Anda di halaman 1dari 26

UNIVERSITAS DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF

ISLAM
INDONESIA
STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN
Nama Dokter Muda Amelia Kurniawati Tanda Tangan
NIM 13711043
Tanggal Ujian 2 Maret 2018
Rumah Sakit RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Gelombang Periode 5 Februari - 10 Maret 2018

IDENTITAS
Nama : Pasien K
Jenis Kelamin : 48 tahun
Umur : laki-laki
Alamat : Sine, Ngawi
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Masuk Rumah Sakit : 16 Februari 2018
Nomer CM : 519285

ANAMNESIS TANGGAL: 18 September 2017


(diberikan oleh O.S./Orang Tua/Keluarga/Suami/Isteri/Tetangga)

KELUHAN UTAMA :
Lemah anggota gerak kanan.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Pasien laki-laki usia 48 tahun datang dengan keluhan lemah anggota gerak kanan secara
mendadak. Hal ini terjadi ketika pasien mau berangkat bekerja tiba-tiba merasa lemas dan tidak
sadarkan diri. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala, mual muntah. Pasien
mengalami kehilangan kesadaran untuk sementara waktu saat terjadi serangan. Pasien kemudian
dibawa ke PKU Muhammadiyah Sragen sempat dirawat namun tidak membaik.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


Riwayat pernah mengalami hal serupa sebelumnya disangkal. Pasien memiliki riwayat
hipertensi, namun tidak rutin berobat. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

RIWAYAT PENYAKIT PADA KELUARGA :


Riwayat keluhan serupa : Disangkal
Riwayat penyakit jantung : Disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : Terdapat riwayat hipertensi pada keluarga
Riwayat diabete melitus : Disangkal

RIWAYAT GIZI :
Pasien rutin makan tiga kali sehari, terkadang lauk gorengan.

RIWAYAT LAIN YANG PERLU :


Kebiasaan olahraga : Jarang berolahraga
Kebiasaan merokok : Disangkal

PEMERIKSAAN

I. STATUS PRESENS

BB 70 Kg Tekanan darah : 180/100 mmHg


TB 160 cm Denyut nadi : 88 x/menit
Suhu 37,3 °C Pernafasan : 22x/menit

Keadaan Umum : Sedang


KGB : Tidak terdapat pembesaran dan nyeri tekan
Status Gizi : IMT 27,343 (Obesitas I)
Paru-paru : Suara dasar vesikuler +/+
Jantung : Suara jantung S1 dan S2 reguler
Hati : Tidak terdapat pembesaran dan nyeri tekan
Limpa : Tidak terdapat pembesaran
II. STATUS NEUROLOGIK
Kesadaran :
Kwantitatif : GCS E4V5M6
Kwalitatif : Tingkah laku (baik) Perasaan hati (baik)
Orientasi : Baik
Jalan pikiran : Baik
Kecerdasan : Baik
Daya ingat kejadian
Baru : Baik
Lama : Baik
Kemampuan bicara : Baik

Sikap tubuh : (-)


Cara berjalan : Terganggu
Gerakan abnormal : Tidak terdapat gerakan abnormal
Kepala :
 Bentuk : Mesosefal
 Simetri : Simetris
 Ukuran : Dalam batas normal
 Pulsasi : Tidak diperiksa
 Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
 Bising : Tidak diperiksa
Leher :
 Sikap : Dalam batas normal
 Gerakan : ROM baik
 Kaku kuduk : Tidak terdapat kaku kuduk
 Bentuk vertebra : Dalam batas normal
 Nyeri tekan vertebra : Tidak terdapat nyeri tekan vertebra
 Pulsasi : +/+
 Bising Karotis : Kanan (-), kiri (-)
 Bising Subklavia : Kanan (-), kiri (-)
 Tes lhermitte : (-)
 Tes nafsinger : (-)
 Tes brudzinki : Tes brudzinki I, II, dan III negatif

Saraf Otak :
N.I (OLFAKTORIUS)
 Daya pembau : +/+

N.II (OPTIKUS) : kanan kiri


Daya penglihatan : Normal Normal
Pengenalan warna : Normal Normal
Medan penglihatan : Normal Normal
Fundus okuli : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Papil : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Retina : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Arteri/vena : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Perdarahan : (-) (-)

N.III (OKULOMOTORIUS) : kanan kiri


Ptosis : (-) (-)
Gerak. Mata ke (medial) : (+) (+)
(atas) : (+) (+)
(bawah) : (+) (+)
Ukuran pupil : 3 mm 3 mm
Bentuk pupil : Isokor
kanan kiri
Reflek cahaya langsung : (+) (+)
Reflek cahaya konsensuil : (+) (+)
Reflek akomodatif : (+) (+)
Strabismus divergen : (-) (-)
Diplopia : (-) (-)

N.IV (TROKHLEARIS) kanan kiri


Gerak mata kelateral bawah : (+) (+)
Strabismus konvergen : (-) (-)
Diplopia : (-) (-)

N. V (TRIGEMINUS) kanan kiri


Menggigit : (+) (+)
Membuka mulut : (+) (+)
Sensibilitas (atas) : (+) (+)
(tengah) : (+) (+)
(bawah) : (+) (+)
Reflek kornea : (+) (+)
Reflek bersin : (+) (+)
Reflek maseter : (+) (+)
Reflek zigomatikus : (+) (+)
Trimus : (-) (-)

N. VI (ABDUSEN) kanan kiri


Gerakan mata ke lateral : (+) (+)
Strabismus konvergen : (-) (-)
Diplopia : (-) (-)

N. VII (FASIALIS) kanan kiri


Kerutan kulit dahi : (+) (+)
Kedipan mata : (+) (+)
Lipatan naso – labial : (+) (+)
Sudut mulut : (+) (+)
Mengerutkan dahi : (+) (+)
Menutup mata : (+) (+)
Meringis : (+) (+)
Mengembangkan pipi : (+) (+)

kanan kiri
Tiks fasial : (-) (-)
Lakrimasi : (normal) (normal)
Daya kecap lidah 2/3 depan : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Reflek fisio-palpebral : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Reflek glabella : (-) (-)
Reflek aurikulo-palpebral : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tanda myerson : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tanda chyostek : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Bersiul : Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N. VIII (AKUSTIKUS) kanan kiri


Mendengar suara berbisik : (+) (+)
Mendengar detik arloji : (+) (+)
Tes Rinne : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tes Weber : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tes Schwabach : Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N. IX (GLOSOFARINGEUS) kanan kiri


Arkus farings : (+) (+)
Daya kecap lidah 1/3 belakang : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Reflek muntah : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Sengau : (-) (-)
Tersedak : (-) (-)

N. X (VAGUS) kanan kiri


Denyut nadi/menit : 88 x/menit
Arkus farings : (+) (+)
Bersuara : (+) (+)
Menelan : (+) (+)

N. XI (AKSESORIUS) kanan kiri


Memalingkan kepala : (+) (+)
Sikap bahu : (+) (+)
Mengangkat bahu : tidak diperiksa tidak diperiksa
Trofi otot bahu : eutrofi eutrofi

N. XII (HIPOGLOSUS) kanan kiri


Sikap lidah : (+) (+)
Artikulasi : Disatria
Tremor lidah : (-) (-)
Menjulurkan lidah : (+) (+)
Kekuatan lidah : Dalam batas normal
Trofi otot bahu : eutrofi eutrofi
Fasikulasi lidah : (-) (-)

BADAN
Trofi otot punggung : Eutrofi
Trofi otot dada : Eutrofi
Nyeri membungkuk badan : (-)
Palpasi dinding perut : Tidak ada nyeri tekan
Kolumna vertabralis; bentuk : Tidak terdapat gibus, massa, dan nyeri tekan.
Gerakan : Dalam batas normal
Nyeri tekan : (-)
Sensibilitas (tentukan batas dan jenis kelainan pada gambar) (-)
kanan kiri
Reflek dinding perut : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Reflek kremaster : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Alat kelamin : Tidak diperiksa Tidak diperiksa

ANGGOTA GERAK ATAS kanan kiri


Inspeksi; drop hand : (-) (-)
Claw hand : (-) (-)
Pitcher’s hand : (-) (-)
Kontraktur : (-) (-)
Warna kulit : Sawo matang
Palpasi (sebut kelainannya) : Tidak ada massa, krepitasi dan nyeri tekan (-)

Lengan atas Lengan bawah Tangan


kanan kiri kanan kiri kanan kiri
Gerakan : (↓) normal (↓) normal (↓) normal
Kekuatan :3 5 0 5 0 5
Tonus : normal normal normal normal normal normal
Trofi : eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Sensibilitas : normal normal normal normal normal normal
Nyeri : (+) (+) (+) (+) (+) (+)
Termis : Tidak diperiksa
Taktil : (+) (+) (+) (+) (+) (+)
Diskriminasi : (+) (+) (+) (+) (+) (+)
Posisi : Tidak diperiksa
Vibrasi : Tidak diperiksa

Biseps Triseps radius Ulna


kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri

Reflek fisiologik : () () () () () () () ()
Perluasan reflek : (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Reflek silang : (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Reflek patologik : Kanan (-)
Kiri (-)

ANGGOTA GERAK BAWAH kanan kiri


Inspeksi drop foot : (-) (-)
Palpasi; udema : (-) (-)
Kontraktur : (-) (-)
Warna : (+) (+)

Tungkai atas Tungkai bawah Kaki


kanan kiri kanan kiri kanan kiri
Gerakan : (↓) normal (↓) normal (↓) normal
Kekuatan : 3 5 3 5 3 5
Tonus : normal normal normal normal normal normal
Trofi : eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Sensibilitas : normal normal normal normal normal normal
Nyeri : (+) (+) (+) (+) (+) (+)
Termis : Tidak diperiksa
Taktil : (+) (+) (+) (+) (+) (+)
Diskriminasi : (+) (+) (+) (+) (+) (+)
Posisi : Tidak diperiksa
Vibrasi : Tidak diperiksa

Patela Akhiles
kanan kiri kanan kiri
Reflek fisiologik : () () (N) (N)
Perluasan reflek : (-) (-) (-) (-)
Reflek silang : (-) (-) (-) (-)
Reflek patologik : (-) (-) (-) (-)

kanan kiri kanan kiri


Babinski : (+) (-) (-) (-)
Chaddock : (-) (-) (-) (-)
Oppenheim : (-) (-) (-) (-)
Gardon : (-) (-) (-) (-)
Schaeffer : (-) (-) (-) (-)
Gonda : (-) (-) (-) (-)
Bing : (-) (-) (-) (-)
Rossolimo : (-) (-) (-) (-)
Mendel bechterew : (-) (-) (-) (-)

kanan kiri kanan kiri


Tes Lasegue : Tidak diperiksa
Tes O’Connel : Tidak diperiksa
Tes Patrik : Tidak diperiksa
Kontra Patrik : Tidak diperiksa
Tes Gaenslen : Tidak diperiksa
Tes Homan : Tidak diperiksa
Tes Brudzinski II : (-) (-) (-) (-)
Tes Guillain : Tidak diperiksa
Tes Kernig : (-) (-) (-) (-)
Klonus paha : Tidak diperiksa
Klonus kaki : Tidak diperiksa

Koordinasi langkah dan keseimbangan


Cara berjalan : Tidak dapat diperiksa
Tes Romberg : Tidak dapat diperiksa
Ataksia : Tidak dapat diperiksa
Disdiadokhokinesis : (-)
Rebound fenomen : (-)
Nistagmus : (-)
Dismetri : (-)
Tes telunjuk hidung : (-)
Tes hidung-telunjuk-hidung : (-)

Gerakan abnormal
Tremor : (-)
Khorea : (-)
Mioklanik : (-)
Atetose : (-)
Ballismus : (-)

Fungsi vegetatip
Miksi : Normal
Inkontinensia urine : (-)
Retensio urine : (-)
Anuria : (-)
Poliuria : (-)
Defekasi : Normal
Inkontinensia alvi : (-)
Retensio alvi : (-)
Ereksi : (-)
Tes pespirasi (lukisan pada gambar)

RINGKASAN ANAMNESIS :
Pasien laki-laki usia 48 tahun datang dengan keluhan lemah anggota gerak kanan secara
mendadak. Hal ini terjadi ketika pasien mau berangkat bekerja tiba-tiba merasa lemas dan tidak
sadarkan diri. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala, mual muntah. Pasien
mengalami kehilangan kesadaran untuk sementara waktu saat terjadi serangan. Pasien kemudian
dibawa ke PKU Muhammadiyah Sragen sempat dirawat namun tidak membaik. Pasien belum pernah
mengalami hal serupa sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi, namun tidak rutin berobat.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Pasien rutin makan tiga kali sehari, terkadang lauk
gorengan. Pasien tidak rutin berolahraga.

RINGKASAN PEMERIKSAAN JASMANI & NEUROLOGIK :


Pasien laki-laki yang berusia 48 tahun datang dengan keadaan umum sakit sedang dan
kesadaran kompos mentis (GCS E4V5M6). Berat badan 70 kg dan tinggi badan 160 cm, maka
didapatkan hasil perhitungan IMT 27,34 (Obesitas I). Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
menunjukkan tekanan darah 180/110 mmHg, suhu 36 OC, nadi 88 x/menit, dan respirasi 22 x/menit.
Pemeriksaan kepala leher didapatkan konjungtiva tidak anemis, reflek pupil positif isokor, dan kaku
kuduk negatif. Pemeriksaan thorax menunjukkan suara dasar vesikuler pada seluruh lapang paru dan
bunyi jantung S1 dan S2 reguler. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis
didapatkan hasil bahwa orientasi dalam batas normal, disatria, tanda kernig negatif, dan tanda
brudzinki negatif. Didapatkan hemiparesis dextra dengan kekuatan otot 3/3 5/5, reflek fisiologis
meningkat, ditemukan adanya reflek patologis Babinski positif pada kaki kanan, pemeriksaan
sensibilitas dalam batas normal, dan pada pemeriksaan nervus kranialis tidak didapatkan kelainan.

GAMBAR :
PERMASALAHAN YANG TERDAPAT PADA PENDERITA :
- Hemiparese dekstra

Pemeriksaan tambahan yang dikerjakan :


 Skor Siriraj
Skor siriraj dihitung berdasarkan anamnesis apakah ada keluhan muntah, nyeri kepala, riwayat
penyakit, pemeriksaan kesadaran, dan pemeriksaan tekanan darah.
(2,5 x K) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x D) – (3 x A) – 12
Keterangan :
Kesadaran 0 : Sadar, 1 : Apatis, 2 : Koma
Muntah 0 : Tidak, 1 : Iya
Nyeri Kepala 0 : Tidak, 1 : Iya
Diastolik tekanan darah diastolik
Atheroma riwayat penyakit DM, angina, claudicatio intermiten
0 : Tidak, 1: Iya
Hasil dikumulasikan dan diklasifikasikan menjadi :
< -1 : Stroke infark
-1 s/d 1 : meragukan
> 1 : stroke hemoragik

Perhitungan :
= (2,5 x K) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x D) – (3 x A) – 12
= (2,5 x 0) + (2 x 1) + (2 x 1) + (0,1 x 100) – (3 x 0) – 12
= 0 + 2+ 2 + 10– 0– 12
= (2)  Stroke hemoragik

 Skor Algoritma Gadjah Mada


Diagnosis menggunakan algoritma gadjah mada ditentukan dengan adanya penurunan kesadaran,
nyeri kepala, dan pemeriksaan reflek Babinski.

Perhitungan :
Penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (+), dan reflek babinski (+)
 Stroke hemorragik

I. Diagnosis Klinis :
- Hemiparesis dextra

Diagnosis Topis
- cerebellum
Diagnosis Etiologi
- Stroke hemoragik

II. Hipertensi gr II

Terapi :
A. Pengobatan umum
 Breathing  pemberian oksigen 2-3 liter/menit via nasal kanul
 Blood  pemasangan infus ringer laktat 20 tetes per menit (tpm)
 Bowel  observasi obstipasi yang dapat membuat pasien gelisah
 Bladder  pemasangan dauer catheter bila pasien tidak sadarkan diri
 Brain  observasi penurunan kesadaran dan kejang

B. Pengobatan khusus
- Pemberian citicholin dengan dosis 500mg/12jam IV
- Pemberian cefotaxim dengan dosis 1g/12 jam IV
- Pemberian asam tranexamat 500mg/8jam IV
- Pemberian ranitidin dengan dosis 50 mg/ 12 jam IV
- Pemberian amlodipin dengan dosis 5 mg 1x1 untuk kontrol tekanan darah
- Pemberian captopril dengan dosis 3x25mg
- Pemberian diltiazem dengan dosis 3x30mg
- Pemberian spironolacton dengan dosis 1x25mg
- Pemberian analsik dengan dosis 2x 500mg
- Pemberian betahistine dengan dosis 3x6mg

C. Fisioterapi
Tujuan dilakukannya fisioterapi :
 Memperbaiki fungdi motoris, bicara, dan lain-lain.
 Membantu adaptasi mental sosial.
 Agar penderita dapat melakukan activities of daily (ADL)

Prognosis :
Dubia et bonam

Usul pemeriksaan tambahan :


 CT scan kepala tanpa kontras
 Cek darah rutin
 Cek ureum kreatinin
 Cek gula darah sewaktu
 Cek profil lipid
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Stroke adalah gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan
fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, yang tidak disebabkan oleh
sebab lain selain penyakit vaskuler. Stroke di bagi dua yaitu stroke perdarahan dan stroke iskemik.
Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang tidak terkontrol di otak. Stroke infark
adalah (Gofir, 2009).

2.2. Epidemiologi
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 didapatkan jumlah
penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%),
sedangkan berdasarkan diagnosis gejala 2.137.941 orang (12,1%). Prevalensi stroke yang tediagnosis
pelayanan kesehatan maupun berdasarkan diagnosis atau gejala sama tinggi pada laki-laki dan
perempuan. Stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah baik yang
didiagnosis petugas kesehatan (16,5%) maupun diagnosis petugas kesehatan atau gejala (32,8%).

2.3. Faktor Risiko


Tidak dapat dimodifikasi3 :
- Usia
- Ras
- Jenis kelamin
- Riwayat penyakit keluarga
Dapat dimodifikasi3 :
- Hipertensi
- Diabetes melitus
- Hiperlipidemia
- Fibrilasi atrium
- Merokok
- Penggunaan kontrasepsi oral
- Kurangnya aktivitas
- Obesitas
- Konsumsi alkohol

2.4. Klasifikasi
Stroke perdarahan dibagi menjadi 2 subtipe yaitu:
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan intraserebral terjadi di dalam substansi atau parenkim otak (di dalam piameter).
Penyebab utama terjadi perdarahan intraserebral adalah hipertensi terutama yang tidak
terkontrol, malformasi arteriovenosa (AVM), Angioma Cavernosa, alkoholisme, terapi
antikoagulan dan angiopati. Arteri yang berfungsi memvaskularisasi otak rupture sehingga
terjadi kebocoran darah ke otak, dan menyebabkan otak tertekan karena adanya penambahan
volume cairan. Pada orang dengan hipertensi kronis terjadi proses degenerative pada otot dan
elastisitas dinding arteri. Tekanan darah tinggi dan perubahan degenerative menyebabkan
terbentuknya gembungan kecil yang setempat yang disebut aneurisma Cahrcot-Bouchard.
Aneurisma ini merupakan locus minorus resisten (LMR). Lonjakan tekanan darahsistemik
seperti ketika marah, saat aktivitas yang menggunakanbanyak tenaga, mengejan dan sebagainya
dapat menyebabkan pecahnya (LMR) oleh karena itu disebut juga “Stress Stroke”.
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Penyebab terjadi perdarahan subarachnoid adalah rupturnya aneurisma arterial yang terletak di
dasar otak dan perdarahan dari malformasi vaskuler yang terletak dengan permukaan piameter,
perdarahan diastasis, trauma, angiopati amyloid, dan penggunaan obat. Pecahnya aneurisma
sebabkan perdarahan yang akan langsung berhubungan dengan LCS, sehingga dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intracranial. Jika perdarahan berlanjut menyebabkan koma
hingga kematian.
Aneurisma pada PIS dan PSA terdapat perbedaan letak dan ukuran. Pada PIS aneurisma berada
arteri-arteri di dalam parenkim otak dan ukurannya kecil. Sedangkan aneurisma pada perdarahan
subarakhnoid muncul di arteri-arteri diluar parenkim dan ukurannya besar.

2.5. Patofisiologi
Stroke non hemoragik dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu trombus atau emboli. Penyumbatan
lumen pembuluh darah otak karena adanya trombus yang semakin lama semakin menebal
mengakibatkan penurunan aliran darah sehingga terjadilah iskemia4. Tidak jauh berbeda dengan stroke
yang disebabkan oleh emboli. Lesi ateromatus yang ada pada pembuluh distal terlepas dan terbawa ke
aliran darah. Hal ini menyebabkan terjadinya emboli. Emboli terbawa hingga pembuluh darah otak.
Saat melewati pembuluh darah otak yang kecil, oklusi pun terjadi sehingga menyebabkan penurunan
aliran darah dan terjadi iskemia5.

2.6. Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis yang terlihat pada pasien dapat dibedakan berdasarkan lokasi terjadinya
oklusi. Arteri karotis bercabang menjadi arteri serebri media dan arteri serebri anterior. Sindroma yang
biasa muncul apabila terjadi gangguan pada cabang superfisial arteri serebri media, antara lain
kelemahan sensori motor wajah dan lengan atau hemiparesis, afasia (bila yang terkena hemisfer kiri),
gangguan penglihatan pada sisi yang sesuai dengan hemiparesisnya, mata dan kepala berputar ke arah
sisi lesi otak (pada hemiplegia berat), dan atau hemiparesis kiri dengan lesi otak kanan. Apabila yang
terkena cabang profunda arteri serebri media, manifestasi klinis yang nampak berupa kelumpuhan
motorik murni, hemiparesis atau hemiplegi tanpa gangguan sensoris maupun visual. Oklusi pada arteri
serebri anterior memberikan gambaran khas berupa monoparesis sensorimotor anggota bawah atau
hemiparesis yang meluas. Gejala lebih nyata pada anggota bawah atau bagian proksimal dari anggota
gerak atas. Selain itu, juga dapat ditemukan inkontinensia urin3.
Daerah pendarahan vertebrobasiler berlanjut pada arteri serebri posterior, fosa posterior, dan
serebeli. Sindroma yang sering muncul pada gangguan peredaran darah diarteri serebri posterior,
seperti kebutaan satu sisi atau seluruh lapang pandang, abnormalitas sensorik separuh badan yang
meluas, dan kesulitan memahami objek yang dilihat karena berkurangnya lapang pandang. Sindroma
vertebrobasiler pada fosa posterior menunjukkan gejala gabungan antara gangguan saraf kranial dan
serebelum pada satu sisi ditambah dengan defisit sensorik dan motorik pada sisi lainnya. Infark serebeli
bermanifestasi hemiataksia, hipotoni, kehilangan keseimbangan, ketidakmampuan berdiri, nistagmus
intens, vertigo, vomitus tanpa disertai nyeri kepala dan penuruanan kesadaran3.
Manifestasi klinis yang terjadi pada serangan stroke non hemoragik berbeda dengan stroke
hemoragik. Berikut cara membedakan stroke non hemoragik dan stroke hemoragik3 :

Gejala Stroke Hemoragik Stroke non Hemoragik


Onset/awitan Mendadak Mendadak
Saat “Onset” Sedang aktif Saat istirahat
“Warning” -- ++
Nyeri kepala +++ ±
Kejang + -
Muntah + -
Penurunan kesadaran +++ ±

2.7. Penegakkan Diagnosis


Penegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
mengusulkan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan langsung pada pasien apabila pasien tidak mengalami penurunan
kesadaran. Anamnesis dilakukan untuk menggali keluhan utama pasien, onset kejadian, proses
terjadinya dan keluhan-keluhan yang menyertai sesuai dengan manifestasi yang menjurus, seperti
nyeri kepala, kesemutan, mual, muntah, kejang atau adanya penurunan kesadaran setelah kejadian.
Selain itu, kita juga harus menggali lebih dalam mengenai faktor risiko yang mungkin ada agar dapat
dikontrol agar tidak membuat kondisi menjadi lebih berat atau serangan ulang. Faktor risiko yang
dapat berupa riwayat hipertensi, riwayat diabetes melitus, riwayat stroke, pola makan, dan kebiasaan
merokok

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menunjang anamnesis, melihat perkembangan pasien dan
menemukan kelainan pada pasien. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :

- Keadaan umum dan tanda-tanda vital


Menilai keaadaΩan umum pasien dan tanda-tanda vitalnya, apakah terdapat tekanan darah
yang meningkat atau denyut nadi yang tidak teratur yang bisa menjadi faktor risiko stroke.
- Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari pemeriksaan GCS, reflek pupil, kaku kuduk,
meningeal sign, kernig, nervus kranialis, reflek fisiologis, reflek patologis, pemeriksaan
motorik untuk menilai adanya kelumpuhan hingga pemeriksaan sensorik untuk menilai
adanya defisit sensorik.

c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mengetahui diagnosis penyakit stroke adalah CT
scan. CT-Scan merupakan metode yang paling akurat dan dapat dipercaya untuk mendiagnosis
hematoma intrasereblar. Pemeriksaan ini dapat menentukan lokasi yang tepat dari perdarahan dan juga
dapat
Selain itu, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan guna untuk menilai faktor risiko apa saja
yang dapat menyebabkan atau memperberat kondisi stroke, seperti pemeriksaan gula darah,
pemeriksaan profil lipid, dan sebagainya. Berikut merupakan hasil pemeriksaan penunjang yang dapat
membedakan stroke non hemoragik dengan stroke hemoragik3 :

Pemeriksaan Stroke Hemoragik Stroke non Hemoragik


Funduskopi Perdarahan di retina dan Crossing phenomenon,
korpus vitreum silver wire artery
Pungsi lumbal
Tekanan Meningkat Normal
Warna Merah Jernih
Eritrosit >1.000 mm3 < 500 mm3
Arteriografi Ada shift Oklusi
CT scan Lesi hiperdens Lesi hipodens

d. Alat diagnostik lain


Alat diagnostik lain dapat digunakan ketika pemeriksaan penunjang tidak memadai. Alat diagnostik
ini berupa sebuah algoritma yang disusun berdasarkan manifestasi klinis yang ada pada pasien dan
hasil pemeriksaan fisk yang didapat. Algoritma ini digunakan untuk membedakan antara stroke non
hemoragik dan stroke hemoragik sehingga diagnosis dapat tegak dengan cepat dan pemberian terapi
menjadi sesuai dengan indikasi yang ada.

- Skor Siriraj6
Skor siriraj dihitung berdasarkan anamnesis apakah ada keluhan muntah, nyeri kepala, riwayat
penyakit, pemeriksaan kesadaran, dan pemeriksaan tekanan darah.
(2,5 x K) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x D) – (3 x A) – 12
Keterangan:
Kesadaran 0 : Sadar, 1 : Apatis, 2 : Koma
Muntah 0 : Tidak, 1 : Iya
Nyeri Kepala 0 : Tidak, 1 : Iya
Diastolik tekanan darah diastolik
Atheroma riwayat penyakit DM, angina, claudicatio intermiten
1 : Tidak, 1: Iya

Hasil dikumulasikan dan diklasifikasikan menjadi :


< -1 : Stroke infark
-1 s/d 1 : meragukan
> 1 : stroke hemoragik

- Algoritma Gadjah Mada7


Diagnosis menggunakan algoritma gadjah mada ditentukan dengan adanya penurunan
kesadaran, nyeri kepala, dan pemeriksaan reflek babinski.

2.8. Manajemen
Tatalaksna pada pasien stroke non hemoragik terdiri dari 3 hal, yaitu :
a. Pengobatan umum3
Pengobatan umum dilakukan dengan menggunakan patokan 5B (breathing, blood, bowel,
bladder, brain). Berikut merupakan penjelasan dari tatalaksana 5B :

- Breathing
Jalan nafas dan fungsi dari paru-paru harus dijaga dengan cukup baik. Apabila terdapat
penyakit paru, seperti pneumonia dan asma harus segera ditindaklanjuti. Selain itu, volume
curah jantung juga berkaitan dengan fungsi paru sehingga juga harus tetap dievaluasi.
Oksigen diberikan apabila saturasi oksigen mulai menurun3.

- Blood
Tekanan darah harus dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak.
Memang pada umumnya pada fase akut tekanan darah akan meningkat, namun secara
spontan akan turun bertahap. Apabila pengobatan hipertensi dilakukan di fase akut, maka
akan mengurangi tekanan perfusi sehingga memungkinkan untuk menambah adanya
iskemik lagi3.
Kadar hemoglobin dan glukosa harus tetap dijaga untuk metabolisme otak. Pemberian
infus glukosa sebaiknya dihindari karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah
infark hingga bisa memudahkan untuk terjadinya udem. Selain itu, keseimbangan elektrolit
juga perlu diperhatikan3.

- Bowel
Defekasi dan nutrisi perlu diperhatikan. Obstipasi dapat mebuat pasien menjadi
gelisah3.

- Bladder
Miksi dan keseimbangan cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retensio
urin3.

- Brain
Udem otak dan kejang harus dicegah dan diatasi segera. Gejala udem otak, antara lain
penderita mengantuk, adanya bradikardi atau dapat dilakukan pemeriksaan funduskopi.
Apabila terdapat udem otak dapat ditatalaksana menggunakan manitol3.

b. Pengobatan khusus
- Neuroprotektan
Salah satu neuroprotektan yang sering digunakan adalah citicoline8. Citicoline memiliki
efek terapi, aman dan efektif, dapat meningkatkan kemampuan kongnitif pasca stroke dan
dapat memperbaiki fungsional tubuh pasien. Pemberian citicoline jangka panjang dapat
memicu mekanisme neurogenesis dan neurorepair yang dapat membantu proses terapi fisik
dan rehabilitasi pasca stroke9.
- Antihipertensi
- Antiplatelet
Pemberian antiplatet, seperti aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 sampai 48 jam
setelah aitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut8.
- Pengobatan terhadap penyakit penyerta, seperti diabetes melitus sebaiknya dilakukan8.

c. Fisioterapi
Tujuan dilakukannya fisioterapi :
- Memperbaiki fungdi motoris, bicara, dan lain-lain.
- Membantu adaptasi mental sosial.
- Agar penderita dapat melakukan activities of daily (ADL)
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad, A., Aliah, A., Samatra, P., Dewati, E., Purnomo, H., Anggraini, H., Sjahrir, H., Jannis,
J., Misbach, J., Kiemas, L. S., Akbar, M., Dalhar, M., Bustami, M., Hartanto, OS., Panggabean,
R., Suratno, Suryani, Lumepouw, S. F., Dikot, Y., Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar
Pelayanan Operasional (SPO) Neurologi. Jakarta. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. 2006.
2. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013.
3. Amanullah, H. M., Husni, A., Hadinoto, S., Hartono, B., Jenie M. N., Korner, E., Mochtar, A.,
Yanto, Y. M., Mangunsong, M., Noerjanto, M., Ott, E., Pangkahila, A., Setiawan, Soetedjo,
Simatupang, A., Szendey, G., Wirawan, R. B., Widiastuti, M. I., Yudiarto, F. L., Stroke
Pengelolaan Mutakhir. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 1992.
4. Hinkle, JL. Guanci, MM. Acute Ischemic Stroke Review. J Neurosci Nurs. 2007; 39 (5): 285-
293, 310 3.
5. Maas, MB. Safdieh, JE. Ischemic Stroke: Pathophysiology and Principles of Localization.
Neurology Board Review Manual. Neurology. 2009; 13(1): 2-16.
6. Widiastuti, P. Nuartha, A.A.B.N. Sistem Skoring Diagnostik untuk Stroke: Skor Siriraj. CDK-
233. 2015;42(10): 776-779.
7. Lamsudin, R. Algoritma stroke Gadjah Mada: Penyusunan dan validasi untuk membedakan
stroke perdarahan intraserebral dengan stroke iskemik akut atau stroke infark. Berkala Ilmu
Kedokteran. 1996;28(4): 181-187.
8. PERDOSSI. GUIDELINE STROKE TAHUN 2011.
9. Sabin, J.A. Roman, G.C. The Role of Citicoline in Neuroprotection and Neurorepair in Ischemic
Stroke. Brain Sci. 2013;3: 1395-1414

Anda mungkin juga menyukai