Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TES

EPPS, SoV, dan BDI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asesmen Kepribadian Non-Proyektif

Dosen Pengampu:

Drs. Amrizal Rustam S.U.

Oleh:

Fabianus Widyarto N

(15/383638/PS/06981)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017
LAPORAN TES

EPPS (Edwards Personal Preference Schedule)

I. Sejarah

Edward’s Personal Preference Schedule (EPPS) merupakan salah satu tes


kepribadian yang dirancang untuk mengukur atau menggambarkan keunikan
kepribadian seseorang berdasarkan teori kebutuhan A.H. Murray. Pada teori
kebutuhan Murray, terdapat 20 kebutuhan yang kemudian disederhakan dalam
bentuk metode tes kepribadian oleh Allen L. Edward pada tahun 1954, dengan
hanya mengambil 15 kebutuhan saja (Amelia, 2014).
Tes EPPS bersifat verbal (menggunakan kata-kata), dan menggunakan
metode Forced Choice Technique (FCT) dengan pilihan alternatif A dan B yang
dipilih oleh subjek, sehingga jawaban yang diberikan benar-benar mencerminkan
keperibadian testee.
Tes kepribadian ini terdiri dari 225 pasang pernyataan. Semua pasangan
pernyataan tersebut merupakan pengembangan dari beberapa aspek psikologis yang
akan diukur, yang meliputi 15 macam need. Dalam setiap pasang pernyataan,
subjek diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang sesuai dengan ciri khas
dirinya sendiri. Bagi individu tertentu, pasangan pernyataan tersebut mungkin saja
sama-sama menggambarkan atau bahkan tidak menggambarkan ciri khas yang
terdapat dalam dirinya. Dalam kondisi seperti ini, subjek tetap “dipaksa” untuk
menentukan pernyataan mana yang lebih cenderung mendekati ciri khas dirinya
sendiri (Afifah, 2014).

II. Dasar Teori

Dasar terbentuknya tes EPPS dimulai dari teori milik Henry A. Murray.
Kepribadian didefinisikan Muray sebagai abstraksi yang dirumuskan oleh
teoretikus dan bukan merupakan gambaran tentang tingkah laku individu belaka.
Kepribadian itu adalah agen yang mengatur dan memerintah dalam diri individu.
Dari gagasan tersebut, Murray mengemukakan sebuah konsep kepribadian terletak
di otak ”No brain, no personality” (Alwisol, 2007, dalam Afifah, 2014).
Allen L. Edward pada tahun 1954 (dalam Afifah, 2014), menyederhanakan
dengan hanya mengambil 15 kebutuhan saja dari teori kebutuhan Murray yang
terdapat 20 kebutuhan yang kemudian menjadi dasasr metode tes kepribadian
EPPS. Adapun need yang diukur dalam EPPS antara lain:
1. Achievement (Ach)
Kecenderungan individu untuk berprestasi, menghadapi tantangan,
menyelesaikan tugas yang sulit dan berat.
 Positif  menunjukkan adanya suatu prestasi dalam studi, karier,
kehidupan sosial, dan status. Terutama prestasi dalam fungsi dan
pekerjaan.
 Negatif  ambisius yaitu merugikan dalam arti tertentu, kurang
adanya kehangatan dalam kehidupan sosial.
2. Deference (Def)
Kecenderungan individu untuk berbuat sesuai dengan apa yang
dipikirkan/diharapkan orang lain, mengikuti perintah, mudah dipengaruhi
(patuh, menghindari perbedaan).
 Positif  kemauan untuk menyesuaikan diri, mengikuti konvensional
(norma, tata cara, adat).
 Negatif  kecenderungan suggestible, kurang kritis.
3. Order (Ord)
Kecenderungan individu untuk teratur dalam berbagai hal, ada
perencanaan, pengorganisasian kerja (rapi, teratur, teliti, tertib, dsb).
 Positif  adanya kebutuhan keteraturan dalam hubungan dengan
manusia, ide-ide, dalam hal barang-barang, memberi efek baik dalam
tugas.
 Negatif  mengurangi kelincahan, banyak peraturan yang dipegang
teguh, takut menyimpang.
4. Exhibition (Exh)
Kecenderungan individu untuk menjadi pusat perhatian, menonjolkan
sesuatu prestasi atau untuk menyatakan keberhasilannya.
 Positif  mampu menunjukkan diri, riang, ekstraversi, percaya diri, rasa
bangga diri, optimisme.
 Negatif  mengurangi pengendalian diri (kontrol), kurang disiplin,
menonjolkan diri/memamerkan diri.
5. Autonomy (Aut)
Kecenderungan untuk tidak tergantung, mandiri dalam membuat
keputusan, menghindari campur tangan orang lain.
 Positif  keinginan untuk berdikari, tidak tergantung pada
pendapat/pendirian, menolak sugesti dalam pendirian, original,
progresif (bila radikal selalu mengharapkan perubahan).
 Negatif  bila kebutuhan ini terlalu besar akan menyebabkan
kurang mampu dalam menyesuaikan diri, uncooperative (tidak bisa
bekerjasama dengan orang lain), keras kepala, radikal.
6. Affiliation (Aff)
Kecenderungan individu untuk setia pada teman, berpartisipasi dalam
kehidupan kelompok, bekerja sama, berbuat sesuatu dengan orang lain.
 Positif  perhatian pada sesama manusia, perhatian dalam pergaulan
(harmonis), adanya kehangatan, toleran.
 Negatif  cenderung kurang tegas, kurang dapat mempertahankan
pendiriannya, kurang berani.
7. Intraception (int)
Kecenderungan menganalisa motif-motif dan perasaan orang lain,
menempatkan diri pada posisi orang lain, mempertimbangkan
sebelum berbicara.
 Positif : kebutuhan minat pada problem manusia untuk diketahui dan
dianalisa, keinginan untuk mengembangkan diri, dan perkembangan orang
lain.
 Negatif  mudah terbawa perasaan orang lain, kurang dapat
mempertahankan jarak.
8. Succorance (Suc)
Kecenderungan individu untuk menerima bantuan atau afeksi dari orang
lain, untuk supaya orang lain bersimpati dan mengerti tentang dirinya.
 Negatif  succorance lebih bersifat negatif, yaitu kebutuhan
pemanjaan diri, pasif dalam hubungan sosial, diwarnai meminta
bantuan, bersifat egosentris, dependen, mencari rasa aman, tidak
dewasa, labil secara emosi, kurang tegas.

9. Dominance (Dom)
Kecenderungan individu untuk memimpin, dihormati, membuat
keputusan-keputusan kelompok, mempertahankan pendapat,
menyerang orang lain.
 Positif  keinginan untuk memimpin, mempengaruhi, membimbing,
mengawasi, membina, mengarahkan, mengorganisir, mengatur, adanya
kepercayaan diri, mampu dalam berhubungan sosial.
 Negatif  Keinginan untuk menjajah, mengharuskan, mewajibkan yang
semuanya berbau otoriter, tidak mengakui hak dan kewajiban orang lain,
mempertentangkan dirinya dan orang lain.
10. Abasement (Aba)
Kecenderungan individu untuk mengalami rasa bersalah, lebih
mengalah daripada berdebat, merasa kurang mampu, merasa takut, dan rendah
diri.
 Positif  kecederungan untuk merendahkan diri, kompromi, dapat
menyesuaikan diri, toleran, adanya keberanian mengakui kesalahan,
adanya usaha mengoreksi diri, tidak sombong dalam tatakrama,
rendah hati.
 Negatif  labil dalam emosi, kurang adanya kepercayaan diri yang pada
umumnya berkaitan dengan rasa bersalah dan dosa.
11. Nurturance (Nur)
Kecenderungan untuk menolong orang lain, membantu orang yang
mengalami kesulitan, mudah memaafkan orang lain, dermawan,
ramah.
 Positif  adanya kehangatan perasaan, dalam pergaulan disertai
pelayanan, pemberian perawatan terhadap manusia juga benda,
mencerminkan adanya perasaan sosial terhadap sekelilingnya,
bersedia memberi pertolongan.
 Negatif  percerminan emosi yang berlebihan, kurang lugas, kurang
rasional baik dalam cara berpikir maupun hubungan sosial, melupakan diri
sendiri sehingga terlantar dan menjadi korban.

12. Change (Chg)


Kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu yang
baru/berbeda, tidak suka pada rutinitas/ keteraturan, senang bergaul,
ingin mengikuti perubahan-perubahan keadaan dan kebudayaan.
 Positif  mampu berhubungan sosial secara baik, ingin melakukan
eksperimen, mencoba hal-hal baru, variasi dalam rangka penyegaran diri.
 Negatif  sering kurang introspeksi diri, tidak tetap pendirian, tidak
mantap dalam melaksanakan sesuatu.
13. Endurance (End)
Kecenderungan individu tekun dalam tugas-tugas yang dihadapinya,
fokus pada tugas bila bekerja, tidak ingin diganggu.
 Positif  adanya keuletan, ketekunan dalam menyelesaikan pekerjaan.
 Negatif  kaku, rigid, asal betah, tidak didasari pertimbangan.
14. Heterosexuality (Het)
Kecenderungan individu untuk bergaul bebas dengan lawan jenisnya,
tertarik mengikuti kegiatan kelompok lawan jenis, suka membicarakan hal-hal
yang berbau seks.
 Positif  Kehidupan seksual sehari-hari dalam batas normal.
 Negatif  kehidupan seksual yang berlebihan atau sebaliknya, tidak mau
sama sekali.
15. Aggression (Agg)
Kecenderungan individu untuk menyerang orang lain secara fisik atau
verbal, mudah marah, mempermainkan orang lain.
 Positif  agresi yang diperhitungkan, berani, energik, progresif,
mendorong sesuatu dengan tujuan hasil yang lebih baik.
 Negatif  nekad, melakukan perbuatan yang destruktif dalam segala
bentuk, tidak ada hasil progresif, asal dan merusak.

III. Kegunaan Alat Tes


EPPS dirancang untuk mengetahui motivasi serta kebutuhan yangpaling
penting bagi individu (terdiri dari 15 variable kebutuhan &motivasi)
- Sangat ideal untuk alat riset, konseling, maupun bahan diskusi pengembangan
diri individu
- Secara umum teori ini mengemukakan bahwa kepribadian manusia dapat
dipahami sebagai bentuk refleksi dari perilaku yang dikontrol oleh needs.

IV. Administrasi
Material dan interuksi tes:
Tes terdiri dari 225 pasangan pernyataan. Subjek diminta memilih satu
pernyataan yang paling sesuai untuk dirinya, dan bukan dianggap umum ideal atau
wajar oleh masyarakat. Jawaban yang ditulis pada kertas jawaban dengan
melingkari huruf A atau B. Buku tidak diperkenankan untuk dicoret-coret atau
ditulis apapun. Tes dapat dilakukan secara individual atau kelompok. Secara
individual, subjek dapat memebaca buku petunjuk pelaksanaan terlebih dahulu,
setelah jelas subjek diminta menyelesaikan tes tersebut, dan jangan ada yang
terlewatkan, “harus terisi semuanya!” Bila diberikan secara klasikal tester
membacakan terlebih dahulu petunjuk-petunjuk, instruksi, dan contoh pelaksanaan
tes terlebih dahulu dan menerangkannya. Waktunya 40 – 60 menit, pembatasan
waktu tidak mutlak, hanya untuk keperluan teknis, yang terpenting dikerjakan
secara teliti, jangan sampai terlewatkan.

V. Skoring
Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan skoring hasil tes kepribadian
EPPS:
1. Buatlah garis merah melalui:
No : 1, 7, 13, 19, 25
No : 101, 107, 113, 119, 125
No : 201, 207, 213, 219, 225
2. Buatlah garis (bebas warna asal jangan merah) melalui:
No : 26, 32, 38, 44, 50
No : 51, 57, 63, 69, 75
No : 151, 157, 163, 169, 175
3. Disebelah kanan, ada kolom bertuliskan :
a. n (need)
b. r (raw)
 Menghitung secara horizontal
 Menghitung A yang dilingkari, kecuali A yang terkena garis merah tidak
dihitung
c. c (column)
 Menghitung secara vertical
 Menghitung B yang dilingkari, kecuali yang terkena garis merah tidak
dihitung
d. s (sum)
 Jumlah r + c
4. Menghitung Konsistensi
a. Membandingkan secara vertikal dan sejajar jawaban A/B yang terkena garis
merah dengan jawaban A/B yang terkena garis biru.
b. Bila sama (Sama memilih A atau sama memilih B), dalam kotak dibawah
diberi tanda (), bila berbeda tidak diberi apa-apa.
c. Jumlahkan kotak yang diberi tanda ().
d. Tulis Jumlah tanda () pada kolom CONS (consistency)
e. Jumlah tertinggi adalah 15, sedangkan konsistensi dibawah 9 adalah
meragukan dan tidak perlu di interpretasi.
5. Membuat profil
a. Mengubah skor sum (s) menjadi persentil sesuai table persentil yang sudah
baku.
b. Interpretasikan pada skor persentil setiap variable/needs.
c. Gambarkan titik persentil setiap variable/needs pada table grafis persentil.

VI. Interpretasi
Menginterpretasikan skor dengan mengubah skor mentah (s) menurut
persentil yang telah ditentukan.

Persentil Keterangan

97 ke atas Sangat tinggi

85 – 96 Tinggi

17 – 84 Sedang

4 – 16 Rendah
3 ke bawah Sangat rendah
Dan raw score yang tertera dituliskan dibawah kolom ss, profil variabel
yang tergambarkan adalah kesimpulan tentang diri subjek, terutama
kecenderungan-kecenderungan yang dimilikinya itu di atas mean (+) dan berada
dibawah mean (-). Bila berada diantara atau tepat pada mean, kecenderungan-
kecenderungan tersebut menunjukan hal yang wajar

VII. Kritik
Terdapat beberapa kekurangan/kelemahan dalam alat tes ini diantaranya
adalah :
1. Cara pengskoringnya butuh ketelitian serta kejelian.
2. Ada kemungkinan individu akan bosan mengerjakan tes karena jumlah item
soal yang tidak sedikit.
3. Ada beberapa pernyataan yang kadang tidak dapat menggambarkan apa yang
dirasakan testee sebenarnya.
4. Lembar jawaban yang membingungkan karena letak pernomor jawaban yang
berbeda urutannya.
5. Pada orang yang mengalami anxiety akan mengalami keterlambatan dalam
mengerjakan.

VIII. Identitas Subjek


Nama : Rosita Cahya. H.
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 22 tahun
Pendidikan : S1 Psikologi
Tester : Amrizal Rustam, Drs., S.U., Psikolog
Tanggal Tes : 28 Agustus 2017

IX. Diskripsi Data


Aspek Skor Mentah Persentil Keterangan
Achievement 21 97 Sangat tinggi
Deference 7 9 Rendah
Order 18 96 Tinggi
Exhibition 11 21 Sedang
Autonomy 11 45 Sedang
Affiliation 15 32 Sedang
Intraception 20 78 Sedang
Succorance 17 86 Tinggi
Dominance 15 59 Sedang
Abasement 7 7 Rendah
Nurturance 15 41 Sedang
Change 18 59 Sedang
Endurance 16 76 Sedang
Heterosexual 14 52 Sedang
Aggression 5 14 Rendah

X. Profil
(Terlampir)

XI. Dinamika Psikologis


Subjek memiliki kecenderungan untuk berprestasi, menghadapi tantangan,
menyelesaikan tugas yang sulit dan berat. Serta kecenderungan subjek untuk
berbuat sesuai dengan apa yang dipikirkan/diharapkan orang lain, mengikuti
perintah, mudah dipengaruhi (patuh, menghindari perbedaan) rendah, sehingga
membuat subjek melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak subjek sendiri tanpa
dipengaruhi oleh orang lain. Hal ini juga diperkuat kecenderungan subjek untuk
tidak tergantung, mandiri dalam membuat keputusan, menghindari campur tangan
orang lain pada diri subjek sedang yang mengindikasikan bahwa subjek tidak
begitu bergantung pada orang lain.
Subjek merupakan individu yang teratur dalam berbagai hal, ada
perencanaan, pengorganisasian kerja (rapi, teratur, teliti, tertib, dsb). Subjek
memiliki kecenderungan untuk menjadi pusat perhatian, menonjolkan sesuatu
prestasi atau untuk menyatakan keberhasilannya sedang, menandakan subjek
mampu menunjukkan diri, riang, ekstraversi, percaya diri, dan rasa bangga akan
dirinya.
Kecenderungan subjek untuk setia pada teman, berpartisipasi dalam
kehidupan kelompok, bekerja sama, berbuat sesuatu dengan orang lain. Subjek juga
cenderung untuk menerima bantuan atau afeksi dari orang lain, untuk supaya orang
lain bersimpati dan mengerti tentang dirinya. Namun, subjek juga memiliki
kebutuhan pemanjaan diri, pasif dalam hubungan sosial, diwarnai meminta
bantuan, bersifat egosentris, dependen, mencari rasa aman, tidak dewasa, labil
secara emosi, kurang tegas.
Subjek memiliki keinginan untuk memimpin, mempengaruhi, membimbing,
mengawasi, membina, mengarahkan, mengorganisir, mengatur, adanya kepercayaan
diri, mampu dalam berhubungan sosial.
Kecenderungan subjek untuk mengalami rasa bersalah, lebih mengalah
daripada berdebat, merasa kurang mampu, merasa takut, dan rendah diri rendah,
membuat subjek tidak ingin jika disalahkan rendah, membuat subjek menjadi
pribadi yang berpikir positif, tidak terlalu mempedulikan kesalahan yang telah
dilakukan, terbuka, mudah memaafkan dan meminta maaf apabila terjadi kesalahan
yang telah dilakukannya.
Adanya kehangatan perasaan, dalam pergaulan disertai pelayanan,
pemberian perawatan terhadap manusia juga benda, mencerminkan adanya
perasaan sosial terhadap sekelilingnya, bersedia memberi pertolongan, ada pada diri
subjek.
Kecenderungan subjek untuk melakukan sesuatu yang baru/berbeda, tidak
suka pada rutinitas/ keteraturan, senang bergaul, ingin mengikuti perubahan-
perubahan keadaan dan kebudayaan, membuat subjek mampu berhubungan sosial
secara baik, ingin melakukan eksperimen, mencoba hal-hal baru, variasi dalam
rangka penyegaran diri, serta subjek memiliki kecenderungan tekun dalam tugas-
tugas yang dihadapinya, fokus pada tugas bila bekerja, tidak ingin diganggu.
Subjek memiliki kepribadian yang bergaul bebas dengan lawan jenisnya,
tertarik mengikuti kegiatan kelompok lawan jenis, suka membicarakan hal-hal yang
berbau seks dalam batas normal. Kecenderungan aggression subjek untuk
menyerang orang lain secara fisik atau verbal, mudah marah, mempermainkan
orang lain rendah. Membuat subjek menjadi pribadi yang tenang, mengandalkan
kedamaian, saling menerima, menghindari konflik dan konfrontasi.
Konsistensi subjek pada tes ini sangat bagus. Subjek memenuhi 15 dari 15
skor konsistensi yang ada, menunjukkan bahwa subjek sangat konsisten dengan
kepribadianya.

XII. Daftar Pustaka


Afifah, Dian Ratnaningtyas. (2014). Profil Kecenderungan Kepribadian
Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling Ditinjau Melalui Epps (Edward
Personal Preference Schedule) Studi pada Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Angkatan 2012 IKIP PGRI Madiun. Seminar Nasional, ISBN:978-
602-7561-89-2.
Amelia, Tan. Dewintha Indriyanti. (2014). Pengembangan Aplikasi Tes Kerpibadian
Menggunakan Metode Edward’s Personal Preference Schedule (EPPS).
SNASTI 2010, OSIT- 4.
Edward Personal Preference Schedule. Diperoleh pada 4 Sept 2017 pukul 21.52,
dari: http://ps-lanjut.lab.gunadarma.ac.id/wp-
content/uploads/2013/10/EPPS.pdf
LAMPIRAN

LAPORAN TES

SOV (Study of Values)


I. Sejarah
Tes Study of Value (SOV) merupakan inventori nilai yang paling
popular, dirancang oleh Allport, Vernon dan Lindzey. Diilhami dari tulisan
Types of Men oleh Spranger tahun 1928. Tes ini didesain untuk mengukur
kekuatan relatif dari 6 minat dasar, motif, atau sikap evaluatif yaitu teoritis
ekonomi estetik, sosial, politik dan religius.
SOV telah diuji cobakan kepada 8000 mahasiswa (laki-laki dan
perempuan) dengan berbagai pilihan jurusan maupun pilihan pekerjaan. Dari uji
oba itu, diperoleh reliabilitas sebesar 0,8, dengan dilakukan tes re-test setelah
dua bulan dilakukan tes. Tes ini juga sesuai dengan hasil minat kerja dari tes
Holland dan Kuder yang merupakan aspek validitas eksternal tes SOV dengan
skor reliabilitas r= 0,75. SOV digunakan bagi siswa SMA dan mahasiswa atau
dengan pendidikan yang setara.

II. Dasar Teori


Allport percaya bahwa filsafat individu didasarkan pada nilai-nilai
mereka atau keyakinan dasar yang dipegangnya tentang apa yang sebenarnya
dan tidak penting dalam kehidupan (Hjelle dan Ziegler, 1976). Dari asumsi ini,
Allport mulai bekerja dari temuan Eduard Spranger, psikolog Eropa,
mempelajari bukunya "Types of Men" di mana dia mengemukakan enam jenis
nilai utama (Hjelle dan Ziegler, 1976 hal 202-206). Nilai-nilai itu sebagai
berikut:
1. Orang Teoretis menggambarkan dominasi minat terhadap pencarian
kebenaran melalui pendekatan intelektual, rasional, kritis dan empiris.
2. Individu Ekonomi menempatkan nilai tertinggi pada apa yang paling
berguna. Mereka sering kali praktis dan seringkali kali menjadi orang bisnis
yang sukses.
3. Orang Estetis menempatkan nilai tinggi dalam bentuk dan harmoni. Mereka
percaya hidup menjadi rangkaian acara yang bisa dinikmati demi dirinya
sendiri.
4. Tipe Sosial menaruh nilai cinta pada orang lain, secara umum nilai sosial
dinyatakan sebagai rasa kasih sayang atau cinta kepada orang lain.
5. Tipe Politik adalah ketertarikan pada kekuatan atau power individu,
kekuatan mempengaruhi orang lain dan memiliki kemasyuran (tidak
terbatas pada politik praktis saja).
6. Individu Religius menempatkan nilai tertinggi pada kesatuan. Mereka
berusaha untuk memahami dan mengalami dunia sebagai keseluruhan yang
utuh.
Sebagai penutup teorinya masih berlaku sampai sekarang, dan sering
kali dipelajari dan direvisi oleh para ahli teori dan psikolog lainnya. Teori
seperti itu dijelaskan dalam buku Individual Differences and Personality oleh
Sarah E. Hampson dan Andrew M. Colman (1976). Mereka menguraikan nilai-
nilai seperti yang dimiliki seseorang dalam buku mereka, juga teori perjuangan
yang didukung Erickson dan Allport.

III. Kegunaan Alat Tes


Selama empat puluh tahun setelah pengembangan awalnya, SOV
banyak digunakan untuk tujuan konseling, pedagogis, dan penelitian. Bahwa
SOV memberikan wawasan berharga untuk tujuan konseling, dicatat oleh
Hogan, (dalam Hogan, 1972): ''Bila digunakan dengan mata pelajaran koperasi,
ia memberikan informasi yang andal dan relevan mengenai kasus individual''.
SOV sering digunakan dalam kursus psikologi sebagai demonstrasi kelas.
Menurut Allport, Vernon, dan Lindzey (dalam Kopelman, 2003) siswa biasanya
tertarik dengan nilai mereka sendiri, menikmati diskusi tentang hasilnya, dan
merasa bahwa skema klasifikasi itu bermanfaat. Berkaitan dengan skala nilai
dalam penelitian Feldman dan Newcomb (1969) (dalam Kopelman, 2003)
mengatakan bahwa ''Instrumen ini memberikan sumber informasi terbaik
tentang perubahan nilai selama tahun-tahun kuliah''. Selain itu, selama
bertahun-tahun, banyak bukti telah mengumpulkan menunjukkan bahwa skor
SOV bersifat prediktif terhadap jenis pendidikan profesional, pilihan pekerjaan,
perubahan nilai, perbedaan kelompok (misalnya jenis kelamin), tindakan
kepentingan, dan kesepakatan nilai antara keluarga dan teman (Allport et al.,
1970).

IV. Administrasi
Tidak perlu memberikan petunjuk verbal kepada subjek. Seluruh
penyajian untuk setiap bentuk sub tes tidak membutuhkan batasan waktu dalam
mengerjakannya. Namun tergantung pada daya faham kelompok atau subyek.
Sedangkan alat-alat administrasi yang digunakan untuk pengerjaan tes adalah :
buku tes, lembar jawaban, pensil, dan penghapus.
Tes terdiri dari 2 (dua) bagian, bagian pertama terdiri dari 30 item. Pada
bagian pertama ini disediakan sejumlah pertanyaan dengan 2 (dua) alternative
jawaban. Subjek diminta untuk memberikan jawaban yang sesuai dengan
pendapat subjek, meskipun jawaban itu menarik atau tidak menarik sama sekali.
Jawaban diberikan dengan cara:
a. Jika merasa setuju dengan (a) dan tidak setuju dengan (b), tuliskan angka 3
pada muka (a) dan angka 0 pada muka (b).
b. Jika merasa tidak setuju dengan (a) dan setuju dengan (b), tuliskan 0 pada
muka (a) dan angka 3 pada muka (b).
c. Jika merasa lebih sesuai dengan (a) daripada (b), maka tuliskan angka 2
pada muka (a) dan angka 1 pada muka (b).
d. Jika merasa kurang sesuai dengan (a) daripada (b), maka tuliskan angka 1
pada muka (a) dan angka 2 pada muka (b).

Pada bagian ke dua, terdiri dari 15 item. Pada bagian ke dua ini
diberikan pertanyaan atau pernyataan dengan 4 (empat) alternative jawaban.
Subjek diminta untuk menyusun jawaban sesuai dengan pendapat dari subjek.
Pilihan jawaban diberikan dengan menuliskan urutan angka sebagai berikut:
a. Tuliskan angka 4 bila jawaban itu paling disukai; menandakan jawaban itu
menempati urutan pertama.
b. Tuliskan angka 3 bila jawaban itu dianggap menempati urutan kedua.
c. Tuliskan angka 2 bila jawaban itu dianggap menempati urutan ketiga.
d. Tuliskan angka 1 bila jawban itu dianggap menempati urutan keempat.
Meskipun subjek memiliki jawaban lain yang lebih menarik, subjek tetap
diminta untuk menuliskan angka-angka dengan cara seperti di atas.
Setelah selesai, tester mengumpulkan buku dan lembaran jawaban dan
menghitungnya, kemudian testi di izinkan meninggalkan ruangan.

V. Skoring
Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan skoring hasil tes
kepribadian SOV:
1. Menjumlahkan skor pada kotak R S T X Y Z di setiap halaman lembar tes,
bagian 1 dan juga bagian 2.
2. Masukkan jumlah skor R S T X Y Z pada kolom skoring yang disediakan,
pastikan memasukkan pada kolom yang sesuai pada bagian dan halaman
tes, serta sesuaikan dengan kode R S T X Y Z –nya yang ada yang teracak.
3. Pastikan jumlah skor R S T X Y Z pada setiap halaman sesuai dengan
Jumlah Skor yang Harus Cocok pada table paling kanan.
4. Jumlahkan skor total pada tiap aspek.
5. Jumlahkan juga skor total keseluruhan aspek. Pastikan juga jumlah total
skor tiap aspek harus sesuai atau sama dengan jumlah skor total pada table
Jumlah Skor yang Harus Cocok.
6. Setelah itu, sesuaikan jumlah skor pada setiap aspek dengan ketentuan:
a. Teori : ditambahkan 2
b. Ekonomi : dikurangkan 1
c. Aestetis : ditambahkan 4
d. Sosial : dikurangkan 2
e. Politik : ditambahkan 2
f. Agama : dikurangkan 5
Cek kembali jumlah total jumlah skor tiap aspek harus sesuai atau sama
dengan jumlah skor total pada table Jumlah Skor yang Harus Cocok.

VI. Interpretasi
Skor mentah yang didapat pada setiap nilai langsung dimasukkan ke
dalam profil, SOV lebih menekankan pada hasil yang ipsatif. Serta disesuaikan
dengan norma yang berlaku di Indonesia, yaitu Teori : ditambahkan 2; Ekonomi
: dikurangkan 1; Aestetis : ditambahkan 4; Sosial : dikurangkan 2; Politik :
ditambahkan 2; Agama : dikurangkan 5.

VII. Kritik
Secara umum tes inventori kepribadian memiliki beberapa kelemahan,
seperti:
1. Tes tidak dapat bersifat culture free, karena memerlukan pemyesuaian
terlebih dahulu terhadap daerah mana tes ini digunakan, sebagai contoh saat
di Indonesia musti di sesuaikan hasil akhirnya dengan ketentuan tertentu
terlebih dahulu.
2. Subjek ingin menunjukkan kesan-kesan tertentu kepada penguji.
3. Karena banyaknya jumlah tes yang dikerjakan maka dapat menyebabkan
testee malas dalam mengerjakannya.
4. Kesukaran semantik, penafsiran yang berbeda.
5. Faking atau tidak jujur.
6. Acquiscence; bila aitem yang dibuat lebih mengarah ke jawaban-jawaban
tertentu. untuk mengurangi kelemahan-kelemahan ini, tester perlu
memahami tes yang hendak digunakan dengan baik sehingga menyajikan
tes dengan baik.

VIII. Identitas Subjek


Nama : Fabianus Widyarto. N.
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 20 tahun
Pendidikan : S1 Psikologi
Tester : Amrizal Rustam, Drs., S.U., Psikolog
Tanggal Tes : 11 September 2017

IX. Diskripsi Data

Jumlah
skor
harus
Bagian
Teori Ekonomi Aestetis Sosial Politik Agama cocok
Halaman
dengan
di bawah
ini
Bagian I 4 6 5 4 1 4
24
Halaman 2 (R) (S) (T) (X) (Y) (Z)
3 1 9 4 2 5
Halaman 3 24
(Z) (Y) (X) (T) (S) (R)
2 4 1 5 4 5
Halaman 4 21
(X) (R) (Z) (S) (T) (Y)
4 1 2 4 5 5
Halaman 5 21
(S) (X) (Y) (R) (Z) (T)
Jumlah
skor
harus
Bagian
Teori Ekonomi Aestetis Sosial Politik Agama cocok
Halaman
dengan
di bawah
ini
Bagian II 10 7 7 9 6 11
50
Halaman 7 (Y) (T) (S) (Z) (R) (X)
7 8 7 8 7 13
Halaman 8 50
(T) (Z) (R) (Y) (X) (S)
4 6 10 9 10 11
Halaman 9 50
(R) (S) (T) (X) (Y) (Z)
Jumlah 34 33 41 43 35 54 240
43- 54-
Sesuaian 34+2=36 33-1=32 41+4=45 35+2=37 240
2=41 5=49
Prosentase 15% 13.3% 18.8% 17.1% 15.5% 20.4% 100%

X. Profil
(terlampir)

XI. Dinamika Psikologis


Dari hasil tes ini, dapat dilihat subjek memiliki 3 nilai yang sangat
menonjol atau tinggi, yakni Religiusitas, Aestetik, dan Sosial, mengakibatkan
kecenderungan subjek akan memperhatikan upaya penyatuan pengalaman
“kosmos” secara menyeluruh, tidak hanya dalam hal agama faktual semata.
Subjek juga suka menilai dan menikmati pengalaman unik yang dialami, dan
suka akan hal-hal yang “simetris” dan berhubungan dengan “keharmonisan”.
Serta subjek memiliki kepribadian yang hangat secara umum memiliki rasa
kasih sayang atau cinta kepada orang lain. Hal sesuai dengan subjek yang suka
termasuk taat dalam beribadah, dan penyatuan harmoni dengan alam. Subjek
juga selalu berkesan dan mengingat hal-hal yang sangat berkesan bagi subjek
dan menyukai dengan hal yang seimbang dan simetris dalam berbagai hal.
Subjek cenderung lepas dan cepas-ceplos jika kepada relasi yang sudah sangat
akrab dengan subjek.
Subjek memiliki ketertarikan pada kekuatan atau power individu, yaitu
kekuatan mempengaruhi orang lain dan memiliki kemasyuran, meskipun tidak
semenonjol dengan tiga nilai teratas lainnya. Hal ini terlihat dari ketertarikan
subjek untuk memimpin atau “mengusai” kelompoknya, enggan untuk terlihat
menunjol dalam pergaulan, walaupun keinginan itu tidak sepenuhnya tidak ada.
Rasa keingintahuan subjek akan sesuatu juga terbilang rendah dari pada
ketiga nilai sebelumnya, dimana subjek memiliki kecenderungan merasa “masa
bodoh” dan dan berpikiran “yang udah itu ya itu saja”. Penekanan pada nilai
guna dan kepraktisan (stereotype businessman) pada subjek cenderung rendah,
sehingga subjek menjadi orang yang lebih suka kepada penjelasan yang lebih
rinci dan detail, karena subjek akan mengalami kebingunan jika tidak mendapat
ke-detail-an akan sesuatu.

XII. Daftar Pustaka


Allport, G. W., Vernon, P., & Lindzey, (1970). Study of Values (Revised third
ed). Chicago: The Riverside Publishing Company.
Coman, A.M. Hampson, S.E. 1995. Individual Differences and
Personality. New York: Longman Group Unlimited.Revised: 03/03/05.
Hogan, R. (1972). Review of The Study of Values. In O. K. Buros (Ed.), The
Seventh Mental Measurements Yearbook (pp. 355–356). Highland Park,
NJ: Gryphon Press.
Kopelman, Ricard. E. et. al. (2003). The Study of Values: Construction of the
Fourth Edition. Journal of Vocational Behavior 62 (2003) 203–220.
L.A., HJelle & Ziegler, D.J. (1976). Personality Theories: Basic Assumptions,
Research, and Applications. New York: McGraw-Hill Book Company.
LAMPIRAN
LAPORAN TES

BDI (Beck Depression Inventory)

I. Sejarah
Beck Depression Inventory (BDI) merupakan self-report inventory yang
mengukur karakteristik sikap dan gejala depresi (Beck, et al., 1961). Dibuat
oleh Aaron T Beck pada tahun 1967 berdasarkan observasi dan catatannya
mengenai sikap dan simptom pasien depresi selama proses psikoterapi yang
mengungkap 21 simptom depresi yang mengambarkan kategori sikap dan gejala
depresi. Manifestasi depresi pada emosi selain timbulnya perasaan sedih adalah
perasaan bersalah, kosong, malu, rasa tidak berharga, tidak berguna, kehilangan
afeksi, keterlekatan emosional, dan mudah menangis dan keinginan bunuhdiri.
BDI telah dikembangkan dalam bentuk yang berbeda, termasuk
beberapa bentuk komputerisasi, dan bentuk kartu (Mei, Urquhart, Tarran, 1969,
dikutip dalam Groth-Marnat, 1990), bentuk pendek 13-item dan lebih baru
BDI-II oleh Beck, Steer & Brown, 1996. (Lihat Steer, Rissmiller & Beck, 2000
untuk informasi tentang kegunaan klinis dari BDI-II.) Biasanya membutuhkan
waktu sekitar 10 menit untuk menyelesaikan BDI, meskipun klien memerlukan
tingkat membaca kelas lima sampai enam untuk cukup memahami
pertanyaannya (Groth-Marnat, 1990).
Konsistensi internal untuk BDI berkisar antara 0,73 sampai 0,92 dengan
rata-rata 0,86 (Beck, Steer, & Garbin, 1988). Reliabilitas serupa telah
ditemukan untuk bentuk pendek 13 item (Groth-Marnat, 1990). BDI
menunjukkan konsistensi internal yang tinggi, dengan koefisienal fase besar
0,86 dan 0,81 untuk populasi psikiatri dan non-psikiatri (Beck et al., 1988).

II. Dasar Teori


Beck Depression Inventory merupakan instrumen untuk
mengukur derajat depresi dari Aaron T. Beck. Mengandung skala depresi yang
terdiri dari 21 item yang menggambarkan 21 kategori, yaitu: (1) perasaan
sedih, (2) perasaan pesimis, (3) perasaan gagal, (4) perasaan tak puas, (5)
perasaan bersalah, (6) perasaan dihukum, (7) membenci diri sendiri, (8)
menyalahkan diri, (9) keinginan bunuh diri, (10) mudah menangis, (11) mudah
tersinggung, (12) menarik diri dari hubungan sosial, (13) tak mampu
mengambil keputusan, (14) penyimpangan citra tubuh, (15) kemunduran
pekerjaan, (16) gangguan tidur, (17) kelelahan, (18) kehilangan nafsu makan,
(19) penurunan berat badan, (20) preokupasi somatik, (21) kehilangan libido
(Bumberry, 1978).
Klasifikasi nilainya menurut Bumberry (1978) adalah sebagai berikut:
a. Nilai 0-9 menunjukkan tidak ada gejala depresi.
b. Nilai 10-15 menunjukkan adanya depresi ringan.
c. Nilai 16-23 menunjukkan adanya depresi sedang.
d. Nilai 24-63 menunjukkan adanya depresi berat
Beck (Lubis, 2009:94) berpendat bahwa adanya gangguan depresi
adalah akibat dari cara berpikir seseorang terhadap dirinya. Penderita depresi
cenderung menyalahkan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya distorsi
kognitif terhadap diri, dunia, masa depannya, sehingga dalam mengevaluasi diri
dan menginterpretasi hal-hal yang terjadi mereka cenderung mengambil
kesimpulan yang tidak cukup dan berpandangan negatif.
Cognitive triad merupakan tiga serangkai pola kognitif yang membuat
individu memandang dirinya, pengalamannya dan masa depannya secara
idiosinkritik, yaitu memandang masa depan secara negatif.
Gangguan- gangguan dalam depresi dapat dipandang sebagai
pengaktifan tiga pola kognitif utama ini. Model kognitif beranggapan bahwa
tanda-tanda dan simtom-simtom lain dari depresi merupakan konsekuensi
aktifnya pola-pola kognitif tadi. Misalnya, bila individu berpikir bahwa ia
dikucilkan oleh teman-temannya maka ia akan merasa kesepian.

1. Memandang diri secara negatif


Disini individu menganggap dirinya sebagai tidak berharga, serba
kekurangan dan cenderung memberi atribut pengalaman yang tidak
menyenangkan pada diri sendiri. Lebih lanjut ia memandang dirinya tidak
menyenangkan, dan cenderung menolak diri sendiri. Ia akan mengkritik dan
menyalahkan dirinya atas kesalahan dan kelemahan yang diperbuatnya.
2. Menginterpretasikan pengalaman secara negatif
Individu melihat dunia sebagai penyaji tuntutan-tuntutan di luar
batas kemampuan dan menghadirkan halangan-halangan yang merintangi
dirinya mencapai tujuan. Ia keliru menafsirkan interaksinya dengan
lingkungan. Kognisinya juga menampilkan berbagai penyimpangan dari
berpikir logis, termasuk kesimpulan yang dipaksaan, abstraksi selektif,
terlalu menggeneralisasi dan membesar-besarkan masalah. Individu tersebut
akan merangkai fakta-fakta agar sesuai dengan pikiran negatifnya. Ia akan
membesar-besarkan arti setiap kehilangan, hambatan, dan rintangan. Orang
yang depresi biasanya demikian sensitif pada setiap hambatan terhadap
kegiatannya mencapai tujuan.
Dalam suatu situasi prestasi diutamakan, orang depresi cenderung
bereaksi disertai dengan perasaan gagal. Mereka cenderung meremehkan
kemampuan yang sebenarnya. Lebih lanjut lagi bila tampilan kerja yang
diperlihatkan jauh dibawah standar tinggi yang telah ditetapkan, mereka
sering menganggapnya sebagai gagal total. Orang yang depresi sering
menginterpretasikan ucapan-ucapan netral diarahkan untuk menentang
dirinya. Bahkan memutar balikkan komentar yang menyennagkan menjadi
kurang menyenangkan.
3. Memandang masa depan secara negatif
Pandangan indivisu yang depresi mengenai masa depan diwarnai
oleh antisipasinya bahwa kesulitan-kesulitan saat ini akan terus berlanjut di
masa depan. Para klien yang depresi umumnya menampilkan keterpakuan
terhadap ide-ide mengenai masa depan . harapan-harapan yang mereka
miliki selalu berpandangan negatif.

III. Kegunaan Alat


Beck Depression Inventory (BDI) merupakan alat ukur depresi yang
dikerjakan sendiri oleh pasien atau subjek penelitian (self-report), yang
mengungkap 21 simptom depresi yang mengambarkan 21 kategori sikap dan
gejala depresi. Manifestasi depresi pada emosi selain timbulnya perasaan sedih
adalah perasaan bersalah, kosong, malu, rasa tidak berharga, tidak berguna,
kehilangan afeksi, keterlekatan emosional, dan mudah menangis dan keinginan
bunuh diri.
Penelitian Ginting, dkk. (2013) menunjukkan bahwa BDI mampu

membedakan antara individu yang depresi dan tidak depresi dan mempunyai

konsistensi internal 0,90 serta reliabiltas tes ulang sebesar 0,55 (p<0,01).

IV. Administrasi
Tes tidak membutuhkan batasan waktu dalam mengerjakannya.
Biasanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk mengerjakannya, namun
itu tergantung pada daya faham kelompok atau subyek. Sedangkan alat-alat
administrasi yang digunakan untuk pengerjaan tes adalah : buku tes, lembar
jawaban, pensil, dan penghapus.
Subyek diminta untuk menjawab semua item pernyataan dengan
menentukan salah satu dari pilihan yang tersedia dengan memberikan tanda
silang (x) pada tempat yang telah disediakan dilembar jawaban. Tanda silang
(x) pada salah satu pernyataan disetiap kategori yang paling mencerminkan
kondisi yang dirasakan pada saat ini.
Setelah selesai, tester mengumpulkan buku dan lembaran jawaban dan
menghitungnya, kemudian testi di izinkan meninggalkan ruangan.

V. Skoring
Skor diberikan sesuai dengan kunci pada masing-masing pernyataan.
Jika subjek memilih dua 2 pernyataan atau lebih, maka skor yang digunakan
adalah skor yang paling tinggi. Nilai perolehan akhir atau nilai total dihitung
dengan cara menjumlahkan seluruh nilai yang diperoleh untuk masing-masing
kategori. Nilai ini bergerak dari 0 sampai dengan 63. Setelah itu, jumlah total
skor menurut diklasifikasikan menurut klasifikasi kategori skor yang ada.

VI. Interpretasi
Kategori skor BDI-I menurut Bumberry (1978):

Nilai Total Interpretasi


0-9 Tidak ada gangguan depresi
10-15 Depresi ringan
16-23 Depresi sedang
24-63 Depresi berat
Skor total yang diperoleh dari menjumlahkan total jumlah skor masing-
masing kategori. Skornya dimulai dari angka 0 sampai dengan 63. Dari hasil
skor itu, sesuaikan dengan norma kategori rentang skor pada tabel di atas,
apakah masuk dalam kategori depresi ringan, sedang atau berat, atau bahkan
tidak mengalami gangguan depresi.
VII. Kritik
Dalam tes BDI-I ini terdapat kekurangan, yakni terdapat item yang
ambigu, pada item kehilangan nafsu makan dan susah tidur (insomnia). Pada
item ini, diketahui bahwa individu yang mengalami depresi mengalami
penurunan nafsu makan dan sukar/sulit untuk tidur, padahal tidak semua
individu yang depresi menunjukan gejala depresi mereka dengan hilangnya
nafsu makan dan sulit tidur, tetapi bisa terjadi individu tersebut melampiaskan
depresinya dengan banyak makan dan tidur terus.
Dalam hal pengisian tes, testee dapat melakukan faking dalam
menjawab. Testee bisa mengalami bias karena faktor lingkungan saat mengisi
tes itu atau testee menyembunyikan, enggan atau menyangkal bahwa dirinya
mengalami depresi atau bahkan agar terlihat bagus bahwa drinya merupakan
individu yang sehat mental.

VIII. Identitas Subjek


Nama : Fabianus Widyarto. N.
JenisKelamin : Laki-Laki
Usia : 20 tahun
Pendidikan : S1 Psikologi
Tester : Amrizal Rustam, Drs., S.U., Psikolog
TanggalTes : 18 September 2017

IX. Diskripsi Data

Nomor Item Gejala yang


Gejala yang Diungkap
Diungkap Nilai
Nilai yang
yang Dipilih
Dipilih Nilai
Nilai
7 Membenci diri sendiri 1a, 1b, 2, 3 3
Menyalahkan diri
8 1, 2, 3 3
sendiri
9 Keinginan bunuh diri 1, 2a 2
10 Menangis 0 0
11 Mudah tersinggung 2 2
Menarik diri dari
12 1 1
hubungan sosial
Tidak mampu
13 2 2
mengambil keputusan
Penyimpangan citra
14 2, 3 3
tubuh
Kemunduran dalam
15 1a, 2 2
pekerjaan
16 Gangguan tidur 3 3
17 Kelelahan 1, 2 2
Kehilangan selera
18 1 1
makan
19 Penurunan berat badan 0 0
20 Preokupasi somatisasi 1, 3 3
21 Kehilangan libido 0 0
Jumlah Total 41
Nomor Item
1 Perasaan sedih 1 1
2 Perasaan pesimis 1, 2 2
3 Perasaan gagal 1,2a ,2b, 3 3
4 Perasaan tidak puas 1, 2, 3 3
5 Perasaan bersalah 1, 2a, 3 3
6 Perasaan dihukum 1, 2, 3a 3

Jumlah tersebut masuk ke dalam kategori depresi berat, menandakan bahwa


subjek berada dalam kondisi depresi berat.

X. Profil
(terlampir)

XI. Dinamika Psikologi


Berdasarkan hasil dari tes BDI-I dari subjek, terlihat subjek masuk pada
kategori depresi berat. Banyak item yang di jawab subjek dengan skor
maksimal/indikasi berat, terlebih subjek mengindikasikan berkeinginan untuk
melakukan bunuh diri. Keingingan bunuh diri ini terjadi dulu waktu subjek
menginjak SMP.
Hal lain yang mendukung, subjek memiliki perasaan bersalah besalah
sepanjang waktu, subjek merasa semua keadaannya ini akibat kesalahan yang
dia lakukan. Subjek juga merasa bahwa dirinya sedang dihukum akibat
kesalahan yang ia lakukan, sehingga membuat subjek membeci dirinya sendiri.
Akibatnya, subjekpun memiliki image buruk akan dirinya sendiri sehingga
subjek merasa dirinya buruk, tidak berguna dan tidak berdaya. Hal ini membuat
subjek tidak memiliki kepercayaan diri untuk tampil dalam segala hal.
Siklus tidur subjek juga terganggu, ia selalu terbangun lebih awal dari
biasanya dan tidak dapat tidur kembali. Serta subjek merasa tidak bertenaga,
lelah letih dan lesu untuk melakukan aktivitas sehari-harinya akibat dari rasa
ketidakberdayaan subjek akan dirinya sendiri.
Kesimpulannya subjek ini mengalami depresi berat, hingga muncul
perilaku ingin bunuh diri serta rasa ketidakberdayaan, perasaan bersalah atas
dirinya, dan penerimaan yang buruk atas citra dirinya sendiri.
XII. Daftar Pustaka
Beck, A.T., Ward, C. H., Mendelson, M., Mock, J., & Erbaugh, J. (1961) An Inventory
For Measuring Depression. Archives of General Psychiatry, 4, 561-571.
Beck, A. T., Steer, R.A., & Garbin, M.G. (1988). Psychometric Properties of
The Beck Depression Inventory: Twenty-Five Years of
Evaluation. Clinical Psychology Review, 8(1), 77-100.
Bumberry, W. Oliver. J. M. & McClure. (1978). Validation of The Beck
Depression Inventory in a University Population Using ,Psychiatric
Estimate as The Criterion. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, vol. 46, hal. 150-155.
Ginting, H., Näringa, N., Van der Velda, W. M., Srisayektic, W., & Beckera, E.
S. (2013). Validating the Beck Depression Inventory in Indonesia’s
General Population and Coronary Heart Disease Patients.
International Journal of Clinical and Health Psychology, 13, 235-342.
Groth-Marnat G. (1990). The Handbook of Psychological Assessment (2nd ed.).
New York: John Wiley & Sons.
Hojat, M., Shapurian, R., Mehrya, A.H., (1986). Psychometric Properties of A
Persian Version of The Short Form of The Beck Depression Inventory
For Iranian College Students. Psychological Reports, 59(1), 331-338.
Lubis, Namora Lumongga. (2009). Depresi: Tinjauan Psikologis. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Steer, R. A., Rissmiller, D. J.& Beck, A.T., (2000). Use Of The Beck
Depression Inventory With Depressed Geriatric Patients. Behaviour
Research and Therapy, 38(3), 311-318.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai