Anda di halaman 1dari 18

A.

PENGERTIAN
Pneumothorax merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya udara didalam
rongga pleura, akibatnya jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura
kemasukan cairan. Lebih tepat kalau dikatakan paru kolaps (jaringan paru elastis).
Pneumothorax terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu Pneumothorax terbuka,
Pneumothorax tertutup dan Pneumothorax ventil (Mansjoer, dkk, 2008).
1. Pneumothorax terbuka
Pneumothorax yang terjadi akibat adanya hubungan terbuka antara rongga pleura
dan bronchus dengan lingkungan luar.
2. Pneumothorax tertutup
Rongga pleura tertutup dan tidak berhubungan dengan lingkungan luar.
3. Pneumothorax ventil
Ini merupakan Pneumothorax yang mempunyai tekanan positif berhubung adanya
fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung hawa, alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2. Pada lapisan ini terjadi
pertukaran udara, oksigen masuk kedalam darah dan karbondioksida dikeluarkan dari
darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (kiri dan
kanan) (Mansjoer, dkk, 2008).
Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo dekstra
superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru
kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan inferior. Tiap lobus terdiri dari
belahan yang bernama segmen kemudian lobulus yang berisi bronkhiolus yang
bercabang banyak disebut duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
0,2-0,3 mm (Mansjoer, dkk, 2008).
Paru-paru terletak dirongga dada datarannya menghadap ketengah rongga dada
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru atau hilus. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang disebut pleura, terbagi dua, pleura viseral dan pleura
parietal. Antara keduanya terdapat kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura
ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis (Mansjoer,
dkk, 2008).

1
Sumber: SINDOnews
(Gambar 1.1: Paru-paru Manusia)

Dalam Mansjoer (2008) proses terjasinya pernapasan terbagi dalam dua bagian
yaitu inspirasi dan ekspirasi. Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
bergantian, teratur, berirama dan terus-menerus. Oksigen dalam tubuh dapat diatur
menurut keperluan. Manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau
tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak
yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau pasokan oksigen
berkurang akan menimbulkan kacau pikiran, anoksia serebialis. Guna penapasan :
a. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya)
untuk mengadakan pembakaran.
b. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
c. Menghangatkan dan melembabkan udara.

C. PENYEBAB
a. Pneumothoraks spontan primer: pecahnya pleura blebs biasanya terjadi pada orang-
orang muda tanpa penyakit paru-paru parenchymal atau terjadi dalam ketiadaan
cedera traumatis dada atau paru-paru

2
b. Pneumothoraks spontan sekunder: terjadi dalam kehadiran penyakit paru-paru,
emfisema terutama, tetapi juga dapat terjadi dengan tuberkulosis (TB), Sarkoidosis,
cystic fibrosis, keganasan, dan fibrosis paru
c. Iatrogenik: komplikasi prosedur medis atau operasi, seperti terapi thoracentesis,
trakeostomi, biopsi pleura, kateter vena sentral penyisipan, ventilasi mekanik
tekanan positif, sengaja intubasi bronkus kanan mainstem
d. Traumatis: bentuk paling umum dari Pneumothorax dan hemothorax, disebabkan
oleh trauma dada terbuka atau tertutup terkait dengan cedera tumpul atau
menembus (Sjamsuhidajat, dkk, 2014).

D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala dan tandanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke
dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (Muttaqin, 2014).
a. Gejalanya bisa berupa :
1) Nyeri dada kejam yang timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri jika penderita
menarik nafas dalam atau terbatuk.
2) Sesak nafas
3) Dada terasa sempit
4) Mudah lelah
5) Denyut jantung cepat

6) Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.


b. Gejala lain yang mungkin ditemukan :
1) Hidung tampak kemerahan
2) Cemas, stress, tegang
3) Tekanan darah rendah (hipotensi)

E. PATOFISIOLOGI
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan kemampuan
dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan atelektasis (layuhnya
paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup dan klien masih mampu bertahan,
udara yang berlebihan dapat diserap hingga tekanan udara di dalam rongga pleura
akan kembali normal. Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-
paru, kuman dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi
pleuritis. Jenis kuman penyebab radang yang terbanyak adalah f nechrophorum,
chorinebacterium spp, dan streptococcus spp. Oleh radang akan terbentuk exudat yang
bersifat pnukopurulent, purulent akan serosanguineus yang disertai pembentukan
jonjot-jonjot fibrin (Mansjoer, dkk, 2008).

3
Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka tembus. Yang
selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada menghisap). Jika tidak ditangani
maka hipoksia mengakibatkan kehilangan kesadaran dan koma. Selanjutnya
pergeseran mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera dapat menyebabkan
penyumbatan aliran vena kaca superior dan inferior yang dapat mengurangi cardiac
preload dan menurunkan cardiac output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks
makin berat dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Beberapa
pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya “blebs”, semacam struktur gelembung
pada permukaan paru yang pecah menyebabkan udara masuk ke dalam kavum pleura.
Robekan pada percabangan trakeobronkial menyebabkan kolaps paru dan pergeseran
mediastinum ke sisi yang tidak sakit (Sjamsuhidajat, dkk, 2014).

F. PATHWAY

4
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik dengan bantuan sketoskop menunjukkan adanya penurunan suara
b. Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
c. Pemeriksaan EKG
d. Rontgen Thorax; menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural, dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
e. Torasentensis; menyatakan darah / cairan serosanguinosa
f. Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit. Hb;
mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
g. Pulse Oximeter : pertahankan saturasi > 92 % (Mansjoer, dkk, 2008).

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pneumothoraks menurut Mansjoer, dkk (2008) adalah:
1. Chest wound/sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat berupa plastic steril
atau kotak rokok (selofan) bisa juga balutan tekan dibuat kedap udara dengan
petroleum jelly atau plastik bersih. Hal ini untuk mencegah terjadinya tension
pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan terbuka sebagai katup agar udara dapat
keluar dan paru-paru akan mengembang.
2. Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan jaringan paru, perlu
penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus dapat dilakukan untuk
mengurangi tekanan agar paru dapat mengembang kembali.
3. WSD (Water Sealed Drainage)
Pipa khusus (kateter thoraks) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantara
trokar atau dengan bantuan klem penjepit (pen) pemasukan pipa plastic (kateter
thoraks) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan
insisi kulit dari sela iga ke-4 pada garis axial tengah atau garis axial belakang.
Selain itu, dapat pula melalui sela iga ke-2 dari garis klavikula tengah.
4. Tindakan bedah (torakotomi)
Pembukaan dinding thoraks dengan cara operasi, maka dapat dicari lubang yang
menyebabkan terjadinya pneumothoraks, lalu lubang tersebut dijahit

I. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Anamnesis
a. Identitas klien: nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, agama, stasus,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk RS.
Penanggung jawab klien: nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan,
pendidikan, hubungan dengan klien.

5
b. Keluhan utama: sesak napas, nyeri disisi dada yang sakit
c. Riwayat Penyakit Sekarang: keluhan sesak napas sering kali datang mendadak
dan semakin lama semakin berat. Nyeri da dirasakan pada sisi yang sakit, rasa
berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Perlu dikaji
apakah ada riwayat trauma tajam/tumpul yang mengenai rongga dada
(tertembus peluru, tertusuk benda tajam, KLL, dll)
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah menderita TB paru dimana sering terjadi pada
Pneumothorax spontan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang mungkin
menyebabkan Pneumothorax seperti kanker paru, asma, TB paru, dll (Muttaqin,
2014).
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Inspeksi: peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot
bantu pernapasan. Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris
(pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada
asimetris (lebih cembung disisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif
dengan sputum yang purulen. Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
Palpasi: taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada palpasi
juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
Pada sisi yang sakit, ruang antar –iga bisa saja normal atau melebar.
Perkusi: suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani. Batas
jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura tinggi.
Auskultasi: suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.
b. B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status kardiovaskular
yang meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan pengisian
kapiler/CRT.
c. B3 (Brain)
Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga
pemeriksaan GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.
d. B4 (Bladder)

6
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat
perlu memonitor adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari syok.
e. B5 (Bowel)
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan
nafsu makan dan penurunan berat badan.
f. B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan
jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering
dijumpai mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik secara umum
(Muttaqin, 2014).

7
J. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


O
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, NIC: Manajemen Jalan Nafas (3140)
berhubungan dengan hyperplasia bersihan jalan nafas teratasi dengan kriteria hasil 1. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw
sebagai berikut: thrust, sebagaimana mestinya
pada dinding bronkus (00031) 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
NOC: Stastus Pernafasan (0415)
Keterangan: 3. Buang secret dengan memotivasikan pasien untuk
No Indikator Skala Kaji Skala Target 1. Deviasi berat dari kisaran normal melakukan batuk atau menyedot lender
2. Deviasi cukup dari kisaran 4. Kelola nebulizer ultrasonik sebagaimana mestinya
1 Frekuensi 5 5. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
normal
pernafasan 3. Deviasi sedang dari kisaran
2 Irama 5 normal
pernafasan 4. Deviasi ringan dari kisaran
3 Sianosis 5 normal
4 Penggunaan otot 5 5. Tidak ada deviasi dari kisaran
bantu nafas normal
5 Pernafasan 5
2 Gangguancuping hidung
pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, NIC: Manajemen Jalan Nafas (3140)
berhubungan dengan perubahan gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil 1. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw
sebagai berikut: thrust, sebagaimana mestinya
membrane alveolar-kapiler (00030) 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
NOC: Stastus Pernafasan (0415)
No Indikator Skala Kaji Skala Target Keterangan: 3. Buang secret dengan memotivasikan pasien untuk
1. Deviasi berat dari kisaran normal melakukan batuk atau menyedot lender
1 Frekuensi 5
2. Deviasi cukup dari kisaran 4. Kelola nebulizer ultrasonik sebagaimana mestinya
pernafasan 5. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
2 Irama 5 normal
3. Deviasi sedang dari kisaran
pernafasan
3 Sianosis 5
4 Penggunaan otot 5 8
bantu nafas
5 Pernafasan 5
cuping hidung
normal NIC: Monitor Pernafasan (3350)
4. Deviasi ringan dari kisaran normal 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal bernafas
2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksemitrisan,
penggunaan otot bantu nafas, retraksi pada otot
supraclaviculas dan intercostal
3. Monitor pola nafas (misalnya: bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi biot dan pola ataxic)
4. Monitor kemampuan batuk efektif pasien

3 Ketidakefektifan polanafas Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 NIC: Monitor Pernafasan (3350)
berhubungan dengan keletihan otot jam, diharapkan pola nafas pasien efektif dengan 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
kriteria hasil : bernafas
pernafasan 2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksemitrisan,
NOC: Stastus Pernafasan (0415)
penggunaan otot bantu nafas, retraksi pada otot
No Indikator Skala Kaji Skala Target Keterangan: supraclaviculas dan intercostal
1. Deviasi berat dari kisaran 3. Monitor pola nafas (misalnya: bradipneu, takipneu,
1 Frekuensi 5 hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1,
normal
pernafasan apneustik, respirasi biot dan pola ataxic)
2. Deviasi cukup dari kisaran
2 Irama 5 4. Monitor kemampuan batuk efektif pasien
normal
pernafasan 3. Deviasi sedang dari kisaran
3 Sianosis 5
normal
4 Penggunaan otot 5
4. Deviasi ringan dari kisaran
bantu nafas
normal
5 Pernafasan 5
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
cuping hidung
normal

9
4 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, klien NIC: Manajemen nyeri (2380)
cedera fisik (00132) dapat menunjukan kontrol terhadap nyeri dan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
pengurangan nyeri, dengan kriteria hasil sebagai meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
berikut: kualitas, intensitas, dan factor pencetus
NOC: Kontrol nyeri (1605) 2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
Keterangan: mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
Skala Skala
No Indikator 1. Tidak pernah menunjukkan penerimanaan pasien terhadap nyeri
Kaji Target
2. Jarang menunjukkan 3. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadapn
1 Mengenal kapan nyeri 5 3. Kadang-kadang menunjukkan kualitas hidup pasien (misalnya tidur, nafsu makan,
terjadi 4. Sering menunjukkan pengertian, perasaan, hubungan, performa kerja dan
2 Menggunakan 5 5. Secara konsisten menunjukkan
tindakan pengurangan tanggung jawab peran
NOC: Tingkat nyeri (2102) 4. Gali bersama pasien factor-faktor yang dapat
nyeri tanpa analgesic
3 Melaporkan nyeri yang No 5 Indikator Skala Skala menurunkan atau memperberatkan nyeri
terkontrol Kaji Target 5. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi seperti
1 Panjangnya episode 5 relaksasi atau terapi music
nyeri 6. Kolaborasika dengan dokter untuk pemberian
2 Ekspresi wajah 5 analgesik
meringis
3 Ketegangan otot 5
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

5 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, pada NIC: Perawatan Luka (3660)
berhubungan dengan factor mekanik klien dapat teratasi, dengan kriteria hasil sebagai 1. Angkat balutan dan plester perekat
berikut: 2. Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna,

10
(00046) NOC: Penyembuhan Luka Primer (1102) ukuran dan bau
No Indikator Skala Kaji Skala 3. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit
Target 4. Pantau peningkatan suhu tubuh
1 Memperkirakan 1 5. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
kondisi kulit 6. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan
2 Memperkirakan 1 perawatan luka dengan tepat
kondisi tepi 7. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan tampilan
luka
3 Pembentukan 1
bekas luka
4 Tanda-Tanda 1
Vital normal
atau bisa
ditoleransi
Keterangan:
1. Tidak ada
2. Terbatas
3. Sedang
4. Besar
5. Sangat besar

6 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, klien NIC: Perawatan tirah baring (0740)
berhubungan dengan gangguan dapat mengatasi hambatan mobilitas fisik, dengan 1. Balikan pasien tidak dapat mobilisasi paling tidak
kriteria hasil sebagai berikut: setiap 2 jam, sesuai dengan jadwal yang spesifik
musculoskeletal (00085) 2. Bantu menjaga kebersihan (misalnya dengan
NOC: Ambulasi (0200)
No Indikator Skala Kaji Skala menggunakan deodorant atau parfum)
Target 3. Monitor komplikasi dari tirah baring (misalnya
1 Menopang 5 kehilangan tonus oto, nyeri punggung, konstipasi,
berat badan peningkatan stress, depresi perubahan siklus tidur,
2 Berjalan 5 infeksi saluran kemih dan kesulitan dalam

11
dengan berkmih, serta pneumonia)
langkah yang
efektif NIC: Peningkatan latihan: latihan kekuatan (0201)
3 Berjalan 5 1. Sediakan informasi mengenai fungsi otot, latihan
dengan pelan fisiologi dan konsekuensi dari penyalahgunaannya
Keterangan: 2. Bantu mendapatkan sumber yang diperlukan
1. Sangat terganggu untuk terlibat dalam latihan otot progesif
2. Banyak terganggu 3. Demonstrasikan sikap tubuh yang baik dan
3. Cukup terganggu
tingkatkan latihan dalam setiap kelompok otot
4. Sedikit terganggu
4. Instruksikan untuk menghindari latihan kekuatan
5. Tidak terganggu
saat suhu ekstrim
5. Bantu untuk menaikan tingkat kenaikan kerja otot
6. Kolaborasikan dengan keluarga atau tenaga
kesehatan yang lain (misalnya terapis aktivitas,
pelatih fisiologis, terapis okupasional, terapis
rekreasional, terapis fisik) dalam merencanakan,
mengajarkan dan memonitor program latihan otot

7 Risiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, NIC: Perlindungan Infeksi (6550)
prosedur infasif (00004) infeksi tiak terjadi dengan kriteria hasil : 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan
NOC: Kontrol Risiko: Proses Infeksi (1924) local
No Indikator Skala Skala 2. Pertahankan asepsis untuk pasien beresiko
Kaji Target 3. Periksa setiap kondisi sayatan bedah atau luka
4. Instruksikan pasien untuk minum antibiotic yang
1 Mengidentifikasi tanda 5
dan gejala infeksi diresepkan
2 Mencuci tangan 5
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan

12
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten menunjukan

13
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2016. Nursing Intervention Classification, 6th Edition. United


States of America: Mosby.

Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification,


5th Edition. United States of America: Mosby

Muttaqin, Arif. 2014. Buku Ajara Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
NANDA International Inc. 2014. North American Nursing Diagnosis Association, Nursing
Diagnostises: Definitions & Classifications 2015-2017. Jakarta : EGC.

Sjamsuhidajat, R, dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

14
PATWAYS

15
16
17
LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR PNEUMOTHORAX

OLEH

NAMA : JONRIS SAMLOY

NPM : 18180000112

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2019

18

Anda mungkin juga menyukai