Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

Analisa Teh Hijau dengan Atomic Absorption


Spectrofotometri (AAS)

Oleh :
Indriatri Septidaryanti
19/4K3/8951

SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN)


TEMANGGUNG
KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA ANALIS
Jl. Kadar Maron Sidorejo, Kotak Pos 104, Telp (0293)
4901639
Temanggung 56221
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kimia instrument dengan judul
“Analisa Teh Hijau dengan AAS” ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.

Makalah Spektrofotometer Serapan Atom ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata
pelajatan Kimia Instrumen. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang ikut
membantu dalam pengerjaan makalah Spektrofotometer Serapan Atom ini. Semoga apa yang
telah kita lakukan hari ini dengan ikhlas dapat memberikan manfaat di kemudian hari.

Akhirnya kami menyadari bahwa penyusunan makalah “Analisa Teh Hijau dengan
AAS” ini belum sempurna, baik dari segi fisik maupun isi yang terkandung di dalamnya.
Olehkarena itu, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
sebagai masukan untuk kesempurnaan makalah “Analisa Teh Hijau dengan AAS” ini. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kitasemua terutama dalam dunia
pendidikan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Jakarta, Agustus 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………................................................................................ 2

DAFTAR ISI……………...…………................................................................................... .3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………..…………. 5

1.2 Tujuan …………………………………………………………………………….……… 5

BAB II

2.1 Pengertian dan latar Belakang AAS………………………………………….…………... 5

2.2 Prinsip dasar Spektrofotometri Serapan Atom .................................................................... 6

2.3 Hukum Spektrofotometri Serapan Atom.............................................................................. 8

2.4 Jenis-jenis Spektrofotometri Serapan Atom ........................................................................ 9

2.5 Bagian- Bagian Spectrometry SA dan fungsinya............................................................... 11

2.6 Kelebihan dan Kelemahan Metode SSA............................................................................ 16

2.7 Gangguan-Gangguan Dalam Metode SSA ........................................................................ 16

2.8 Penerapan SSA dalam Analisis Kimia .............................................................................. 17

2.9 Prinsip Kerja....................................................................................................................... 18

BAB III

3.1 Ala………………………………………………….……………………………..……... 26

3.2 Bahan ………………………………………………………………………..……….... 26

3.3 Prosedur Kerja ………………………………………………………………..……….. 26

BAB IV……………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 28

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya


berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau
molekul analit. Salah satu agian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA),
merupakan metode analisis unsure secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan
penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas
(Skoog et. al., 2000).

Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun 1802
Wollaston enemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian diselidiki
lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa
garis Fraunhofer ini iakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi
ini kemudian mendasari Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis
mengenai spektrum dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan
hokum kuantum dari absorpsi dan emisi suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan
menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia
hanya akan mengambil dan melepas suatu jumlah energi tertentu, (ε = hv = hc/λ). Kelahiran
SSA sendiri pada tahun 1955, ketika publikasi yang ditulis oleh Walsh dan Alkemade &
Milatz muncul. Dalam publikasi ini SSA direkomendasikan sebagaimetode analisis yang
dapat diaplikasikan secara umum (Weltz, 1976).

Pengembangan metode spektrometri serapan atom (AAS) baru dimulai sejak tahun
1955, yaitu ketika seorang ilmuwan Australia, Walsh (1955) melaporkan hasil penelitiannya
tentang penggunaan “hollow cathode lamp” sebagai sumber radiasi yang dapat menghasilkan
radiasi panjang gelombang karakteristik yang sangat sesuai dengan AAS. Pada tahun yang
sama Alkemade dan Milatz (1955) melaporkan bahwa beberapa jenis nyala dapat digunakan
sebagai sarana untuk atomisasi sejumlah unsur. Oleh karena itu, para ilmuwan tersebut dapat
dianggap sebagai “Bapak AAS “.

Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali dikembangkan oleh


Walsh Alkamede, dan Metals (1995). SSA ditujukan untuk mengetahui unsur logam renik di
dalam sampel yang dianalisis. Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan pada penyerapan
energi sinar oleh atom-atom netral dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan kalor / panas. Alat
iniumumnya digunakan untuk analisis logam sedangkan untuk non logam jarang sekali,

4
mengingat unsure non logam dapat terionisasi dengan adanya kalor, sehingga
setelahdipanaskan akan sukar didapat unsur yang terionisasi. Metode ini larutan sampel
diubah menjadi bentuk aerosol didalam bagian pengkabutan (nebulizer) pada alat AAS
selanjutnya diubah ke dalam bentuk atom-atomnya berupa garis didalam nyala.

Spektrofotometer serapan atom (SSA) sebetulnya adalah metode umum untuk


menentukan kadar unsur logam konsentrasi renik. Keadaan bentuk contoh aslinya tidak
penting asalkan contoh larut dalam air atau dalam larutan bukan air. Metode SSA
spesifikasinya tinggi yaitu unsure-unsur dapat ditentukan meskipun dalam
campuran.Pemisahan, yang penting untuk hampir-hampir semua analisis basah, boleh
dikatakan tidak diperlukan, menjadikan SSA sederhana dan menarik. Kenyataan ini, ditambah
dengan kemudahan menangani SSA modern, menjadikan analisis rutin dapat dilakukan cepat
dan ekonomis oleh tenaga laboratorium yang belum terampil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian dan Latar Belakang AAS

2. Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

3. Hukum Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

4. Jenis-Jenis SSA

5. Bagian-Bagian Spectrometry AAS dan fungsinya

6. Kelebihandan Kelemahan Metode AAS

7. Gangguan-Gangguan Dalam Metode AAS

8. Penerapan Spektroskopi Serapan Atom (SSA) Dalam Analisis Kimia

9. Prinsip Kerja

10. Analisa kosmetik bebrbahan herbal.

1.3 Tujuan

a. Mengetahui apa yang di maksud spektrofotometri serapan atom

b. Mengetahui komponen-komponen spektrofotometri serapan atom

c. Mengetahui prinsip kerja spektrofotometri serapan atom

d. Menganalisa kandungan logam hp pada sampel kosmetika herbal dengan spektrofotometri


serapan atom

5
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Pengertian dan Latar Belakang AAS

Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang


pengukurannyaberdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi
atom atau molekul analit.Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan
Atom (SSA), Merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam
keadaan bebas.Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari.Pada tahun 1802
Wollaston menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian diselidiki
lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa
garis Fraunhofer ini diakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi
ini kemudian mendasari Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis
mengenai spektrum dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan
hukum kuantum dari absorpsi dan emisi suatu cahaya.Menurutnya, suatu atom hanya akan
menyerap cahaya dengan panjanggelombang tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia
hanya akan mengambil dan melepas suatu jumlah energi tertentu, (Iμ = hv = hc/λ). Kelahiran
SSA sendiri pada tahun 1955, ketika publikasi yang ditulis oleh Walsh dan Alkemade &
Milatz muncul.Dalam publikasi ini SSA direkomendasikan sebagaimetode analisis yang dapat
diaplikasikan secara umum Weltz, 1976).

Pengembangan metode spektrometri serapan atom (AAS) baru dimulai sejaktahun


1955, yaitu ketika seorang ilmuwan Australia, Walsh (1955) melaporkan hasil penelitiannya
tentang penggunaan “hollow cathode lamp” sebagai sumber radiasi yang dapat menghasilkan
radiasi panjang gelombang karakteristik yang sangat sesuai dengan Spektrofotometri Serapan
Atom. Pada tahun yang sama Alkemade dan Milatz (1955) melaporkan bahwa beberapa jenis
nyala dapat digunakan sebagai sarana untukatomisasi sejumlah unsur. Oleh karena itu, para
ilmuwan tersebut dapat dianggap sebagai “Bapak Spektrofotometri Serapan Atom “.

Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali dikembangkan


olehWalsh Alkamede, dan Metals (1995).SSA ditujukan untuk mengetahui unsur logam renik
di dalam sampel yang dianalisis.Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan pada penyerapan
energi sinar oleh atom-atom netral dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan kalor / panas.Alat
ini umumnya digunakan untuk analisis logam sedangkan untuk non logam jarang sekali,
Mengingat unsurs non logam dapat terionisasi dengan adanya kalor, sehingga setelah

6
dipanaskan akan sukar didapat unsure yang terionisasi. Pada metode ini larutan sampel diubah
menjadi bentuk aerosol didalam bagian pengkabutan (nebulizer) pada alat AAS selanjutnya
diubah ke dalam bentuk atom-atomnya berupa garis didalam nyala.

Metode SSA spesifikasinya tinggi yaitu unsure-unsur dapat ditentukan meskipun


dalam campuran.Pemisahan, yang penting untuk hampir-hampir semua analisis basah, boleh
dikatakan tidak diperlukan, menjadikan Spektrofotometri Serapan Atom sederhana dan
menarik.Kenyataan ini, ditambah dengan kemudahan menangani Spektrofotometri Serapan
Atom modern, menjadikan analisis rutin dapat dilakukan cepat dan ekonomis oleh tenaga
laboratorium yang belum terampil.

2.2 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafifdari


unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang karena prosedurnya selektif,
spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan
mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah
dilakukan. AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi
atom juga dikenal sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS.
Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat
memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA.Umumnya lampu yang digunakan
adalah lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom.Atom-atom menyerap


cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifatunsurnya.Metode
serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada
temperatur.Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi,
sistem pengukur fotometerik. Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini

7
disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang
ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat
dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk
mengukur logam sebanyak 61 logam.

Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yangberasal dari
elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang
telah teratomisasi, kemudia radiasi tersebut diteruskan ke detector melalui monokromator.
Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi
yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan
hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel.

Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atomtersebut
akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi
yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan
mempercepat gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi
yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan
menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom
terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom
tersebut.

Sampel analisis berupa liquid dihembuskan ke dalam nyala api burner denganbantuan gas
bakar yang digabungkan bersama oksidan ( bertujuan untuk menaikkan temperatur ) sehingga
dihasilkan kabut halus. Atom-atom keadaan dasar yang berbentuk dalam kabut dilewatkan
pada sinar dan panjang gelombang yang khas.Sinar sebagian diserap, yang disebut absorbansi
dan sinar yang diteruskan emisi.Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya
atom keadaan dasar yang berada dalam nyala.Pada kurva absorpsi, terukur besarnya sinar
yang diserap, sdangkan kurva emisi, terukur intensitas sinar yang dipancarkan. Sampel yang
akan diselidiki ketika dihembus ke dalam nyala terjadi peristiwa berikut secara berurutan
dengan cepat :

1. Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat.

2. Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi atom-atom penyusunnya, yang

mula-mula akan berada dalam keadaan dasar.

3. Atom-atom tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala ketingkatan energi lebih

tinggi.

8
2.3 Hukum Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa besarnya serapan (A) proporsional dengan


besarnya konsentrasi (c) dari zat uji. Secara matematis Hukum Lambert-Beer dinyatakan
dengan persamaan

A = εbc
Dimana:

ε = epsilon atau Absorptivitas Molar (M-1cm-1)

b = lebar celah (cm)

c = konsentrasi (M)

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki satuan dan
biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Absorptivitas Molar pada persamaan di atas
adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa banyak cahaya yang diserap
oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang tertentu. Semakin besar nilai Absorptivitas
Molar suatu zat maka semakin banyak cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain
nilai serapan (A) akan semakin besar.

Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi kurang


darisama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan dengan konsentrasi
pekat maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut lain sebagai akibat dari
kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan konsentrasi yang pekat tersebut.
Ketika satu molekul dekat dengan molekul yang lain maka nilai Absorptivitas Molar dari satu
molekul itu akan berubah atau terpengaruh. Secara keseluruhan, nilai Absorbansi yang
dihasilkan pun ikut terpengaruh, sehingga secara kuantitatif nilai yang ditunjukkan tidak
mencerminkan jumlah molekul yang diukur di dalam larutan uji. Itulah makanya ketika
larutan sampel yang Kamu miliki konsentrasinya tinggi, Kamu harus mengencerkannya
terlebih dahulu sebelum dikukur secara spektrofotometri. Secara umum, uji kuantitatif suatu
sampel harus memberikan serapan antara 0.2 – 0.8, atau toleransinya 0.1 – 0.9. Jika nilai
serapan sampel kurang dari persyaratan tersebut, maka Kamu tidak bisa menggunakan metode
spektrofotometri untuk mengkuantifikasinya. Atau jika nilai serapan sampel Kamu lebih dari
persyaratan tersebut, maka Kamu harus mengencerkan sampel yang Kamu miliki sehingga
hasil pengencerannya memberikan serapan pada range nilai serapan yang dipersyaratkan.

9
2.4 Jenis-Jenis SSA

Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :

1. Atomisasi dengan nyala

Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu ±
1700 ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara
memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala yang
diperlukan untuk atomisasi setiap unsure berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan dengan
nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang
berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula. Syarat-syarat gas yang dapat
digunakan dalam atomisasi dengan nyala:

1. Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur

yang akan dianalisa

2. Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.

3. Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan

4. Gas cukup murni dan bersih (UHP)

5. Campuran gas yang paling umum digunakan adalah :

 Udara : C2H2 (suhu nyala 1900 – 2000 ºC),

 N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 – 3000 ºC),

 Udara : propana (suhu nyala 1700 – 1900 ºC).

Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala.Suhu nyala tergantung
perbandingan gas bahan bakar dan oksidan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi
dengan nyala :

a. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil.
Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untukmencegah korosi.

b. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur
yang dianalisa.

c. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :

 Tidak mudah meledak bila kena panas

 Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL

10
 Mempunyai titik didih > 100 ºC

 Mempunyai titik nyala yang tinggi

 Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon

2. Atomisasi tanpa nyala

Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada batang
karbon (CRA – CarbonRod Atomizer) atau tabung karbon (GTA –Graphite Tube Atomizer)
yang mempunyai 2 elektroda.Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik
dialirkan sehingga batang atau tabungmenjadipanas (suhu naik menjadi tinggi) dan unsur yang
dianalisa akanteratomisasi. Suhu dapat diatur hingga3000 ºC.pemanasan larutan sampel
melalui tiga tahapan yaitu :

a) Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut

b) Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi

dekomposisi dan penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel

sehingga diperoleh garam atau oksida logam

c) Pengatoman (atomization)

3. Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida

Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur As, Se, Sb
yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 ºC sehingga atomisasi
dilakukan dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai menjadi
atom-atomnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg).

2.5 Bagian-Bagian Spectrometry AAS dan fungsinya

a. Sumber radiasi resonansi

Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (Hollow
Cathode Lamp) atau Electrodeless Discharge Tube (EDT).Elektroda lampu katoda berongga
biasanya terdiri dari wolfram dan katoda berongga dilapisi dengan unsur murni atau campuran

11
dari unsur murni yang dikehendaki. Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika
atau kuarsa, diisi dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi
yang biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau He. Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila
kedua elektroda diberitegangan, arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas
pengisi.Ion-ion gas yang bermuatan positif ini menembaki atom-atom yang terdapat pada
katoda yang menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom yang tereksitasi ini
bersifat tidak stabil dan akankembali ke tingkat dasar dengan melepaskan energy eksitasinya
dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yang dilewatkan melalui atom yang berada dalam nyala.

b. Atomizer

Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan burner (sistem
pembakar)

i. Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir kabut dengan
ukuran partikel 15 – 20 μm) dengan cara menarik larutan melalui kapiler (akibat efek dari
aliran udara) dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang
pengabut. Partikelpartikel kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas
bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar dialirkan melalui
saluran pembuangan.

ii. Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen antaragas oksidan,
bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh sebelummemasuki burner.

iii. Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap garam unsur
yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal dalam nyala.

c. Monokromator

Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi atom di dalam
nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan.Fraksi radiasi yang
diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya.Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut
dilakukan oleh monokromator. Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi
yang telah mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya.Radiasi lainnya berasal
dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda berongga atau logam pengotor dalam
lampu katoda berongga. Monokromator terdiri atas sistem optic yaitu celah, cermin dan kisi.

12
d. Detektor

Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan mengukur
intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.

e. Rekorder

Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.

f. Lampu Katoda

Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS.Lampu katoda memiliki masa
pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji
berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa
digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :

 Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur


 Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapalogam sekaligus,
hanya saja harganya lebih mahal.

Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk
memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada
AAS.Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi
lainnya.Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga
unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada
ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila
ada gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.

Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka lampu
dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan padatempat busanya di dalam
kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup kembali.Sebaiknya setelah selesai penggunaan,
lamanya waktu pemakaian dicatat.

13
g. Tabung Gas

Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada juga tabung gas
yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K.
Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan
dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator
merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.

Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut,yaitu dengan
mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan.Bila
terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang
keluar.Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada
bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk.Bila ada, maka
tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan
minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung
dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang
dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.

h. Ducting

Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisapembakaran
pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan,
agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang
dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi
yang dihasilkan tidakberbahaya.

Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secarahorizontal,


agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya
yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang
masuk ke dalamducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.

14
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearahmiring, karena
bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup.Ducting berfungsi untuk menghisap
hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang
terhubung dengan ducting

i. Kompresor

Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi
untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran
atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang
akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yangakan
disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat
penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS.

Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi kekanan,
merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. Uap air yang
dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah,
oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan kekanan bagian ini, sebaiknya ditampung
dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.

j. Burner

Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karenaburner


berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata,
dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada
burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api.

15
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator
dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal ini merupakan proses
pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan
untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator
berada pada bagian selangyang berwarna oranye di bagian kanan burner.Sedangkan selang
yang kiri,merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji
merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan
menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam
memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada
tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa
terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang paling baik, dan
paling panas.

k. Buangan pada AAS

Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisahpada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar
sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan
proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang
dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang
juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa
alat AAS atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses
pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah
buangan tidak tersenggol kaki.Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat
kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.

2.6 Kelebihan dan Kelemahan Metode AAS

A. Kelebihan metoda AAS adalah:

 Spesifik

 Batas (limit) deteksi rendah

 Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur

 Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh


sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)

16
 Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.

 Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)

B. kelemahan metoda AAS adalah:

Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti:

 Proses destruksi yang kurang sempurna

 Tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama

Kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks sampel dan matriks standar

Aliran sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada penyumbatan pada jalannya
aliran sampel.

Gangguan kimia berupa:

 Disosiasi tidak sempurna


 Ionisasi
 Terbentuknya senyawa refraktori

2.7 Gangguan-Gangguan Dalam Metode AAS

a. Gangguan kimia

Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami reaksikimia dengan
anion atau ketion tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak semua analit dapat
teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1)
penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi, 2) penambahan zat kimia lain yang dapat
melepaskan kation atau anion pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang
ditambahkan disebut zat pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent).

b..Gangguan Matrik

Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam ayau asam,atau bila
pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu nyala untuk
larutan sampel dan standar berbeda.Gangguan ini dalam analisis kualitatif tidak terlalu
bermasalah, tetapi sangat mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan

17
ini dalam analisis kuantitatif dapat digunakan cara analisis penambahan satandar (Standar
Adisi).

c.. Gangguan Ionisasi

Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehinggamampu
melepaskan elektron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan ion ini
mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi akan berkurang juga. Untuk
mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan unsur yang mudah
diionkan atau atom yang lebih elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K
dan Na. Penambahan ini dapat mencapai 100-2000 ppm.

d. Absorpsi Latar Belakang (Back Ground)

Absorpsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan istilah yangdigunakan untuk


menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi oleh nyala api, absorpsi
molekular, dan penghamburan cahaya.

2.8. Penerapan Spektroskopi Serapan Atom (SSA) Dalam Analisis Kimia

Untuk metode serapan atom telah diterapkan pada penetapan sekitar 60 unsur,dan
teknik ini merupakan alat utama dalam pengkajian yang meliputi logam runutan dalam
lingkungan dan dalam sampel biologis. Sering kali teknik ini juga berguna dalam kasus-kasus
dimana logam itu berada pada kadar yang cukup didalam sampel itu, tetapi hanya
tersediasedia sedikit sampel dalam analisis, kadang-kadang demikianlah kasus dengan
metaloprotein misalnya. Laporan pertama mengenai peranan biologis yang penting untuk
nikel didasarkan pada penetapan dengan serapan atom bahwa enzim urease, sekurang-
kurangnya dari organisme pada dua ion nikel per molekul protein.Sering kali tahap pertama
dalam analisis sampel-sampel biologis adalah mengabukan untuk merusak bahan
organik.Pengabuan basa dengan asam nitrat dan perklorat sering kali lebih disukai daripada
pengabuan kering mengingat susut karena menguap dari unsur-unsur runutan tertentu
(pengabuan kering semata-mata adalah pemasangan sampel dalam satu tanur untuk
mengoksidasi bahan organik).Kemudian serapan atom dilakukan terhadap larytan pengabuan
basa atau terhadap larutan yang dibuat dari residu pengabuan kering. Segi utama serapan atom
tentu saja adalah kepekaan.Dalam satu segi, serapan atom menyolok sekali bebasnya dari
gangguan.Perangkat tingkat-tingkat energy elektronik untuk sebuah atom adalah unit untuk
unsur itu. Ini berarti bahwa tidak ada dua unsur yang memperagakan garis-garis spektral yang
eksak sama panjang gelombangnya. Sering kali terdapat garis-garis untuk satu unsur yang

18
sangat dekat pada beberapa garis unsur yang lain, namun biasanya untuk menemukan suatu
garis resonansi untuk suatu unsur tertentu, jika tak terdapat gangguan spektral oleh unsur
laindalam sampel.

Gangguan utama dalam serapan atom adalah efek matriks yang mempengaruhiproses
pengatoman. Baik jauhnya disosiasi menjadi atom-atom pada suatu temperature tertentu
maupun laju proses bergantung sekali pada komposisi keseluruhan dari sampel. Misalnya jika
suatu larutan kalsium klorida dikabutkan dan dilarutkan partikel-partikel halus CaCl2 padat
akan berdisosiasi menghasilkan atom Ca dengan jauh lebih mudah daripada paertikel kalsium
fosfat, Ca3 (PO4)22.Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yangdieksistensikan dengan makin
banyaknya publikasi penelitian dalam bidangspektroskopi serapan atom, tampak bahwa
tekhnik spektroskopi serapan atom masihdalam taraf penyempurnaan

2.9. Prinsip Kerja

Atomic Absorption spectrophotometry adalah metode analisis dengan prinsip dimana


sampel yang berbentuk liquid diubah menjadi bentuk aerosol atau nebulae lalu bersama
campuran gas bahan bakar masuk ke dalam nyala, disini unsur yang dianalisa tadi menjadi
atom – atom dalam keadaan dasar (ground state). Lalu sinar yang berasal dari lampu katoda
dengan panjang gelombang yang sesuai dengan unsur yang uji, akan dilewatkan kepada atom
dalam nyala api sehingga elektron pada kulit terluar dari atom naik ke tingkat energi yang
lebih tinggi atau tereksitasi. Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya
atom ground state yang berada dalam nyala. Sinar yang tidak diserap oleh atom akan
diteruskan dan dipancarkan pada detektor, kemudian diubah menjadi sinyal yang terukur.
Sinar yang diserap disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan disebut emisi. Adapun
hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari hokum Lambert-Beer yang
menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara AAS. Hubungan tersebut dirumuskan dalam
persamaan sebagai berikut:

 Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan,
maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorbsi.

 Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.Hubungan tersebut
dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:

19
I = Io . a.b.c

Log = a.b.c

A = a.b.c

Dengan :

A = absorban

a = koefisien serapan, L2/M

b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L

c = konsentrasi, M/L

Io = intensitas sinar mula-mula

I = intensitas sinar yang diteruskan

Pada persamaan tersebut menyatakan bahwa besarnya absorbansi berbanding

lurus dengan kadar atom-atom pada tingkat energi dasar, dengan demikian, dari pemplotan
serapan dan konsentrasi unsur dalam larutan standar diperoleh kurva kalibrasi. Dengan
menempatkan absorbansi dari suatu cuplikan pada kurva standar akandiperoleh konsentrasi
dalam larutan cuplikan.

2.10. Kosmetika herbal

Kosmetika sejak dulu dikenal sebagai penunjang penampilan agar tampak lebih
menarik. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam kosmetik
muncul di pasaran. Namun tidak semua kosmetika itu memenuhi aturan farmasetika yaitu
aman, berkhasiat, dan berkualitas (Wasitaatmadja, 1997). Banyaknya laporan mengenai
kosmetika sintetis yang mengandung bahan kimia berbahaya, meningkatkan kewaspadaan
banyak pihak, sehingga mulai dikembangkan dan diberdayakan kembali penggunaan
kosmetika herbal (Anonim, 2009).

Kosmetika berbahan herbal dinilai lebih aman karna dibuat menggunakan bahan-
bahan alami yang terbukti dari zaman dahulu dapat meningkatkan dan menjaga kecantikan
alami seseorang (Tranggono, 2007). Akan tetapi ada beberapa kosmetika ini yang
menggunakan bahan berbahaya yaitu merkuri pada produknya yang digunakan sebagai

pemutih wajah. Ini dinyatakan adanya produk kosmetika herbal termasuk dalam daftar
kosmetika yang ditarik dari peredaran oleh BPOM tahun 2009 karena mengandung merkuri
(Anonim, 2009).

20
Zat aktif dari krim pemutih kosmetika herbal biasanya menggunakan ekstrak tumbuh-
tumbuhan seperti ekstrak bearberry, mulberry, green tea, dan lain lain. Ekstrak bearberry
mengandung arbutin dan ekstrak mulberry mengandung oxyresveratrol dimana yang
mekanisme kerjanya sama, yaitu menghambat aktivitas enzim tirosinase yang berperan dalam
proses pembentukan melanin. Sedangkan green tea mengandung epicatechin-3-gallate
(EGCG) yang berkompetisi dengan enzim L tirosinase untuk berikatan dengan sisi aktif
tirosin. Akan tetapi, hasil putih yang didapat dari krim pemutih kosmetik herbal ini
memerlukan waktu pemakaian yang lama (Paula, 2008), sehingga ada beberapa krim ini
memakai bahan kimia merkuri. Tanda kosmetik mengandung merkuri; kalau dipakai hasilnya
cepatterlihat, dalam 2-4minggu (Andrew & Domonkos, 1983).

Merkuri pada kosmetika yang sudah umum digunakan ialah merkuri klorida, dan
merkuri amido klorida (Ralph, 1982). Mekanisme kerja senyawa merkuri dalam memutihkan
kulit berbeda-beda tergantung dari jenis senyawanya. Merkuri klorida di dalam kulit akan
melepaskan asam klorida yang menyebabkan terjadinya pengelupasan kulit lapisan epidermis,
sedangkan senyawa merkuri amido klorida memiliki aktivitas menghambat kerja enzim
tirosinase yang berperan dalam proses pembentukan melanin. Melanin adalah pigmen coklat
tua yang dihasilkan oleh melanosit dan disimpan dalam sel-sel epidermis kulit (Andrew &
Domonkos, 1983) yang mempunyai fungsi sebagai pelindung epidermis dan dermis dari
bahaya radiasi ultraviolet (Harahap, 2000).

Senyawa merkuri bersifat korosif sehingga dapat menyebabkan dermatitis, dan dapat
terakumulasi dalam darah sehingga menyebabkan keracunan sistemik. Pemakaian krim
pemutih mengandung merkuri secara terus menerus dalam jangka panjang mengakibatkan
kerusakan ginjal, kanker kulit, dan otak (Palar, 2004). Bahan-bahan ini telah dilarang
penggunaannya pada PerMenKes RI No.376 /MenKes / Per / VIII /1990 dan PerMenKes RI
No.445/MenKes/PER/V/1998 (Anonim 1998).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan identifikasi dan penetapan kadar
merkuri pada krim pemutih kosmetik herbal. Untuk itu dibutuhkan metode menganalisa
merkuri yang peka dan selektif. Salah satu metode penentuan kadar merkuri yang peka dan
paling banyak digunakan adalah metoda spektrofotometri serapan atom (SSA).

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis
untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan cahaya
oleh atom (Rohman, 2007). Metode SSA ini mempunyai keunggulan dalam halselektivitas
dan sensitivitas yang cukup baik untuk analisis merkuri total dalam sampel (Elmer, 1982).

21
BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat :

 Plat tetes

 Erlenmeyer

 Timbangan analitis

 Beaker glass

 Gelas ukur

 Waterbath

 Corong

 Labu ukur

 Spetrofotometer Serapan Atom

 MVU Shimadzu 1A

 Pipet mikro

 Hot plate

 Batang pengaduk

 Alat-alat kaca lainnya


Bahan

 Sampel (produk krim pemutih kosmetika herbal)

 Asam klorida (Merck)

 Asam nitrat (Merck)

 Kalium iodide (Merck),

 Natrium hidroksida (Merck)

 Tin klorida (Merck)

 Aquadest

 Larutan merkuri 1000 μg/mL (Merck).

22
3.2 Prosedur Penelitian
A. Pengambilan sampel

Sampel berupa 3 buah krim pemutih kosmetika herbal dengan merk yang
berbeda-beda yang dipilih di beberapa toko kosmetika di kota Padang.

B. Pengolahan sampel dengan cara digesti basah.

Ditimbang dengan saksama sampel sebanyak 0,1 g dan ditambah aquadest


sebanyak 25 mL. Setelah itu ditambahkan 20 mL larutan aqua regia (HCl p : HNO3 p
= 3 : 1), dan ditempatkan pada hot plate selama 3 jam, didinginkan dan disaring.
Kemudian didapatkan larutan sampel (Darmono, 1995)

C. Pembuatan larutan baku merkuri 1000 μg/mL

Ditimbang dengan saksama 0,1613 gram Hg(NO3)2 dilarutkan dengan 1 mL


HNO3 p, dalam labu ukur 100 mL cukupkan volume dengan aquadest sampai tanda
batas.

D. Pembuatan larutan baku merkuri 5 μg/mL

Dipipet 0,5 mL larutan baku merkuri 1000 μg/mL ke dalam labu ukur 100 mL
dan ditambah 1 mL HNO3 p kemudian dicukupkan volume dengan aquadest sampai
tanda batas.

E. Pembuatan kurva kalibrasi dengan berbagai konsentrasi

Dipipet 0,4 mL; 0.8 mL; 1,2 mL; 1,6 mL; 2,0 mL dari larutan baku merkuri 5
μg/mL ke dalam 5 labu ukur 500 mL dan dicukupkan volume dengan aquadest sampai
tanda batas, sehingga didapat konsentrasi 4 ng; 8 ng ; 12 ng; 16 ng; 20 ng. Selanjutnya
diambil 100 mL dari masing-masing konsentrasi larutan tersebut dan ditambahkan
masing-masingnya dengan 2 mL SnCl2 10 %. Setelah itu ukur serapan masing-masing
konsentrasi dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 253,7
nm. Selanjutnya buat kurva kalibrasi antara konsentrasi dan serapan dari data yang
didapat dan tentukan persamaan garis lurusnya (Ang & Kheng, 2005).

23
3.3 Validasi Metoda

a. Uji Presisi

Larutan merkuri dengan konsentrasi 12 ng/mL dalam 100 mL pada labu ukur
dibuat sebanyak 6 larutan. Kemudian letakkan labu di tempat sampel SSA dan atur
panjang gelombang merkuri 253,7 nm. Setelah itu ukur serapan masing-masingnya
dengan SSA dan catat tinggi puncak.

1. Hasil serapan yang diperoleh adalah x1, x2, x3, x4...xi

2. Simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (KV) adalah :

b. Linearitas

Linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon


proporsional terhadap konsentrasi merkuri dalam sampel.

rumus linearitas:

Keterangan :

X = Konsentrasi (ng/mL)

Y = Luas Puncak

a = konstanta

b = slope

24
c. Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

Setelah diperoleh kurva kalibrasi, konsentrasi terkecil yang masih dapat


dideteksi (LOD) dan terdeteksi secara kuantitatif (LOQ) dihitung secara statistik
melalui garis linier dari kurva standar. Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung
berdasarkan rumus:

d. Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali

Larutan sampel dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah dengan
aquadest sampai tanda batas. Selanjutnya diambil 2 mL dari larutan tersebut dan
diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 500 mL sampai tanda batas. Setelah itu
diambil 50 mL dari larutan tersebut, dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dan
ditambah 50 mL larutan baku merkuri konsentrasi 12 ng/mL. Kemudian ditambah 2
mL SnCl2 10 % Setelah itu ukur serapan dengan Spektrofotometer Serapan Atom
pada panjang gelombang 253,7 nm Akurasidapat dihitung melalui % perolehan
kembali dengan rumus:

Keterangan

R: Persen Perolehan Kembali (%);

Hgsb : Kadar sampel ditambah larutan baku (ng/mL);

Hgsa : Kadar sampel tanpa larutan baku (ng/mL);

Hgst : Kadar standar yang diperoleh (target value) (ng/mL).

25
3.4 Penentuan kadar merkuri dalam sampel

Larutan sampel dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah dengan
aquadest sampai tanda batas. Selanjutnya diambil 2 mL dari larutan tersebut dan
diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 500 mL sampai tanda batas. Selanjutnya
diambil 100 mL dari larutan tersebut dan ditambahkan dengan 2 mL SnCl2 10 %.
Setelah itu ukur serapan dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang
gelombang 253,7 nm (Ang & Kheng, 2005).

3.5 Analisa data

Analisa data yang dilakukan berdasarkan uji kualitatif dengan reaksi warna
dan uji kuantitatif menggunakan persamaan linearitas dari serapan yang dihasilkan
dengan metoda spektrofotometri serapan atom.

3.6 Hasil pengujian

Hasil Penelitian

1. Hasil pemeriksaan kualitatif Hg dari krim pemutih kosmetika herbal positif


mengandung Hg.

2. Dari hasil pengukuran absorban deretan larutan standar Hg untukpembuatan


kurva kalibrasi dengan lampu katoda Hg dari konsentrasi 4 ng/mL – 20 ng/mL
akan terlihat peningkatan dengan meningkatnya konsentrasi larutan.

Tabel I. Hasil pengukuran serapan beberapa konsentrasi larutan standar Hg pada


panjang gelombang 253,7 nm

26
Gambar 1. Kurva kalibrasi antara serapan dengan beberapa konsentrasi standar Hg

3. Dari hasil perhitungan didapatkan persamaan regresi Y = 0,09714 + 0,02328 x.

Tabel II. Hasil perhitungan koefisien kolerasi dan koefisien regresi dari kurva
kalibrasi

1. Uji batas deteksi dan batas kuantitasi

Dari hasil pengujian diperoleh limit deteksi Hg 4,7055 ng/mL dan limit kuantitasi Hg
15,6786 ng/mL

2. Pengujian akurasi dan presisi dengan persen perolehan kembali

Larutan standar Hg dengan konsentrasi 12 ng/mL yang ditambahkan larutan sampel


memberikan nilai akurasi 98,23 % dan nilai presisi dari larutan standar Hg dengan
konsentrasi 12 ng/mL (KV) 2,3513 %

27
3. Hasil penelitian kuantitatif Hg dalam sampel krim pemutih kosmetika
herbal dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom didapatkan
kadar sampel 1 sebesar 0,56 %, sampel 2 sebesar 0,28 % dan sampel 3
sebesar 0,45 %.

28
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini digunakan 3 sampel berupa krim pemutih kosmetika herbal
yang beredar di pasaran. Pengambilan sampel berdasarkan kecendrungan pemakaian
konsumen yang tinggi terhadap produk tersebut.

Pelaksanaan kerja dimulai dari pemeriksaan kualitatif untuk mengetahui


adanya Hg di dalam krim pemutih kosmetika herbal tersebut yang kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan kuantitatif. Sebelum sampel diuji secara kualitatif
dan kuantitatif terlebih dahulu dilakukan pengolahan sampel dengan cara digesti basah

Metoda digesti yang digunakan adalah digesti basah dengan menggunakan


asam kuat yaitu HCl p dan HNO3 p dengan perbandingan 3:1. Campuran kedua
larutan diatas lebih dikenal sebagai aqua regia. Larutan aqua regia ini merupakan
larutan digesti basah yang dipakai karena sifat aqua regia yang dapat melarutkan
logam dan dengan proses yang lebih cepat (Van Loon,1980). Digesti basah
menggunakan aqua regia dilakukan diatas hot plate pada suhu ±95˚C selama 3 jam
dalam Erlenmeyer yang dilakukan di dalam lemari asam.

Pemilihan cara penyiapan sampel dengan digesti basah didasarkan pada sifat
Hg yang mudah menguap (Connors, 1982). Jika dilakukan digesti kering pada suhu
tinggi, dikhawatirkan Hg akan menguap sehingga akan habis sebelum dilakukan
penentuan kadarnya.

Hasil digesti sampel dari krim pemutih kosmetika herbal selanjutnya


digunakan untuk uji kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif yaitu dengan reaksi warna
dan pembentukan amalgam. Dari data tabel dapat disimpulkan sampel 1 memberikan
reaksi positif terhadap NaOH dan pembentukan amalgam. Sampel 2 hanya
memberikan reaksi positif terhadap pembentukan amalgam sedangkan sampel 3
memberikan reaksi positif terhadap pereaksi KI dan pembentukan amalgam. Beberapa
logam dapat memberikan warna kuning terhadap NaOH. Larutan NaOH dalam
suasana asam secara lambat laun berubah menjadi kuning coklat, sehingga terlalu dini
untuk menyimpulkan adanya Hg dalam sampel 1. sedangkan reaksi pembentukan
amalgam merupakan reaksi yang spesifik untuk analisis Hg sehingga sampel yang

29
memberikan reaksi yang positif terhadap reaksi tersebut dapat dipastikan mengandung
Hg (Vogel, 1985).

Pemeriksaan kuantitatif menggunakan alat spektrofotometer serapan atom.


Spektrofotometer serapan atom dipilih karena lebih spesifik dan selektif untuk analisis
penentuan unsur-unsur logam. Prinsip kerja alat berdasarkan pada penyerapan cahaya
oleh atom logam.

Untuk mengatasi kemungkinan logam lain terukur pada larutan sampel maka
digunakan sumber sinar lampu katoda berongga yang terdiri dari katoda yang terbuat
dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisa. Lampu katoda berongga yang
digunakan adalah lampu katoda berongga Hg yang memiliki sinar yang spesifik.
Proses pembentukan atom-atom dari larutan sampel yang dihisap ke dalam pipa
kapiler setelah terjadi pengatoman sebagian akan tereksitasi ke tingkat energi yang
lebih tinggi

Uji kuantitatif Hg dimulai dengan pengukuran blanko, sesudah itu diukur


serapan larutan Hg standar. Kemudian didapatkan hasil pengukuran serapan larutan
Hg standar dan dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi larutan hg standar dengan
serapan, sehingga didapatkan persamaan regresi linier Y = 0,09714 + 0,02328 x
dengan nilai koefisien korelasinya (r) yaitu 0,9986. Koefisien korelasi ini
menunjukkan hasil yang linier, karena memenuhi kriteria penerimaan yaitu 0,99 ≤ r
<1, sehingga penggunaan metode tersebut dapat digunakan untuk analisis merkuri
dengan hasil yang baik (Priyambodo, 2007).

Simpangan baku dari kurva kalibrasi tersebut yaitu 0,0365 ng/mL, batas
deteksi yaitu 4,7055 ng/mL dan batas kuantitasinya 15,6786 ng/mL. Batas deteksi
merupakan kadar senyawa terkecil yang dapat dianalisis yang dapat memberikan
respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi adalah jumlah senyawa terkecil yang
dapat dianalisis (Buick, et al., 1990)

Setelah didapatkan kurva kalibrasi diukur kadar merkuri dalam sampel. Sampel yang
diukur ialah larutan hasil destruksi dari krim pemutih kosmetika herbal. Sebelum
diukur dilakukan pengenceran terhadap larutan tersebut tujuannya supaya menurunkan
kadar Hg dan dapat dibaca SSA. Sebelum diukur ditambahkan SnCl2 10 % sebagai
reduktor.

30
Setelah diukur oleh SSA, ditentukan kadar merkuri dari ketiga sampel tersebut
menggunakan persamaan linearitas yang didapatkan dari kurva kalibrasi dari larutan
standar Hg. Hasil perhitungan kadar merkuri yang didapatkan dari sampel 1 sebanyak:
0,56 %, sampel 2: 0,28 %, dan sampel 3: 0,45 %. Sehingga sediaan tersebut tidak
aman digunakan pada kulit dan telah melanggar PerMenKes RI No.376 /MenKes / Per
/ VIII /1990 dan PerMenKes RI No.445/MenKes/PER/V/1998 yangisinya melarang
penggunaan merkuri dalam sediaan kosmetika.

31
KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian terhadap 3 krim pemutih kosmetika herbal yang


diambil dari pasaran dan dianalisis maka dapat disimpulkan:

1. Hasil analisis menunjukkan sampel 1, 2, 3 yang memberikan reaksi


positif adanya merkuri dan didapatkan kadar sampel 1 sebesar 0,56%,
sampel 2 sebesar 0,28% dan sampel 3 sebesar 0,45 % dengan
menggunakan spektrofotometri serapan atom.

2. Penetapan kadar merkuri dalam krim pemutih kosmetik herbal dengan


metoda spektrofotometri serapan atom sudah memenuhi kriteria
akurasi, presisi, dan linearitas.

32
DAFTAR PUSTAKA

Andrew, G.C. & Domonkos, A.N. 1983. Disease of The Skin: For Practitioner and
Student. Philadelpia: W.B. Saunders Company.

Ang, H.H. & Kheng L.L. 2005. Analysis of Mercury in Malaysian Herbal
Preparations. Journal of Biomedical Science. 4, 31-36.

Anonim. 1998. Permenkes RI No.445/Menkes/Per/V/1998 tentang Kosmetik Yang


Mengandung Bahan Dan Zat Warna Yang Dilarang. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.

Anonim. 2009. 20 Maret 2002. Web Kosmetik dan Budaya. Diakses tanggal 29
Februari 2012 dari http://www.scribd.com/doc/69588122/ Kosmetik dan Budaya.

Buick, A.R., Doig, M.V., Jeal, S.C., Land, G.S., McDowall, R.D. 1990.
MethodValidation in the Bioanalytical Laboratory. Journal of Pharmaceutical and
Biomedical Analysis. VIII, 629-639.

Connors, K.A. 1982. A Textbook of Pharmaceutical Analysis. New York: John Wiley
& Sons Inc

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Mahkluk Hidup. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Elmer, P. 1982. Analytical Methods for Atomic Absorption Spectrophotometry. USA:


Connecticut.

Frank, C. 1995. Toksikologi Dasar (Edisi Kedua). Penerjemah: Edi Nugroho. Jakarta:
Universitas Indonesia

Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.

Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka


Utama.

Paula. 2008. 2 februari 2000. Web Skin Lightening. Diakses tanggal 29 Februari 2012
dari http://www.paulaschoice-indo.com/learn/skin_care_facts/view/162.

33
Ralph, G.H. 1982. Harry’s Cosmeticology. New York: Chemical Publishing Company
Inc.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tranggono. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengantar Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Van Loon, J.C. 1980, Analytical Atomic Absorpsion Spectroscopy Selected Methods.
New York: Academic Press

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
(EdisiKelima). Penerjemah: L. Setiono dan A. H Pujdjaatmaka. Jakarta: PT. Kalma
Media Pustaka.

Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas


Indonesia.

34

Anda mungkin juga menyukai