Anda di halaman 1dari 5

Tema : Gerakan pemekaran daerah dan politik identitas di daerah Pinggiran

Studi Kasus : Kabupaten Kepulauan Mentawai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten yang ada di


Sumatera Barat. Kepulauan Mentawai ini memiliki sekitar 951 pulau yang tersebar di
sekitar wilayah yang mengitarinya, tetapi hanya 4 pulau yang padat penduduknya, yaitu
Siberut (pulau paling besar), Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora. Kabupaten ini
berdiri sejak April 1999 dengan Ibukota Tuapeijat.
Sebelum berdiri sendiri, kabupaten ini termasuk ke dalam Kabupaten Padang
Pariaman. Kabupaten ini pun mengalami pemekaran dengan menjadikan Kepulauan
Mentawai sebagai kabupaten yang baru. Walaupun berdiri sejak April 1999, namun
kabupaten ini baru secara resmi berpisah dari Padang Pariaman pada 4 Oktober 1999.
Pemekaran Kepulauan Mentawai dari Padang Pariaman tertera pada UU 49/1999
tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Mentawai.2.
Pemekaran daerah memang sering terjadi di Indonesia, termasuk Sumatera Barat,
Minangkabau. Gerakan pemekaran daerah menjadi sebuah apresiasi masyarakat untuk
mengelola dan memajukan wilayahnya sendiri. Selain itu, agar proses pembangunan

1
Septayuda Ari, “Analisis Persepsi Penumpang Terhadap Layanan MV Mentawai Fast”,
Diploma Tesis Universitas Andalas, 2016
2
Undang-Undang No 49 Tahun 1999, pdf
pun semakin cepat. Pemekaran daerah di Indonesia merupakan pembentukan wilayah
administrasi baru, baik tingkat provinsi, kota, ataupun kabupaten dari daerah induknya.
Setelah reformasi 1998, otonomi daerah mulai diperhatikan kembali, yang
sebelumnya pada masa Orde Baru Indonesia menganut sistem sentralisasi. Pasca 1998,
dikeluarkan Undang-undang yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah yang
mengubah prinsip ke kemandirian dan keadilan dalam mengatur daerahnya, yaitu
Undang-undang No. 22 Tahun 1999. Setelah Undang-undang ini berlaku, yang
kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004, pemekaran daerah menjadi suatu
kecenderungan baru dalam struktur pemerintahan daerah di Indonesia.
Istilah pemekaran daerah sebenarnya adalah bahasa halusnya dari proses
‘perpisahan’ atau ‘pemecahan’ satu wilayah untuk membentuk satu unit administrasi
lokal baru. Kedua istilah ini memiliki makna yang negative sehingga istilah pemekaran
daerah dikira lebih cocok digunakan untuk menggambarkan proses terjadinya daera-
daerah otonom baru pasca reformasi.
Selain Kepulauan Mentawai, di Sumatera Barat terdapat beberapa
kabupaten/kota lain yang mengalami pemekaran pasca reformasi, khususnya dalam
periode tahun 1999 hingga Desember 2003, seperti Kota Pariaman pemekaran dari
Kabupaten Padang Pariaman pada 10 April 2002, Kabupaten Pasaman Barat
pemekaran dari Kabupaten Pasaman pada 18 Desember 2003, Kabupaten Dhamasraya
pemekaran dari Kabupaten Sahawahlunto Sijunjung pada 18 Desember 2003, dan
Kabupaten Solok Selatan pemekaran dari Kabupaten Solok pada 18 Desember 2003.
Dengan pemekaran daerah ini diharapkan mampu meningkatan kualitas dan
pemerataan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan percepatan pembangunan
ekonomi terutama di daerah-daerah pinggiran, lalu dapat memfasilitasi pertumbuhan
kehidupan demokrasi di daerah dan meningkatkan keamanan sekaligus ketertiban di
daerah serta dapat memberikan kontribusi bagi persatuan dan kebangsaan.
Konsekuensi dari pemekaran atau otonomi daerah ini ialah pemerintah daerah
diberikan keluasan dalam mengatur rumah tanggah daerahnya, termasuk pelayanan
kepada masyarakatnya.
Akan tetapi pada kenyataannya, hak pelayanan yang seharusnya diterima oleh
masyarakat dengan baik justru tidak diterima oleh masyarakat. Misalnya di daerah
Mentawai, daerah pemekaran yang akan dibahas dalam makalah ini. Mentawai sampai
sekarang masih tergolong dalam Kawasan 3T, Terdepan, Terluar, dan Terpinggirnkan.
Setelah berdiri sendiri menjadi suatu wilayah yang otomon, dengan geografis yang
memang terletak dipaling pinggir sebelah barat Sumatera, membuat Masyarakat
Mentawai pun masih banyak yang tergolong penduduk miskin atau perekonomiannya
jauh dari rata-rata. Fasilitas pelayanan pemerintah pun, seperti pelayanan pendidikan,
kesehatan, dan lainnya masih sedikit yang dapat mereka rasakan. Mereka juga masih
sangat kekurangan tenaga pengajar dan tenaga medis yang bekerja di sana.
Pelayanan yang diberikan pemerintah cenderung memiliki proses yang rumit dan
memiliki masalah, seperti ketika akan membangun prasarana-prasarana seperti gedung
sekolah misalnya, dana untuk membangun sangat sulit dan biasanya lama diberikan
serta aparatur pemerintah yang mengurus penurunan dana biasanya akan memberikan
proses yang rumit untuk dapat mencairkan dana tersebut. Hal ini membuat
pembangunan gedung sekolah terhambat. Selain itu, dana yang diberikan pemerintah
kepada pemerintah daerah banyak yang digelapakan oleh beberapa oknum.
Penyimpangan pelayanan yang diberikan pemerintah daerah ini sangat terlihat di
Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Dengan pisahnya Kepulauan Mentawai dengan Kabupaten Padang Pariaman,
membuat masyarakat Mentawai yang bukan etnis Minang, seperti masyarakat
Sumatera Barat pada umumnya, menjadi seolah-olah menjadi etnis yang terpinggirkan.
(politik identitas) Hal ini yang membuat kami tertarik untuk mengkaji lebih lanjut agar
mengetahui mengapa harapan dari suatu pemekaran daerah, tidak dirasakan oleh
masyarakat Kepulauan Mentawai.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kepulauan Mentawai
sebelum dan sesudah memisahkan diri dari Padang Pariaman?
2.
BAB II

PEMBAHASAN

Kepulauan Mentawai dibentuk berdasarkan aspirasi masyarakat yang


menyatakan kalau daerah ini dipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksaan pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan untuk
menjamin perkembangan dan kemajuan dimaksud mendatang. dijadikan sebuah
kabupaten dengan beberapa pertimbangan, yaitu

Anda mungkin juga menyukai