Beranda
Search
HOME
BIOLOGI
E-BOOK
FACEBOOK
DOWNLOADS
HEALTH
SAINS
TEORI
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
ABOUT ME
FISWAN_5 KELAS3B
LIHAT PROFIL LENGKAPKU
POPULAR POSTS
Uji Enzim Amilase melalui Air Ludah (Saliva)
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Uji Enzim Amilase melalui Air Ludah (Saliva) Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata ku...
Pernafasan Pada Serangga Menggunakan Respirometer Sederhana
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN RESPIROMETER Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah praktikum Fisiologi Hewan yan...
Pencernaan Pada Paramecium sp
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Pencernaan Pada Paramecium sp Diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah praktikum ...
Sistem Peredaran Darah Pada Kecebong
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN SISTEM PEREDARAN DARAH PADA KECEBONG Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktik...
RESPIRASI AEROB DAN ANAEROB
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN RESPIRASI AEROB DAN ANAEROB Diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah praktikum Fisi...
Uji Kandungan Zat Pada Urine
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Uji Kandungan Zat Pada Urine Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah praktikum Fis...
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN EDISI KULAP UPI
KOORDINASI SARAF PADA KATAK SAWAH LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum...
ARCHIVES
► 2015 (3)
▼ 2014 (4)
o ► Desember (2)
o ► November (1)
o ▼ Oktober (1)
Uji Enzim Amilase melalui Air Ludah (Saliva)
FOLLOWERS US
BARNER SITE
Disusun oleh :
Kelas 3-B
A. Judul
Judul praktikum ini adalah uji enzim amilase melalui air ludah/saliva.
B.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktifitas enzim
amilase ( saliva ) di lihat dari perubahan warna.
1. Pembakar spirtus
2. Kaki 3
3. Labu erlenmeyer
4. 6 tabung reaksi
6. Gelas ukur
7. Pipet tetesTermometer
8. Kasa
9. Gelas kimia
2. Saliva 50 ml
3. Benedict
D. Langkah kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Sediakan alat dan bahan
2. Masukan air sebanyak 50 ml kedalam 3 buah gelas kimia kemudian diberi label A,B dan C
3. Dalam praktikum ini adanya 3 perlakuan, perlakuan pertama Gelas kimia yang berlabel A
dibiarkan tidak diberikan perlakuan khusus, pada gelas kimia berlabel B di panaskan hingga suhu
stabil pada 32 derajat celsius, dan sedangkan pada gelas kimia berlabel C di panaskan hingga
suhu 80 derajat celsius.
4. Sambil menunggu perlakuan ke 3 gelas kimia, selanjutnya masukan 5ml amilum kedalam 6
tabung reaksi kemuadian masing masing 2 tabung reaksi diberi label A, B dan C.
5. Pisahkan Tabung reaksi yang sudah di beri label A , B dan C
6. Untuk tabung yang berlabel A di masukan kealam gelas kimia berlabel A, Untuk tabung yang
berlabel B dimasukan ke dalam gelas kimia berlabel B setelah suhu seimbang 32 derajat celcius,
dan Untuk 2 tabung reaksi yang berlabel C dimasukan ke dalam gelas kimia yang berlabel C
yang sudah stabil pada 80 derajat selsius.
7. Tunggu selama 10 menit.
8. Kemudian masukan 15 tetes saliva yang telah disaring oleh kain kasa ke dalam 6 tabung reaksi,
baik itu label A, B maupun C
9. Setelah itu masikan 2 tetes benedic ke dalam 6 tabung reaksi itu baik itu label A, B dan C.
10. Tunggu selama 5 menit, kemudian amati perubahannya. Semakin biru larutan di tandakan
dengan tanda +
11. Kemudian amati 5 menit berikutnya dengan membeikan kembali 2 tetesan benedic pada 6
tabung reaksi itu baik berlabel A, B maupun C , perlakuan ini di lakukan terus menerus sampai 5
menit ke 10.
12. Tuliskan hasil yang didapat pada kolom yang telah disediakan.
E. Landasan Teori
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-
reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh
jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang
diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah protein. Berat molekul enzim pun sangat
beraneka ragam, meliputi rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty, 1985).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing enzim
diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping itu
ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain.
Oleh Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam
enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang
peranan. Enam golongan tersebut ialah (Poedjiadi, 2006):
1. Oksidoreduktase
2. Transferase
3. Hidrolase
4. Liase
5. Isomerase
6. Ligase
Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim,
apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang
seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus
protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor.
Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut
gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang
disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya merupakan bagian yang
memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau
direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara produk dan
pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produktidaklah pasti dan
bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak
mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi,
jika keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak
dapat mengubahnya (Salisbury, 1995).
Sebagai mana protein pada umumnya, molekul enzim juga mempunyai struktur tiga
dimensi. Diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, hanya satu saja yang mendukung fungsi enzim
sebagai biokatalisator, diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, diperlukan suhu dan pH yang
sesuai. Apabila kedua faktor tersebut tidak terpenuhi, enzim akan kehilangan sifat dan
kemampuannya (Sadikin, 2002).Secara dingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain
(Dwidjoseputro, 1992) :
1. Berfungsi sebagi biokatalisator
2. Merupakan suatu protein
3. Bersifat khusus atau spesifik
4. Merupakan suatu koloid
5. Jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
6. Tidak tahan panas
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam
maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Suatu enzim
dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim
bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat
(Poedjadi, 2006).
Enzim-enzim hingga kini diketahui berupoa molekul-molekul besar yang berat molekulnya
ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkandalam air, maka akan menjadi suatu koloid Beberapa
enzim, diketahui memiliki kemampuan untuk mengubah substrat menjadi hasil akhir dan
sebaliknya, yaitu mengubah kembali hasil akhir menjadi substrat jika kondisi lingkungan
berubah. Contohnya adalah enzimenzim dari golongan protease dan urase serta beberapa jenis
enzim lainnya (Dwidjoseputro, 1992).
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu
perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi melibiosa dan
fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai menjadi sukrosa dan galaktosa
(Salisbury, 1995).Seperti halnya katalisator, enzim juga dipengaruhi oleh temperatur. Hanya saja
enzim ini tidak tahan panas seperti katalisator lainnya. Kebanyakan enzim akan menjadi non
aktif pada suhu 50o C (Poedjiadi, 2006).
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga
substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut tidak akan dapat
menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada umumnya denaturasi ini bersifat tidak
terbalikan atau permanen (Salisbury, 1995).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya adalah (Dwidjoseputro,
1992) :
1. Suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan katalis enzim
dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan
suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga konsentrasi
dan kecepatan enzim berkurang.
2. pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH
4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif
secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
3. Konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada
konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksibertambah
dengan bertambahnya konsentrasi enzim.4. konsentrasi substrat hasil eksperimen menunjukkan
bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas
tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupun konsenrasi substrat diperbesar.
4. Zat-zat penghambat
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada
bagian aktif yang mengalami hambatan.Dalam banyak sistem akibat suhu tes reaksi enzim
adalah mirip dengan tabiat bahwa laju reaksi meningkat dengan kenaikan suhu dan akhirnya
enzim kehilangan semua aktivitas jika protein menjadi rusak akibat panas. Banyk enzim
berfungsi optimal dalam batas-batas suhu antara 25-370C. Akibat dari pH terhadap suatu reaksi
enzim menjadi rumit oleh beberapa factor yang dapat saling bersaing. Laju rekasi berkurang di
kedua sisi pH optimum untuk setiap kombinasi dari tiga alasan yang mungkin (Page, 1989) :
F. Hasil Penelitian
1. Pada suhu ruangan (24oC)
Waktu Perubahan Warna
5 menit ke 1 +
5 menit ke 2 ++
5 menit ke 3 +++
5 menit ke 4 ++++
5 menit ke 5 ++++
5 menit ke 6 +++++
5 menit ke 7 +++++
5 menit ke 8 ++++
5 menit ke 9 +++
5 menit ke 10 ++
Keterangan : + : Tanda yang menandakan warna biru
G. Pembahasan
Praktikum uji enzim amilase melalui air ludah atau saliva ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan enzim amilase pada air ludah. Uji ini dilakukan dengan menggunakan tiga perlakuan
pada penempatan suhu yang berbeda-beda yaitu pada suhu normal (24oC), pada suhu 37-38oC
dan pada suhu maksimum sekitar > 80oC.
Pada suhu normal (24oC), keadaan larutan amilum berwarna putih, selang lima menit
kemudian ditetesi saliva dan larutan benedict sehingga menyebabkan perubahan warna sampai
lima menit ke sepuluh. Perubahan warna tersebut mula-mula berwarna biru muda menjadi biru
tua dan kembali menjadi biru muda serta terdapat endapan berwarna putih di bawahnya.
Pada suhu 37-38oC, keadaan larutan amilum tetap bertahan pada warna biru sampai lima
menit kesepuluh.Sedangkan pada suhu maksimum (> 80oC), keadaan larutan amilum pada dua
tabung yang berbeda memiliki perubahan warna yang terdapat perbedaan juga, terutama dalam
hal adanya gumpalan berwarna putih seperti saliva yang lama kelamaan menjadi berwarna coklat
muda.
Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat kita ketahui, bahwa :
Protein enzim dapat mengalami denaturasi akibat pH ektrem tinggi atau rendah.
Protein enzim dapat memerlukan gugus-gugus asam amino yang terionisasi pada rantai samping
yang mungkin aktif hanya pada suatu keadaan ionisasi.
Substrat dapat diperoleh atau kehilangan proton dan reaktif dalam hanya satu bentuk
muatan.Kelebihan enzim sebagai katalis antara lain (Suhtandry, 1985) :
a. mempunyai tenaga katalitik yang jauh lebih besar.
b. Spesifikasi pada substrat sangat besar sekali.
c. Mempercepat reaksi tanpa produksi samping
d. Berjalan pada suhu temperatur normal
e. Bekerja dengan urutan reaksi tertentu
f. Reaksi menyimpan dan menghasilkan reaksi kimia lain.
H. Kesimpulan
pada suhu sangat rendah aktivitas enzim dapat terhenti secara reversibel. Kenaikan suhu
lingkungan akan meningkatkan energi kinetik enzim dan frekuensi tumbuhan antara molekul
enzim dan substrat.
Pada suhu ruangan (24oC) aktifitas enzim terhenti secara reversibel dilihat karena adanya
endapandan warna biru dari beneditc yang tidak berubah.
Pada Suhu 37 – 38oC aktifitas enzim bekerja secara optimum karena tidak terlihat gumpalan
saliva yang terlihat hanya gumplan amilum.
Pada Suhu lebih dari 80oC terjadinya denaturasi enzim, dilihat dari perubahan warna yang
kecoklatan dan penggumpalan saliva
I. Jawaban soal
1. Apa fungsi enzim amilase dan organ apa saja yang menghasilkannya?
Fungsi enzim amilase adalah mengubah amilum menjadi glukosa dan maltos, organ yang
menghasilkan adalah grandula sub mandibularis, parotis dan sub lingualis, enzim ini juga
terdapat di dalam usus halus.
Enzim amilase berfungsi memecah karbohidrat rantai panjang seperti amilum dan dekstrin, akan
diurai menjadi molekul yang lebih sederhana maltosa sehingga mempermudah perjalanan
kebagian bagian organ pencernaan lainnya. Di dalam mulut yang tercampur dengan air liur
mengandung enzim amilase ( ptyalin ) yang dihasilkan di daerah rongga mulut.
Di dalam rongga mulut terdapat saliva yang di hasilkan oleh kelenjar ludah yang mana berfungsi
untuk membasahi makanan agar mudah di kunyah dan ditelan. Air ludah juga mengandung
enzim ptyalin yang mengubah karbohidrat atau glukosa kompleks, menjadi disakarida yaitu gula
sederhana agar mudah di proses lebih lanjut.
LAMPIRAN
Posted in: laporan praktikum Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke
Facebook
Posting Lebih BaruBeranda
0 komentar:
Posting Komentar
perhatian
terima kasih telah mengosongkan waktu untuk melihat artikel diblog ini. semoga apa yang
dipostingkan disini dapat berguna bagi kita semuanya.
RSS SUBSCRIPTION!
FOLLOW ME!
BUKU TAMU
TRAFIK BLOG
84255
CATEGORIES
laporan praktikum
Diberdayakan oleh Blogger.