Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

K DENGAN GANGGUAN
ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ANGGREK
RSJ GRHASIA YOGYAKARTA

Disusun oleh :

1. Arie Dwi K (1701005)

2. Dias Mirta Dwi L (1701014)

3. Ira Christiana (1701021)

4. Kunthi Anggraita (1701025)

5. Nabila Cris Auditri (1701031)

6. Shidhiq Rizky P (1701044)

7. Dea ayu kumala (1701011)

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2019
i
Kata pengantar
Puji syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmatnya kami dapat

menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial. Laporan ini ditulis sebagai tugas

untuk mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

mengerjakan laporan ini, sehingga laporan ini dapat selesai pada waktunya. Semoga laporan ini

bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan Ilmu Pengetahuan bagi kita semua dan

dapat memberikan informasi bagi pembaca.

Yogyakarta, 01 Mei 2019

1
Daftar isi

Kata pengantar....................................................................................................................... 1
Daftar isi ................................................................................................................................. 2
BAB I ....................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 3
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 4
C. Metode Penulisan ...................................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................................... 5
LANDASAN TEORI ............................................................................................................. 5
A. Konsep Dasar Medis ................................................................................................. 5
BAB III.................................................................................................................................. 15
PENGELOLAAN KASUS .................................................................................................. 15
A. PENGKAJIAN ........................................................................................................ 15
B. ANALISA DATA, DAFTAR MASALAH DAN POHON MASALAH ............... 34
B. RENCANA KEPERAWATAN JIWA ................................................................... 40
BAB IV .................................................................................................................................. 55
PENUTUP ............................................................................................................................. 55
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 55
B. Saran ........................................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 57

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena tanpa
kesehatan manusia sulit untuk menjalankan aktivitas. Menurut Undang Undang No 36
tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara
fisik,mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup untuk
produktif secara sosial dan ekonomis. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014
tentang kesehatan jiwa, kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja, secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi pada komunitasnya.
Sedangkan menurut American Nurses Association (ANA) tentang keperawatan jiwa,
keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
dan tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik
dalam meningkatkan, mempertahankan, serta memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada. Selain keterampilan teknik dan alat
klinik, perawat juga berfokus pada proses terapeutik menggunakan diri sendiri/use self
therapeutic. (Kusumawati F dan Hartono Y, 2010). Manifestasi dari bentuk gangguan jiwa
yaitu penyimpangan perilaku emosi dalam bertingkah laku, hal ini terjadi karena
menurunnya semua fungsi kejiwaan (Nasir & Muhith, 2011).
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1.7 per mil. Gangguan jiwa berat
terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa Tengah. Proporsi Rumah
Tangga (RT) yang pernah memasung Anggota Rumah Tangga (ART) gangguan jiwa berat
14,3 % dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di pedesaan (18,2%), serta pada
kelompok yang penduduk dengan kuintal indeks kepemilihan terbawah (19,5%).
Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 %. Provinsi dengan
prevalensi gangguan 3 mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Jawa Barat, Di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur (Kemenkes RI, 2013)

3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan jiwa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bethesda Yakkum Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, meliputi:
a. Pengkajian
Melakukan pengkajian mencakup aspek biologis, psikologis, sosial, kultural dan
spiritual secara fokus pada klien dengan isolasi sosial menarik diri
b. Diagnosa
Merumuskan daftar masalah keperawatan kemudian menetapkan prioritas
diagnosa keperawatan tunggal pada klien dengan isolasi sosial menarik diri.
c. Perencanaan
Menggunakan paket SP sebagai acuan untuk membuat rencana keperawatan jiwa
diagnosa tunggal pada klien dengan isolasi sosial menarik diri.
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah keperawatan jiwa ini, penulis menggunakan metode
deskriptif, yaitu metode ilmiah dengan pendekatan studi kasus dan teknik pengumpulan
data melalui wawancara terhadap klien dan keluarga klien, observasi klien secara langsung
dan studi keperawatan.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
menganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. (Depkes RI, 2000)
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
atau menghindari hubungan dengan orang lain. Menurut Townsend M.C. (1998),
menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Sedangkan menurut
Depkes RI (1989), penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan
melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap. Jadi, menarik diri adalah
keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan
menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat
sementara atau menetap.
Jadi, isolasi sosial menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak mampu
berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan orang lain di sekitarnya.

2. Rentang Respon Sosial


Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yang
adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku.
Sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma sosial dan budaya
setempat. Respon sosial yang maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga,
gangguan komunikasi, dan kesepian (Townsend M.C., 1998)

5
RENTANG RESPON SOSIAL

Respon adaptif Respon


Maladaptif

1. Menyendiri 1. Merasa 1. Manipulasi


2. Otonomi sendiri 2. Impulsif
3. Bekerjasama (loneliness) 3. Narcisissm
(mutualisme) 2. Menarik diri
4. Saling 3. Tergantung
tergantung (dependen)
(interdependen)
Gambar: Rentang Respon Sosial: Menarik Diri (Townsend, M.C., 1998)

Rentang Sosial: Menarik Diri


Respon
Menyendiri Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
(solitide). merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya
dan untuk mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selama
Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
Otonomi Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan dalam hubungan.
Bekerja sama Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
(mutualisme) tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
Saling Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan
tergantung yang lainnya dalam membina hubungan interpersonal.
(interdependen)
Merasa Sendiri Biasanya disebut dengan kesepian. Dimanifestasikan dengan
merasa tidak tahan dan untuk satu alasan atau yang lain
menganggap bahwa dirinya sendirian dalam menghadapi

6
masalah, cenderung pemalu, sering merasa tidak PD dan minder,
atau merasa kurang bisa bergaul.
Menarik diri Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang
lain.
Tergantung Terjadi bila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya
(dependen) diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
Gambaran utama dari gangguan ini adalah kesulitan dengan
“perpisahan”, dimana gangguan ini berisiko menjadi gangguan
depresi dan gangguan cemas sehingga berkecenderungan
berpikiran untuk bunuh diri. Diperkirakan lebih dari 2% dari
populasi dewasa mengalami gangguan ini dengan perbandingan
antara pria dan wanita sama.
Manipulasi Sebuah proses rekayasa dengan melakukan penambahan,
pensembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian
atau keseluruhan sebuah realitas, kenyataan, fakta-fakta ataupun
sejarah yang dilakukan berdasarkan sistem perancangan sebuah
tata sistem nilai sehingga manipulasi adalah bagian penting dari
tindakan penanamkan gagasan, sikap, sistem berfikir, perilaku
dan kepercayaan tertentu. Manipulasi merupakan gangguan
hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.

7
3.Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial
yaitu:
1) Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan yang harus
terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas
tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang
nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.
Tahap Tugas
perkembangan
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
(0-18 bulan)
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
(18bln- 3thn)
Masa prasekolah Melajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan
(3-6 tahun) hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan berkompromi
(6-12 tahun)
Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama jenis
(12-18 tahun) kelamin
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan teman,
(18-35 tahun) mencari pasangan, menikah dan mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui
(35-64 tahun)
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan
(65 thn keatas) perasaan ketertarikan dengan budaya

8
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu
keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
3) Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan
hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut
usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan
sosialnya.
4) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi gangguan
hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizfrenia yang mengalami
masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi
otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
b. Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat
terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak
terpenuhi kebutuhan individu.

9
4.Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri menurut
Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala Subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang atau singkat
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Klien merasa ditolak
b. Gejala Objektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6) Kontak mata kurang
7) Kurang spontan
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9) Ekpresi wajah kurang berseri
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11) Mengisolasi diri
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13) Memasukan makanan dan minuman terganggu
14) Retensi urine dan feses
15) Aktifitas menurun
16) Kurang energi (tenaga)
17) Rendah diri
18) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi tidur).

10
5.Patopsikologi
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkungannya. Padahalnya
rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap
kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepidan takut dengan orang yang
dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri (self
estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk dapat
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu
mekanisme koping yang adekuat.
Sumber koping berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi:
- keterlibatan dalam hubungan keluarga dengan teman
- hubungan dengan hewan peliharaan
- penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal misalnya
kesenian, musik atau tulisan (Ernawati Dalami dkk,2009,Hal.10)
Sumber-sumber koping meliputi:
- ekonomi
- kemampuan menyelesaikan masalah
- tekhnik pertahanan
- dukungan sosial dan motivasi
Sumber koping sebagai model ekonomi dapat membantu seseorang
mengintregrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi
koping yang berhasil. Semua orang walaupun terganggu prilakunya tetap
mempunyai beberapa kelebihan personal yang mungkin meliputi: aktivitas
keluarga, hobi, seni, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan kecerdasan dan
hubungan interpersonal. Dukungan sosial dari peningkatan respon psikofisiologis
yang adaptif, motifasi berasal dari dukungan keluarga ataupun individu sendiri
sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri pada individu. (Stuart &
Sundeen, 1998)

11
6. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa
lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko gangguan sensori persepsi:
halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktivitas
sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri ( Deden Dermawan dan
Rusdi,2013)

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Minnesolla Multiphasic Personality (MMPI)
Adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan oleh psikiater dan psikolog dalam
menentukan kepribadian yang terdiri dari 556 pernyataan benar atau salah.
b. Elektroensefalografik (EEG)
Suatu pemeriksaan dalam psikiatri untuk membentuk membedakan antara etiologi
fungsional dan organik dalam kelainan mental
c. Test laboratorium kromosom darah untuk mengetahui apakah gangguan jiwa
disebabkan oleh genetik
d. Rontgen kepala untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan kelainan struktur
anatomi tubuh

8. Penatalaksanaan
1. Obat anti psikotik
a. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai sosial dan titik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin.

Efek samping: sedasi, gangguan otonomik(hipotesis,


antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan
defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung), gangguan ekstra piramidal (distonia akut,
12
akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan
endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian
jangka panjang.

b. Haloperidol (HDL)
Indikasi: berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral
serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari.

Efek samping: sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi,


antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama
jantung).

c. Trihexy phenidyl (THP)


Indikasi: segala jenis penyakit parkinson termasuk paska ensepalitis dan idiopatik,
sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.

Efek samping: sedasi dan inhibisi psikomotor gangguan otonomik (hypertensi, anti
kolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).

2. Therapy farmakologi

3. Electro Convulsive Therapi


Electro Convulsive Therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan Elekroshock
adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energy shock listrik dalam usaha
pengobatannya. Biasanya ECT ditunjukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang
tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya. ECT bertujuan untuk
menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek terapi (Therapeutic
Clonic Seizure) setidaknya 15 detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang
dimana seseorang kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan.

13
4. Therapy Kelompok
Merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama
dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang
therapist satu petugas kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan memberikan
stimulusbagi klien dengan gangguan interpersonal.

5. Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus
mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara
kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang
yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan
memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang
(Deden Dermawan dan Rudi, 2013)

14
BAB III

PENGELOLAAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tgl Pengkajian: 19 April 2019 Jam: 09.00
Oleh: Kelompok 1

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. K
Umur : 26 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Alamat : Mlati, Sleman
Tgl. Masuk RS : 11 April 2019
Ruang : Anggrek
Nomor CM : 02xxxx

2. ALASAN MASUK
Dua bulan sebelumnya klien sering menyendiri, sering bicara sendiri, bingung, sulit
tidur, tidak mau makan dan jarang sekali bergaul dengan lingkungannya. Klien
merasa malu karena tidak bekerja dan juga merasa dirinya dimusuhi oleh adik
kandungnya hingga akhirnya klien memukul adiknya sendiri.Terkadang klien juga
marah-marah dan berteriak bila dipaksa untuk makan dan minum.Karena kondisi
ini maka pada tanggal 11 April 2019 keluarga membawa klien ke RSJ Grhasia
Yogyakarta.

15
3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah Mengalami gangguan jiwa di masa lalu
✓ Ya ☐Tidak
b. Pengobatan sebelumnya :
✓ Berhasil ☐ Kurang Berhasil ☐ Tidak Berhasil
c. Trauma
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya Fisik 26 thn ✓  
Aniaya Seksual    
Penolakan    
Kekerasan dalam
26 thn ✓  
Keluarga
Tindakan Kriminal    
Lain – lain    

Jelaskan: klien pernah mengalami gangguan jiwa 3 tahun yang lalu,


pengobatannya berhasil karena klien pulang dengan keadaan tenang. Namun
setelah dirumah klien tidak patuh dalam mengonsumsi obat dan klien tidak
pernah melakukan kontrol. Klien menjadi pelaku aniaya fisik dan kekerasan
dalam keluarga pada usia 26 tahun dengan memukul adik kandungnya sendiri
karena merasa dirinya dimusuhi.
Masalah Keperawatan :
☐ Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
☐ Sindroma Trauma Perkosaan
☐ Resiko tinggi kekerasan
☐ Respon pasca trauma
✓ Lain – lain, Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik

d. Anggota Keluarga yang gangguan jiwa ?


☐ Ya ✓Tidak
Bila ada hubungan keluarga : -
Gejala : -
Riwayat Pengobatan : -

16
Masalah Keperawatan :
□ Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
☐ Koping keluarga tidak efektif : gangguan koping
☐ Resiko tinggi kekerasan
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ?
Klien gagal dalam melamar pekerjaan (polisi).
Masalah Keperawatan :
☐ Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
☐ Respon pasca trauma
☐ Berduka antisipasi
☐ Sindroma trauma perkosaan
☐ Berduka disfungsional
✓ Lain – lain, Koping individu inefektif

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda Vital : TD : 110 / 80 mmHg
N : .86 x/menit S : 370C P : 18 x/menit
b. Ukuran
Berat badan (BB) :74 Kg Tinggi badan (TB) : 170 cm
IMT : BB =74 =74 = 25,6
(TB)2 (1,7)2 2.89
c. Keluhan Fisik
✓ Tidak ada ☐ Ada
Jelaskan : klien tidak ada keluhan fisik
Masalah Keperawatan :
☐ Resiko tinggi perubahan suhu tubuh
☐ Perubahan perlindungan
☐ Defisit volume cairan
☐ Kerusakan integritas jaringan
☐ Perubahan volume cairan
☐ Perubahan membran mukosa oral

17
☐ Resiko tinggi terhadap infeksi
☐ Kerusakan integritas kulit
☐ Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
☐ Perubahan eliminasi feses
☐ Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
☐ Perubahan eliminasi urin
☐ Perubahan nutrisi : Potensial lebih dari kebutuhan tubuh
☐ Lain – lain

5. PSIKOSOSIAL
a. Genogram

Tn.K

keterangan :

: Klien : Keturunan

: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan : yang meninggal

18
Kesimpulan: klien anak pertama dari dua bersaudara, belum menikah dan

tinggal serumah dengan kedua orang tua dan adik kandungnya. Pengambilan

keputusan dilakukan secara musyawarah yang diimpin oleh ayahnya.

Masalah Keperawatan :

☐ Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan


☐ Koping keluarga tidak efektif : kompromi
☐ Koping keluarga : potensial untuk pertumbuhan
☐ Lain – lain
b. Konsep Diri
1) Gambaran diri : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya
2) Identitas diri : Klien tidak bekerja dan belum menikah
3) Peran :Klien sebagai seorang anak dan kakak yang harus berbakti
dan menuntun adiknya. Klien belum memiliki pekerjaan
4) Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh, pulang dan berkumpul dengan
keluarga
5) Harga diri :Klien merasa dirinya tidak berguna dan malu apabila
bergaul dengan teman dan orang-orang di sekitar karena ia belum bekerja
dan belum memiliki penghasilan.
Masalah Keperawatan
☐ Pengabaian unilateral ☐ Harga diri rendah kronik
☐ Gangguan citra tubuh ✓ Harga diri rendah situasional
☐ Gangguan identitas diri ☐ Lain – lain

19
c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti bagi klien adalah ibunya
2) Klien tidak pernah keluar rumah dan selalu mengurung diri dikamar serta
tidak aktif dalam kegiatan kelompok/masyarakat
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
klien merasa malu dengan lingkungannya karena tidak memiliki pekerjaan
dan tidak mempunyai penghasilan sendiri. Klien tidak ingin bergabung
dengan orang lain dan selalu ingin menyendiri.
Masalah Keperawatan :
☐ Kerusakan Komunikasi ✓ Isolasi sosial
☐ Kerusakan interaksi sosial ☐ Lain – lain
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Klien beragama Islam
2) Kegiatan Ibadah : Selama di RSJ klien jarang melaksanakan sholat, klien
hanya berdoa dan yakin akan kesembuhan.
Masalah Keperawatan :
☐ Distress Spiritual ☐ Lain – lain

6. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, makan, toilet
training dan pemakaian sarana prasarana atau instrumentasi dalam mendukung
penampilan, apakah klien :
✓ Tidak rapi
☐ Penggunaan pakaian tidak sesuai
☐ Cara berpakaian tidak seperti biasa
☐ Lain – lain
Jelaskan : Klien berpakaian tidak rapi dan baju klien tampak kusut, rambutnya
acak-acakan, klien tidak pernah memakai sandal, jika makan klien berantakan
(nasinya berceceran di lantai), klien mengatakan jika BAK disembarang tempat
(dibawah pohon), tercium aroma tidak sedap dari tubuh klien,

20
Masalah Keperawatan :
✓ Defisit perawatan diri: sindrom
☐ Lain – lain

b. Pembicaraan
☐ Cepat ☐ Keras ☐ Gagap
☐ Inkoheresi ☐ Apatis ✓ Tidak mampu memulai
pembicaraan
☐ Lambat ☐ Membisu
Jelaskan : Klien berbicara lambat, kadang membisu, lebih banyak diam, klien
tidak mampu memulai pembicaraan dan cenderung menolak untuk diajak
berkomunikasi. Klien hanya mau bicara kalau sudah dibujuk.
Masalah Keperawatan :
☐ Kerusakan Komunikasi
✓ Kerusakan Komunikasi Verbal
☐ Lain – lain

c. Aktifitas Motorik
✓ Lesu ☐ Tegang ☐ Gelisah
☐ TIK ☐ Grimasen ☐ Tremor
☐ Agitasi ☐ Kompulsif
Jelaskan : Klien nampak lesu. Klien lebih sering diam, duduk menyendiri dan
tiduran daripada beraktivitas. Klien mau beraktivitas apabila dimotivasi. Klien
mengatakan setelah makan hanya menaruh piringnya dan tidak mau
mencucinya sendiri, ia membiarkan temannya yang mencucinya.
Masalah Keperawatan :
☐ Resiko tinggi cidera
☐ Kerusakan mobilitas fisik
✓ Defisit aktivitas deversional / hiburan

21
d. Afek dan Emosi

1) Afek

✓ Datar ☐ Tumpul ☐ Labil ☐ Tidak sesuai

☐ Lain – lain
Jelaskan : Ekspresi wajah klien selalu datar. ketika klien diceritakan hal-hal
lucu yang membuat tertawa, klien tampak biasa saja dan selalu dengan
ekspresi wajahnya yang datar
Masalah Keperawatan :
☐ Resiko tinggi cidera ☐ Kerusakan komunikasi verbal
☐ Kerusakan Komunikasi ☐ Kerusakan Interaksi Sosial
☐ Lain – lain
2) Alam Perasaan (emosi)
✓ Sedih ☐ Putus Asa ☐ Gembira
☐ Ketakutan ☐ Kuatir ☐ Lain – lain
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa ia merasa sedih. Meskipun temannya
sedang berkumpul rame-rame namun klien lebih suka menyendiri dan tidak
mau bergabung dengan yang lain. Klien merasa dirinya dipisahkan oleh
teman-teman yang lain.
Masalah Keperawatan :
☐ Resiko tinggi cidera ☐ Resiko tinggi menciderai
diri
☐ Resiko tinggi membahayakan diri ☐ Ansietas
☐ Ketakutan ✓ Isolasi sosial
☐ Ketidakberdayaan ☐ Resiko tinggi mutilasi diri
e. Interaksi Selama Wawancara
☐ Bermusuhan ☐ Tidak kooperatif ☐ Mudah tersinggung
✓ Kontak mata kurang ☐ Defensif ☐ Curiga
Jelaskan :Kontak mata dengan orang sekitar sangat kurang , saat melakukan
kegiatan klien kurang kooperatif. Selama wawancara klien lebih banyak
menunduk dan diam

22
Masalah Keperawatan :
☐ Kerusakan komunikasi ✓ Isolasi sosial
☐ Resiko tinggi penganiayaan diri ☐ Resiko tinggi kekerasan
☐ Kerusakan interaksi sosial ☐ Resiko membahayakan diri
☐ Resiko tinggi mulitasi diri

f. Persepsi Sensori
1) Apakah ada gangguan?
✓Ada ☐ Tidak ada
2) Halusinasi
☐ Pendengaran ✓ Penglihatan
☐Pengecapan ☐ Penghidu ☐ Perabaan ☐Kinestetik
3) Ilusi :
☐ Ada ✓Tidak ada
☐ Lain-lain
Jelaskan :Klien mengatakan bahwa ia melihat sekelompok polisi yang sedang
apel dan ia turut serta di dalamnya. Klien sering terlihat melamun dan selalu
menyendiri sambil mengenakan topi PDL berwarna hitam. Klien tampak
berbicara sendiri. Dalam sehari klien bisa berhalusinasi kurang lebih 3-4 kali
dengan durasi sekitar 15 menit. Klien dalam fase controlling dimana klien
merasa nyaman dengan apa yang ia lihat.
Masalah Keperawatan :
✓ Perubahan persepsi sensori; halusinasi penglihatan
g. Proses Pikir
1) Proses Pikir (Arus dan Bentuk Pikir)
☐ Sirkumtansial ☐ Tangensial
✓ Blocking ☐ Kehilangan asosiasi
☐ Flight of idea ☐ Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan :Klien hanya menjawab pertanyaan seputar nama pasien, alamat
,nama orang tuanya dan saat ditanya sering tidak menjawab dan hanya
menunduk diam

23
2) Isi Pikir
☐ Obsesi ☐ Hipokondria ☐ Depersonalisasi
☐ Pikiran magis ☐ Ide terkait
Jelaskan: Klien tidak mengalami waham maupun gangguan isi pikir yang lain
Masalah Keperawatan :
☐ Perubahan proses pikir

h. Tingkat Kesadaran
✓ Bingung ☐ Sedasi ☐ Stupor
☐ Lain-lain
Jelaskan : klien sadar sepenuhnya ditandai klien tampak bingung
Ada gangguan orientasi (disorientasi) :
☐ Waktu ☐ Orang ☐ tempat
Jelaskan : klien bisa menyebutkan namanya dengan benar, juga bisa
membedakan waktu pagi, siang dan malam serta dapat menyebutkan tempat
dimana klien berada
Masalah Keperawatan :
☐ Resiko tinggi cedera
✓ Perubahan proses pikir
i. Memori
☐ Gangguan daya ingat jangka panjang
☐ Gangguan daya ingat jangka menengah
☐ Gangguan daya ingat jangka pendek
☐ Konfabulasi
Jelaskan : Klien dapat mengingat kejadian masa lalu
Masalah Keperawatan :
☐ Perubahan proses pikir

j. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


☐ Mudah beralih
☐ Tidak mampu berkonsentrasi
☐ Tidak mampu berhitung sederhana

24
Jelaskan : Klien mampu berhitung sederhana, klien dapat menyebutkan angka,
klien juga mampu menjawab 3 dikurangi 1, klien menjawab 2
Masalah Keperawatan :
☐ Perubahan proses pikir
☐ Isolasi sosial

k. Kemampuan Penilaian
☐ Gangguan ringan ☐ Gangguan bermakna
☐ Lain-lain
Jelaskan: Klien mampu mengambil keputusan yang ringan misal klien lebih
memilih mandi dulu sebelum makan
Masalah Keperawatan :
☐ Perubahan proses pikir
l. Daya Tilik Diri
✓ Mengingkari penyakit yang diderita
☐ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
☐ Lain-lain
Jelaskan : Klien menyangkal bahwa dirinya tidak sakit dan merasa dirinya baik-
baik saja
Masalah Keperawatan :
✓ Ketidakefektifan penatalaksaan regimen terapeutik
☐ Perubahan proses pikir
☐ Ketidakpatuhan

25
7. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
a. Kemampuan Klien Memenuhi Kebutuhan
Kemampuan Ya Tidak
memenuhi kebutuhan
Makanan ✓
Keamanan ✓
Perawatan kesehatan ✓
Pakaian ✓
Transportasi ✓
Tempat tinggal ✓
Keuangan ✓
Lain-lain

Jelaskan :Klien dapat memenuhi kebutuhan makan, berpakaian, transportasi dan


tempat tinggal dan klien belum mampu memenuhi kebutuhan keamanan,
perawatan kesehatan dan keuangan.
Masalah Keperawatan :
☐ Perubahan pemeliharaan kesehatan
☐ Perilaku mencari bantuan kesehatan

b. Kegiatan Hidup Sehari-hari (ADL)


1) Perawatan Diri
Kegiatan hidup sehari- Bantuan total Batasan minimal
hari
Mandi ✓
Kebersihan ✓
Makan ✓
Buang air kecil (BAK) ✓
Buang air besar (BAB) ✓
Ganti pakaian ✓

26
Jelaskan :Klien dapat melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari secara
mandiri
Masalah Keperawatan :
☐ Perubahan pemeliharaan kesehatan
☐ Sindroma defisit perawatan diri
☐ Perubahan eliminasi feses
☐ Perubahan eliminasi urin
☐ Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah

2) Nutrisi
 Apakah anda puas dengan pola makan anda?
✓ Puas ☐ Tidak puas
 Apakah saat makan anda memisahkan diri?
☐ Ya ✓ Tidak
 Frekuensi makan sehari : 3 x
 Nafsu makan
✓Meningkat ☐Menurun ☐ Berlebihan ☐ Sedikit-
sedikit
 Berat badan
✓Meningkat ☐Menurun
BB saat ini :74 Kg BB terendah : 71 Kg BB tertinggi : 74Kg
Jelaskan :klien makan sehari 3x sehari bersama dengan teman-temannya.
Klien mampu menghabiskan 1 porsi makan dengan menu seimbang yang
sudah disiapkan dari instalasi gizi (nasi, sayur, lauk, buah-buah). Klien
makan pagi pukul 07.00 WIB, makan siang pukul 12.00 WIB dan makan
malam pukul 19.00 WIB. Setelah makan, klien merapikannya sendiri.
Masalah Keperawatan :
☐ Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
☐ Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
☐ Perubahan nutrisi : potensial lebih dari kebutuhan tubuh
3) Tidur
 Apakah ada masalah tidur?

27
✓ Tidak ada
☐ Ada
 Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
✓ Segar
☐ Tidak segar
 Apakah ada yang menolong anda untuk mempermudah tidur?
✓ Tidak ada
☐ Ada
 Tidur malam jam : 20.00 WIB Bangun jam : 05.00WIB Rata-rata
tidur malam : 8 jam
 Apakah ada gangguan tidur?
☐ Sulit untuk tidur ☐ Bangun terlalu pagi
☐ Samnambulisme ☐ Terbangun saat tidur
☐ Gelisah saat tidur ☐ Berbicara saat tidur
Jelaskan : klien tidak ada gangguan tidur dan klien tampak tenang saat
tidur. Klien mulai tidur jam 20.00 WIB dan bangun pukul 05.00 WIB
dalam keadaan segar. Klien tidak menggunakan pengantar tidur.
Aktivitas klien sebelum tidur yaitu melamun dan diam namun tidak
lupa untuk membaca doa sebelum tidur. Setelah bangun, klien langsung
cuci muka dan mandi
Masalah Keperawatan :
☐ Gangguan pola tidur

c. Kemampuan Klien dalam Hal-Hal Berikut


1) Mengantisipasi kehidupan sehari-hari :
☐ Ya ✓ Tidak
2) Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri :
✓ Ya ☐ Tidak
3) Mengatur penggunaan obat :
✓ Ya ☐ Tidak
4) Melakukan pemeriksaan kesehatan
✓ Ya ☐ TidaK

28
Jelaskan : klien minum obat 2 x sehari dengan bantuan perawat, setelah
minum obat klien merasa ngantuk dan lemas. Setiap pagi klien selalu
melakukan pengecekan kesehatan bersama dengan teman-teman yang
lainnya
Masalah Keperawatan :
☐ Konflik pengambilan keputusan
☐ Ketidakpedulian
☐ Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik
☐ Lain-lain

d. Klien Memiliki Sistem Pendukung


1) Keluarga : ✓ Ya ☐ Tidak
2) Teman sejawat : ✓ Ya ☐ Tidak
3) Terapis : ✓ Ya ☐ Tidak
4) Kelompok social : ☐ Ya ✓ Tidak
Jelaskan :klien mendapat dukungan penuh dari keluarga, teman dan terapis
Masalah Keperawatan :
☐ Perilaku mencari bantuan kesehatan

e. Apakah Klien Menikmati Saat Bekerja, Kegiatan Produktif atau Hobi?


☐ Ya/menikmati
☐ Tidak menikmati
Jelaskan: Kegiatan klien yang sering dilakukan adalah menyirami tanaman
setiap sore, karena klien menyukai tanaman dari kecil.
Masalah Keperawatan :
☐ Defisit aktivitas deversional

29
8. MEKANISME KOPING
Adaptif Mal Adaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
Tehnik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivasi konstruksi Menghindar
Olahraga Menciderai diri
Lain- Lain-
lain………………………………… lain…………………………………
… …

Jelaskan: Klien mengatakan ketika ada masalah biasanya memendam sendirian dan
mengurung diri, karena klien merasa bingung bagaimana cara untuk
menceritakannya kepada teman maupun keluarga. Klien juga merasa malu akan
masalah yang dihadapinya selama ini, sehingga ia cenderung untuk menutup diri
dan tidak mau menceritakan kepada orang lain.
Masalah Keperawatan :
☐ Kegiatan penyesuaian
✓ Koping individu tidak efektif (defensif)
☐ Koping individu tidak efektif (menyangkal)
☐ Lain-lain

9. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah dengan dukungan kelompok:
Klien tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain dan selalu menyendiri dan
diam
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan:
Klien tidak mengenal semua teman dan jarang berinteraksi dengan
lingkungan.
c. Masalah dengan pendidikan:
Klien merasa kurang berpendidikan karena hanya lulusan SMA
d. Masalah dengan pekerjaan:
Saat melakukan pekerjaan yang tidak disukai biasanya klien hanya diam saja

30
e. Masalah dengan perumahan:
Tidak terkaji
f. Masalah dengan ekonomi:
Tidak terkaji
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan:
Klien selalu mengikuti jika ada pelayanan kesehatan
h. Masalah lainnya:
Tidak ada masalah lain
Masalah Keperawatan
☐ Perubahan pemeliharaan kesehatan
☐ Enuresis maturasi
☐ Perubahan pola eliminasi urin (retensi urin)
☐ Ketidakberdayaan
☐ Perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia total)
☐ Keputusan
☐ Perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia disfungsional)
☐ Perubahan kinerja peran
☐ Perubahan pola eliminasi urin (inkontonsia refek)
☐ Sindroma stress relokasi
☐ perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia stress)
☐ Perilaku mencari bantuan
☐ Gangguan konsep diri (gangguan citra tubuh)
☐ Gangguan konsep diri (gangguan odentitas diri)
☐ Gangguan konsep diri (gangguan harga diri)
☐ Gangguan konsep diri (gangguan harga diri rendah kronik)
☐ Gangguan konsep diri (gangguan harga diri rendah situasional)

31
10. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
☐ Penyakit/gangguan jiwa ☐ Sistem pendukung
☐ Faktor presipitasi ✓ Koping
☐ Penyakit fisik ☐ Obat-obatan
☐ Lain-lain
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa setelah gagal menjadi polisi ia merasa sangat
putus asa, merasa malu, sedih dan depresi, klien tidak mengetahui cara untuk
mengatasi stress sehingga koping klien inefektif.
Masalah Keperawatan :
☐ Perilaku mencari bantuan kesehatan
☐ Penatalaksanaan terapeutik tidak efektif
☐ Ketidakpuasaan
✓ Kurang pengetahuan tentang mengendalikan koping

11. ASPEK MEDIS


Diagnosa medis :Isolasi Sosial : Menarik Diri
Terapi Medis:
a. Chlorpramazine (cpz) :10mg/tablet diberikan secara oral pukul 06.00 WIB
b. Trihexypenidil :2mg/tablet diberikan secara oral pukul 18.00 WIB
Analisa obat:
No Nama Indikasi Kontraindikasi Efek Implikasi
Obat Samping Keperawatan
1. Chlorpra Untuk Penyakit hati, Sakit kepala, Perawat
mazine penangana penyakit ginjal, kejang, mengevaluasi
(cpz) n psikotik kelainan jantung, insomnia, kembali setelah
10mg/tab seperti ketergantungan pusing, obat diberikan
let skizopenia obat, penyakit keletihan
bias ssp, gangguan
menimbulk kesadaran.
an efek

32
seperti:
ansietas,
agitasi dan
cegukkan
yang sulit
diatasi
2 Trihexypeni Segala Hipersensitivitas. Mulut Perawat
. dil jenis kering, mengevaluasi
2mg/tablet penyakit prnglihatan kembali setelah
Parkinson, kabur, obat diberikan
gejala pusing, mual,
ekstra muntah,
piramida, bingung,
berkaitan dilatasi
dengan ginjal, retensi
obat- urin.
obatan
psikotik.
Masalah Keperawatan :
☐ Efek terapi obat-obatan
☐ Efek terapi antianisetas
☐ Efek merugikan terapi anti depresi
☐ Efek terapi psokotik
☐ Masalah kolaboratif/potensial komplikasi : multisystem.

33
B. ANALISA DATA, DAFTAR MASALAH DAN POHON MASALAH
1. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. Subyektif : Perubahan persepsi sensori:
- Klien mengatakan bahwa ia Halusinasi penglihatan
melihat sekelompok polisi yang
sedang apel dan ia turut serta
didalamnya.

Objektif :
- Klien tampak berbicara sendiri
- Dalam sehari klien bisa
berhalusinasi kurang lebih 3-4
kali dengan durasi sekitar 15
menit. Klien tampak menikmati
halusinasi dimana ia dalam fase
controlling
- Klien sering terlihat melamun
dan selalu menyendiri sambil
mengenakan topi PDL berwarna
hitam
- Klien tampak bingung
- Afek datar
2. Subyektif : Gangguan isolasi sosial: menarik diri
- Klien merasa malu dan juga
merasa dirinya dimusuhi oleh
adik kandungnya
- Jarang sekali bergaul dengan
lingkungannya
- Klien mengatakan lebih suka
sendiri daripada rame-rame
Objektif :
- Klien terlihat sering menyendiri

34
- Kontak mata kurang
- Klien lebih banyak menunduk
dan diam selama wawancara
- Klien cenderung pasif dan tidak
kooperatif saat melakukan
kegiatan/aktivitas
- klien terlihat lesu
3. Subyektif : Gangguan konsep diri: harga diri
- Klien merasa malu dan juga rendah
merasa dirinya dimusuhi oleh
adik kandungnya
- Klien merasa dirinya tidak
berguna
- Klien merasa malu dengan
lingkungannya karena tidak
memiliki pekerjaan dan tidak
memiliki penghasilan sendiri
- Klien merasa dirinya dipisahkan
oleh teman-teman yang lain.
Obyektif :
- Klien hanya diam saja tidak mau
bergabung dengan yang lain.

4. Subyektif: Ketidakefektifan penatalaksanaan


 Klien menyangkal bahwa dirinya regimen terapeutik
tidak sakit dan merasa dirinya
baik-baik saja
 ketika obatnya habis, klien tidak
kontrol lagi
Obyektif:
- klien tidak mampu mengatur
obatnya
5. Subyektif: Koping individu inefektif

35
 Klien juga merasa malu akan
masalah yang dihadapi, sehingga
cenderung untuk menutup diri
dan tidak mau menceritakan
masalahnya kepada orang lain.

 Jika ada masalah klien lebih


senang menyendiri dan
mengurung diri
Obyektif:
- klien kurang beraktivitas dan
tampak bergantung dengan orang
lain.
6. Subyektif: Defisit perawatan diri: mandi
- Klien mengatakan jika BAK
disembarang tempat (dibawah
pohon),
Obyektif:
- Klien berpakaian tidak rapi dan
baju klien tampak kusut.
- Rambutnya acak-acakan.
- Klien tidak pernah memakai
sandal.
- Jika makan klien berantakan
(nasinya berceceran di lantai)
- Tercium aroma tidak sedap dari
tubuh klien,
7. Subyektif: Defisit aktivitas deversional/hiburan
- Klien mengatakan setelah makan
hanya menaruh piringnya dan
tidak mau mencucinya sendiri, ia
membiarkan temannya yang
mencucinya

36
Obyektif :
- Klien nampak lesu.
- Klien lebih sering diam dan
duduk menyendiri, tiduran
daripada beraktivitas.
- Klien mau beraktivitas apabila
dimotivasi
8. Subyektif: - Kerusakan komunikasi verbal
Obyektif:
 Klien berbicara lambat
 Klien hanya mau bicara kalau
sudah dibujuk.
 lebih banyak diam dan cenderung
menolak untuk diajak
berkomunikasi.
 Klien tidak mampu memulai
pembicaraan
8. Subyektif: Kurang pengetahuan tentang
 Klien mengatakan lebih senang mengendalikan koping
memendam masalahnya sendirian
 Klien tidak mengerti cara untuk
mengatasi stress dan
menceritakan masalahnya
Obyektif: -

2. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


a. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik
b. Koping individu inefektif
c. Isolasi sosial : menarik diri
d. Defisit perawatan diri: mandi
e. Defisit aktivitas deversional / hiburan
f. Kerusakan Komunikasi Verbal
g. Perubahan persepsi sensori; halusinasi penglihatan

37
h. Gangguan konsep diri (gangguan harga diri rendah situasional)
i. Kurang pengetahuan tentang mengendalikan koping

38
3. POHON MASALAH

Perubahan sensori persepsi


: Halusinasi penglihatan Efek

Defisit perawatan diri: mandi Isolasi sosial: menarik diri Core problem

Ketidakefektifan penatalaksanan
regimen terapeutik Gangguan konsep diri
: harga diri rendah Sebab
Kerusakan Komunikasi Verbal
Koping individu inefektif

Defisit aktivitas deversional/hiburan

Kurang pengetahuan tentang


mengendalikan koping

4. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Isolasi sosial: menarik diri
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c. Koping individu inefektif
d. Defisit aktivitas deversional/hiburan
e. Kurang pengetahuan tentang mengendalikan koping
f. Perubahan sensori persepsi: halusinasi penglihatan
g. Kerusakan komunikasi verbal
h. Ketidakefektifan penatalaksanan regimen terapeutik
i. Defisit perawatan diri: mandi

Tanggal 19 April 2019


Perawat yang mengkaji
………………………….
NIM
39
B. RENCANA KEPERAWATAN JIWA

Nama : Tn. K Ruangan : Anggrek


Nomor RM : 02xxx Diagnosa medis: Isolasi sosial: menarik diri

SP KLIEN:

Diagnosa Perencanaan
Tgl Tujuan
Keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Isoalasi Sosial: SP 1 : Setelah 3x interaksi, Tanyakan kepada klien Ungkapan dari klien
Menarik Diri Klien dapat klien dapat: apa yang klien rasakan mengenai apa yang
mengidentifikasi siapa Mengidentifikasi siapa saat ini dibutuhkan dan dirasakan
yang serumah, siapa yang serumah, siapa
yang dekat, yang tidak yang dekat, yang tidak Tanyakan kepada klien Ungkapan dari klien
dekat, dan apa dekat, dan apa siapa saja yang tinggal mengenai nama keluarga
penyebab isolasi sosial penyebab isolasi sosial serumah dengan klien serumah dengan klien

Tanyakan kepada klien Ungkapan dari klien


siapa saja yang sering mengenai nama kelaurga
ditemui/ yang dekat yang dekat dengan klien
dengan klien
Tanyakan kepada klien Ungkapan dari klien
apa penyebab klien mengenai situasi yang
menjadi isolasi sosial menimbulkan isolasi sosial

40
SP 1: Setelah dilakukan 1x Diskusikan dengan Tindakan bercakap-cakap
Klien dapat punya interaksi, klien dapat klien keuntungan dengan teman dapat
teman dan bercakap- bercakap-cakap dengan mempunyai teman dan menurunkan isolasi sosial
cakap teman bercakap-cakap
SP 1 : Setelah 1x interaksi,  Jelaskan pengertian, Tindakan bersosialisasi
Klien dapat klien dapat mengetahui tujuan, cara merupakan salah satu
mengetahui kerugian bahwa punya teman bercakap-cakap upaya untuk menurunkan
jika tidak punya teman dan bercakap-cakap itu dengan teman isolasi menarik diri
dan tidak bercakap- penting  Jelaskan kerugian
cakap bila tidak
mempunyai teman
 Beri pujian

SP 1 : Setelah 1x interaksi,  Jelaskan cara Agar klien mempunyai


Latih klien cara klien dapat berkenalan berkenalan keinginan untuk
berkenalan dengan dengan pasien dan dengan pasien memperagakan cara
pasien dan perawat perawat atau tamu lainnya dan berkenalan dengan benar
atau tamu perawat dan sopan.
 Demonstrasikan
cara berkenalan
dengan pasien
lainnya dan
perawat
 Lakukan
bersama pasien
cara berkenalan
dengan pasien
lainnya

41
 Evaluasi pasien
cara berkenalan
secara mandiri
 Beri pujian

SP 1: Setelah 1x interaksi, Memasukkan kegiatan


Masukan pada jadwal klien dapat  Membimbing klien cara berkenalan ke dalam
kegiatan untuk latihan memasukkan cara untuk memasukan jadwal harian klien untuk
berkenalan berkenalan dalam jadwal kegiatan membantu menurunkan
jadwal kegiatan harian harian isolasi sosial

SP 2 : Setelah 2x interaksi,  Tanyakan kepada


Klien dapat klien dapat klien mengenai Evaluasi akan membantu
mengevaluasi kegiatan mengevaluasi kegiatan latihan sebelumnya untuk pembuatan rencana
bercakap-cakap bercakap-cakap dengan yaitu berkenalan tindakan yang selanjutnya
dengan orang lain orang lain yang telah dengan beberapa
yang telah dipelajari dipelajari sebelumnya orang
sebelumnya
SP 2 : Setelah dilakukan 1x  Jelaskan definisi Dengan pengetahuan klien
Latih cara berbicara interaksi, klein dapat dari berbicara saat tentang keuntungan
saat melakukan berbicara dengan orang melakukan kegiatan melatih cara bicara dapat
kegiatan harian(latih 2 lain saat melakukan harian menurunkan isolasi sosial
kegiatan) kegiatan harian  Demonstrasikan
cara berbicara saat
melakukan kegiatan
harian

42
 Lakukan bersama
klien cara berbicara
saat melakukan
kegiatan harian
 Anjurkan klien
untuk mencoba cara
yang telah di
ajarkan secara
mandiri
 Beri pujian

SP 2 : Setelah dilakukan 1x  Membantu/ Memasukkan kegiatan


Klien dapat interaksi, klien dapat membimbing cara berbicara dan
memasukkan kegiatan memasukkan kegiatan klien berkenalan dengan 2-3
cara berbicara dan cara berbicara dan memasukkan orang ke dalam jadwal
berkenalan 2-3 orang berkenalan 2-3 orang kegiatan cara harian klien membantu
pasien, perawat dan pasien, perawat dan berbicara dan menurunkan isolasi sosial
tamu kedalam jadwal tamu kedalam jadwal berkenalan
kegiatan harian kegiatan dengan 2-3
harian orang ke dalam
jadwal kegiatan
harian
SP 3 : Setelah 2x interaksi,  Tanyakan Evaluasi akan membantu
Klien dapat klien dapat kepada klien untuk pembuatan rencana
mengevaluasi kegiatan mengevaluasi kegiatan mengenai tindakan yang selanjutnya
berkenalan dan berkenalan dan latihan
berbicara dengan berbicara dengan orang sebelumnya
orang lain saat yaitu

43
melakukan dua lain saat melakukan berkenalan dan
kegiatan harian dua kegiatan harian berbicara
dengan orang
lain saat
melakukan dua
kegiatan harian
SP 3 : Setelah 1x melakukan  Jelaskan definisi Bercakap-cakap dengan
Klien dapat berbicara interaksi, klien dapat dari berbicara saat orang lain merupakan
secara baik dan benar berbicara secara baik melakukan kegiatan salah satu tindakan yang
dengan orang lain saat dan benar dengan harian dapat menghilangkan
melakukan kegiatan orang lain saat  Demonstrasikan isolasi sosial
harian melakukan 2 kegiatan cara berbicara saat
harian melakukan kegiatan
harian
 Lakukan bersama
klien cara berbicara
saat melakukan
kegiatan harian
dengan perawat
 Anjurkan klien
mencoba cara yang
telah diajarkan
 Beri pujian
SP 3 : Setelah dilakukan 1x  Membantu/ Memasukkan kegiatan
Klien dapat interaksi, klien dapat membimbing cara berbicara dan
memasukkan kegiatan memasukkan kegiatan klien berkenalan dengan 4-5
cara berbicara dan cara berbicara dan memasukkan orang ke dalam jadwal
berkenalan dengan 4-5 berkenalan dengan 4-5 cara berbicara harian klien membantu

44
orang dalam jadwal orang dalam jadwal dan berkenalan menghilangkan isolasi
kegaiatan harian kegiatan harian dengan 4-5 sosial
orang kedalam
jadwal kegiatan
harian klien

SP 4 : Setelah 3x interaksi,  Menanyakan Evaluasi akan membantu


Klien dapat klien dapat kembali kegiatan untuk pembuatan rencana
mengevaluasi kegiatan mengevaluasi kegiatan harian klien tindakan yang selanjutnya
berkenalan dan berkenalan dan mengenai cara
berbicara dengan berbicara dengan orang berkenalan dan
orang lain saat lain saat melakukan berbicara dengan
melakukan empat empat kegiatan harian orang lain saat
kegiatan harian melakukan empat
kegiatan
 Meminta klien
untuk
memperagakan cara
berkenalan dan
berbicara dengan
oranglain saat
melakukan empat
kegiatan harian

SP 4 : Setelah dilakukan 1x  Menjelaskan Melakukan kegiatan di


interaksi, klien dapat pengertian,tujuan, RSJ yang sesuai dengan

45
Klien dapat melakukan cara bicara cara melakukan kegiatan yang biasa
melakukan cara bicara sosial: meminta kegiatan bicara dilakukan dirumah
sosial: meminta sesuatu dan menjawab sosial merupakan salah satu
sesuatu dan menjawab pertanyaan dari orang  Mendemonstrasikan tindakan yang dapat
pertanyaan dari orang lain cara melakukan menurunkan isolasi sosial
lain kegiatan bicara
sosial
 Menjelaskan
kepada klien untuk
meminta sesuatu
dan menjawab
pertanyaan dengan
bicara sosial
 Meminta klien
mempraktekan
sendiri cara bicara
sosial dengan orang
lain
 Beri pujian

SP 4 : Setelah dilakukan 1x  Membantu / Memasukkan kegiatan


Klien dapat interaksi, klien dapat membimbing klien di RSJ ke dalam
memasukkan kegiatan memasukkan kegiatan klien jadwal harian klien
cara berbicara dan cara berbicara dan memasukkan membantu mempercepat
berkenalan >5 orang berkenalan >5 orang kegiatan cara klien dapat
kedalam jadwal kedalam jadwal berbicara dan menghilangkan isolasi
kegiatan harian kegiatan harian berkenalan >5 sosial
orang ke dalam

46
jadwal kegiatan
harian

SP 5: Setelah 4x interaksi,  Tanyakan Memperbaiki kekurangan


Klien dapat klien dapat kembali klien saat melakukan
mengevaluasi kegiatan mengevaluasi kegiatan kegiatan harian kegiatan seperti
berkenalan, berbicara berkenalan, berbicara klien mengenai berkenalan dan berbicara
saat melakukan saat melakukan kegiatan
kegiatan harian dan kegiatan harian dan berkenalan,
sosialisasi sosialisasi berbicara saat
melakukan
kegiatan harian
dan sosialisasi
SP 5: Setelah dilakukan 1x  Klien mampu Mengetahui sejauh mana
Klien dapat interaksi, klien dapat melakukan klien dapat menguasai
melakukan kegiatan melakukan kegiatan kegiatan harian atau melakukam kegiatan
harian seperti yang harian seperti yang dengan mandiri harian dengan benar
telah dipelajari telah dipelajari  Beri pujian
sebelumnya sebelumnya
SP 5: Setelah dilakukan 1x  Nilai Mengetahui
Klien dapat menilai interaksi, klien dapat kemampuan perkembangan yang
kemampuan yang menilai kemampuan mandiri yang terjadi pada klien yang
telah dilakukan secara yang telah dilakukan sudah dicapai bertujuan untuk
mandiri secara mandiri klien menghilangkan isolasi
sosial

47
SP 5: Setelah dilakukan 1x  Nilai Menyiapkan klien untuk
Klien dapat menilai interaksi, klien dapat kemampuan dibawa kepada
apakah isolasi sosial menilai apakah isolasi klien tentang masyarakat dengan
sudah teratasi sosial sudah teratasi cara mengatasi interaksi sosial yang
isolasi sosial sesungguhnya

48
SP KELUARGA

Diagnosa Perencanaan
Tgl Tujuan
Keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Isolasi Sosial: SP 1:
Setelah 1x interaksi, Menjelaskan cara
Menarik Diri Keluarga dapat Supaya keluarga bisa
keluarga dapat merawat pasien
mendiskusikan merawat klien dengan
mendiskusikan masalah dengan isolasi diri
masalah dalam benar
dalam merawat pasien
merawat pasien
SP 1: Agar keluarga mengertahui
Setelah dilakukan
Keluarga dapat Menjelaskan pengertan dan tanda-tanda
interaksi, keluarga
menjalaskan pengertian, tanda dan terjadinya isolasi social dan
dapat menjelaskan
pengertian, tanda dan gejala, dan proses bisa menanganinya dengan
pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya isolasi benar
gejala, serta proses
terjadinya isolasi sosial social
terjadinya isolasi sosial
SP 1: Dengan melakukan
Keluarga dapat Latih dua cara kegiatan berkenalan dan
Setelah dilakukan
merawat pasien isolasi merawat berkenalan, berbicara klien dapat
interaksi, keluarga
sosial berbicara saat berlatih berinteraksi
dapat merawat pasien
melakukan kegiatan dengan orag-orang
isolasi sosial
harian terdekatnya

49
SP 1: Setelah dilakukan
Keluarga dapat melatih interaksi, keluarga Menanyakan Untuk mengetahui sejauh
kegiatan berkenalan dapat melatih kegiatan kegiatan harian yang mana klien dapat
dan berbicara pada berkenalan dan akan dilakukan mengingat
pasien berbicara pada pasien
SP 1:
Setelah dilakukan
Keluarga dapat
interaksi, keluarga Menganjurkan
membantu kegiatan
dapat membantu pasien melakukan Untuk mengendalikan
pasien sesuai
kegiatan pasien sesuai kegiatan harian halusinasi pada klien
jadwalnya dan
jadwalnya dan memberi sesuai jadwal
memberi pujian saat
pujian saat besuk
besuk
SP 2: Setelah 1x interaksi,
Tanyakan kembali
Keluarga dapat keluarga dapat Untuk mengetahui
kegiatan harian
mengevaluasi kegiatan mengevaluasi kegiatan seberapa tahu keluarga
kepada keluarga
merawat/melatih merawat/melatih pasien mengenai tanda dan gejala
menenai tanda dan
pasien seperti berbicara seperti berbicara dan isolasi sosial
gejala isolasi social
dan berkenalan berkenalan
SP 2:  Keluarga
Setelah dilakukan
Keluarga dapat menjelaskan cara
interaksi, keluarga
melibatkan pasien makan yang baik Agar klien mandiri dan
dapat melibatkan pasien
berbicara (makan, dan benar kepada tidak bergantung kepada
berbicara (makan,
sholat bersama) klien orang lain
sholat bersama)
dirumah
dirumah  Libatkan klien
dalam beribadah
SP 2: Setelah dilakukan Keluarga mampu Dengan melakukan
Keluarga dapat interaksi, keluarga membimbing klien kegiatan social dan
membimbing pasien dapat membimbing untuk melakukan meminta sesuatu klien akan

50
berbicara dan memberi pasien berbicara dan kegiatan social mempunyai kegiatan yang
pujian memberi pujian seperti bersih-bersih membuatnya mampu
atau meminta berkomunikasi dengan baik
sesuatu

SP 2:  Keluarga membantu
Keluarga dapat Setelah dilakukan klien untuk
membantu kegiatan interaksi, keluarga melakukan kegiatan
Agar dapat mengarahkan
pasien sesuai dengan dapat membantu harian seperti
klien ketika salah
jadwal saat besuk kegiatan pasien sesuai kegiatan social atau
melakukan kegiatan
dengan jadwal saat meminta sesuatu
besuk sesuai dengan
jadwal
SP 3:
Setelah 3x interaksi, Keluarga
Keluarga dapat
keluarga dapat menanyakan kembali Mengetahui sejauh mana
mengevaluasi kegiatan
mengevaluasi kegiatan kegiatan harian klien ketrampilan keluarga
merawat/melatih
merawat/melatih pasien yang sudah merawat pasien seperti
pasien seperti
seperti berkenalan dan dilakukan mengenai berkenalan dan berbicara
berkenalan dan
berbicara kegiatan sosial
berbicara
SP 3: Setelah dilakukan  Keluarga membantu
Keluarga dapat melatih interaksi, keluarga klien untuk
Agar klien mempunyai
pasien melakukan dapat melatih pasien berbelanja
kegiatan untuk
kegiatan sosial seperti melakukan kegiatan keperluannya
bersosialisasi dengan
berbelanja, meminta sosial seperti  Keluarga orang-orang terdekat
sesuatu dll berbelanja, meminta menjelaskan cara
sesuatu dll meminta sesuatu

51
dengan benar dan
jelas
SP 3: Setelah dilakukan Agar klien mandiri dan
Ajarkan klien untuk
Keluarga dapat interaksi, keluarga tidak bergantung kepada
berbelanja
mengajak pasien dapat mengajak pasien orang lain atau keluarga
kebutuhannya sendiri
berbelanja saat besuk berbelanja saat besuk
SP 3: Setelah dilakukan
Keluarga dapat interaksi, keluarga Membantu klien Dengan membatu klien
membantu kegiatan dapat membantu untuk berbelanja keluarga mampu melihat
pasien sesuai jadwal kegiatan pasien sesuai dam meminta sampai mana klien
dan memberikan pujian jadwal dan memberikan sesuatu sesuai jadwal beriteraksi
saat besuk pujian saat besuk
SP 4: Setelah 4x interaksi, Keluarga
Keluarga dapat klien dapat menanyakan kembali
Dengan menanyakan
mengevaluasi kegiatan mengevaluasi kegiatan kegiatan harian klien
kegiatan sebelumnya
merawat/melatih merawat/melatih pasien menenai berbelanja
keluarga mampu
pasien saat melakukan saat melakukan dan meminta sesuatu
mengevaluasi kemampuan
kegiatan harian seperti kegiatan harian seperti dengan benar dan
klien
berkenalan dan berkenalan dan jelas
berbicara berbicara
SP 4: Setelah dilakukan
Keluarga dapat interaksi, keluarga
Keluarga
mengetahui tanda dapat mengetahui tanda Agar klien tahu bahwa
menjelaskan untuk
kambuh dan kapan kambuh dan kapan follow upmke RSJ/PKM
follow up ke
pasien harus dirujuk ke pasien harus dirujuk ke itu penting
RSJ/PKM
RSJ/PKM RSJ/PKM

52
SP 4: Setelah dilakukan
Keluarga dapat interaksi, keluarga
Bantu klien untuk Supaya keluarga
membantu kegiatan dapat membantu
follow up ke mengetahui apa penyebab
pasien sesuai jadwal kegiatan pasien sesuai
RSJ/PKM ketika klien kambuh dan
dan memberikan pujian jadwal dan memberikan
kambuh perkembangan psikis klien
pujian

SP 5:
Keluarga dapat Setelah 5x interkasi,  Keluarga mampu
mengevaluasi kegiatan keluarga dapat mengajarkan klien
merawat/melatih mengevaluasi kegiatan untuk melakukan Dengan cara memberi
pasien seperti berbicara merawat/melatih pasien kegiatan harian, pujian klien mempunyai
dan berkenalan. Serta seperti berbicara dan berbelanja dan keinginan kembali untuk
memberi pujian saat berkenalan. Serta follow up. melakukan kegiatan dan
melakukan kegiatan memberi pujian saat  Beri pujian setiap follow up
harian melakukan kegiatan kegiatan yang klien
harian lakukan

SP 5: Setelah dilakukan Ajarakan keluarga


Agar keluarga bisa
Keluarga dapat menilai interaksi, keluarga cara menilai
mengetahui seberapa baik
kemampuan dalam dapat menilai kemampuan keluarga
keluarga merawat klien
merawat pasien kemampuan dalam dalam merawat klien
merawat pasien

53
54
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan antara lain:
1. Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang
terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptif dan menganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial.
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor tumbuh kembang
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
3) Faktor sosial budaya
4) Faktor biologi
b. Faktor presipitasi
1) Faktor eksternal
2) Faktor internal
3. Manifestasi klinis
a. Gejala Subjektif
1) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
2) Respon verbal kurang atau singkat
3) Klien merasa tidak berguna
4) Klien merasa ditolak
b. Gejala Objektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat

55
4. Patopsikologi
Kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian
traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepidan takut dengan
orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat
mengancam harga diri (self estreem) dan kebutuhan keluarga dapat
meningkatkan kecemasan. Untuk dapat mengatasi masalah-masalah
yang berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu mekanisme koping
yang adekuat.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
a. Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan jiwa pada klien isolasi sosial.
b. Jika melakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa pada klien isolasi
sosial harus sesuai dengan teori yang telah dipelajari.
c. Selalu semangat ketika berdiskusi dan selalu bekerjasama ketika
dalam belajar kelompok.
d. Diharapkan bisa melaksanakan tindakan asuhan keperawatan jiwa
sesuai dengan prosedur yang ada.
2. Bagi Kampus/ Dosen pembimbing
a. Mohon bimbingannya supaya kami lebih memahami tentang konsep
isolasi sosial.
b. Kami harapkan tidak bosan untuk memperhatikan dan
mendengarkan konsultasi dari mahasiswa dan mahasiswi.

56
DAFTAR PUSTAKA

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: CV Andi Offset

Hermawan, Benny. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. S Dengan


Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri Di Ruang Arjuna RSJ Daerah Surakarta
[Proposal]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hamid, Achir Yani S. 2009. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

57

Anda mungkin juga menyukai