PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pengertian epidemiologi dapat ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan tujuan
masing-masing yaitu:2
a. Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisis data kesehatan, sosial ekonomi,
dan kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi dan interpretasi
perubahan-perubahan keadaan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi di
masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu.
b. Aspek Praktis
Ditinjau dari segi praktis, epidemiologi merupakan ilmu yang ditujukan pada
upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok, atau
masyarakata umum.
c. Aspek Klinis
Ditinjau dari aspek klinis, epidemiologi berarti suatu usaha untuk mendeteksi
secara dini perubahan insidensi atau prevalensi melalui penemuan klinis atau
laboratoris pada awal kejadian luar biasa atau timbulnya penyait baru seperti,
karsinoma pada gadis remaja atau AIDS pada awalnya ditemukan secara klinis.
d. Aspek Administratif
Epidemiologi secara administratif berarti suatu usaha untuk mengetahui status
kesehatan masyarakat disuatu wilayah atau negara agar dapat diberikan pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Usaha ini
membutuhkan data tentang pengalaman petugas kesehatan setempat, data populasi
dan data tentang pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat.
M = Missing : Jumlah gigi tetap yang telah / harus dicabut karena karies.
Angka DMF-T menggamabrkan banyaknya karies yang di derita seseorang dari dulu
sampai sekarang.
a) Tidak dapat menggambarkan banyaknya karies yang sebenarnya. Karena jika pada
gigi terdapat dua karies atu lebih, karies yang dihitung adalah tetap 1 gigi.
b) Indeks DMF-T tidak dapat membedakan kedalaman dari karies misalnya karies
superficialis, media dan profunda.
2) Untuk gigi susu : Indeks def-t
E = Extoliasi : Jumlah gigi susu yang telah/ harus dicabut karena ares
E = Extoliasi, seharusnya dapat menunjukan jumlah gigi yang dicabut karena karies.
Pada gigi susu kadang kadang gigi yang tidak ada disebabkan lepas dengan
sendirinya kareba faktor fisiologis disebut Extoliasi, bukan karena karies tetapi
seorang anak biasanya tidak dapat menerangkan mengapa giginya tidak ada / hilang,
apakah karies atau extolasi
Angka – angka DMF-T atau def-t dari hasil survei dapat dipergunakan untuk:
C3 Kelanjutan kerusakan 3
gigi C1 sehingga
melibatkan pulpa, pada
kondisi ini fistula atau
abses atau pulpitis
hiperplastik dapat dilihat
secara klinis
CSI = --------------------------------------------------------------
RUMUS OHI : DI + CI
b. Cara Pengukuran.
Skor:
1 : Gigi bersih
6B 1B 6B
6L 1B 6L
B = buccal/Iabial atau
Kriteria: OHI.S
a) 0 - 1.2=BAIK
b) 1.3 - 3=sedang/cuku p
c) 3.1 - 6=jelek
6B 1B 6B
6L 1B 6L
Bila ada debris pada area yang bersangkutan mendapat skor 1 sedang b
ila tak ada debris mendapat skor 0
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 10
b. Adanya seleksi alam dalam memilih pekerjaan (orang lemah akan menghindari
pekerjaan fisik yang berat)
7) Status sosial ekonomi
a. Terdapatnya perbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah dan atau
mengobati penyakit.
b. Terdapatnya perbedaan sikap hidup dan perilaku yang dimiliki (pola makan, life
style)
2.4 Faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut
Faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat, baik sebagai
pemberi pelayanan (provider) maupun pengguna (costumer), menurut konsep Blum tahun
1974 yang dipengaruhi oleh 4 faktor utama yakni: Lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan (Hereditas). Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah
faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat
(Notoatmodjo, 2005). Menurut Antisari (2005), perilaku memegang peranan penting
dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena pentingnya perilaku
dalam mempengaruhi status kesehatan gigi, maka perilaku dapat mempengaruhi baik
buruknya kebersihan gigi dan mulut termasuk mempengaruhi skor karies dan penyakit
periodontal (Wahyu dkk., 2013).7
2.5 Penyakit Menular
Penyakit Menular merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang
spesifik atau racun yang dihasilkan dan ditularkan melalui reservoir atau kontak tidak
langsung melalui vector kepada orang.Penyakit menular dapat berjangkit dengan cepat
dan menyerang sejumlah besar orang pada daerah yang luas.Keadaan ini disebut wabah.
Istilah lain yang sering digunakan antara lain suatu letusan (outbreak), dan kejadian luar
biasa atau kejadian tidak biasa di masyarakat (LKB=unusual event). Contoh penyakit
menular yaitu flu burung, demam berdarah, dsb.1
Karakteristik utama penyakit menular:2
a. penyakit-penyakit tersebut sangat umum terjadi di masyarakat
b. beberapa penyakit dapat menyebabkan kematian atau kecacatan
c. beberapa penyakit dapat menyebabkan epidemik
d. penyakit-penyakit tersebut sebagian besar dapat dicegah dengan intervensi sederhana
e. penyakit-penyakit tersebut banyak menyerang bayi dan anak-anak.
2.6 Endemi dan Epidemi
Endemi ialah adanya penyakit-penyakit atau faktor penyebab penyakit yang selalu
terdapat dalam suatu daerah tertentu atau dikatakan sebagai prevalensi penyakit tertentu
yang selalu terdapat di suatu daerah, sebaliknya epidemi berarti terjadinya insidensi
penyakit dalam suatu daerah yang melebihi kejadian normal yang diharapkan (Benenson
1980).
Epidemi merupakan kejadian luar biasa yaitu timbulnya suatu penyakit yang menimpa
masyarakat pada suatu daerah yang melebihi perkiraan kejadian yang normal dalam
periode yang singkat. Epidemi berkaitan dengan penyakit menular atau tidak menular
serta tidak memiliki batasan geografis.8
2.7 Pengertian Insidensi dan Prevalensi
Insiden merupakan gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang di
temukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Angka insiden ini
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 11
hanya dapat dihitung pada suatu penelitian yang bersifat longitudional saja, karena untuk
menghitung angka insiden diperlukan dua angka yakni jumlah penderita baru di satu
pihak serta jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut (population at
risk) di pihak lain.
Prevalensi merupakan gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu. Pada perhitungan nilai prevalen, kebal atau
tidaknya seseorang terhadap penyakit yang sedang dihitung, tidaklah dipersoalkan.
Dengan perkataan lain, padaperhitungan nilai prevalen dipergunakan jumlah seluruh
penduduk. Ditinjau dari sudut ini, jelas bahwa angka prevalen sebenarnya bukan suatu
rate yang murni, karena mereka yang tidak mungkin terkena penyakit, juga di masukkan
dalam perhitungan.
Berbeda dengan perhitungan angka insiden, maka pada perhitunganangka prevalen,
penelitian cukup dilakukan satu kali saja, karena itu di bandingkan dengan insiden,
perhitungan angka prevalen relative lebih mudah.9
2.8 Pengukuran angka kesakitan dan angka kematian
a. Pengukuran angka penyakit (Morbiditas)10
Pengukuran frekuensi penyakit dititikberatkan pada angka kesakitan dan angka
kematian yang terjadi pada masyarakat.Pengukuran angka kesakitan relatif lebih sulit
dibandingkan dengan angka kematian.
1) Incidence rate, merupakan frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam
masyarakat disuatu tempat/wilayah/negara pada watu tertentu.
Formula:
Jumlah orang yang menderita suatu penyakit
tertentu/kasus baru
Incidence rate = ---------------------------------------------------- x 1000
Population at risk/ penduduk yang mempunyai
risiko tertular penyakit sama
2) Prevalence rate, merupakan frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit
dalam masyarakat disuatu tempat/wilayah/negara pada waktu tertentu. Bila
Prevalence rate ditentukan pada suatu saat misalnya pada Juli 1993, maka disebut
sebagai point prevalnce rate, dan apabila ditentukan selama suatu periode waktu
tertentu misalnya 1 Januari 1993 sampai dengan 31 Desember 1993, disebut
sebagai periode prevalence rate.
Formula:
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 12
3) Attack rate, bila penyakit terjadi secara mendadak dan orang yang menderita
dalam jumlah besar seperti keracunan makanan, maka formula yang dipakai
untuk menghitung adalah attack rate. Rumus yang digunakan:
Pertengahan tahun
2) Angka kematian khusus menurut kelompok umur dan penyebab penyakit (Age
and Cause Specific Death Rate/ASDR dan CSDR)
Angka kematian khusus kelompok umur dan penyebab penyakit, manfaatnya
untuk mengetahui pola kematian menurut golongan umur dan penyebabnya.
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 13
5) Angka kematian post neonatal (Post Neonatal Mortality Rate/PNMR)
Post neonatal adalah bayi yang berumur lebih dari 28 hari
6) Angka lahir mati (Still Birth Rate)
Lahir mati adalah keluarnya janin dari rahim ibu tanpa tanda kehidupan sesudah
umur kehamilan mencapai antara 20-28 minggu
7) Angka kematian perinatal (Perinatal Mortality Rate/PMR)
Perinatal adalah umur janin dari umur kehamilan 28 minggu sampai kelahiran
umur kurang 1 minggu sesudah lahir
8) Angka kematian anak (Child Mortality Rate/CMR)
9) Angka kematian Ibu
Angka kematian ibu (AKI) pada proses kehamilan merupakan indikator penting
pelayanan obsterik dan keberhasilan program Keluarga Berencana. Selain itu, juga
bisa dipakai sebagai tolok ukur pengembangan status sosial ekonomi masyarakat.
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 15
b) Retrospective study. Penelitian ini bertujuan melihat fenomena pada
masa lalu. Pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang
telah terjadi dan dilihat apakah ada keterkaitan dengan masa lalu.
c) Prospective study. Penelitian ini bertujuan melihat fenomena ke depan.
Dimulai dengan melihat variable penyebab dan dilihat dampaknya di
masa datang.
b. Metode penelitian eksperimen
Penelitian eksperimen, peneliti melakukan perlakuan pada responden dan
mengukur akibat atau pengaruhnya.Perlakukan dapat berupa sengaja atau
terkontrol. Misalnya penelitian tentang dampak terapi music terhadap
tingkat kecemasan pasien yang akan dilakukan operasi.
2.11 Program Meningkatkan Kesehatan Gigi dan Mulut
Program, kegiatan dan sasaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dilakukan
melalui:17
a. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1) Mengintegrasikan promosi kesehatan gigi dan mulut kedalam program perilaku
hidup bersih dan sehat.
2) Membuat media promosi yang inovatif dan efektif, baik melalui media cetak,
media elektronik dan secara langsung pada semua kelompok umur pada
masyarakat seperti mencetak leaflet, poster, CD, lembar balik, serta dialog
interaktif di TV, radio, tayangan pendek, dll.
3) Melakukan pendidikan tentang pentingnya perawatan gigi dan mulut yang teratur
oleh tenaga kesehatan gigi baik secara individu maupun masyarakat.
b. Program Fluoridasi
1) Kadar fluor dalam air minum yang dikonsumsi di seluruh provinsi di Indonesia
2) Kadar fluor didalam berbagai pasta gigi yang beredar di Indonesia
3) Program fluoridasi air minum, garam, susu, dll.
4) Program kumur-kumur fluor pada murid-murid sekolah dasar (U KG S)
5) Program topikal aplikasi fluor secara individual
6) Program pemberian tablet fluor pada beberapa sekolah dasar di daerah yang
resiko kariesnya tinggi
c. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
1) Penyusunan Pedoman Promotif - Preventif dengan pendekatan UKGM
2) Penyusunan Pedoman Pembinaan kesehatan Gigi melalui Desa siaga
3) Penyusunan Petunjuk Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga seri Ibu hamil
dan balita
4) Penyusunan Lembar Balik penyuluhan kesehatan gigi
5) Penyusunan Buku Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di Taman Kanak- kanak
6) Penyusuan Buku Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dan UKGS Inovatif
7) Penyusunan Buku pendidikan kesehatan gigi dan mulut remaja
8) Penyusunan Buku Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Lanjutan
9) Penyusunan Pedoman pencegahan karies gigi berupa brosur, poster, leaflet,
flyer, booklet, modul pelatihan kader/gig
10) Penyusunan materi kesehatan gigi untuk RS/PKMRS
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 16
11) Penyusunan Petunjuk Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga seri Lansia
d. Upaya Kesehatan Perorangan
1) Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga
2) Pedoman Penyelenggaraan Kedokteran Gigi Keluarga
3) Standar Perizinan Praktek Dokter Gigi Keluarga
4) Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
dengan Model Basic Package Oral Care
5) Pedoman Upaya Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
6) Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas Perkotaan
7) Penerapan metode Atraumatic Restoration Treatment (ART)
8) Pedoman pelayanan kesehatan gigi dan mulut di RSU Pemerintah/Swasta/RS
Khusus.
9) Pedoman rujukan upaya kesehatan gigi dan mulut
10) Pedoman integrasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.
11) Pedoman peningkatan mutu pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
dan Rumah sakit.
12) Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut di Fasilitas Kesehatan Gigi
13) Modul Pelatihan Identifikasi Lesi Rongga Mulut dan Penatalaksanaan
Kesehatan Gigi dan Mulut pada ODHA bagi Tenaga Kesehatan Gigi di Fasilitas
Gigi.
14) Tata cara kerja pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas
15) Pelaksanaan Angka Kredit Jabatan Dokter Gigi/Perawat Gigi.
16) Panduan pendayagunaan dokter gigi spesialis.
e. Program Pengawasan Obat dan Bahan Kedokteran Gigi
1) Pedoman standar bahan dan alat kedokteran gigi (RS /Puskesmas)
2) Penyusunan standar obat kesehatan gigi essensial (DOEN)
3) Formularium Obat dan bahan kedokteran gigi di RS Indonesia
4) Pedoman bahan/obat tradisional dibidang kesehatan gigi dan mulut
5) Pedoman Pemakaian antibiotik di Bidang Kedokteran Gigi
f. Program Pengembangan Sumber Daya Kesehatan:
1) Internal
a) Penyusunan modul pelatihan teknis
b) Penyusunan modul TOT
c) Pedoman dan pelaksanaan evaluasi penerapan metode ART
d) Evaluasi peralatan di Puskesmas
2) Lintas Program
a) Kerjasama dengan Pusdatin dalam penyusunan profil kesehatan gigi dan mulut
b) Kerjasama dengan badan Litbangkes Kementerian
c) Kesehatan dalam survei epidemiologi penyakit gigi dan mulut.
d) Pelatihan/TOT Tenaga Kesehatan/Pemegang Program kualitas kandungan
fluor dalam pasta gigi, air minum, dl.
e) Evaluasi peralatan di Rumah Sakit Pemerintah/Swasta
3) Lintas Sektor
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 17
a) Kerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional
b) Kerjasama dengan seluruh Kementerian dalam upaya pelayanan kesehatan gigi
dan mulut (poli gigi)
c) Kerjasama dengan swasta
d) Kerjasama dengan tim penggerak PKK
e) Kerjasama dengan FKG/CHS/profesi
f) Kerjasama dengan dunia usaha untuk pengadaan ART, pasta fluor generik,
sikat gigi generik, dan bahan lainnya.
g. Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
3) Kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan instansi, unit dan
pihak lain yang terkait secara nasional dan Internasional.
1) Kesehatan gigi dan mulut pra sekolah dan usia anak sekolah
6) Penyusunan website kesehatan gigi dan mulut sebagai wahana interaksi, inter relasi
dan interdependensi dengan masyarakat, profesi, dunia usaha serta pihak lain yang
berkepentingan untuk peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut.
i. Bimbingan Teknis/Supervisi:
j. Program Unggulan
Program anti tembakau di klinik gigi, screening kanker mulut, pengendalian gula di
sekolah.
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 18
1) Program Kebijakan Kesehatan, Pembiayaan, dan Hukum Kesehatan.
a) Kegiatan kesehatan gigi dan mulut pra sekolah dan anak usia sekolah
b) Penyusunan petunjuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut keluarga seri ibu
hamil dan balita
3) Program Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) sejak usia dini
b) Penggunaan pedoman pembinaan kesehatan gigi dan mulut melalui desa siaga
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 19
7) Program integrasi dengan penyakit tidak menular (PTM)
Terdapat beberapa pencegahan terhadap penyakit kesehatan gigi dan mulut ,yakni:18
a.Pencegahan primer, adalah pencegahan penyakit dan dengan demikian terjadi apabila
kliennya sehat. ini dapat diarahkan pada masyarakat, kelompok dan individu.
pencegahan primer diarahkan kepada :
b. Pencegahan Sekunder, ini dapat terjadi bila kesehatan terganggu dan meliputi
diagnosis dan perawatan dini. Contohnya:Diagnostik Ro” wing, gigi dilanjutkan
perawatan karies permulaan ( lesi bercak putih) dengan jalan aplikasi fluoride
lokal dan atau instruksi membersihkan mulut.
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 20
Pencegahan karies gigi dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:
1) Menambahkan fluor dalam jumlah yang sesuai di dalam air minum / diet manusia,
terutama sebelum gigi erupsi.
2) Fluor topikal application ; larutan fluor, pasta gigi yang mengandung fluor, mouth
rinsing.
Disamping kedua cara di atas terdapat cara lain yang mempunyai kemungkinan
untuk berhasil dimasa yang akan datang seperti:
Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit gigi dan mulut:
Memelihara kebersihan mulut dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satu
cara yang paling efektif adalah dengan menggosok gigi secara rutin, agar kita dapat
memutus rantai penyebab terjadinya karies dan berbagai penyakit mulut lainnya.
Makanan yang kita makan merupakan nutrisi yang penting untuk tubuh kita
namun beberapa makanan mungkin tidak cocok untuk kesehatan gigi dan mulut
kita, sebenarnya bukan tidak boleh namun apabila kita mengkonsumsi makanan
manis dan lengket sebaiknya setelah itu langgung menggosok gigi dengan bersih
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 21
agar sisa-sisa dari makanan tersebut tidak menempel pada sela-sela gigi yang akan
mempercepat terjadinya proses karies dan berbagai penyakit mulut lainnya.
Makanan serat selain bagus untuk kesehatan tubuh juga bagus untuk kesehatan
gigi dan mulut. Bagi yang suka menggunakan tusuk gigi setelah makan untuk
membersihkan sisa-sisa makanan cobalah untuk mengganti tusuk gigi dengan
buah-buahan seperti apel, melon, pepaya,dll. Buah-buahan ini akan membantu kita
untuk membersihkan sia-sia makanan yang menempel pada sela-sela gigi kita.
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 22
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Kami sadar kelompok 4, bahwa ada beberapa muatan yang kami bahas pada makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, belum semua membahas hal sedetaildetailnya. Maka
dari itu, kami kelompok 4 sangat mengharapkan kritik dan masukan yang membangun
dalam pembuatan makalah yang jauh lebih baik nanti. Kami juga berharap agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya sehingga setidaknya kita
semua sudah tahu bagaimana itu epidemiologi serta peran dan manfaatnya.
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 23
DAFTAR PUSTAKA
1. Ryadi ALS. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ed1. .Sincihu Y, Steven, Dewi CJ, editor.
Jakarta: ANDI. Hal. 157.
2. Budiarto E, Anggraeni D. Pengantar epidemiologi. Edisi 2. Jakarta :EGC;2001.hal.7-9,
29.
3. Herijulianti E. Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC;
2001.hal.97.
4. Priono B. Epidemiologi Untuk Kesehatan Gigi. Fakultas kedokteran Gigi Universitas
Gajah Mada. Hal. 36-40.
5. Arditia F. Latar belakang Geografi. Jurnal Universitas Sumatera Utara; 2013. 1-2.
6. Samsudrajat SA. Modul epidemiologi. Jurnal Stikes Kapuas raya sintang. Sintang; 2011.
P. 2-4, 14-16.
7. Widayati Nur. Faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun.
Jurnal Berkala Epidemiologi 2 Mei 2014;2(2):198.
8. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: EGC; 2006.hal.20-2. 27.
9. Azwar, Azrul. Pengantar Epidemiologi .Tanggerang Selatan. Binarupa Aksara Publisher.
2010. p. 22-4.
10. Jasaputra DK, Santosa S. Metodologi Penelitian Biomedis. Edisi 2.
Bandung:Danamartha Sejahtera Utama;2008. p. 133-46.
11. Irwan. Epidemiologi penyakit tidak menular. Yogyakarta: Deepublish; 2016.hal 7-9.
12. Waithaka, Peter. 2007. Communicable disease course. Nairobi: The African Medical
Research and Foundation (AMREF).
13. Darmawan A. Epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular. JMJ 2016;
4(2): 199-200.
14. Mckenzie JF, Pinger RR, Kotecki JE. Kesehatan masyarakat suatu pengantar. Ed 4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. h. 97.
15. Budiharto. Metodologi penelitian kesehatan: dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi.
Jakarta: EGC; 2006. h. 29.
16. Yusuf SF. Metodologi penelitian kesehatan. Padangsidimpuan utara: Darmais Press.
2015. h.26-8.
17. Kementerian kesehatan Republik Indonesi Tahun 2012. Program pelayanan kesehatan
gigi dan mulut.hal.23-29.
18. Putri MH, Et Al. Buku ajar: preventive dentistry. Forum Komunikasi Jurusan Kesehatan
Gigi Politeknik Kesehatan-Depkes RI 2008.
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 24