Anda di halaman 1dari 5

Tanggap Darurat pada Anak

Keselamatan bayi dan anak adalah hal yang sangat penting bagi orangtua.
Seringkali orangtua maupun pengasuh tidak meyadari ada banyak hal yang dapat
membahayakan keselamatan anak, terutama ketika anak sedang bermain sambil
mengeksplorasi lingkungan di sekelilingnya.
Penanganan yang kurang tepat pada kecelakaan ‘kecil’ pada anak – seperti:
jatuh, tersedak, terbentur benda keras, terkena api/panas, dll dapat berakibat fatal
bagi keselamatan anak-anak.
Untuk menyiasati kekhawatiran kita, tidak ada salahnya kita mempersiapkan
diri untuk segala kondisi, salah satunya dengan mengikuti seminar kegawatdaruratan
pada bayi dan anak.
SEMINAR ILMIAH
"TANGGAP DARURAT PADA BAYI DAN ANAK"
Tgl 21 OKTOBER 2017
Rooftop SunFlower Room
Gedung Bersalin dan Anak Prima Medika Hospital
Pembicara : ………………………………………
SKP IDI, IBI & PPNI
Diharapkan dengan mengikuti seminar ini, para orang tua/pengasuh dapat lebih
terinformasi mengenai cara penanganan kondisi darurat pada anak. Tidak hanya itu,
dengan mengetahui cara penanggulangan kondisi darurat pada anak yang tepat,
akan lebih banyak bayi dan anak-anak terselamatkan dari bahaya/kecelakaan yang
mungkin terjadi.
Trauma center adalah sebuah fasilitas pelayanan kesehatan yang khusus
menangani pasien trauma di rumah sakit, pelayanan tersebut dilakukan oleh
beberapa dokter ahli seperti dokter ahli bedah, dokter anestesi serta perawat khusus
dan menyediakan peralatan pendukung hidup lanjut secara cepat yang siap dalam
24 jam. Penanganan pasien trauma di Trauma Center didukung beberapa instalasi
dan unit pelayanan yang kegiatannya saling mendukung, instalasi dan unit
pendukung Trauma Center antara lain: Instalasi Rawat Darurat (IRD), ambulance,
laboratorium, radiologi, kamar operasi, Intensive Care Unit (ICU), rehabilitasi medik
dan apotek (Dayananda, 2004).
Sebuah Trauma Center pada sebuah rumah sakit dilengkapi dengan pelayanan
medis gawat darurat secara komprehensif untuk pasien yang mengalami trauma
berat atau luka berat yang siap 24 jam sehari. Pusat trauma telah dibentuk sebagai
realisasi penetapan medis bahwa luka atau trauma perlu penanganan yang segera
dan komplek termasuk pembedahan untuk mencegah kecacatan dan kematian dari
pasien. Saat ini terjadi peningkatan insiden trauma karena adanya perkembangan
industrialisasi, urbanisasi, adanya kekerasan di masyarakat, konflik sosial, dan
bencana alam yang disebabkan oleh perbuatan manusia (Dayananda, 2004).
Dalam keadaan darurat, kecepatan dan ketepatan pelayanan sangat
menentukan keberhasilan penanganan kegawat-daruratan seorang pasien.
Trauma adalah hal sering dikaitkan dengan tekanan emosional dan psikologis yang besar,
biasanya karena kejadian yang sangat disayangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan
kekerasan. Namun, dalam konteks ini, yang dimaksud dengan “trauma” adalah trauma sebagai
penyakit atau trauma pada fisik seseorang.

Dalam istilah kesehatan, “trauma” adalah cedera yang parah dan sering membahayakan jiwa
yang terjadi ketika seluruh atau suatu bagian tubuh terkena pukulan benda tumpul atau tiba-
tiba terbentur. Jenis cedera yang seperti ini berbahaya karena tubuh dapat mengalami shock
sistemik, dan organ vital dapat berhenti bekerja secara cepat. Oleh karena itu, penolongan
secara medis tidak hanya dibutuhkan, namun juga harus cepat diberikan agar dapat
meningkatkan kemungkinan pasien selamat dari trauma.

Saat ini, cedera trauma merupakan penyebab dari lebih 120.000 kematian setiap tahunnya
serta bertanggung jawab atas 80% kematian remaja dan 60% kematian anak. Sementara itu,
setiap tahun ada lebih dari 50 juta cedera yang dikategorikan sebagai trauma dan sebagian
dari cedera tersebut cukup parah sehingga pasien harus dirawat di rumah sakit.

Selain koma atau kematian, trauma juga dapat menyebabkan kelumpuhan pasien, seperti yang
telah terjadi pada sekitar 8 juta orang di seluruh dunia.

Trauma memiliki banyak jenis, yang dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami
trauma dan seberapa parah trauma yang dialami. Beberapa jenis cedera yang paling sering
diderita adalah cedera pada otak, tulang belakang, perut, dan dada. Jenis cedera ini juga dapat
dikategorikan sebagai cedera tertutup atau tembus. Cedera dianggap tertutup ketika trauma
terjadi di dalam tubuh. Contohnya, cedera otak traumatis dapat terjadi karena trauma akibat
benda tumpul pada kepala. Sementara itu, cedera dianggap menembus dalam kasus seperti
luka akibat tusukan pisau atau gunting.
Patah tulang dan luka bakar juga merupakan cedera traumatis, sama halnya dengan memar,
terutama ketika terjadi pada organ vital seperti jantung.

Penyebab Trauma
Cedera traumatis dapat disebabkan oleh banyak hal. Beberapa penyebab yang paling umum
adalah:

 Terjatuh
 Kecelakaan
 Trauma akibat benda tumpul pada kepala atau bagian tubuh lainnya
 Luka bakar
 Luka tusuk
Apabila mengalami cedera yang parah, organ tubuh biasanya akan berhenti bekerja. Hal ini
merupakan mekanisme alami tubuh untuk melindungi organ tersebut. Tubuh berusaha untuk
menyimpan sebanyak mungkin energi untuk proses penyembuhan. Namun, adanya faktor lain
seperti pendarahan dapat mempersulit proses pemulihan, sehingga harus segera diberikan
pertolongan medis.
Gejala Utama
 Patah tulang
 Memar
 Luka terbuka
 Muntah atau mual
 Pusing
 Edema
 Detak jantung yang bertambah cepat
 Tekanan darah yang rendah
 Demam
 Disorientasi atau kebingungan
 Hilangnya kesadaran
 Merasa kedinginan seiring menurunnya suhu tubuh
 Metabolisme yang meningkat
Salah satu bahaya terbesar dari trauma adalah trauma tidak selalu menyebabkan gejala yang
terlihat. Bisa saja seseorang terlihat baik-baik saja dari luar namun sebenarnya ia telah
mengalami pendarahan atau kerusakan organ di dalam tubuh.

Walaupun cedera traumatis terjadi secara mendadak, gejalanya bisa saja baru terlihat setelah
beberapa saat. Namun saat gejala sudah terlihat, kerusakan pada tubuh sudah parah,
sehingga proses pengobatan menjadi lebih sulit dan rumit serta kurang efektif.

Siapa yang Harus Ditemui dan Pengobatan yang Tersedia


Orang pertama yang menolong pasien, seperti paramedis, akan melakukan pemeriksaan
pertama dalam kasus trauma. Bertujuan untuk memeriksa penyebab dan jenis benturan secara
cepat, para ahli kesehatan ini telah terlatih untuk menemukan bagian tubuh yang terluka,
memperkirakan jenis trauma, memeriksa tanda vital, dan dalam beberapa kasus, menyadarkan
pasien.

Apabila pasien telah sadar atau kondisinya sudah stabil, tim paramedis akan membawa pasien
ke ruang gawat darurat atau pusat penanganan trauma, di mana pasien akan langsung
mendapatkan perawatan. Pusat penanganan trauma merupakan unit khusus di fasilitas
kesehatan yang memiliki sarana prasarana yang lengkap untuk melakukan berbagai uji
kesehatan, termasuk uji pencitraan dengan sinar-X, CT scan, PET scan dan menangani
berbagai jenis cedera traumatis, mulai dari cedera pada otak sampai luka bakar dan patah
tulang. Jenis trauma yang beragam membutuhkan keahlian khusus dari dokter yang berbeda.
Sebagai contoh, patah tulang harus ditangani oleh dokter ahli tulang sedangkan cedera pada
otak harus ditangani oleh dokter ahli saraf. Oleh karena itu, pusat penanganan trauma terdiri
dari sekelompok ahli kesehatan dengan keahlian khusus dalam beragam bidang.
Tujuan utama seorang dokter adalah sebisa mungkin menjaga tanda vital pasien agar tetap
stabil.
Apabila ada pendarahan yang parah, harus segera dilakukan transfusi darah. Pendarahan
internal dapat ditangani dengan membuka bagian tubuh yang terluka dan kemudian menjahit
lukanya. Obat tertentu juga dapat diberikan untuk mengeluarkan cairan berlebih atau
mencegah kejang-kejang, seperti pada kasus cedera pada otak.

Ketika pasien terluka parah, biasanya dokter akan sengaja menempatkan pasien dalam kondisi
koma. Pada tindakan ini, fungsi otak sengaja diberhentikan agar otak memiliki waktu yang
cukup untuk pulih sepenuhnya. Saat berada dalam kondisi koma, tanda vital pasien akan
diawasi dengan menggunakan mesin yang dipasang pada tubuh pasien. Pengobatan lanjutan,
termasuk bedah, akan dilakukan setelah kondisi pasien stabil.

Rujukan:
 http://dictionary.reference.com/browse/trauma
 https://ufhealth.org/acoustic-trauma
 http://www.lbfdtraining.com/Pages/emt/sectionc/mechofinjury.html

Anda mungkin juga menyukai