MODUL 1
“GUSI BERDARAH”
Diajukan oleh :
Kelompok V
Nur Putri Syauqiyah Al Maidin (J011171340)
Ainun Miftahul Fair (J011171341)
Rini Kartini Kadir (J011171342)
Nadya Aura Amalia (J011171343)
Nurul Fatiha Thulfaida (J011171344)
WD Hikmah Noor Shafar Nafiu (J011171501)
Rahma Sahara (J011171502)
Sultan Iskandar Majid (J011171503)
Ade Suriyanti Nurdin Latif (J011171505)
Muhammad Ihsan (J011171506)
Firda Nirhang (J011171507)
Meutia Alysha Fauziah Nusaly (J011171508)
Megatriani Matandung (J011171509)
Alya Hilda Saifuddin (J011171510)
Kenrico John (J011171511)
Michelle Liemdier (J011171512)
Ahmad Rafiesa Guna (J011171513)
Muhammad Zulfikar Akbar Pattisausiwa (J011171514)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
makalah kelompok. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
kelompok ini.
2
Kegiatan tulis-menulis seperti penulisan tugas ini tentunya banyak
Tuhan Yang Maha Esa, bantuan, bimbingan, serta petunjuk yang sangat berharga
dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun materil sehigga dapat
Terlepas dari semua itu, kami selaku penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya,
maka dari itu segala masukan dan kritik sangat diharapkan oleh penulis untuk
pengalaman bagi para pembaca serta serta membuahkan manfaat bagi penulis,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................2
3
BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Cara Menghitung OHI-S dan BOP........................................................4
2.2 Deskripsi OHI-S dan BOP .....................................................................5
2.3 Pemeriksaan Klinis..................................................................................5
2.4 Gambaran Radiografi Kasus Pada Skenario......................................11
2.5 Diagnosis ................................................................................................11
2.6 Diagnosis Banding..................................................................................11
2.7 Gejala dan Tanda Klinis Gingivitis......................................................12
2.8 Etiologi Gingivitis..................................................................................13
2.9 Patomekanisme Gingivitis.....................................................................13
2.10 Hubungan Gusi Berdarah dan Bau Mulut .........................................15
2.11 Faktor Predisposisi Gingivitis...............................................................17
2.12 Pencegahan dan Perawatan Kasus pada Skenario.............................18
BAB 3. PENUTUP...............................................................................................19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................19
3.2 Saran.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
adalah
1.3 Tujuan
2
2. Mengetahui deskripsi OHI-s dan BOP pada scenario
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
total score kalkulus
Kalkulus index (CI) =
jumlah gigi yang diperiksa
INTERPRETASI
Berikut scoring criteria CI dan DI:
0,0 – 0,6 : oral hygiene baik
0,7 – 1,8 : oral hygiene sedang
1,9 – 3,0 : oral hygiene buruk
Pada skenario, diketahui bahwa nilai OHI-S: 3,2 dan nilai BOP: 2.
Maka, oral hygiene index simplified pasien masuk pada kriteria penilaian
buruk (poor) karena nilai berada diantara 3,1 - 6,0. Adapun BOP pasien dapa
kasus ini berada pada grade II (garis/titik) sehingga pada pasien ditemukan
berupa garis darah atau beberapa titik darah yang terlihat pada margin
gingiva.
2.3 Pemeriksaan Klinis
Penegakan diagnosa dan rencana perawatan merupakan hal yang
sangat penting dilakukan oleh dokter gigi karena hal tersebut akan
5
terhadap pasien. Dalam menegakkan diagnosis dan membuat rencana
1. Kunjungan pertama
Pada saat kunjungan pertama ini, seorang dokter gigi perlu menilai
beberapa hal seperti: 3
b. Riwayat sistemik
6
kecenderungan terhadap memar yang berlebihan, dan perdarahan
menstruasi yang berlebihan.
7
4) Rasa nyeri di gusi : cara rasa nyeri terpancing, asal dan durasinya, dan
cara menghilangkan rasa nyeri tersebut.
7) Kegoyahan gigi: apakah terasa hilang atau tidak nyaman pada gigi?
Apakah terdapat kesulitan pada saat mengunyah?
9) Kebiasaan : grinding teeth atau clenching teeth pada malam hari atau
setiap waktu. Apakah otot gigi terasa sakit pada saat pagi hari?
Kebiasaan lainnya seperti merokok, menggigit kuku, dan menggigit
benda asing.
e. Cetakan rahang
f. Foto klinis
8
Foto tidaklah begitu penting, namun foto berguna untuk merekam
tampilan jaringan sebelum dan setelah perawatan.
2. Kunjungan kedua
a. Oral hygiene
b. Bau Mulut
Halitosis atau fetor ex ore atau fetor oris, adalah bau aroma menyengat
yang berasal dari rongga mulut. Adanya halitosis dapat membantu dalam
menegakkan diagnosa. Halitosis berhubungan dengan penyakit-penyakit
tertentu, dan dapat berasal dari faktor lokal maupun ekstraoral. Sumber
lokal penyebab halitosis dapat berasal dari impaksi makanan diantara gigi,
coated tongue, acute necrotuzing ulcerative gingivitis (ANUG), dehidrasi,
karies, gigi palsu, nafas perokok, dan penyembuhan pasca operasi atau
pencabutan gigi. Karakteristik bau busuk dari ANUG sangat mudah
diidentifikasi. Ekstraoral atau sumber bau mulut yang jauh berasal dari
penyakit atau struktur berdekatan berhubungan dengan rhinitis, sinusitis,
atau tonsilitis, penyakit pada paru-paru, bronkus, dan bau yang
dikeluarkan melalui paru-paru dari substansi aromatik dalam aliran darah
seperti metabolit dari infus makanan atau produk eksretori dari
metabolisme sel.
9
Pemeriksaan rongga mulut meliputi bibir, dasar mulut, lidah, palatum
dan daerah oropharyngeal, serta kualitas dan kuantitas saliva. Walaupun
hasil pemeriksaan tidak berhubungan dengan penyakit periodontal,
seorang dokter gigi harus mendeteksi perubahan patologis yang terjadi.
c. Dental stain.
f. Tooth mobility.
10
a. Plak dan kalkulus
h. Abses periodontal.
11
2.5 Diagnosis
Diagnosis kasus pada skenario adalah gingivitis kronis. Gingivitis
kronis adalah penyakit yang berfluktuasi dimana peradangan berlanjut atau
sembuh dan daerah normal terjadi inflamasi.3 Mengapa dikatakan kronis
karena dari hasil anamnesa pasien tidak merasakan rasa sakit. Kemudian
dari hasil anamnesa juga didapatkan keluhan pasien yaitu bau mulut hal ini
mendukung diagnosa gingivitis karena bau mulut merupakan gejala dari
gingivitis.
2.6 Diagnosis Banding
penyakit mukokutan kronis pada gingiva. Pasien yang biasanya lebih sering
terkena adalah wanita di atas 40 tahun. Gambaran klinis lesi ini tampak
sebagai eritema dan edema pada tepi gingiva dan attached gingiva. Yang
subakut, dan merupakan tipe yang paling sering ditemui. Gingivitis kronis
12
Peningkatan cairan di jaringan gingiva yang meradang
menyebabkan pembesaran jaringan. Tampakan gingiva yang normal
hilang jika lengkung papilla gingiva bengkak.
3. Konsistensi dan tekstur jaringan
a. Konsistensi jaringan
Cairan yang meningkat dalam jaringan yang meradang juga dapat
menyebabkan gingiva menjadi lunak, kenyal, dan tidak elastis. Bila
tekanan diberikan pada gingiva yang meradang dengan sisi probe,
jaringan mudah dimampatkan dan dapat menahan bekas probe selama
beberapa detik. Jaringan gingiva yang meradang kehilangan konsistensi
dan menjadi lembek (lembut, mudah bergerak). Ketika udara bertekanan
diarahkan ke sulkus, ia dengan mudah mengalihkan margin gingiva dan
papila dari garis servikal gigi.
b. Tekstur permukaan
Peningkatan cairan akibat respon inflamasi dapat menyebabkan
jaringan gingiva tampak licin dan halus mengkilap. Jaringan hampir
tampak “meregang” seperti plastic yang sudah ditarik kencang.
4. Posisi margin gingiva
Pada gingivitis, posisi margin gingiva dapat berubah lebih ke arah
koronal (lebih jauh di atas CEJ). Perubahan pada posisi margin gingiva
ini disebabkan oleh pembengkakan dan pembesaran jaringan.
5. Adanya perdarahan
Adanya perdarahan saat probing secara perlahan terlihat secara
klinis sebelum perubahan warna terdeteksi secara klinis. Pada gingivitis,
garis sulkus menjadi bengkak dan pembuluh darah menjadi membesar.
Jaringan berdarah dengan mudah selama probing atau instumentasi.
Terdapat hubungan langsung antara inflamasi dan pendarahan: semakin
parah peradangan, semakin berat pendarahan.
2.8 Etiologi Gingivitis
Gingivitis yang dialami pasien diduga disebabkan utamanya oleh
bakteri plak karena dari hasil pemeriksaan klinis didapatkan status
kebersihan mulut yang buruk dengan skor 3,2 dan tingkat perdarahan 2,
yaitu perdarahan yang terjadi berupa garis.
13
2.9 Patomekanisme Gingivitis7
14
Early lesion berkembang dari initial lesi dalam waktu sekitar 1
minggu setelah terjadi akumulasi dari plak, yang secara klinis munul
sebagai gingivitis dini. Seiring berjalannya waktu, tanda klinis yang
muncul adalah terdapat eritema karena adannya proliferasi dari kapiler
dan bleeding on probing. Aliran cairan gingiva (GCF) dan julah leukosit
meningkat antara 6-12 hari setelah muncul tanda klinis gingivitis.
c. Tahap III : Established lesion
Seiring waktu, lesi berkembang ditandai oleh dominasi sel plasma
dan limfosit B dan mungkin bersamaan dengan pembentukan poket
gingiva kecil yang dilapisi dengan epitel. Sel B yang ditemukan sebagian
besar berasal dari imunoglobulin. G1 (IgG1) dan G3 (IgG3). Gingivitis
kronis terjadi antara 2-3 minggu setelah akumulasi plak, terjadi
vasokontriktor pembuluh darah dan aliran darah menjadi lambat
sehingga terjadi anorexia gingiva lokal yang ditandai dengan warna
kebiruan pada gingiva.
Peningkatan proporsi sel plasma terbukti dengan gingivitis yang
sudah berlangsung lama, namun waktu untuk pengembangan lesi
"established lesi" dapat melebihi 6 bulan. Aktivitas kolagenolitik
meningkat pada jaringan gingiva yang meradang oleh enzim kolagenase.
Kolagenase biasanya ada pada jaringan gingiva dan diproduksi oleh
beberapa bakteri mulut dan oleh PMN. Studi histokimia enzim telah
menunjukkan bahwa gingiva kronis yang meradang memiliki kadar
asam dan alkalin fosfatase yang meningkat. Lesi yang terbentuk tapak
ada 2 macam; beberapa tetap stabil dan tidak mengalami kemajuan
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dan yang lainnya tampaknya
menjadi lebih aktif dan beralih ke lesi yang semakin merusak.
2.10 Hubungan Gusi Berdarah dan Bau Mulut8
15
protein eksogen (sisa makanan) dan protein endogen (deskuamasi epitel
mulut, protein saliva dan darah) yang banyak mengandung asam amino yang
mengandung sulfur (S).
Selain itu juga terdapat mikroorganisme baik gram positif maupun
gram negatif, yang banyak terdapat pada sel epitel mulut yang mengalami
deskuamasi, pada plak gigi dan pada punggung
lidah. Mikroorganisme tersebut terutama gram negatif akan memecah
substrat protein menjadi rantai peptida dan menghasilkan asam amino yang
mengandung sulfur seperti methionin, cysteine dan cistine.
Tempat predileksi proses pembusukan dalam mulut adalah punggung
lidah bagian posterior, diastema antar gigi belakang, karies besar, plak gigi,
poket dan lesi-lesi jaringan lunak. Daerah-daerah di antara papila serta dasar
lidah merupakan tempat yang paling disukai bakteri khususnya bakteri
anaerob.
Ruang interdental merupakan tempat yang kondusif untuk aktifitas
bakteri anaerob, karena ruang tersebut merupakan tempat akumulasi plak
dan kalkulus, serta terdapatnya sulkus gingiva dan kemungkinan terjadinya
poket serta penyakit-penyakit gusi dan periodontal. Gingivitis dan
periodontitis adalah penyakit inflamasi yang paling umum terjadi dan
memicu terjadinya halitosis disebabkan bakteri gram negatif
seperti Veillonella, Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas gingivalis
tersembunyi di dalam jaringan periodontal yang sakit dan menghasilkan gas
yang bau.
Diketemukannya Volatile Sulfur Compounds (VSCs) yang dianggap
merupakan penyebab utama halitosis, telah banyak menarik kalangan
peneliti untuk melakukan studi mengenai hal-hal yang terkait dengan hal
ini.VSCs merupakan hasil produksi dari aktivitas bakteri-bakteri anaerob
dan bereaksi dengan protein-protein yang ada di dalam mulut yang diperoleh
dari sisa-sisa makanan yang mengandung protein, sel-sel darah yang telah
mati, bakteri-bakteri yang mati ataupun sel-sel epitel yang terkelupas dari
mukosa mulut. VSCs merupakan senyawa sulfur yang mudah menguap,
terbentuk oleh reaksi bakteri (terutama bakteri anaerob) dengan protein
16
yang akan dipecah menjadi asam amino. Terdapat tiga asam amino
yang menghasilkan VSC
yaitu Cysteine menghasilkan Hidrogensulfida (H2S), Methionine menghasilk
an Methil mercaptan (CH3SH), dan Cystine menghasilkan Dimetil
sulfida (CH3SCH3).
Halitosis merupakan masalah yang sering ditemukan di
masyarakat dan umumnya berhubungan dengan kondisi oral seperti kondisi
kebersihan mulut yang buruk dan kondisi periodontal. Halitosis
dihasilkan dari asam amino produk metabolisme mikroba dalam debris
lokal. Terdapat beberapa senyawa utama yang berkontribusi langsung
terhadap bau mulut, yang dikenal dengan nama Volatile Sulfur
Compounds(VSC). Kandungan gas utama dalam VSC termasuk Hidrogen
sulfida (H2S), Methil mercaptan (CH3SH), dan Dimetil
sulfida(CH3SCH3). Selain itu, metilamin, dimetilamin, asam propionik, asam
butirat, indol, skatol, merkaptol dan kadaverin telah dilaporkan dapat
menyebabkan halitosis.Klasifikasi halitosis menurut Miyazaki dkk., dan
Yaegaki dkk., dikategorikan sebagai halitosis murni (genuine),
pseudohalitosis dan halitophobia. Halitosis murni (genuine)merupakan
halitosis yang dapat disubklasifikasi menjadi halitosis fisiologis
atau patologis. Halitosis patologis dapat disubklasifikasi menjadi halitosis
patologis oral atau non oral, umumnya disebabkan oleh penyakit
periodontal.
2.11 Faktor Predisposisi Gingivitis 9
Adapun faktor predisposisi terjadinya gingivitis, yaitu:
1. Faktor lokal
a. Kuantitas dan komposisi saliva
b. Mouth breathing
c. Mekanik, kimia, termal, reaksi alergi, dan iritasi akrilik
d. Gangguan fungsi, oklusi traumatik, biofasial, parafungsional habit
(bruxism)
2. Faktor general
a. Penyakit sistemik
b. Gangguan endokrin
Perubahan hormon endokrin berlangsung semasa pubertas,
17
menimbulkan perubahan jaringan gingiva yang merubah respon
BAB 3
18
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
oleh faktor lokal dan sistemik. diperlukan suatu indeks gingiva dan indek titik
pendarahan (Papillary Bleeding Index) dan BOP (Bleeding on probing) agar bisa
dibedakan dan diketahui gingiva normal atau tidak serta mengukur nilai OHI-S
pasien, Perawatan dari gingiva meliputi tiga komponen yang dapat dilakukan
retensi plak diperbaiki, membuat mulut bebas plak temyata tidak memberikan
manfaat bila tidak dilakukan upaya untuk mencegah rekurensi deposit plak.Untuk
3.2 Saran
Pasien dapat disarankan untuk melakukan kontrol plak serta menjaga kebersihan
gingivitis. Juga jika ada keluhan berupa gejala dari gingivitis disarankan untuk
DAFTAR PUSTAKA
19
3. Takei N dan Carranza K. Carranza’s clinical periodontology. Ed. 11. St. Louis:
Elsevier; 2012. H. 76. 340-349
4. Fedi PF, Vernino AR, Gray JL.Silabus periodonti.Ed. 4. Jakarta: EGC; 2015.
h. 49-56
5. Laskaris G. Atlas saku penyakit mulut. Ed. 2: Jakarta: EGC; 2012. h. 60
6. Nield-Gehrig JS dan Willmann DE. Foundations of periodontics for the dental
hygienist. Ed. 3. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2011. H. 226,
227, 229
20