Anda di halaman 1dari 8

Return on Invested Capital Analysis

pada PT. Garuda Indonesia Tbk.


(Makalah ini disusun sebagi tugas mata kuliah Analisa Laporan Keuangan)

Disusun oleh :
1. Windy Diyandra 120110130001
2. Agung Triyono 120110130017
3. Vina Julia Rosalina 120110130065
4. Sayyidhah Althoof 120110130082
5. Marisa Mirna Rahmi 120110130088
6. Ajeng Inggita Nitrawidya 120110130105

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
PEMBAHASAN
PENTINGNYA PENGEMBALIAN ATAS INVESTASI MODAL
Hubungan antara laba dengan investasi modal, yang disebut pengembalian atas investasi modal
(return on invested capital – ROIC) atau pengembalian atas investasi (return on investment – ROI)
merupakan ukuran kinerja perusahaan. Ukuran ini bertujuan untuk:
- Membandingkan keberhasilan perusahaan atas pengelolaan investasi modal.
- Memungkinkan kita menilai pengembalian perusahaan relatif terhadap resiko investasi modal
- Membandingkan pengembalian atas investasi modal dengan pengemballian investasi
alternative.

Pengembalian atas investasi modal digunakan untuk:


1. Mengukur Efektivitas Manajerial
2. Mengukur Profitabilitas
3. Ukuran untuk Perencanaan dan Pengendalian

KOMPONEN PENGEMBALIAN ATAS INVESTASI MODAL


Pengembalian atas investasi modal (return on invested capital) dihitung sebagai berikut:
Laba
Investasi Modal
A. Asset Operasi Bersih
Banyak analis memisahkan neraca dan laporan laba rugi menjadi komponen operasi dan non-
operasi dan menghitung pengembalian asset operasi bersih (return on net operating assets –
RNOA) sebagai ringkasan ukuran kinerja. Aktivitas operasi merupakan aktivitas inti
perusahaan. Aktivitas ini meliputi seluruh aktivitas yang dibutuhkan untuk membawa produk
atau jasa perusahaan ke pasar, serta melayani kebutuhan para pelanggan.
Laba operasi bersih setelah pajak (Net operating profit after tax - NOPAT)
RNOA =
Rata-rata aset operasi bersih (Net operating assets - NOA)

B. Modal Ekuitas Biasa


Pengembalian ekuitas biasa (return on common equity – ROCE) dinyatakan sebagai laba
bersih dikurangi deviden saham preferen dibagi rata-rata ekuitas biasa. Ekuitas biasa dapat
juga dinyatakan sebagai total asset dikurangi utang dan saham preferen.
C. Menghitung Investasi Modal Suatu Periode
Investasi modal untuk suatu periode umumnya dihitung menggunakan rata-rata modal yang
tersedia bagi perusahaan selama periode tersebut. Metode yang paling umum digunakan
adalah menambah saldo awal dan akhir tahun investasi modal lalu dibagi dua. Metode yang
lebih akurat adalah dengan merata-ratakan jumlah interim – misalnya, menambahkan jumlah
investasi modal tiap akhir kuartal dan membaginya dengan empat.

PENYESUAIAN ATAS INVESTASI MODAL DAN LABA


Analisis pengembalian atas investasi modal menggunakan angka laporan keuangan sebagai
titik awal. Beberapa angka yang tidak dilaporkan di dalam laporan keuangan juga perlu
diperhitungkan. Beberapa penyesuaian seperti yang berhubungan dengan persediaan, mempengaruhi
pembilang maupun penyebut pengembalian investasi modal, sehingga mengurangi pengaruhnya.

MENGHITUNG PENGEMBALIAN INVESTASI MODAL


A. Pengembalian atas Aset Operasi Bersih
Laba operasi bersih setelah pajak (Net operating profit after tax - NOPAT)
RNOA =
Rata-rata aset operasi bersih (Average net operating assets - NOA)

Aset dan kewajiban operasi adalah pos yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha
perusahaan, dan meliputi kas, piutang usaha, persediaan, beban dibayar dimuka, asset pajak
tangguhan, asset tetap, dan investasi jangka panjang yang terkait dengan akuisisi strategis.
Kewajiban operasi bersih adalah utang usaha dan beban yang masih harus dibayar serta
kewajiban operasi jangka panjang dan kewajiban pajak tangguhan. Aset non operasi meliputi
investasi dalam efek yang dapat diperdagangkan investasi non strategis, dan investasi dalam
operasi yang dihentikan sebelum di jual.
NFO = Kewajiban non operasi – asset non operasi
B. Pengembalian atas Equitas Pemegang Saham Biasa
Pengembalian atas ekuitas biasa dihitung sebagai berikut:
Laba bersih - Deviden saham preferen
Rata-rata ekuitas pemegang saham biasa

ROCE terdiri dari dua komponen, yaitu pengembalian operasi dan pengembalian non operasi.

RETURN ON OPERATING ASSET

RNOA = Net Operating Profit After Tax (NOPAT)


Average Net Operating Asset (NOA)
NOA = current asset - curent liabilities + non current asset - non current iabilities

2014 2013 2012 2011


Net Operating (371.974.942) 13.583.006 110.842.573 64.225.536
Profit After
Tax
Average Net 1.021.246.292 1.120.370.071 2.072.537.172 1.116.000.000
Operating
Asset
RNOA -0,3642362718 0,01212367802 0,053481585 0,5754976344

RNOA PT. GARUDA mengalami penurunan, ini disebakan karena net operating profit after
tax mengalami penurunan dari tahun 2012 sampai 2014.

Penurunan kas dan setara kas sebesar 21,9% menjadi USD 326 juta di tahun 2012
yang terutama disebabkan oleh pembayaran uang muka pembelian pesawat terkait dengan
penambahan armada di tahun 2012
Penurunan piutang usaha sebesar 26,2% menjadi USD 129 juta di tahun 2012 seiring
dengan penurunan tagihan baik kepada pihak berelasi maupun kepada pihak ketiga.

Kenaikan dana perawatan pesawat dan uang jaminan dari USD 329 juta di tahun 2011
menjadi USD 462 juta di tahun 2012. Kenaikan uang muka pembelian pesawat sebesar
118,6%, dari USD 227 juta di tahun 2011 menjadi USD 497 juta di tahun 2012. Perusahaan
melakukan pembelian 21 pesawat Airbus A330 dengan jadwal pengiriman mulai November
2012 sampai dengan Desember 2017, 25 pesawat Airbus A320 dengan jadwal pengiriman
mulai 2014 sampai dengan 2018, 10 pesawat Boeing 777-300ER dengan jadwal pengiriman
mulai Juni 2013 sampai dengan Januari 2016, 25 pesawat Boeing 737-800NG dengan jadwal
pengiriman mulai Juni 2009 sampai dengan Februari 2016. Pada tanggal 16 Desember 2011,
Perusahaan menandatangani perjanjian pembelian 6 buah pesawat Bombardier CRJ1000
NextGen series dengan Bombardier Inc.

Kas dan Setara Kas Jumlah kas dan setara kas pada 2014 tercatat sebesar USD434,3
juta. Angka ini menurun sebesar 9,6% atau USD46 juta dibandingkan 2013 yaitu USD480,4
juta. Penurunan ini merupakan dampak dari penurunan kas bersih dari aktivitas operasi dan
pendanaan pada 2014
Piutang Usaha Jumlah piutang usaha pada 2014 tercatat sebesar USD120,6 juta. Angka ini
menurun sebesar 17,1% atau USD24,9 juta dibandingkan 2013 yaitu USD145,5 juta.
Penurunan ini merupakan dampak dari penurunan tagihan kepada pihak ketiga.

Aset Tidak Lancar Aset tidak lancar mengalami peningkatan sebesar 6,2% dari
USD2.156,2 juta pada 2013 menjadi USD2.290,3 juta pada 2014. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh:

Dana Perawatan Pesawat dan Uang Jaminan Total dana yang dialokasikan untuk
perawatan pesawat dan uang jaminan pada 2014 tercatat sebesar USD786,9 juta. Angka ini
meningkat sebesar 27,4% atau USD169,3 juta dibandingkan 2013 yaitu USD617,6 juta.
Kenaikan ini merupakan dampak dari meningkatnya jumlah pesawat yang disewa, dari 124
pesawat pada 2013 menjadi 152 pesawat pada 2014.

Lebih dramatis lagi, net operating profit after tax tahun 2014 menghasilan nilai
minus karena tahun 2014 perusahaan Garuda mengalami kerugian disebabkan pada tahun
2014 melemahnya rupiah dan dilakukannya ekspansi besar-besaran.

OPERATING PROFIT MARGIN


𝑛𝑒𝑡 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 (𝑁𝑂𝑃𝐴𝑇)
𝑂𝑃𝑀 =
𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠

Tahun NOPAT Sales OPM


2014 (371.974.942) 3.933.530.272 -9.46%
2013 13.583.006 3.759.450.237 0,36%
2012 110.842.573 3.472.468.962 3,19%
2011 64.225.536 27.164.570.000 0,23%

 Pada tahun 2014, perhitungan Operating Profit Margin adalah sebesar -9,46 %. Hal
ini menjelaskan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp 1,- penjualan perusahaan akan
memperoleh rui sebelum pajak sebesar Rp 0,0946,-.
 Pada tahun 2013, perhitungan Operating Profit Margin adalah sebesar 0,36 %. Hal
ini menjelaskan bahwa pada tahun 2013 setiap Rp 1,- penjualan perusahaan akan
memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp 0,0036,-.
 Pada tahun 2012, perhitungan Operating Profit Margin adalah sebesar 3,19 %. Hal
ini menjelaskan bahwa pada tahun 2012 setiap Rp 1,- penjualan perusahaan akan
memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp 0,0319-.
 Pada tahun 2011, perhitungan Operating Profit Margin adalah sebesar 0,23 %. Hal
ini menjelaskan bahwa pada tahun 2011 setiap Rp 1,- penjualan perusahaan akan
memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp 0,0023
Return on Common Stockholders Equity

USD
2012 2013 2014
Net Income 110.842.573 13.583.006 (371.974.942)

Preferred Dividend 0 0 0

Average Common 1.146.031.889 1.146.031.889 1.227.732.729


Stockholders Equity
Return of Common 0,097 0,012 (0,30)
Stockholders Equity

 Tahun 2012 return on common stockholders equity yang didapat sebesar 9,7% artinya
setiap 1 USD modal yang ditanamkan menghasilkan USD 0,097 keuntungan bersih
 Tahun 2013 return on common stockholders equity yang didapat sebesar 1,2% artinya
1 USD modal yang ditanamkan menghasilkan USD 0,012 keuntungan bersih.
 Pada tahun 2014 return on common stockholders equity (30%) artinya bahwa
penggunaan 1 USD modal yang ditanamkan tidak menghasilkan keuntungan bersih.

Return of common stockholders equity pada PT Garuda Indonesia terus mengalami


penurunan jika dilihat dari tahun 2012 hingga 2014, hal ini disebabkan penurunan net income
yang cukup signifikan. Penurunan net income pada tahun 2013 karena tingginya beban usaha
yang ditanggung terutama dalam beban operasional penerbangan. Disamping itu merosotnya
nilai kurs rupiah terhadap dollar juga berpengaruh cukup besar sehingga net income PT
Garuda Indonesia menurun. Pada tahun 2014 pendapatan yang ditorehkan PT Garuda
akhirnya tidak dapat menutupi beban dan juga kerugian akibat nilai kurs sehingga mengalami
kerugian sebesar Rp 371.974.942. Hal ini akan berbahaya bagi jika dibiarkan terus menerus,
setidaknya PT Garuda Indonesia harus melakukan efisiensi agar dapat menekan tingginya
biaya operasional penerbangannya yang terus meningkat.

Anda mungkin juga menyukai