Disusun oleh :
1. Windy Diyandra 120110130001
2. Agung Triyono 120110130017
3. Vina Julia Rosalina 120110130065
4. Sayyidhah Althoof 120110130082
5. Marisa Mirna Rahmi 120110130088
6. Ajeng Inggita Nitrawidya 120110130105
Aset dan kewajiban operasi adalah pos yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha
perusahaan, dan meliputi kas, piutang usaha, persediaan, beban dibayar dimuka, asset pajak
tangguhan, asset tetap, dan investasi jangka panjang yang terkait dengan akuisisi strategis.
Kewajiban operasi bersih adalah utang usaha dan beban yang masih harus dibayar serta
kewajiban operasi jangka panjang dan kewajiban pajak tangguhan. Aset non operasi meliputi
investasi dalam efek yang dapat diperdagangkan investasi non strategis, dan investasi dalam
operasi yang dihentikan sebelum di jual.
NFO = Kewajiban non operasi – asset non operasi
B. Pengembalian atas Equitas Pemegang Saham Biasa
Pengembalian atas ekuitas biasa dihitung sebagai berikut:
Laba bersih - Deviden saham preferen
Rata-rata ekuitas pemegang saham biasa
ROCE terdiri dari dua komponen, yaitu pengembalian operasi dan pengembalian non operasi.
RNOA PT. GARUDA mengalami penurunan, ini disebakan karena net operating profit after
tax mengalami penurunan dari tahun 2012 sampai 2014.
Penurunan kas dan setara kas sebesar 21,9% menjadi USD 326 juta di tahun 2012
yang terutama disebabkan oleh pembayaran uang muka pembelian pesawat terkait dengan
penambahan armada di tahun 2012
Penurunan piutang usaha sebesar 26,2% menjadi USD 129 juta di tahun 2012 seiring
dengan penurunan tagihan baik kepada pihak berelasi maupun kepada pihak ketiga.
Kenaikan dana perawatan pesawat dan uang jaminan dari USD 329 juta di tahun 2011
menjadi USD 462 juta di tahun 2012. Kenaikan uang muka pembelian pesawat sebesar
118,6%, dari USD 227 juta di tahun 2011 menjadi USD 497 juta di tahun 2012. Perusahaan
melakukan pembelian 21 pesawat Airbus A330 dengan jadwal pengiriman mulai November
2012 sampai dengan Desember 2017, 25 pesawat Airbus A320 dengan jadwal pengiriman
mulai 2014 sampai dengan 2018, 10 pesawat Boeing 777-300ER dengan jadwal pengiriman
mulai Juni 2013 sampai dengan Januari 2016, 25 pesawat Boeing 737-800NG dengan jadwal
pengiriman mulai Juni 2009 sampai dengan Februari 2016. Pada tanggal 16 Desember 2011,
Perusahaan menandatangani perjanjian pembelian 6 buah pesawat Bombardier CRJ1000
NextGen series dengan Bombardier Inc.
Kas dan Setara Kas Jumlah kas dan setara kas pada 2014 tercatat sebesar USD434,3
juta. Angka ini menurun sebesar 9,6% atau USD46 juta dibandingkan 2013 yaitu USD480,4
juta. Penurunan ini merupakan dampak dari penurunan kas bersih dari aktivitas operasi dan
pendanaan pada 2014
Piutang Usaha Jumlah piutang usaha pada 2014 tercatat sebesar USD120,6 juta. Angka ini
menurun sebesar 17,1% atau USD24,9 juta dibandingkan 2013 yaitu USD145,5 juta.
Penurunan ini merupakan dampak dari penurunan tagihan kepada pihak ketiga.
Aset Tidak Lancar Aset tidak lancar mengalami peningkatan sebesar 6,2% dari
USD2.156,2 juta pada 2013 menjadi USD2.290,3 juta pada 2014. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh:
Dana Perawatan Pesawat dan Uang Jaminan Total dana yang dialokasikan untuk
perawatan pesawat dan uang jaminan pada 2014 tercatat sebesar USD786,9 juta. Angka ini
meningkat sebesar 27,4% atau USD169,3 juta dibandingkan 2013 yaitu USD617,6 juta.
Kenaikan ini merupakan dampak dari meningkatnya jumlah pesawat yang disewa, dari 124
pesawat pada 2013 menjadi 152 pesawat pada 2014.
Lebih dramatis lagi, net operating profit after tax tahun 2014 menghasilan nilai
minus karena tahun 2014 perusahaan Garuda mengalami kerugian disebabkan pada tahun
2014 melemahnya rupiah dan dilakukannya ekspansi besar-besaran.
Pada tahun 2014, perhitungan Operating Profit Margin adalah sebesar -9,46 %. Hal
ini menjelaskan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp 1,- penjualan perusahaan akan
memperoleh rui sebelum pajak sebesar Rp 0,0946,-.
Pada tahun 2013, perhitungan Operating Profit Margin adalah sebesar 0,36 %. Hal
ini menjelaskan bahwa pada tahun 2013 setiap Rp 1,- penjualan perusahaan akan
memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp 0,0036,-.
Pada tahun 2012, perhitungan Operating Profit Margin adalah sebesar 3,19 %. Hal
ini menjelaskan bahwa pada tahun 2012 setiap Rp 1,- penjualan perusahaan akan
memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp 0,0319-.
Pada tahun 2011, perhitungan Operating Profit Margin adalah sebesar 0,23 %. Hal
ini menjelaskan bahwa pada tahun 2011 setiap Rp 1,- penjualan perusahaan akan
memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp 0,0023
Return on Common Stockholders Equity
USD
2012 2013 2014
Net Income 110.842.573 13.583.006 (371.974.942)
Preferred Dividend 0 0 0
Tahun 2012 return on common stockholders equity yang didapat sebesar 9,7% artinya
setiap 1 USD modal yang ditanamkan menghasilkan USD 0,097 keuntungan bersih
Tahun 2013 return on common stockholders equity yang didapat sebesar 1,2% artinya
1 USD modal yang ditanamkan menghasilkan USD 0,012 keuntungan bersih.
Pada tahun 2014 return on common stockholders equity (30%) artinya bahwa
penggunaan 1 USD modal yang ditanamkan tidak menghasilkan keuntungan bersih.