Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Epidemiologi berasal dari perkataan Yunani, dimana epi- yang berarti ”permukaan,
diatas, menimpa, atau tentang”, demos yang berarti ”orang, populasi, penduduk, manusia
” serta ologi berarti “ilmu tentang”. Secara etimologis, epidemiologi berarti ilmu
mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi lahir berdasarkan dua asumsi
dasar. Pertama, penyakit pada populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja
secara acak. Kedua, penyakit pada manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab
dan faktor preventif yang dapat diidentifikasi melalui penelitian sistematik pada berbagai
populasi, tempat, dan waktu. Berdasarkan asumsi tersebut, epidemiologi dapat
didefinisikan sebagai ” ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan–determinan
frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia.
Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya merupakan ilmu
empirik kuantitatif, yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran yang sistematik
tentang frekuensi penyakit dan sejumlah faktor-faktor yang dipelajari hubungannya
dengan penyakit. Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit,
mengurangi dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia. Sasaran
epidemiologi adalah populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri ini yang membedakan
epidemiologi dari ilmu kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik, yang lebih
memusatkan perhatiannya kepada individu, jaringan, atau organ.
Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari tindakan
pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegahan, intervensi klinis dan pelayanan
kesehatan terhadap penyakit atau mengkaji dan menjelaskan faktor lain yang berdampak
pada status kesehatan penduduk. Epidemiologi penyakit juga dapat menyertakan deskripsi
keberadaannya di dalam populasi dan faktor – faktor yang mengendalikan ada atau
tidaknya penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari epidemiologi dan peran serta manfaatnya?


2. Apa saja indikator penilaian kesehatan gigi dan mulut ?
3. Apa definisi dari komponen utama demografi ?
4. Apa saja yang mempengaruhi tingginya prevalensi dan insiden penyakit gigi dan
mulut ?
5. Apa definisi penyakit menular dan karakteristiknya ?
6. Apa perbedaan antara endemi dan epidemi ?
7. Apa pengertian insidensi dan prevalensi ?
8. Bagaimana cara mengukur angka kesakitan dan angka kematian ?
9. Apa perbedaan antara penyakit menular dan tidak menular ?
10. Apa saja desain penelitian yang dapat dilakukan dalam melakukan survey kesehatan ?
11. Apa program yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut ?
12. Bagaimana metode pencegahan terjadinya penyakit kesehatan gigi dan mulut ?

Penyebaran dan pencegahan penyakit | 1


1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari epidemiologi dan peran serta manfaatnya


2. Untuk mengetahui apa saja indikator penilaian kesehatan gigi dan mulut
3. Untuk mengetahui definisi dari komponen utama demografi
4. Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi tingginya prevalensi dan insiden
penyakit gigi dan mulut
5. Untuk mengetahui definisi penyakit menular dan karakteristiknya
6. Untuk mengetahui perbedaan antara endemi dan epidemi
7. Untuk mengetahui pengertian insidensi dan prevalensi
8. Untuk mengetahui cara mengukur angka kesakitan dan angka kematian
9. Untuk mengetahui perbedaan antara penyakit menular dan tidak menular
10. Untuk mengetahui desain penelitian yang dapat dilakukan dalam melakukan survey
kesehatan
11. Untuk mengetahui program yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut
12. Untuk mengetahui metode pencegahan terjadinya penyakit kesehatan gigi dan mulut

Penyebaran dan pencegahan penyakit | 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Epidemiologi


Ada beberapa peneliti yang mengemukakan mengenai pengertian epidemiologi, yakni:1
a. Leavel dan Clark (1963 )
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari berbagai fakor dan kondisi yang
mempengarhi suatu kejadian dan penyebaran keadaan sehat, sakit, kerusakan jaringan,
kelumpuhan serta kematian dalam masyarakat .
b. Slamet Ryadi (2011)
Epidemiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan :
1) Timbulnya serta proses terjadinya suatu penyakit (atau gangguan kesehatan )
2) Sebab – sebab yang menimbulkannya
3) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit.
4) Cara-cara penyebarannya dalam komunitas
5) Pokok – pokok penanggulangannya.

Pengertian epidemiologi dapat ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan tujuan
masing-masing yaitu:2

a. Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisis data kesehatan, sosial ekonomi,
dan kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi dan interpretasi
perubahan-perubahan keadaan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi di
masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu.
b. Aspek Praktis
Ditinjau dari segi praktis, epidemiologi merupakan ilmu yang ditujukan pada
upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok, atau
masyarakata umum.
c. Aspek Klinis
Ditinjau dari aspek klinis, epidemiologi berarti suatu usaha untuk mendeteksi
secara dini perubahan insidensi atau prevalensi melalui penemuan klinis atau
laboratoris pada awal kejadian luar biasa atau timbulnya penyait baru seperti,
karsinoma pada gadis remaja atau AIDS pada awalnya ditemukan secara klinis.
d. Aspek Administratif
Epidemiologi secara administratif berarti suatu usaha untuk mengetahui status
kesehatan masyarakat disuatu wilayah atau negara agar dapat diberikan pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Usaha ini
membutuhkan data tentang pengalaman petugas kesehatan setempat, data populasi
dan data tentang pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat.

2.1.1 Peran Epidemiologi1,2


a. Mengungkapkan penyebab penyakit;
b. Meneliti hubungan sebab akibat antara timbulnya penyakit dengan determinan
yang mempengaruhinya;

Penyebaran dan pencegahan penyakit | 3


c. meneliti perjalanan penyakit alamiah;
d. Mengembangkan indeks deskriptif untuk menyatakan tinggi rendahnya
insidensi atau prevalensi suatu penyait di suatu wilayah yang dapat
dibandingkan dengan wilayah lain.
e. Penemuan berbagai penyakit, seperti: scorbut, pelagra, dan kolera;
f. Menentukan hubungan antara rokok dengan penyakit jantung koroner,
akrsinoma, paru-paru, dan hipertensi;
g. Hubungan antara air dan makanan dengan penyakit kolera;
h. Hubungan antara pil KB dan tromboflebitis;
i. Hubungan antara penyait herediter, seperti hemofilia dan sickle cell anemia
dengan ras atau etnik tertentu.
Dalam bidang kesehatan masyaraat, epidemiologi mempunyai peran yang
sangat besar karena hasil studi epidemiologi dapat digunakan untuk:
a. Mengadakan analisis perjalanan penyakit di masyarakat serta perubahan-
perubahan yang terjadi akibat intervensi alam atau manusia;
b. mendeskripsikan pola penyakit pada berbagai kelompok masyarakat;
c. mendeskripsikan hubungan antara dinamika penduduk dengan penyebaran
penyakit.

2.1.2 Manfaat Epidemiologi:1,2


a. Mempelajari riwayat alamiah penyakit;
Pengetahuan tentang riwayat alamiah suatu penyakit penting untuk
menggambarkan perjalanan penyakit, terutama yang berkaitan dengan orang
(man), waktu (time) dan tempat (place).Dengan menteahui riwayat alamaiah
penyakit tersebut dapat diupayakan tindakan pencegahan atau penghentian
perjalanan penyakit tersebut.Epidemiologi dapat diguanakan untuk memahami
kecenderungan dan prediksi kejadian penyakit.Misalnya, penyakit demam
berdarah yang terjadi antara peralihan musim hujan ke musim kemarau.Di sini
petugas kesehatan sudah dapat memahami siklus alamiah penyakitnya dan dapat
memotong rantai terjadinya penyakit tersebut.Selain itu, epidemiologi sangat
bermanfaat untuk perencanaan dan pelayanan kesehatan. Misalnya, membuat
program perencanaan kesehatan menjadi efisien dan akurat.
b. Menentukan masalah komunitas;
Kejadian-kejadian yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya
penyakit, kondisi, kecelakaan, gangguan, kelainan atau kecacatan apapun yang
menyebabkan kesakitan, kematian dan masalah kesehatan yang terjadi pada
komunitas atau wilayah tertentu. harus ditelusuri mengapa masalah tersebut
terjadi sehingga masalah dapat dicegah di lain waktu. Dengan menjelaskan
mengapa terjadi suatu masalah kesehatan tersebut dan mengetahui penyebabnya,
dapat disusun langkah-langkah pencegahan dan penanggulangannya agar tidak
meluas dan dapat dilakukan tindakan preventif serta kuratif.
c. Melihat risiko dan pengaruhnya;
Dengan menjelaskan masalah kesehatan yang terjadi, dapat pula diketahui faktor
risiko yang dapat memengaruhi individu dan pengaruhnya pada pouplasi yang

Penyebaran dan pencegahan penyakit | 4


ada.Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan penilaian kesehatan, skrining
kesehatan, pemeriksaan medis.
d. Menilai dan meneliti;
Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui masalah kesehatan dan melihat
perkembangan masalah tersebut melalui penilaian/evaluasi dan penelitian.Dengan
demikian tenaga kesehatan mengetahui seberapa baiknya kesehatan masyarakat
termasuk pelayanan kseshatannya mengelola masalah kesehatan yang ada di
masyarakat.Selain itu, dapat diketahui kebutuhan masyrakat serta dapat
mempelajari efektivitas, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, dan ketersediaan
pelayanan untuk menanggulangi masalah kesehatan.
e. Menyempurnakan gambaran penyakit;
Epidemiologi dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan penyakit,
terutama yang berkaitan dengan man, time, dan place. Salah satu kegiatannya
adlah identifikasi dan proses diagnostik untuk meyakinkan bahwa seseorang
menderita penyakit tertentu, misalnya penyait infeksi saluran napas atas (ISPA)
oleh kuman streptokokus yang sering menyebabkan demam reumatik.
f. Identifikasi sindrom;
Salah satu kegiatan epidemiologi juga dapat membantu memantapkan dan
menyusn kriteria untk mengidentifikasi sindrom tertentu. Misalnya, AIDS,
SARS, flu burung.
g. Menentukan penyebab dan sumber penyakit
Pekerjaan epidemiologi dapat menjelaskan mengapa suatu masalah kesehatan itu
terjadi.Temuan-temuan epidemiologi memugkinkan untuk digunakan dalam
pengendalian, pencegahan, dan eliminasi penyakit, kecelakaan, kecacatan, dan
kematian.
2.2 Penilaian Kesehatan Gigi dan Mulut
Dari hasil survei kesehatan gigi masyarakat didapatkan data-data seperti status kesehatan
gigi dan informasi untuk mendiagnosa keadaan gigi masyarakat.data khusus mengenai
penyakit gigi didapat dengan cara menggunakan beberapa indeks, yang sering digunakan
adalah:1,3,4
a. DMF - T2
b. Def – t
c. OHI – S
d. CPITN
e. Prevalensi dan Insidensi
f. PI
g. GI

Dengan menggunakan indeks, penilaian yang dilakukan seragam. Yang perlu


diperhatikan dalam menggunakan indeks adalah penilaian yang akan dipergunakan harus
mempunyai cara/metode yang seragam, sehingga ukuran yang di dapat juga seragam.
Angka yang diperoleh dengan menggunakan indeks adalah berdasarkan penilaian yang
objektif, bukan berdasarkan penilaian subjektif, misalnya baik, cukup, kurang
sekali.Indeks adalah angka yang menyatakan suatu keadaan klinis. Dengan penggunaan
indeks kita dapat:

Penyebaran dan pencegahan penyakit | 5


a. Membedakan keadaan klinis dari masyarakat pada saat yang sama atau pada saat yang
lain.
b. Melihat kemajuan/kemunduran dari kesehatan gigi masyarakat.
1) Untuk gigi tetap : Indeks DMF-T

D = Decay : Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal

M = Missing : Jumlah gigi tetap yang telah / harus dicabut karena karies.

F = Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal

Angka DMF-T menggamabrkan banyaknya karies yang di derita seseorang dari dulu
sampai sekarang.

Kekurangan indeks DMF-T :

a) Tidak dapat menggambarkan banyaknya karies yang sebenarnya. Karena jika pada
gigi terdapat dua karies atu lebih, karies yang dihitung adalah tetap 1 gigi.
b) Indeks DMF-T tidak dapat membedakan kedalaman dari karies misalnya karies
superficialis, media dan profunda.
2) Untuk gigi susu : Indeks def-t

D = Decay : jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal

E = Extoliasi : Jumlah gigi susu yang telah/ harus dicabut karena ares

F= Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal

Kekurangan indeks def-t

E = Extoliasi, seharusnya dapat menunjukan jumlah gigi yang dicabut karena karies.
Pada gigi susu kadang kadang gigi yang tidak ada disebabkan lepas dengan
sendirinya kareba faktor fisiologis disebut Extoliasi, bukan karena karies tetapi
seorang anak biasanya tidak dapat menerangkan mengapa giginya tidak ada / hilang,
apakah karies atau extolasi

Angka – angka DMF-T atau def-t dari hasil survei dapat dipergunakan untuk:

a. Mengetahui keadaan kesehtan gigi masyarakat, misalnya mengetahui jumlah


karies menurut umur, mengetahui peningkatan jumlah karies dalam waktu
tertentu, mengetahui hubungan antara karies dengan data lain.
b. Membuat rencana program
Untuk menentukan jumla tenaga, alat dan bahan, waktu yang diperluka untuk
pelaksanaan program.
c. Melaksanakan program evaluasi
1) Caries severity Index
Diintroduksi oleh WHO, kemudian dimodifikasi oleh Shimono (1995), kriteria
karies dikemukakan sebagai berikut ini :

Penyebaran dan pencegahan penyakit | 6


Indeks Kriteria Skor
S Sound gigi sehat 0
C1 Pit dan fisur zang 1
mengalami pewarnaan
serta explorer / sonde
akan tersangkut di
tempat tersebut tapi tidak
ada perlunakan dasar
lubang (undermined
enamel ) atau perlunakan
dinding gigi

C2 Sonde tersangkut pada 2


celah/lubang gig dengan
diandai dengan
perlunakan dinding /
dasar email

C3 Kelanjutan kerusakan 3
gigi C1 sehingga
melibatkan pulpa, pada
kondisi ini fistula atau
abses atau pulpitis
hiperplastik dapat dilihat
secara klinis

C4 Mahkota gigi sudah 4


rusak karena karies zang
tertinggal hanza akar gigi

Jumlah skor karies untuk seluruh permukaan gigi

CSI = --------------------------------------------------------------

Jumlah gigi zang karies dan tambalan dan gigi dicabut

2) Oral Hygiene Index (OHI)4

Penyebaran dan pencegahan penyakit | 7


(Greene & Vermilion) Terdiri : Debris index (Dl) Calculus Index (CI)

RUMUS OHI : DI + CI

a) Pengukuran Oral Debri / Debris

a. Definisi: Lapisan bahan lunak pd permukaan gigi terdiri atas


mucin, bakteri sisa-sisa makanan. warna putih kehijauan sampai
jingga.

b. Cara Pengukuran.

Dereten gigi rahang dibagi 3

1. Segmen di distal caninus kanan


2. Segmen di distal caninus kiri
3. Segmen diantara caninus kanan dan kiri

Setiap segmen dipilih gigi yg paling kotor, Setiap gigi dinilai


permukaan bukal & lingual

Ukuran Oral Debri

Skor:

1 : Gigi bersih

1. : a) Ada debri menutupi tak lebih 1/3 permk gigi. b) Tanpa


debri, tapi ada stain tak tergantung luasnya.
2. : Ada debri lebih dari 1/3 permukaan gigi tapi tidak melebihi 2/3
permukaan gigi dihitung dan leher gigi
3. :Debri menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

Skor debri indeks Jumlah skor seluruh rahang

Jml segmen (6)

b) Pengukuran kalkulus (Calculus)4

a. Definisi kalkulus : Endapan pd permukaan gigi yang mengalami


klasifikasi keras, warna putih kekunigan sampai hijau
kecoklatan.

b. Cara pengukuran : sama dengan debris Tanpa kalkulus

1. Kalkulus tak lebih dari 1/3 permk gigi dr cervic gigi


2. Ada kalkulus >1/3 tapi 2/3 permukaan gigi. Atau sub gingival
kalkulus titik-titik.
3. Kalkulus >2/3 perk. gigi atau sub gingival kalkulus melingkar.

Penyebaran dan pencegahan penyakit | 8


Kalkulus Index Jml seluruh skor segmen

Jml segmen (6)

3) Oral hygiene index Simp lifield (OHIS)


Pengukuran Indeks sama dengan OHI di atas. Rumus :
OHI.S :

6B 1B 6B

6L 1B 6L

B = buccal/Iabial atau

L = lingual (hanya satu permukaaii)

Kriteria: OHI.S

a) 0 - 1.2=BAIK
b) 1.3 - 3=sedang/cuku p
c) 3.1 - 6=jelek

4) Personal Hygiene Perfo mance (PHP)


Di perkenalkan oleh Posdhadley dan Haley Mengukur kebersihan mulut
individu berdasarkan timbunan debris/plak pada permukaan gigi.
Permukaan gigi yg diperiksa : bagian bukal B = bukal L = labial

6B 1B 6B

6L 1B 6L

Bila ada debris pada area yang bersangkutan mendapat skor 1 sedang b
ila tak ada debris mendapat skor 0

Skor PHP seseorang indi idu diperoleh dengan:

Skor PHP Jumlah skork e6 gigi yang diperiksa

2.3 Pengertian Demografi5


Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ Demos” adalah rakyat atau
penduduk dan “ Grafein ” adalah menulis. Jadi Demografi adalah tulisan-tulisan atau
karangan-karangan mengenai rakyat atau penduduk. Istilah ini dipakai pertama kalinya

Penyebaran dan pencegahan penyakit | 9


oleh Achille Guillard dalam karangannya yang berjudul “ Elements de Statistique
Humaine on Demographic Compares “ pada tahun 1885.
Berdasarkan Multilingual Demographic Dictionary (IUSSP, 1982) definisi demografi
adalah sebagai berikut : Demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama
mengenai jumlah, struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya (perubahannya).
Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959) mengusulkan definisi demografi sebagai
berikut : Demografi mempelajari jumlah, persebaran, territorial dan komposisi penduduk
serta perubahan-perubahannya dan sebabsebab perubahan itu, yang biasanya timbul
karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak territorial (migrasi) dan mobilisasi sosial
(perubahan status)
Masih banyak lagi ahli demografi yang menjelaskan tentang pengertian demografi.
Maka dari kedua definisi diatas dapat kita simpulkan sebagai berikut : Demografi adalah
ilmu yang mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk
meliputi :jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur ini selalu berubah-ubah,
dan perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi, yaitu : kelahiran(fertilitas),
kematian(mortalitas), dan migrasi penduduk.

2.3.1 Komponen utama demografi6


1) Umur :
a. Ada kaitannya dengan daya tahan tubuh
b. Ada kaitannya dengan ancaman terhadap kesehatan ( mis: dewasa bekerja
ditempat yg berbahaya )
c. Ada kaitannya dengan kebiasaan hidup
2) Jenis Kelamin
a. Terdapatnya perbedaan anatomi dan fisiologi antara pria dan wanita ( mis: ca.
prostat, ca. cervix )
b. Terdapatnya perbedaan kebiasaan hidup antara pria dan wanita ( mis: banyak ca.
paru pada pria karena pria lebih banyak merokok dibandingkan wanita)
c. Terdapatnya perbedaan macam pekerjaan . (penyakit akibat kerja tertentu lebih
panyak pada pria )
3) Golongan Etnik ( = ras, suku )
a. Terdapat perbedaan kebiasaan dan ataupun bentuk biologis yang dimiliki
4) Agama
a. Kebiasaan tertentu yang dimiliki oleh agama tertentu akan mempengaruhi corak
perilaku yang diperlihatkan ( mis: kebiasaan menyunat akan mengurangi risiko
terkena kanker penis )
5) Status Perkawinan
a. Yang dimaksud dengan perkawinan disini bukan menunjuk kepada status jejaka
atau perawan, melainkan perupakan persekutuan antara dua jenis kelamin yang
berbeda dalam bentuk keluarga (suami, isteri, anak-anak) yang diakui secara
sah.
b. Perilaku orang yang belum menikah berbeda dengan yang sudah menikah
6) Pekerjaan
a. Adanya risiko pekerjaan (buruh tambang – silicosis)

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 10
b. Adanya seleksi alam dalam memilih pekerjaan (orang lemah akan menghindari
pekerjaan fisik yang berat)
7) Status sosial ekonomi
a. Terdapatnya perbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah dan atau
mengobati penyakit.
b. Terdapatnya perbedaan sikap hidup dan perilaku yang dimiliki (pola makan, life
style)
2.4 Faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut
Faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat, baik sebagai
pemberi pelayanan (provider) maupun pengguna (costumer), menurut konsep Blum tahun
1974 yang dipengaruhi oleh 4 faktor utama yakni: Lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan (Hereditas). Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah
faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat
(Notoatmodjo, 2005). Menurut Antisari (2005), perilaku memegang peranan penting
dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena pentingnya perilaku
dalam mempengaruhi status kesehatan gigi, maka perilaku dapat mempengaruhi baik
buruknya kebersihan gigi dan mulut termasuk mempengaruhi skor karies dan penyakit
periodontal (Wahyu dkk., 2013).7
2.5 Penyakit Menular
Penyakit Menular merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang
spesifik atau racun yang dihasilkan dan ditularkan melalui reservoir atau kontak tidak
langsung melalui vector kepada orang.Penyakit menular dapat berjangkit dengan cepat
dan menyerang sejumlah besar orang pada daerah yang luas.Keadaan ini disebut wabah.
Istilah lain yang sering digunakan antara lain suatu letusan (outbreak), dan kejadian luar
biasa atau kejadian tidak biasa di masyarakat (LKB=unusual event). Contoh penyakit
menular yaitu flu burung, demam berdarah, dsb.1
Karakteristik utama penyakit menular:2
a. penyakit-penyakit tersebut sangat umum terjadi di masyarakat
b. beberapa penyakit dapat menyebabkan kematian atau kecacatan
c. beberapa penyakit dapat menyebabkan epidemik
d. penyakit-penyakit tersebut sebagian besar dapat dicegah dengan intervensi sederhana
e. penyakit-penyakit tersebut banyak menyerang bayi dan anak-anak.
2.6 Endemi dan Epidemi
Endemi ialah adanya penyakit-penyakit atau faktor penyebab penyakit yang selalu
terdapat dalam suatu daerah tertentu atau dikatakan sebagai prevalensi penyakit tertentu
yang selalu terdapat di suatu daerah, sebaliknya epidemi berarti terjadinya insidensi
penyakit dalam suatu daerah yang melebihi kejadian normal yang diharapkan (Benenson
1980).
Epidemi merupakan kejadian luar biasa yaitu timbulnya suatu penyakit yang menimpa
masyarakat pada suatu daerah yang melebihi perkiraan kejadian yang normal dalam
periode yang singkat. Epidemi berkaitan dengan penyakit menular atau tidak menular
serta tidak memiliki batasan geografis.8
2.7 Pengertian Insidensi dan Prevalensi
Insiden merupakan gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang di
temukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Angka insiden ini

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 11
hanya dapat dihitung pada suatu penelitian yang bersifat longitudional saja, karena untuk
menghitung angka insiden diperlukan dua angka yakni jumlah penderita baru di satu
pihak serta jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut (population at
risk) di pihak lain.
Prevalensi merupakan gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu. Pada perhitungan nilai prevalen, kebal atau
tidaknya seseorang terhadap penyakit yang sedang dihitung, tidaklah dipersoalkan.
Dengan perkataan lain, padaperhitungan nilai prevalen dipergunakan jumlah seluruh
penduduk. Ditinjau dari sudut ini, jelas bahwa angka prevalen sebenarnya bukan suatu
rate yang murni, karena mereka yang tidak mungkin terkena penyakit, juga di masukkan
dalam perhitungan.
Berbeda dengan perhitungan angka insiden, maka pada perhitunganangka prevalen,
penelitian cukup dilakukan satu kali saja, karena itu di bandingkan dengan insiden,
perhitungan angka prevalen relative lebih mudah.9
2.8 Pengukuran angka kesakitan dan angka kematian
a. Pengukuran angka penyakit (Morbiditas)10
Pengukuran frekuensi penyakit dititikberatkan pada angka kesakitan dan angka
kematian yang terjadi pada masyarakat.Pengukuran angka kesakitan relatif lebih sulit
dibandingkan dengan angka kematian.
1) Incidence rate, merupakan frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam
masyarakat disuatu tempat/wilayah/negara pada watu tertentu.
Formula:
Jumlah orang yang menderita suatu penyakit
tertentu/kasus baru
Incidence rate = ---------------------------------------------------- x 1000
Population at risk/ penduduk yang mempunyai
risiko tertular penyakit sama

2) Prevalence rate, merupakan frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit
dalam masyarakat disuatu tempat/wilayah/negara pada waktu tertentu. Bila
Prevalence rate ditentukan pada suatu saat misalnya pada Juli 1993, maka disebut
sebagai point prevalnce rate, dan apabila ditentukan selama suatu periode waktu
tertentu misalnya 1 Januari 1993 sampai dengan 31 Desember 1993, disebut
sebagai periode prevalence rate.
Formula:

Jumlah orang yang menderita suatu penyakit


(kasus baru dan lama) pada suatu saat/periode
tertentu
Prevalence Rate = --------------------------------------------------- x 1000

Population at risk/penduduk yang mempunyai


risiko tertular penyakit sama1

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 12
3) Attack rate, bila penyakit terjadi secara mendadak dan orang yang menderita
dalam jumlah besar seperti keracunan makanan, maka formula yang dipakai
untuk menghitung adalah attack rate. Rumus yang digunakan:

Jumlah orang yang sakit

Attack Rate = -------------------------------------------- x 1000

Populasi yang mempunyai risiko

b. Pengukuran Angka Kematian (Mortalitas)


Pengukuran angka kematian jauh lebih mudah jika dibandingakan dengan pengukuran
angka kesakitan, karena kejadiannya sudah pasti dan lebih mudah untuk mendapatkan
datanya dari sumber-sumber yang pasti. Angka kematian yang sering digunakan
adalah angka kematian kasar, angka kematian bayi, angka kematian ibu, angka kasus
fatal, dan angka kematian neonatal.
1) Angka kematian kasar (Crude Death Rate/CDR)
Angka kematian kasar merupakan jumlah seluruh kematian selama tahun berjalan
bagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Rumus yang digunakan :

Jumlah seluruh kematian


AKK = ---------------------------------- x 1000

Pertengahan tahun
2) Angka kematian khusus menurut kelompok umur dan penyebab penyakit (Age
and Cause Specific Death Rate/ASDR dan CSDR)
Angka kematian khusus kelompok umur dan penyebab penyakit, manfaatnya
untuk mengetahui pola kematian menurut golongan umur dan penyebabnya.

3) Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR)


Angka kematian bayi adalah angka kematian anak berumur kurang dari satu
tahun.IMR merupakan indikator penting dalam menilai status kesehatan
masyarakat yang meliputi keadaan tingkat ekonomi, sanitasi, gizi, pendidikan, dan
fasilitas kesehatan yang terdapat di suatu negara. Rumus yang digunakan :
Formula :

Jumlah kematian bayi , 1 tahun


AKB = ---------------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

4) Angka kematian neonatal (Neonatal Mortality Rate/NMR)


Formula :
Neonatus adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari
Jumlah kematian bayi < 28 hari
AKN = --------------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 13
5) Angka kematian post neonatal (Post Neonatal Mortality Rate/PNMR)
Post neonatal adalah bayi yang berumur lebih dari 28 hari
6) Angka lahir mati (Still Birth Rate)
Lahir mati adalah keluarnya janin dari rahim ibu tanpa tanda kehidupan sesudah
umur kehamilan mencapai antara 20-28 minggu
7) Angka kematian perinatal (Perinatal Mortality Rate/PMR)
Perinatal adalah umur janin dari umur kehamilan 28 minggu sampai kelahiran
umur kurang 1 minggu sesudah lahir
8) Angka kematian anak (Child Mortality Rate/CMR)
9) Angka kematian Ibu
Angka kematian ibu (AKI) pada proses kehamilan merupakan indikator penting
pelayanan obsterik dan keberhasilan program Keluarga Berencana. Selain itu, juga
bisa dipakai sebagai tolok ukur pengembangan status sosial ekonomi masyarakat.

Jumlah kematian ibu pada proses


kehamilan, dan nifas
AKI = ------------------------------------------------- x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun
yang sama

2.9 Perbedaan Penyakit menular dan penyakit tidak menular


a. Penyakit menular11,12,13,14
1) Banyak menyerang bayi atau anak-anak
2) Proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara agen penyakit (non living agent),
manusia dan lingkungan.
3) Banyak di negara berkembang
4) Rantai penularan yang jelas
5) Perlangsungan akut
6) Etiologi organisme jelas
7) Bersifat kausa tunggal
8) Diagnosis mudah
9) Mudah mencari penyebabnya
10) Biaya relatif murah
11) Jelas muncul di permukaan
12) Morbiltas dan mortalitas cenderung menurun
b. Penyakit tidak menular
1) Prevalensi tinggi pada usia lanjut
2) Proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara: Agent penyakit
(mikroorganisme hidup), manusia dan lingkungan
3) Banyak ditemui di negara maju
4) Tidak ada rantai penularan
5) Perlangsungan kronis
6) Etiologi sering tidak jelas
7) Biasanya kausa ganda
8) Diagnosis sulit
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 14
9) Sulit mencari penyebabnya
10) Biaya mahal
11) Morbilitas dan mortalitas cenderung meningkat

2.10 Desain Penelitian dalam melakukan survei kesehatan


Dalam menyusun dan melaksanakan program kesehatan masyarakat, salah satu
metode yang sering digunakan adalah pendekatan epidemiologi, dalam hal ini berupa
diagnosis komunitas.Untuk keperluan diagnosis komunitas diperlukan data yang
reliabel. Data tersebut diperoleh melalui penelitian di lapangan, seperti studi cross
sectional atau studi prospektif berupa survei untuk mencari variabel bebeas yang
berperan dalam menularkan suatu penyakit pada sekelompok masyarakat yang
bertempat tinggal di suatu daerah tertentu.8
Penelitian dapat dikelompokkan menjadi:15,16
a. Survei atau metode penelitian survei yang terdiri atas:
1) Exploratory study: penelitian menjelajah atau survei deskriptif.
2) Explanatory study atau survei yang bersifat analitik, terdiri atas:
a) potong-lintang (cross sectional study),
b) kasus-kontrol (case control study),
c) kohort (cohort control study) yang terdiri atas prospektif dan retrospektif.
b. Studi eksperimental, terdiri atas:
1) Quasi experimental atau eksperimental semu, dan
2) True eksperimental atau eksperimental murni.

Pengelompokan jenis penelitian kesehatan bermacam-macam. Hal ini bergantung


dari metode yang dipakai. Berdasarkan metode, penelitian kesehatan dapat
digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Metode penelitian survei


Dalam penelitian survei, hasil dari penelitian tersebut merupakan hasil
dari keseluruhan walalupun tidak dilakukan ke seluruh populasi namun
hanya diambil sampel. Hasil dari sampel tersebut dapat digeneralisasikan
sebagai hasil populasi. Metode ini digolongkan menjadi 2 bagian yaitu
deskriftif dan analitik.
1) Survei deskriptif
Dalam survei deskriftif, penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan
atau menguraikan suatu keadaan di dalam satu komunitas. Seperti distribusi
penyakit, distribusi jenis kelamin atau karakteristik lainnya.
2) Survei analitik
Pada survei analitik, penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan
atau situasi.Analitik pada dasarnya digunakan untuk menjawab pertanyaan
mengapa (why?). Survey analitik terbagi 3, yaitu :
a) Cross sectional. Dalam penelitian cross sectional, pengumpulan data
baik variable dependent maupun independent dan factor-faktor yang
mempengaruhinya dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 15
b) Retrospective study. Penelitian ini bertujuan melihat fenomena pada
masa lalu. Pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang
telah terjadi dan dilihat apakah ada keterkaitan dengan masa lalu.
c) Prospective study. Penelitian ini bertujuan melihat fenomena ke depan.
Dimulai dengan melihat variable penyebab dan dilihat dampaknya di
masa datang.
b. Metode penelitian eksperimen
Penelitian eksperimen, peneliti melakukan perlakuan pada responden dan
mengukur akibat atau pengaruhnya.Perlakukan dapat berupa sengaja atau
terkontrol. Misalnya penelitian tentang dampak terapi music terhadap
tingkat kecemasan pasien yang akan dilakukan operasi.
2.11 Program Meningkatkan Kesehatan Gigi dan Mulut
Program, kegiatan dan sasaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dilakukan
melalui:17
a. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1) Mengintegrasikan promosi kesehatan gigi dan mulut kedalam program perilaku
hidup bersih dan sehat.
2) Membuat media promosi yang inovatif dan efektif, baik melalui media cetak,
media elektronik dan secara langsung pada semua kelompok umur pada
masyarakat seperti mencetak leaflet, poster, CD, lembar balik, serta dialog
interaktif di TV, radio, tayangan pendek, dll.
3) Melakukan pendidikan tentang pentingnya perawatan gigi dan mulut yang teratur
oleh tenaga kesehatan gigi baik secara individu maupun masyarakat.
b. Program Fluoridasi
1) Kadar fluor dalam air minum yang dikonsumsi di seluruh provinsi di Indonesia
2) Kadar fluor didalam berbagai pasta gigi yang beredar di Indonesia
3) Program fluoridasi air minum, garam, susu, dll.
4) Program kumur-kumur fluor pada murid-murid sekolah dasar (U KG S)
5) Program topikal aplikasi fluor secara individual
6) Program pemberian tablet fluor pada beberapa sekolah dasar di daerah yang
resiko kariesnya tinggi
c. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
1) Penyusunan Pedoman Promotif - Preventif dengan pendekatan UKGM
2) Penyusunan Pedoman Pembinaan kesehatan Gigi melalui Desa siaga
3) Penyusunan Petunjuk Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga seri Ibu hamil
dan balita
4) Penyusunan Lembar Balik penyuluhan kesehatan gigi
5) Penyusunan Buku Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di Taman Kanak- kanak
6) Penyusuan Buku Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dan UKGS Inovatif
7) Penyusunan Buku pendidikan kesehatan gigi dan mulut remaja
8) Penyusunan Buku Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Lanjutan
9) Penyusunan Pedoman pencegahan karies gigi berupa brosur, poster, leaflet,
flyer, booklet, modul pelatihan kader/gig
10) Penyusunan materi kesehatan gigi untuk RS/PKMRS

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 16
11) Penyusunan Petunjuk Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga seri Lansia
d. Upaya Kesehatan Perorangan
1) Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga
2) Pedoman Penyelenggaraan Kedokteran Gigi Keluarga
3) Standar Perizinan Praktek Dokter Gigi Keluarga
4) Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
dengan Model Basic Package Oral Care
5) Pedoman Upaya Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
6) Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas Perkotaan
7) Penerapan metode Atraumatic Restoration Treatment (ART)
8) Pedoman pelayanan kesehatan gigi dan mulut di RSU Pemerintah/Swasta/RS
Khusus.
9) Pedoman rujukan upaya kesehatan gigi dan mulut
10) Pedoman integrasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.
11) Pedoman peningkatan mutu pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
dan Rumah sakit.
12) Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut di Fasilitas Kesehatan Gigi
13) Modul Pelatihan Identifikasi Lesi Rongga Mulut dan Penatalaksanaan
Kesehatan Gigi dan Mulut pada ODHA bagi Tenaga Kesehatan Gigi di Fasilitas
Gigi.
14) Tata cara kerja pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas
15) Pelaksanaan Angka Kredit Jabatan Dokter Gigi/Perawat Gigi.
16) Panduan pendayagunaan dokter gigi spesialis.
e. Program Pengawasan Obat dan Bahan Kedokteran Gigi
1) Pedoman standar bahan dan alat kedokteran gigi (RS /Puskesmas)
2) Penyusunan standar obat kesehatan gigi essensial (DOEN)
3) Formularium Obat dan bahan kedokteran gigi di RS Indonesia
4) Pedoman bahan/obat tradisional dibidang kesehatan gigi dan mulut
5) Pedoman Pemakaian antibiotik di Bidang Kedokteran Gigi
f. Program Pengembangan Sumber Daya Kesehatan:
1) Internal
a) Penyusunan modul pelatihan teknis
b) Penyusunan modul TOT
c) Pedoman dan pelaksanaan evaluasi penerapan metode ART
d) Evaluasi peralatan di Puskesmas
2) Lintas Program
a) Kerjasama dengan Pusdatin dalam penyusunan profil kesehatan gigi dan mulut
b) Kerjasama dengan badan Litbangkes Kementerian
c) Kesehatan dalam survei epidemiologi penyakit gigi dan mulut.
d) Pelatihan/TOT Tenaga Kesehatan/Pemegang Program kualitas kandungan
fluor dalam pasta gigi, air minum, dl.
e) Evaluasi peralatan di Rumah Sakit Pemerintah/Swasta
3) Lintas Sektor

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 17
a) Kerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional
b) Kerjasama dengan seluruh Kementerian dalam upaya pelayanan kesehatan gigi
dan mulut (poli gigi)
c) Kerjasama dengan swasta
d) Kerjasama dengan tim penggerak PKK
e) Kerjasama dengan FKG/CHS/profesi
f) Kerjasama dengan dunia usaha untuk pengadaan ART, pasta fluor generik,
sikat gigi generik, dan bahan lainnya.
g. Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan

1) Tersusunnya rencana kegiatan lima tahun kesehatan gigi dan mulut

2) Tersusunnya laporan akuntabilitas kinerja tahunan kesehatan gigi dan mulut

3) Kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan instansi, unit dan
pihak lain yang terkait secara nasional dan Internasional.

h. Monitoring dan Evaluasi:

1) Kesehatan gigi dan mulut pra sekolah dan usia anak sekolah

2) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas

3) Upaya kesehatan gigi di UKGM

4) Pelayanan kesehatan gigi rujukan dan integrasi

5) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di rumah sakit

6) Penyusunan website kesehatan gigi dan mulut sebagai wahana interaksi, inter relasi
dan interdependensi dengan masyarakat, profesi, dunia usaha serta pihak lain yang
berkepentingan untuk peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut.

i. Bimbingan Teknis/Supervisi:

1) Pembinaan program kesehatan gigi dan mulut di Dinas Kesehatan


Provinsi/Kabupaten/ Kota

2) Pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi puskesmas dan rumah sakit


baik pemerintah maupun swasta.

3) Peningkatan kinerja melalui peningkatan mutu SDM dan suasana/budaya kerja.

4) Pembinaan profesi tenaga kesehatan gigi.

j. Program Unggulan

Program anti tembakau di klinik gigi, screening kanker mulut, pengendalian gula di
sekolah.

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 18
1) Program Kebijakan Kesehatan, Pembiayaan, dan Hukum Kesehatan.

a) Tersusunnya rencana kegiatan lima tahunan (propenas) dan rencanakerja


tahunan (Repeta) kesehatan gigi dan mulut.

b) Tersusunnya laporan akuntabilitas kinerja tahunan kesehatan gigi dan mulut.

c) Legalisasi Produk-produk Bidang kesehatan Gigi dan Mulut.

2) Program Perbaikan Gizi

a) Kegiatan kesehatan gigi dan mulut pra sekolah dan anak usia sekolah

b) Penyusunan petunjuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut keluarga seri ibu
hamil dan balita

c) Penyusunan pedoman pembinaan kesehatan gigi melalui polides

d) Perlindungan kesehatan gigi anak dengan sikat gigi sesudah makan.

3) Program Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) sejak usia dini

a) Penyusunan buku pendidikan kesehatan gigi remaja

b) Penyusunan lembar balik penyuluhan kesehatan gigi

c) Penyusunan standar pelayanan kesehatan gigi bagi anak berkebutuhan khusus

d) Penyusunan mated kesehatan gigi dan mulut untuk RS

e) Penyusunan pedoman standar peralatan kedokteran gigi RS

4) Program Lingkungan Pemakaian air, dan udara sehat.

a) Pedoman pelaksanaan higienis klinik gigi di lingkungan kerja.

5) Program kesehatan keluarga

a) Penyusunan pedoman promotif-pereventif dengan pendekatan UKGM dan


UKGM inovatif

b) Penggunaan pedoman pembinaan kesehatan gigi dan mulut melalui desa siaga

c) Penyusunan petunjuk pemeliharaan kesehatan gigi keluarga seri lansia.

d) Penyusunan pedoman pencegahan penyakit gigi, berupa brosur, leaflet, booklet.

e) Modul pelatihan kesehatan gigi bagi kader/guru.

6) Program pencegahan kecelakaan dan rudapaksa termasuk keselamatan lalu lintas.

a) Melakukan penelitian pengaruh sakit gigi terhadap kecelakaan lalu lintas.

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 19
7) Program integrasi dengan penyakit tidak menular (PTM)

a) Program anti tembakau di klinik Gigi

b) Program Pengendalian Gula

c) Program skreening kanker mulut

d) Program Pengendalian konsumsi alkohol berhubungan dengan penyakit gigi dan


mulut

e) Penyusunan Pengendalian faktor-faktor resiko penyakit gigi dan mulut dalam


upaya meningkatkan kualitas hidup

2.12 Metode Pencegahan penyakit kesehatan gigi dan mulut

Terdapat beberapa pencegahan terhadap penyakit kesehatan gigi dan mulut ,yakni:18

a.Pencegahan primer, adalah pencegahan penyakit dan dengan demikian terjadi apabila
kliennya sehat. ini dapat diarahkan pada masyarakat, kelompok dan individu.
pencegahan primer diarahkan kepada :

1) Kelompok kecil atau besar

Pencegahan primer untuk kelompok kecil atau besar kebanyakan merupakan


penyuluhan, meskipun dapat juga diambil pengaturan lain yaitu contohnya
flouridasi air minum dan aplikasi fluoride secara individual. Penyuluhan ada 2 :
umum , individu. Penyuluhan umum mempunyai judul-judul umum contohnya:
makanan, kesehatan. Penyuluhan terarah mempunyai judul khusus, contohnya:
perlunya menghilangkan karang gigi, pembatasan makan makanan kecil

b. Pencegahan Sekunder, ini dapat terjadi bila kesehatan terganggu dan meliputi
diagnosis dan perawatan dini. Contohnya:Diagnostik Ro” wing, gigi dilanjutkan
perawatan karies permulaan ( lesi bercak putih) dengan jalan aplikasi fluoride
lokal dan atau instruksi membersihkan mulut.

c. Pencegahan Tersier, kadang-kadang masih dibicarakan tentang pencegahan tersier


yang diartikan pembatasan kerusakan kesehatan dan rehabilitasinya.

Contoh pembatasan kerusakan kesehatan adalah:

1) pemakaian semen dasar pada restorasi elemen yang terserang karies

2) extraksi gigi patah

Contoh rehabilitasi adalah :

a) pembuatan prothesa penuh

b) pemasangan suatu jembatan

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 20
Pencegahan karies gigi dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:

a. Mempertinggi resistensi gigi terhadap dekalsifikasi dengan jalan:

1) Menambahkan fluor dalam jumlah yang sesuai di dalam air minum / diet manusia,
terutama sebelum gigi erupsi.

2) Fluor topikal application ; larutan fluor, pasta gigi yang mengandung fluor, mouth
rinsing.

b. Menghalangi pembentukan dan menghilangkan dengan segera faktor


penyerang disekitar gigi, dengan cara:

1) Menghalangi dan mengontrol pembentukan plak gigi serta menghilangkan


plak yang telah terbentuk secepat mungkin.

2) Mengurangi makanan yang mengandung Karbohidrat, terutama gula-gula


sederhana.

Disamping kedua cara di atas terdapat cara lain yang mempunyai kemungkinan
untuk berhasil dimasa yang akan datang seperti:

a. Penambahan faktor-faktor protektif / antikariogenik pada makanan seperti


kalsium-sukrosa-phospat.

b. Immunisasi terhadap bakteri asidogenik : vaccin, antibiotik.

Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit gigi dan mulut:

a. Memelihara kebersihan mulut (menghilangkan plak dan bakteri).

Memelihara kebersihan mulut dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satu
cara yang paling efektif adalah dengan menggosok gigi secara rutin, agar kita dapat
memutus rantai penyebab terjadinya karies dan berbagai penyakit mulut lainnya.

b. Memperkuat gigi (dengan Flour).

Cara memperkuat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung


flour.Namun beberapa dari kita mungkin masih percaya dan menggunakan daun
sirih untuk menyehatkan gigi. Tidak dianjurkan menyikat gigi dengan
menggunakan batu bata ataupun dengan tanah liat, beberapa orang masih
menggunakan cara ini dengan harapan gigi terlihat lebih bersih dan kuat. Namun
pada kenyataannya penggunaan bata malah akan mengikis lapisan email gigi.

c. Mengurangi konsumsi makanan yang manis dan lengket.

Makanan yang kita makan merupakan nutrisi yang penting untuk tubuh kita
namun beberapa makanan mungkin tidak cocok untuk kesehatan gigi dan mulut
kita, sebenarnya bukan tidak boleh namun apabila kita mengkonsumsi makanan
manis dan lengket sebaiknya setelah itu langgung menggosok gigi dengan bersih
P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 21
agar sisa-sisa dari makanan tersebut tidak menempel pada sela-sela gigi yang akan
mempercepat terjadinya proses karies dan berbagai penyakit mulut lainnya.

d. Membiasakan konsumsi makanan berserat dan menyehatkan gigi.

Makanan serat selain bagus untuk kesehatan tubuh juga bagus untuk kesehatan
gigi dan mulut. Bagi yang suka menggunakan tusuk gigi setelah makan untuk
membersihkan sisa-sisa makanan cobalah untuk mengganti tusuk gigi dengan
buah-buahan seperti apel, melon, pepaya,dll. Buah-buahan ini akan membantu kita
untuk membersihkan sia-sia makanan yang menempel pada sela-sela gigi kita.

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 22
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa Epidemiologi adalah ilmu


yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat, bagaimana distribusi
suatu penyakit, bagaimana penilaian-penilaian yang cocok dalam mengukur frekuensi
penyakit, dan yang paling penting serta yang utama adalah bagaimana dilakukannya
sebuah pencegahan masalah kesehatan gigi dan mulut masyarakat, apakah kebijakannya
telah efektif diterapkan dan bisa menyembuhkan. Dokter gigi sebagai pelaksana
pelayanan kesehatan gigi perlu melakukan upaya menilai mutu (quality assessment) dan
menjaga mutu (quality assurance). Penggunaan data prevalensi dan skor indeks dari
survai epidemiologi harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan
keterbatasan survei cross-sectional. Pendekatan dengan mengaplikasikan desain
penelitian epidemiologi dapat mengendalikan faktor-faktor confounding. Diharapkan
dokter gigi menjadi tergerak untuk memulai upaya-upaya menilai mutu pelayanannya
agar dapat mempertanggungjawabkan bahwa pelayanan dan personel di bawah tanggung
jawabnya memenuhi kriteria low cost – high quality of care.

3.2 Saran

Kami sadar kelompok 4, bahwa ada beberapa muatan yang kami bahas pada makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, belum semua membahas hal sedetaildetailnya. Maka
dari itu, kami kelompok 4 sangat mengharapkan kritik dan masukan yang membangun
dalam pembuatan makalah yang jauh lebih baik nanti. Kami juga berharap agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya sehingga setidaknya kita
semua sudah tahu bagaimana itu epidemiologi serta peran dan manfaatnya.

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 23
DAFTAR PUSTAKA

1. Ryadi ALS. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ed1. .Sincihu Y, Steven, Dewi CJ, editor.
Jakarta: ANDI. Hal. 157.
2. Budiarto E, Anggraeni D. Pengantar epidemiologi. Edisi 2. Jakarta :EGC;2001.hal.7-9,
29.
3. Herijulianti E. Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC;
2001.hal.97.
4. Priono B. Epidemiologi Untuk Kesehatan Gigi. Fakultas kedokteran Gigi Universitas
Gajah Mada. Hal. 36-40.
5. Arditia F. Latar belakang Geografi. Jurnal Universitas Sumatera Utara; 2013. 1-2.
6. Samsudrajat SA. Modul epidemiologi. Jurnal Stikes Kapuas raya sintang. Sintang; 2011.
P. 2-4, 14-16.
7. Widayati Nur. Faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun.
Jurnal Berkala Epidemiologi 2 Mei 2014;2(2):198.
8. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: EGC; 2006.hal.20-2. 27.
9. Azwar, Azrul. Pengantar Epidemiologi .Tanggerang Selatan. Binarupa Aksara Publisher.
2010. p. 22-4.
10. Jasaputra DK, Santosa S. Metodologi Penelitian Biomedis. Edisi 2.
Bandung:Danamartha Sejahtera Utama;2008. p. 133-46.
11. Irwan. Epidemiologi penyakit tidak menular. Yogyakarta: Deepublish; 2016.hal 7-9.
12. Waithaka, Peter. 2007. Communicable disease course. Nairobi: The African Medical
Research and Foundation (AMREF).
13. Darmawan A. Epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular. JMJ 2016;
4(2): 199-200.
14. Mckenzie JF, Pinger RR, Kotecki JE. Kesehatan masyarakat suatu pengantar. Ed 4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. h. 97.
15. Budiharto. Metodologi penelitian kesehatan: dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi.
Jakarta: EGC; 2006. h. 29.
16. Yusuf SF. Metodologi penelitian kesehatan. Padangsidimpuan utara: Darmais Press.
2015. h.26-8.
17. Kementerian kesehatan Republik Indonesi Tahun 2012. Program pelayanan kesehatan
gigi dan mulut.hal.23-29.
18. Putri MH, Et Al. Buku ajar: preventive dentistry. Forum Komunikasi Jurusan Kesehatan
Gigi Politeknik Kesehatan-Depkes RI 2008.

P e n y e b a r a n d a n p e n c e g a h a n p e n y a k i t | 24

Anda mungkin juga menyukai