Anda di halaman 1dari 6

PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI

JANTUNG

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


0 1/6

Ditetapkan Oleh:
Direktur Utama
Tanggal Terbit
Standar
Prosedur
1 April 2019
Operasional
dr. Nyoman Mulyani, M.M
Direktur RS Baliméd Buleleng

Pengertian Penanganan henti nafas dan henti jantung adalah suatu tindakan
disaat pasien tiba-tiba tidak bernafas oleh karena kehilangan suplai O2
dijaringan otak, jantung dan organ lainnya dan ditandai dengan tidak
terabanya nadi besar (carotis dan femoralis) yang disebabkan tidak
adanya ventilasi fungsional dan tidak adanya curah jantung yang
efektif.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk penanganan henti
nafas dan henti jantung dengan cepat.

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Baliméd Buleleng Nomor


006/RSBMB/SK/III/2019 Tentang Kebijakan Pelayanan di Rumah
Sakit Baliméd Buleleng
Prosedur 1. Persiapan alat:
a Laryngoscope lengkap dengan handle dan bladenya
b Pipa endotrakeal dengan ukuran: perempuan: 7; 7,5 ; 8 . Laki-
laki: 8 ; 8,5
c Forceps (cunam) magill ( untuk mengambil benda asing di
mulut)
d Benzokain atau tetrakain anestesi lokal semprot
e Spuit 10 cc atau 20 cc
f Stetoskop, ambubag, dan masker oksigen
g Alat penghisap lender
h Plester, gunting, jelly
i Stilet
j Sarung tangan bersih
k Masker
2. Persiapan pasien dan lingkungan:
a. Perawat/ Bidan memberikan salam
b. Perawat/ Bidan memperkenalkan diri
c. Melakukan identifikasi Pasien dengan meminta pasien
menyebutkan nama dan Perawat melihat gelang pasien
PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI
JANTUNG

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


0 2/6

d. Menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang tindakan dan


tujuan yang akan dilakukan
e. Menyiapkan lingkungan dengan menutup tirai/ pintu/ jendela
(privacy pasien)
f. Mengatur ketinggian tempat tidur pasien dan posisi yang
nyaman
3. Pelaksanaan:
a. Cuci tangan
b. Pakai sarung tangan bersih dan masker
c. Beritahukan pada penderita atau keluarga mengenai prosedur
tindakan yang akan dilakukan, indikasi dan komplikasinya, dan
mintalah persetujuan dari penderita atau keluarga ( informed
consent)
d. Cek alat yang diperlukan, pastikan semua berfungsi dengan
baik dan pilih pipa endotrakeal (ET) yang sesuai ukuran
e. Masukkan stilet ke dalam pipa ET. Jangan sampai ada
penonjolan keluar pada ujung balon, buat lengkungan pada pipa
dan stilet dan cek fungsi balon dengan mengembangkan dengan
udara 10 ml. Jika fungsi baik, kempeskan balon. Beri pelumas
pada ujung pipa ET sampai daerah cuff
f. Bila perlu lakukan penghisapan lendir pada mulut dan faring
dan berikan semprotan bensokain atau tetrakain jika pasien
sadar atau tidak dalam keadaan anestesi dalam
g. Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik melalui bag masker
dengan Fi O2 100 %
h. Buka mulut dengan cara cross finger dan tangan kiri memegang
laringoskop
i. Masukkan bilah laringoskop dengan lembut menelusuri mulut
sebelah kanan, sisihkan lidah ke kiri.
j. Masukkan bilah sedikit demi sedikit sampai ujung laringoskop
mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah atau bibir tidak
terjepit di antara bilah dan gigi pasien
k. Angkat laringoskop ke atas dan ke depan dengan kemiringan
30 sampai 400 sejajar aksis pengangan. Jangan sampai
menggunakan gigi sebagai titik tumpu
l. Bila pita suara sudah terlihat, tahan tarikan/ posisi laringoskop
dengan menggunakan kekuatan siku dan pergelangan tangan.
PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI
JANTUNG

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


0 3/6

Masukkan pipa ET dari sebelah kanan mulut ke faring sampai


bagian proksimal dari cuff ET melewati pita suara ± 1–2 cm
atau pada orang dewasa atau kedalaman pipa ET ±19 - 23 cm
m. Angkat laringoskop dan stilet pipa ET dan isi balon dengan
udara 5 - 10 ml. Waktu intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik
n. Hubungkan pipa ET dengan ambubag dan lakukan ventilasi
sambil melakukan auskultasi (asisten), pertama pada lambung,
kemudian pada paru kanan dan kiri sambil memperhatikan
pengembangan dada. Bila terdengar gurgling pada lambung dan
dada tidak mengembang, berarti pipa ET masuk ke esofagus
dan pemasangan pipa harus diulangi setelah melakukan
hiperventilasi ulang selama 30 detik. Berkurangnya bunyi nafas
di atas dada kiri biasanya mengindikasikan pergeseran pipa ke
dalam bronkus utama kanan dan memerlukan tarikan beberapa
cm dari pipa ET
o. Setelah bunyi nafas optimal dicapai, kembangkan balon cuff
dengan menggunakan spuit 10 cc
p. Lakukan fiksasi pipa dengan plester agar tak terdorong atau
tercabut
q. Pasang Guedel untuk mencegah pasien menggigit pipa ETT
jika mulai sadar
r. Lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100 % ( aliran 10
sampai 12 liter per menit)
s. Dilakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP) yang
mencakup :
1) Pengendalian jalan nafas (Air Way Support) :
i. Nilai tingkat kesadaran dengan memanggilnya
ii. Respon (-) lakukan tindakan “kode” ABC bersama
teman
iii. Amati tanda-tanda nafas spontan, buka mulut pasien
dengan posisi menyilang (Cross Finger) dan pastikan
tidak ada sumbatan benda asing
iv. Berikan posisi hirup (Sruffing Position) tekniknya :
v. Manuver tengadah kepala / topang dagu dengan
jalan nafas terbuka
vi. Manuver mendorong mandibula kedepan dengan
cara memegang sudut-sudut rahang bawah penderita
PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI
JANTUNG

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


0 4/6

lalu diangkat dengan kedua tangan keatas


vii. Pastikan ada nafas spontan dengan cara mendekatkan
telinga pada mulut dan hidung pasien untuk melihat :
viii. Suara nafas pasien
ix. Aliran udara dirasakan dipipi
x. Gerakan turun-naiknya rongga dada
xi. Nafas spontan (-) maka lakukan tindakan Breathing
Support
xii. ETT / Alat gudel dipakai untuk mengendalikan jalan
nafas
xiii. Penilaian nafas spontan atau tidak hanya dibutuhkan
waktu 3–5 detik
2) Pemberian nafas buatan (Breathing Support)
Bila nafas spontan (-) segera beri ventilasi awal kali
dengan laju inspirasi yang lambat (1 ½ - 2 detik)

Teknik pemberian nafas buatan :


i. Mulut ke mulut atau mulut ke hidung (Pc O 2 yang
masuk ke pasien hanya 16-17 %)
ii. Ambubag ke mulut atau hidung atau ETT dengan
volume bagi 800-1200 CC (Pc O2 100 %)
iii. Frekwensi 12 kali / menit (1 kali tiap 5 detik)
3) Pemberian sirkulasi buatan (Circulation Support)
i. Setelah ventilasi awal 2 kali, langsung nilai sirkulasi
darah dengan cara meraba arteri carotis (5 – 10 detik)
ii. Jika tidak teraba langsung berikan massage jantung
luar agar efektif dalam kompressi jantung dan pasien
dalam posisi datar dengan alas yang keras (pakai
papan resusitasi)
iii. Tekniknya :
a) Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong
menelusuri tulang iga kanan / kiri sehingga
bertemu dengan tulang dada (sternum).
b) Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur
kurang lebih dua atau tiga jari keatas dari
procesus xiphoideus. Daerah tersebut merupakan
PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI
JANTUNG

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


0 5/6

tempat untuk meletakkan tangan penolong dalam


memberikan bantuan sirkulasi.
c) Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan
cara menumpuk satu telapak tangan diatas telapak
tangan lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh
dinding dada korban atau pasien, jari-jari tangan
dapat diluruskan atau menyilang.
d) Dengan posisi badan tegak lurus, penolong
menekan dinding dada korban dengan tenaga dari
berat badannya secara teratur sebanyak lima belas
kali dengan kedalaman penekanan berkisar antara
1,5 – 2 inci.
e) Tekanan dada harus dilepaskan keseluruhannya
dan dada dibiarkan kembali mengembang ke
posisi semula setiap kali melakukan kompresi
dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk
melepaskan kompresi harus sama dengan pada
saat melakukan kompresi
f) Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada
dan atau merubah posisi tangan pada saat
melepaskan kompresi

g) Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas


adalah 15 : 2 dilakukan baik oleh satu atau dua
penolong.
h) Frekwensi 100 x / menit
i) Gerakan kompresi / massage harus beraturan,
berirama dan bukan disentak atau mendadak
j) Fase kompresi dan relaksasi harus mempunyai
jangka waktu yang sama, ini bertujuan untuk
menimbulkan pengisian dan pengosongan jantung
secara optimal
k) Meraba denyut arteri carotis setelah menit
pertama RJP (4 siklus kompresi ventilasi)
l) Kompresi dada luar menghasilkan aliran darah
arteri carotis
t. Rapihkan alat yang sudah digunakan
PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI
JANTUNG

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


0 6/6

u. Lepaskan sarung tangan dan masker


v. Cuci tangan
w. Lakukan pendokumentasian.
1. HCU
2. Kamar Bersalin
Unit / Instalasi Terkait
3. Ruang Perawatan Lanti 2
4. Ruang Perawatan Lantai 3

Anda mungkin juga menyukai