdiri dari elektroda positif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan
karena elektroda tersebut akan dialiri oleh arus listrik sebagai sumber energi
dalam pertukaran elektron. Konsep elektrokimia didasari oleh reaksi reduksi-
oksidasi (redoks) dan larutan elektrolit. Reaksi redoks merupakan gabungan dari
rekasi reduksi dan oksidasi yang berlangsung secara bersamaan. Pada reaksi
reduksi terjadi peristiwa penangkapan elektron sedangkan reaksi oksidasi
merupakan peristiwa pelepasan elektron yang terjadi pada media pengantar pada
sel elektrokimia.
Proses elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat
terjadinya serah terima elektron dalam suatu sistem reaksi yang dinamakan
larutan. Larutan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit
kuat, larutan elektrolit lemah dan larutan bukan elektrolit . Larutan elektrolit kuat
merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut yang dapat mengantarkan
arus listrik sangat baik sehingga proses serah terima elektron berlangsung cepat
dan energi yang dihasilkan relatif besar. Sedangkan larutan elektrolit lemah
merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut cenderung terionisasi
sebagian sehingga dalam proses serah terima elektron relatif lambat dan energi
yang dihasilkan kecil. Namun demikian proses elektrokimia tetap terjadi. Untuk
larutan bukan elektrolit, proses serah terima elektron tidak terjadi. Pada proses
elektrokimia tidak terlepas dari logam yang dicelupkan pada larutan disebut
elektroda. Terdiri dari katoda dan anoda.
Beberapa aplikasi sel elektrokimia juga dapat ditemukan dari beberapa
penelitianpenelitian terbarukan. Xuheng Liu et all (2015) melakukan penelitian
tentang studi ekstraksi lithium (Li+) dari danau air garam dengan elektrolisis
membran [1]. Pada penelitian logam tersebut air garam diekstraksi menggunakan
elektrolisis membran dengan parameter operasi pada pertukaran kapasitas Li+ dan
stabilitas elektroda. Berbagai parameter termasuk konsentrasi awal lithium dari
larutan elektrolit, jarak anoda-katoda, suhu elektrolit, kepadatan permukaan
substrat aktif dan waktu elektrolisis dioptimalkan. Di bawah kondisi optimal,
elektroda menunjukkan kapasitas pertukaran Li+ yang luar biasa pada 38,9 mg/g
dan nilai pH larutan elektrolit kurang dari 8. Ekstraksi lithium dari air garam
dengan elektrolisis membran memberikan hasil yang sangat bermanfaat. Logam
lithium kedepannya digunakan untuk menyimpan cadangan energi listrik.
Selanjutnya Yanpin Hau et all (2015) melakukan penelitian tentang
penggunaan Mikroba elektrolisis sel dengan elektroda spiral untuk pengolahan air
limbah dan produksi gas metana [2]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan mikroba elektrolisis sel (MEC) dirancang dengan permukaan
elektroda spiral dan untuk mengevaluasi efektivitas untuk pengolahan air limbah
dan produksi gas metana (CH4). Model spiral dirancang dapat menyediakan lebih
dari 60 m2/m3 luas permukaan spesifik dari elektroda dan tahan pada internal
rendah. Dengan asetat sebagai substrat dan mengatur tingkat tegangan 0,7
menjadi1,3 V, rata-rata arus konstan dan produksi CH4 meningkat masing-
masing berturut 46 menjadi 132 A / m3 dan 0,08 menjadi 0,17 m3/m3d. Dengan
meningkatkan tegangan, efisiensi energi menurun dari 157% menjadi 69%,
sedangkan nilai COD meningkat 0,31 menjadi 0,69 kg COD/m3d. Tegangan
optimal dari MEC permukaan elektroda spiral sekitar 0,95 V. Proses penjenuhan
air limbah, MEC juga menunjukkan hasil yang baik dengan kepadatan rata-rata
saat 24 A/m3, laju produksi CH4 berkisar 0,03 m3/m3d, energi efisiensi 66%, dan
nilai COD berkisar 0,20 kg COD/m3d.
Sel elektrokimia merupakan pemanfaatan arus listrik yang dihasilkan dari
sebuah reaksi kimia ataupun arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu
reaksi kimia. Banyak pemanfaatan sel elektrokimia digunakan untuk
menghasilkan teknologi terbarukan. Di dalam proses pengembangannya, sel
elektrokimia dapat menghasilkan reaksi kimia berlangsung spontan atau pun tidak
spontan berdasarkan tingkat oksidasi-reduksi suatu elektroda. Sel elektrolisis dan
sel Volta merupakan hasil terapan dari sel elektrokimia yang menggunakan media
elektroda dan larutan elektrolit. Elektroda akan mengalami reaksi kimia yang
terjadi pada katoda maupun anoda. Hasil dari interaksi-interaksi pada elektroda ini
yang akan menjadi media penghantar energi yang dihasilkan. Sampai saat ini, sel
elektrokimia masih memiliki peranan penting di dalam kemajuan teknologi
modern sampai industri otomotif maupun rumah tangga.
ElektroAnalisis, adalah cara Mengukur berbagai parameter listrik
(potensial, arus listrik, muatan listrik, konduktivitas) dalam kaitannya dengan
parameter kimia (reaksi ataupun konsentrasi dari bahan kimia).
Pertemuan ke-9 : Elektrolisis

Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi


energi kimia. Komponen yang terpenting dari proses elektrolisis ini adalah
elektrode dan larutan elektrolit. Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi reduksi
berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang menyertai reaksi kimia
diubah menjadi energi listrik. Sedangkan elektrolisis merupakan reaksi kebalikan
dari sel volta/galvani yang potensial selnya negatif atau dengan kata lain, dalam
keadaan normal tidak akan terjadi reaksi dan reaksi dapat terjadi bila diinduksi
dengan energi listrik dari luar (http://esdikimia.wordpress.com, diakses 1 April
2014).
Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia yang menimbulkan terjadinya
reaksi redoks yang tidak spontan dengan adanya energi listrik dari luar. Sel
elektrolisis memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi non spontan
elektrolisis lelehan NaCl dengan electrode platina. Contoh lainya baterai
aki yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis
dalam kehidupan sehari-hari. Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge)
mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang
diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel
elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g)
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang
membedakan sel elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen
voltmeter diganti dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan
yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda
dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis.
Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti Grafit
(C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat
berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi
oksidasi berlangsung di anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda
(sebab memerlukan elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah
pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang
akan tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan
menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa
tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di
anoda.
Elekrolisis Air
Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi
oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang
melalui air tersebut. Pada katode, dua molekul air bereaksi dengan menangkap
dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu
pada anode, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4
ion H+ serta mengalirkan elektron ke katode. Ion H+ dan OH- mengalami
netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Faktor yang
memperngaruhi elektrolisis air :
1. Kualitas Elektrolit
2. Suhu
3. Tekanan
4. Resistansi Elektrolit
5. Material dari elektroda
6. Material pemisah
Beda potensial yang dihasilkan oleh arus listrik antara anoda dan katoda akan
mengionisasi molekul air menjadi ion positif dan ion negatif. Pada katoda terdapat
ion postif yang menyerap elektron dan menghasilkan molekul ion H2, dan ion
negatif akan bergerak menuju anoda untuk melepaskan elektron dan
menghasilkan molekul ion O2. Reaksi total elektrolisis air adalah penguraian air
menjadi hidrogen dan oksigen. Bergantung pada jenis elektrolit yang digunakan,
reaksi setengah sel untuk elektrolit asam atau basa dituliskan dalam dua cara yang
berbeda.
Gas yang dihasilkan dari proses elektrolisis air disebut gas HHO atau
oxyhydrogen atau disebut juga Brown’s Gas. Brown (1974), dalam penelitiannya
melakukan elektrolisa air murni sehingga menghasilkan gas HHO yang
dinamakan dan dipatenkan dengan nama Brown’s Gas. Untuk memproduksi
Brown’s Gas digunakan elektroliser untuk memecah molekul-molekul air menjadi
gas.
Elektrolit adalah suatu zat terlarut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan
selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam,
basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam,
basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada
kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Umumnya, air
adalah pelarut (solven) yang baik untuk senyawa ion dan mempunyai sifat
menghantarkan arus listrik. Contohnya apabila elektroda dicelupkan ke dalam air
murni, bola lampu tidak akan menyala karena air tersebut merupakan konduktor
listrik yang sangat jelek. Apabila suatu senyawa ion yang larut seperti NaCl
ditambahkan pada air, maka solutnya akan larut sehingga bola lampu mulai
menyala dengan terang (http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrolit, diakses 2 april
2014). Bila larutan elektrolit dialiri arus listrik, ion-ion dalam larutan akan
bergerak menuju elektroda dengan muatan yang berlawanan, melalui cara ini arus
listrik akan mengalir dan ion bertindak sebagai penghantar, sehingga dapat
menghantarkan arus listrik. Senyawa seperti NaCl yang membuat larutan menjadi
konduktor listrik (Brady, 1999). Proses oksidasi dan reduksi sebagai reaksi
pelepasan dan penangkapan oleh suatu zat. Oksidasi adalah proses pelepasan
elektron dari suatu zat sedangkan reduksi adalah proses penangkapan electron
oleh suatu zat.
Menghitung Energi yang digunakan pada Proses Elektrolisis
𝑅𝑇 [𝑅𝐸𝐷]
𝐸 = 𝐸0 − 𝑙𝑛
𝑛𝐹 [𝑂𝐾𝑆]
[𝑅𝐸𝐷]
𝑙𝑛 = ln 𝐾
[𝑂𝐾𝑆]
Sehingga: :
𝑅𝑇
𝐸 = 𝐸0 − ln 𝐾
𝑛𝐹
𝑛𝐹𝐸 0
ln 𝐾 =
𝑅𝑇
Dimana:
E = Potensial Sel
E0 = Potensial Reduksi
R = Konstanta Gas 0,082 L·atm·K-1·mol-1
T = Suhu (K)
F = Kontanta Fareday (96500)
n = Jumlah Mol gas yanh dihasilkan
K = Kesetimbangan

Anda mungkin juga menyukai