Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia cenderung untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala


pertanyaan yang ada didalam benaknya. Segala keingin tahuan itu akan
menjadikan manusia gelisah dan kemudia mencari pelampiasan dengan tindakan
irrasionaltas. Munculnya pemujaan terhadap benda-banda mati ini merupakan
sebuah Zrasa keingin tahuan yang besar dalam diri manusia kemudia juga
dibarengi rasa takut terhadap sesuatu yang belum diketahuinya.

Ia merasa berhak mengetahui dari mana ia berasal, untuk apa dia berada di dunia,
apa yang mesti ia lakuakan untuk mendapatkan kehidupannya di dunia dan di
akhirat kelak, yang merupakan jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut adalah
agama. Karenanya, sangatlah logi jika agama selalu mewarnai sejarah manusia
dari dahulu kala sampai sekarang ini, bahkan sampai akhir nanti.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pemikiran agama ?
2. Bagaimana latar belakang kebutuhan manusia terhadap agama ?
3. apa fungsi bagi kehidupan manusia ?
4. apa saja doktrin dalam kepercayaan beragama ?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar bisa menambah wawasan para pembaca mengenai arti penting sebuah
agama bagi kehidupan manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pemikiran Agama

Setiap Agama besar di dunia mempunyai sejarahnya masing-masing.


Terkadang karena jumlah umat yang begitu besar dan mempunyai kekuatan yang
amat besar pula terhadap perubahan pada zamannya, agama bukan hanya bagian
dari sejarah tapi ikut mewarnai sejarah itu sendiri. Dari masa sejak suatu agama
lahir, secara alamiah mereka akan berkembang pula. Perkembangan ini tidak
terjadi pada ranah tatanan
baku aturan nilai yang dibawa oleh agama, tapi lebih pada interprestasi dan
aplikasi dari manusia yang menganut nilai-nilai dasar dalam agama tersebut.

Sebagai suatu proses yang alamiah, perkembangan agama berjalan segaris


dengan usianya. Selain itu, perubahan karakteristik dari sebuah agama juga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, budaya, perkembangan zaman, serta kualitas
dari para pemuka-pemuka agama yang mempunyai fungsi sebagai pengendali
arah jalannya hidup beragama. Bila kita mencermati sejarah dari agama-agama
besar di dunia, dapat kita tarik benang merah adanya kesamaan proses dan
karateristik dalam tahap-tahap usia tertentu. Tahap-tahap itu antara lain :

1. 0 – 60 tahun : Masa Kelahiran.

Agama ada fase ini sedang dalam proses kelahirannya. Lahirnya sebuah
agama diawali dari para orang-orang terpilih yang mempunyai karunia tersendiri
untuk bisa merumuskan risalah tentang cara hidup batin yang tepat, agar hidup ini
bisa selaras dengan seluruh isi semesta maupun penciptaNya.

2. 60 – 200 tahun : Masa Perjuangan

Setiap pendiri agama selalu mempunyai orang-orang khusus yang


menerima ajaran tersebut untuk pertama kali. Orang-orang ini adalah kelompok
yang sering kita kenal sebagai, para sahabat, para murid, para rasul, dll.
Kelompok inilah yang memulai perjuangan agar ajaran-ajaran agama dapat
disebarluaskan ke berbagai pelosok dunia. Dalam fase ini, perjuangan dimulai
dengan menyusun konsep-konsep hidup batin yang mulanya disajikan secara lisan
menjadi risalah-risalah literal yang terangkum dalam sebuah Kitab Suci.
Penyebarab nilai dan tatanan baru ke tengah masyarakat, tentu menimbulkan
banyak pro dan kontra. Penolakan tidak hanya sebatas pada tataran pertentangan
ide semata, tetapi buah penolakan dari sebuah ajaran baru bisa mengakibatkan
para jemaat pertama mengalami pembunuhan, teror, pengejaran, terpenjara,
disiksa, bahkan terlibat dalam berbagai peperangan. Perjuangan para anggota
jemaat pertama tidaklah sia-sia. Walaupun berbagai rintangan hadir, mereka
berhasil menarik lebih banyak orang untuk mengikuti ajaran dari agama yang
mereka wartakan. Pada fase ini jumlah pengikut agama mengalami peningkatan
yang sangat drastis.

3. 200 – 500 tahun : Masa Keemasan Pertama

Kegigihan para Jemaat pertama memang luar biasa. Kedekatan mereka


dengan Sang Pembawa Sabda membangkitkan semangat luar biasa yang pantang
menyerah. Buah dari kerja keras ini adalah perkembangan agama yang begitu
pesat. Perkembangan ini berawal ketika agama sudah mulai diterima oleh para
penguasa negara, secara suka rela maupun paksaan. Pada fase ini agama yang
awalnya disebarkan secara sporadis kini mendapat bantuan dari para penguasa.
Dari segala sisi kehidupan mengalami perkembangan pula. Agama mulai
mempengaruhi berbagai sisi dalam kehidupan manusia dengan memunculkan ciri-
ciri khususnya. Seni lukis, arsitektur, sastra, musik, ilmu pengetahuan, yang
semuanya sangat dipengaruhi oleh dasar-dasar religiositas muncul dan
berkembang sebagai sebuah produk budaya yang premium. Produk – produk
budaya pada zaman keemasan agama-agama besar di dunia tersebut, bisa kita
nikmati sampai sekarang dan terus menerus menjadi sumber inspirasi bagi
generasi-generasi selanjutnya.

4. 500 – 1000 tahun : Masa Keserakahan

Kedekatan para pemuka agama dengan pemegang kekuasaan mulai


mengarah ke keserakahan. Keadaan ini semakin parah ketika pemuka agama
merangkap juga sebagai pemegang kekuasaan. Umat beragama waktu mempunyai
pikiran yang sangat sempit. Mereka menganggap pemuka agama dan penguasa
adalah pengejawantahan Tuhan di bumi. Dalam pandangan umat bahwa kata
mereka adalah sabda, perintah mereka selalu benar, tindakan mereka selalu mulia,
dan melawan mereka adalah dosa. Keadaan ini disadari sepenuhnya oleh koalisi
antara pemuka agama dan penguasa. Ketundukan rakyat adalah alat yang sangat
ampuh untuk menekan dan memeras mereka demi keuntungan pribadi kaum –
kaum petinggi tersebut. Ancaman kekerasan oleh penguasa dan doktrinisasi oleh
pemuka agama membuat rakyat dalam posisi terjepit. Melawan penguasa dalam
bentuk apapun pasti berakhir dengan hukuman mati, dengan dua tuduhan pasti
pula, yaitu dianggap bid’ah atau berkhianat. Belum puas memeras kerajaannya
sendiri, atas dasar agama mereka melakukan penaklukan ke kerajan-kerajan lain
supaya semakin kaya. Perburuan terhadap relic-relic keagaman pada masa ini
marak terjadi. Relic-relic digunakan sebagai pemerkuat legitimasi kekuasaan para
elit negara.

5. 1000 – 1500 tahun : Masa Suram

Pada fase ini agama kehilangan identitas aslinya. Agama yang diharapkan
sebagai penuntut manusia menuju ke arah kehidupan yang lebih beradab seakan
kehilangan fungsinya. Ajaran agama ditafsirkan secara sepihak demi keuntungan
kelompok elit dan demi mengalahkan kelompok yang menjadi musuhnya. Tafsir
atas ajaran agama yang dikuasai oleh segelitir petinggi agama terlanjur merasuk
ke benak umat kebanyakan. Ketika kekuatan penguasa mulai melemah dalam
upayanya memperluas kekuasaan atas nama agama, maka tafsir yang salah ini
terwariskan ke umatnya. pengsakralan yang dogmatis terhadap pemimpin agama
dan kerasnya doktrinasi yang diterima umat pada masa sebelumnya, membuat
umat takut untuk mengartikan ulang makna ajaran agama yang mereka jalani.
Pada masa sebelumnya agama rusak ditangan para petingginya, pada masa ini
agama semakin rusak karena kesalahan para pendahulunya terus dijalankan dan
diajaran secara turun temurun ketengah umat.

Ada dua kelompok pemikiran dalam fase ini. Kelompok yang hidup
dengan pemikiran agama yang sempit dan kelompok lain yang lebih kecil, yaitu
kelompok yang mulai kritis dalam memandang ajaran agama sendiri. Segelitir
umat yang mulai sadar akan kemunduran dari nilai dan fungsi agama justru
dianggap sebagai kelompok yang sesat oleh kaum fundamentalis. Tujuan dari dua
kelompok tersebut bisa dibilang sama. Keduanya ingin kembali ke masa
keemasan agamanya. Kelompok umat yang kritis berpandangan bahwa untuk
mengembalikan ajaran agama sesuai fungsinya, maka harus diadakan
reinterprestasi ajaran sesuai konteks zaman dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai
ajaran yang hakiki. Sedangkan kelompok fundamentalis menganggap bahwa
masa keemasan bisa kembali tercapai bila umat terhindar dari penyelewengan
nilai dalam ajaran agama. Nilai ajaran agama yang mereka maksud adalah ajaran
dalam pandangan dan praktek yang serba tekstual. Pemahaman agama secara
tekstual merupakan proyek pembodohan dari petinggi agama. Umat dikondisikan
untuk menjalankan agama secara tekstual sehingga pengetahuan mereka terbatas.
Keterbatasan ini akan membuat umat selalu tergantung kepada para petinggi
agama.

Salah satu keuntungan lain dari proyek pembodohan ini adalah, ketika umat selalu
ditakuti dengan memberikan lebel yang begitu sakral pada teks agama, para elit
agama jadi lebih mudah dalam mengkontrol atau menyetir pemikiran umat.
Kondisi tersebut sangat berbahaya bagi kehidupan umat beragama. Karena nilai
ajaran agama manapun yang dijalankan secara tekstual, akan berbenturan keras
dengan ajaran agama lain, dengan keragaman budaya, dengan pemikiran –
pemikiran maju, dengan HAM, dengan nilai dasar kemanusiaan, dengan
perkembangan zaman dan dengan nilai-nilai beradaban. Benturan-benturan ini tak
jarang menimbulkan konflik yang mengarah ke tindak kekerasan bahkan
peperangan. Agama yang seharusnya menjadi sumber kedamaian, tampil dengan
wajah seram yang seakan-akan selalu haus darah. Agama dalam fase ini hadir
sebagai antitesis dari kemajuan peradaban manusia. Kalau agama terlalu lama
terjabak dalam fase gelapnya, agama yang tadinya (katanya) mulia, bisa berubah
menjadi racun yang mencemari peradaban manusia. Agama yang terlalu nyaman
berada dalam fase gelapnya, bahkan ada gerakan yang sistematis untuk
mempertahankan fase tersebut, maka ia menuju kehancurannya sendiri.

6. 1500 – 2000 tahun : Masa Reformasi.

Reformasi adalah sebuah kelahiran kedua. Agama lahir kembali dengan


langkah pemurnian nilai-nilai ajaran dari pengaruh kekuasaan, politik, materi dan
ego sekelompok umatnya. Dalam fase ini agama dikembalikan ke akar
fungsionalnya sebagai tatanan kehidupan manusia yang lebih indah, baik dan
beradab. Untuk ke-efektifannya, reformasi ini harus lahir dari para petinggi
agama. Bila gerakan perubahan tersebut hanya muncul dari segelintir umat tanpa
dibarengi kesadaran dari para pemuka agama, maka gerakan tersebut akan sia-sia
belaka. Hanya akan dipandang sebagai sebuah gerakan pemberontakan semata.
Inti dari gerakan reformasi ini adalah menempatkan kepentingan umat manusia
secara umum di atas kepentingan kelompok agama itu sendiri. Hal-hal teknis
dalam ajaran agama yang kiranya dapat menghalangi peran agama dalam
memperindah kehidupan manusia harus diberi pemaknaan ulang.

Agama harus menyadari bahwa ia hadir di dunia dengan ragam manusia


yang sangat majemuk. Pagar-pagar tinggi yang sengaja diciptakan pada masa
yang lalu untuk kepentingan ekslusifitas agama dan para pemukanya harus
dirubuhkan. Agama tampil dengan lebih ramah, dengan meminimalisir sekat–
sekat yang dapat menghalangi penyebaran nilai-nilai mulianya ke tengah umat
manusia. Satu hal yang harus ditempuh agar hal itu dapat dilakukan adalah
dengan tafsir ulang ajaran agama. Ajaran agama tidak lagi terpaku pada hal-hal
yang tekstual, tapi lebih pada pemaknaan secara kontekstual sesuai dengan
manusia, kebudayaan dan zaman yang sedang dihadapinya.
7. Lebih dari 2000 tahun – Fase Peleburan.

Akibat dari keberhasilan pada fase sebelumnya, agama kini hadir dengan
lebih universal. Ajaran-ajarannya tidak lagi berbenturan dengan kemajemukan
manusia. Pada fase ini, inti ajaran mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari
atribut keagamaan. Nilai-nilai dasar agama tidak hanya merasuk dalam umat yang
mengimaninya tetapi juga dapat diresapi oleh umat manusia secara umum.
Bahkan kelompok orang yang menentang atau memusuhi suatu agama, dapat
secara tidak sadar tetap menerima dan menjalankan ajaran dari agama yang
ditentangnya. Ajaran agama menjadi milik umum dan bisa diamalkan tanpa harus
ikut dalam keanggotaan dari suatu kelompok agama tertentu. Sebagai contoh,
yoga, meditasi, kundalini, terapi holistic, dulunya adalah praktek agama, sekarang
hal tersebut menjadi sesuatu yang umum sebagai bagian dari upaya kesehatan dan
gaya hidup.

Menyadari dengan hati nurani yang bersih serta pemikiran logika yang
waras tentang keadaan dari agama yang kita anut, membantu perkembangan
pemikiran keagamaan untuk menuju ke tingkat yang lebih baik. Rasa terlena
karena menganggap ajaran agama sendiri adalah mutlak yang paling benar
merupakan hal yang sangat berbahaya. Hal ini membutakan kemampuan kita
untuk berintrospeksi dan melaukan perbaikan-perbaikan. Reformasi terhadap
tafsir yang menuju ke arah yang lebih kontekstual tak akan melemahkan nilai-
nilai dasar agama. Gerakan ini justru akan membawa agama sebagai sebuah
tatanan yang lebih manusiawi dan beradab. Agama sebagai sumber konflik adalah
buah dari kegagalan menempatkan ajaran agama secara kontekstual. Jika agama
yang anda anut lebih banyak menimbulkan peperangan, kematian, bencana,
perselisihan, tindak kekerasan, kemunduran budaya dan bukannya menciptakan
kasih, ketenangan serta kedamaian, anda harus segera bertindak untuk lepas dari
fase kegelapan tersebut. Sebelum agama anda dinilai sebagai racun dunia dan
akhirnya musnah ditelan masa.

B. Fungsi Agama Bagi Kehidupan Manusia

Fungsi agama yaitu sebagai pustaka kebenaran, dimana agama diibaratkan


diibartkan sebagai gedung perpustakaan kebenaran.1 Agama dapat dijadikan
sebagai suatu pedoman dalam mengambil suatu keputusan antara yang benar
dan yang salah. Fungsi agama dalam kehidupan antara lain 2:
1. Fungsi Edukatif
Agama memberikan bimbingan pengajaran tentang boleh tidaknya suatu
perbuatan, cara beribadah, dll dengan perantara petugas-petugasnya
(fungsionaris).
2. Fungsi Penyelamatan
Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu ”yang sakral” dan
”makhluk tertinggi” atau Tuhan dengan berkomunikasi dengan-Nya.
Sehingga dalam hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa
yang ia inginkan.
3. Fungsi Pengawasan Sosial
Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang
dianggap baik) dari serbuan desktruktif dari agama baru dan dari siistem
hukum negara modern.
4. Fungsi Memupuk Persaudaraan
Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merrupakan kesatuan tertinggi
karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari
dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan.
5. Fungsi Transformatif
Mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan
menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat dalam kehidupan.

Dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain yaitu :

1. Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.


Agama memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia senantiasa
menerangi dunia (secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di
dalam dunia. Penerangan ini sebenarnya sulit di capai oleh indra manusia,
melainkan sedikit penerangan dari sedikit falsafah. Contohnya agama
islam menerangkan kepada ummatnya bahwa dunia adalah ciptaan Allah
dan setiap manusia harus menaati perintah Allah SWT.
2. Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu di jawab oleh manusia.
Sebagian pertanyaan yang senantiasa di tanya oleh manusia merupakan
pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya
pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan
sebagainya.
3. Memainkan fungsi peranan sosial.
Agama memiliki keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama,
melainkan tingkah laku, pamdangan dunia dan nilai yang sama
pembentukan kelompok manusia.
Fungsi agama juga sebagai pencapai tujuan luhur manusia di dunia ini,
yaitu cita-cita manusia untuk mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin.
Dalam Al-Qur’an Surah At-Thoha : 117-119 disebutkan:

‫فَقُ ْلنَا َٰ َٰٓيَـَٔادَ ُم إِ َّن َٰ َهذَا َعد ٌُّو لَّكَ َو ِلزَ ْو ِجكَ فَ ََل ي ُْخ ِر َجنَّ ُك َما ِمنَ ْٱل َجنَّ ِة فَت َ ْشقَ َٰ َٰٓى‬117

Maka, Kami berfirman: "Wahai Adam sesungguhnya Iblis ini musuh


bagimu dan bagi isterimu; oleh itu, janganlah ia menyebabkan kamu
berdua keluar dari Syurga, kerana dengan yang demikian engkau (dan
isterimu) akan menderita.

َ ‫ إِ َّن لَكَ أَ ََّّل تَ ُجو‬118


‫ع فِي َها َو ََّل ت َ ْع َر َٰى‬

"Sesungguhnya telah dikurniakan berbagai nikmat bagimu, bahawa


engkau tidak akan lapar dalam Syurga itu dan tidak akan bertelanjang.

ْ َ‫ َوأَنَّكَ ََّل ت َْظ َمؤُ ۟ا فِي َها َو ََّل ت‬119


‫ض َح َٰى‬

"Dan sesungguhnya engkau juga tidak akan dahaga dalam Syurga itu, dan
tidak akan merasa panas matahari". {Q.S Thoha 117-119}.

C. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama


Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar
dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup,
musibah, daan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan
kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari
keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama
dan membutuhkan sang khaliknya.

Untuk menjelaskan perlunya manusia terhadap agama sebagai


kebutuhan. Ada tiga faktor yang menyebabkan manusia memerlukan
agama yaitu :
1. Faktor Kondisi Manusia
2. Faktor Status Manusia
3. Faktor Struktur Dasar Kepribadian
Dalam buku yang ditulis Yatimin juga Abudin nata bahwa ada tiga
alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama.
Yaitu:
1. Fitrah Manusia
AL-Qur’an telah menjelaskan agama sebagai fitrah manusia, dan
Allah telah mentapkan perintah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu ”kemudian dari sudut
pandang psikologi hubungan antara manusia dan agama
membuktikan perasaan religius adalah salah satu naluri manusia
yang mendasar.
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia
Disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan manusia
juga memiliki kekurangan. Manusia berpotensi positif dan negatif,
sedangkan daya tarik keburukan lebih kuat dari pada kebaikan.
Oleh karena itu manusia dituntut untuk menjaga kesuciannya, hal
yang dapat dilakukan untuk menjaga kesucianya dengan cara
mendekatkan diri kepada tuhan dengan bimbingan agama dan
disinilah letak kebutuhan terhadap agama.
3. Tantangan Manusia
Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan
setan, sedangkan tantangan dari luar berupa rekayasa dan upayah-
upayah yang dilakukan manusia dengan sengaja ingin
memalingkan manusia dari tuhan. Upayah mengatasi dan
membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat
menjalankan agama.
D. Doktrin Kepercayaan Agama
Doktrin agama ajaran tentang asas-asas suatu aliran politik, keagamaan,
pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, pendirian sebagian
golongan ahli ilmu pengetahuan. Istilah doktrin berkaitan dengan suatu kebenaran
dan ajaran. Keduanya tidak dapat dipisahkan sebab menegaskan tentang
kebenaran melalui ajaran, sedangkan yang diajarkan berupa kebenaran. Denagan
demikian, doktrin berisi tentanga ajaran kebenaran yang sudah tentu memiliki
”balutan filosofis”. Doktrin banyak ditemukan dalam banyyak agama seperti
keristen, islam,dimana doktrin dianggap sebagai prinsip utama yang harus di
junjung oleh semua ummat agama tersebut.
Yang istimewa dari doktrin agama tersebut adalah menyebabkan sehingga
wawasan menjadi lebih luas. Ada hal-hal yang kadang tidak terjangkau oleh rasio
kemudian ditemukan oleh agama. Akan tetapi pada hakikatnya tidak ada ajaran
agama (yang benar) bertentangan dengan akal, aleh karena itu agama itu sendiri di
turunkan hanya kepada orang-orang yang berakal. Adapun doktrin didalam agama
tersebut :
1. Doktrin utama dalam agama Yahudi :
a. Percaya kepada Allah pencipta langit dan bumi dan seluruh alam
semesta, dan dialah Allah yang kekal.
b. Percaya bahwa musa addalah nabi yang menerima hukum Allah dan
diutus untuk melayani umat Allah, bangsa israel yang disebut kaum
yahudi.
c. Percaya dan me nanantikan datangnya mesias yang akan menyatakan
kerajaan Allah, dan bahwa dia akan datang pada waktuya.
2. Doktrin utama dalam agama Budha :
a. Tentang realita penderitaan, bahwa didalam hidup manusia tidak dapat
menghindari realita penderitaan.
b. Tentang penyebab adanya penderitaan.
c. Tentang cara manusia mengakhiri penderitaan hidup di dunia ini adalah
meniadakan, membebaskan diri dari semua keinginan, hasrat dan
peraasaan yang ada didalam diri manusia.
d. Tentang jalan kelepasan dari penderitaan setelah memadamkan hasrat
diri dari keinginan tersebut. Manusia melangkah kedalam perjalanan
menuju nirwana.
3. Doktrin utama dari agama konhucu :
a. Pemujaan terhadap arwah leluhur
b. Kesalehan seorang anak terhadap orang tuanya.
4. Doktrin utama dalam agama islam :
a. Iman kepada Allah
b. Iman kepada malaika-malaikat Allah
c. Iman kepada kita-kita Allah
d. Iman kepada rassul-rasul Allah
e. Iman kepada hari kiamat
f. Iman kepada qada dan qadar
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak dimana
keyakinan tersebut dianggap yang paling benar. Fungsi agama yaitu
sebagai pustaka kebenaran, dimana agama diibaratkan suatu gedung
perpustakaan, kebenaran agama memberikan kedamaian ketenangan. Serta
sebagai pedoman-pedoman yang menjelaskan tentang kehidupan di dunia
dan di akhirat. Ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah dan
berbagai bencana, ia akan kembali meminta pertolongan kepada sesuatu
yang serba maha, yang dapat membebaskan dari keadaan itu. Naluriah ini
membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan
khaliknya. Kemudian doktrin adalah ajaran tentang asas-asas suatu aliran
politik, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan. Doktrin
agama suatu prinsip dasar yang utama yang harus dijunjung oleh setiap
ummat beragama dan masing-masing agama memiliki doktrin yang
berbeda-beda sesuai dengan tuhan dan kitabnya. Dengan agama kehidupan
manusia lebih bermakna dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan
sempurna dan bahagia.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai