Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker secara umum merupakan sel-sel yang mengalami
pembelahan diri secara tidak terkendali. Sel-sel abnormal ini dapat menyerang
jaringan didekatnya atau berpindah menyerang ke lokasi yang jauh dengan
cara memasuki aliran darah atau system limfatik. Kanker terdapat berbagai
macam tergantung pada organ yang diserangnya. Kanker merupakan salah satu
penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia
maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan oleh kanker dan
merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskular. Kanker tumor
ganas pada umumnya penyebab tingginya ratarata prevalensi kematian. Kanker terus
meningkat secara global seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia dan
meningkatnya perilaku atau kebiasaan, khususnya kebiasaan merokok, di negara-
negara ekonomi berkembang. Berdasarkan Globacan 2008 memperkirakan, kasus
kanker sekitar 12,7 juta dan 7,6 juta kematian akibat kanker diperkirakan terjadi pada
tahun 2008 di dunia; 56% kasus dan 64% kematian terjadi di negara ekonomi
berkembang.
Penanganan penyakit kanker di Indonesia menghadapi berbagai
kendala yang menyebabkan sebagian besar penderita ditemukan dalam
keadaan sudah stadium lanjut. Di antaranya masih rendahnya kesadaran dan
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker. Ini terkait dengan
umumnya orang mempercayai mitos, bahwa kanker tidak dapat dideteksi,
tidak bisa dicegah dan disembuhkan. Namun kenyataannya, semua kanker dapat
dicegah. Bahkan beberapa jenis yang paling umum, seperti kanker payudara,
kolerektal, dan leher rahim dapat disembuhkan jika terdeteksi dini. Dari seluruh
penduduk berusia 30 sampai 50 tahun yang berisiko tinggi sebanyak lebih dari 36,7
juta, yang mendapatkan deteksi dini baru 1,75% atau 644.951 jiwa. Padahal target
pemerintah adalah 80%.
Padahak sesungguhnya penyakit kanker ini bisa di tangani dengan melakukan satu
pengobatan yang disebut kemoterapi, tidak hanya penyakit kanker, ada juga penyakit-
penyakit yang dapat ditanganin dengan pengobatan kemoterapi ini. Maka dari itulah
kita perku tau lebih dalam lagi mengenai kemoterapi ini dan dalam makalah ini penulis

4
akan menjelaskan lebih detail lagi mengenaik pengobatan kemoterapi, baik dari
mekanisme, maupun efek samping yang diakibatkan oleh pengobatan kemoterapi ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana Pengertian dan Riwayat Kemoterapi ?
2. Apa Saja Macam-Macam Zat Kemoterapi ?
3. Bagaimana Mekanisme Kerja Zat Kemoterapi ?
4. Bagaimana Proses Resistensi Terhadap Zat Kemoterapi ?
5. Bagaimana Efek Samping dari Penggunaan Kemoterapi ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengertian dan Riwayat Kemoterapi
2. Untuk Memahami Apa Saja Macam-Macam Zat Kemoterapi
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Mekanisme Kerja Zat Kemoterapi
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Resistensi Terhadap Zat Kemoterapi
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Efek Samping dari Penggunaan Kemoterapi
1.4 Manfaat
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

5
BAB II
ISI
2.1. Pengertian dan Riwayat Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu upaya pengobatan yang menggunakan zat kimia untuk
memberantas dan menyembuhkan penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
virus, fungi, protozoa, cacing dan sebagainya tanpa merusak jaringan tubuh manusia.
Sedangkan zat kimia yang digunakan untuk mengobati infeksi atau penyakit menular
disebut dengan zat kemoterapeutik.
Suatu zat kimia harus memiliki toksisitas yang selektif untuk dapat digunakan
sebagai zat kemoterapeutik. Dalam arti zat kimia tersebut harus mampu menghambat
atau membunuh mikroorganisme serta parasit dengan tidak merusak sel inang atau
hanya menyebabkan kerusakan kecil saja pada sel inang. Syarat lain untuk zat yang
dapat digunakan untuk kemoterapi bagi penyakit menular adalah dapat menembus sel
inang dan tidak menyebabkan perubahan pada mekanisme pertahanan alamiah sel
inang tersebut.
Pustaka kuno menguraikan sediaan kemoterapi zama dulu, tetapi banyak
diantaranya merupakan obat yang tak berguna yang disertai dengan takhyul dan sihir.
Namun, beberapa dari senyawa itu ternyata mempunyai nilai menurut proses coba-
coba selama bertahun-tahun.
Sejak zaman purbakala, orang-orang kuno telah mempraktekkan fitoterapi
(‘phytos’ yang artinya tanaman) dengan jalan mencoba-coba. Orang Yunani dan Aztec
di Meksiko menggunakan masing-masing pakis pria dan minyak chenopodi untuk
membasmi cacing dalam usus. Orang Hindu sudah beribu-ribu tahun lalu mengobati
lepra dengan minyak chaulmogra dan di Cina serta di pulau Mentawai Sumatra Barat
sejak dahulu kala borok ditangani dengan jamur-jamur tertentu sebagai pelopor
antibiotika. Orang cina dan vietnam sejak dua ribu tahun lalu menggunakan tanaman
qinghaosu yang mengandung artesiminin untuk mengobati malaria, sedangkan suku-
suku Indian di Amerika Selatan memanfaatkan kulit pohon kina. Pada abad ke-16, air
raksa mulai digunakan sebagai kemoterapeutik pertama terhadap sifilis.
Kemoterapi modern mulai berkembang pada akhir abad ke-19. Saat itu,
peneliti Dr. Robert Koch dan Dr. Louis Pasteur membuktikan bahwa banyak penyakit
diakibatkan oleh bakteri dan protozoa. Dr. Paul Ehrlich adalah sarjana pertama yang
melontarkan konsepsi dan istilah kemoterapi dan indeks terapi. Pada penelitiannya
dengan jaringan dan bakteri yang diwarnai dengan anilin dan metilenbiru, ia
6
menemukan khasiat bakterizid dari zat-zat tersebut. Pada tahun 1891, ia berhasil
menyembuhkan binatang yang telah terinfeksi parasit malaria dengan metilenbiru.
Dan pada tahun 1907, ditemukan salvarsan yang merupakan obat standar sifilis pada
waktu itu sampai kemudian terdesak oleh ditemukannya penisilin. Kemoterapeutika
penting yang disintesa atas dasar zat-zat warna adalah obat malaria pamaquin dan
mepakrin (1930).
Dengan penemuan sulfonamida (1935) kemungkinan terapi yang ada hingga
saat itu hanya terbatas pada infeksi protozoa dan spirochaeta sangat diperluar dengan
adanya bakteri lain. Antara lain, banyak penyebab penyakit fatal seperti radang selaput
otak (meningitis) dan radang paru-paru (pneumonia) mulai dapat ditanggulangi dan
disembuhkan dengan terapi sistemis, yakni melalui peredaran darah.
Titik-titik puncak dalam perkembangan selanjutnya, yang membuka babak
baru dalam pengobatan sistemis penyakit infeksi adalah diintroduksinya penisilin
(1941) dengan khasiat dan toksisitas sangat selektif. Antibiotikum pertama diusul oleh
banyak antibiotika lain, seperti kloramfenikol dan kelompok cefalosporin, tetrasiklin,
aminoglikosida, makrolida, polipeptida, linkomisin, dan rafimisin. Selain sulfonamida,
dikembangkan juga kemoterapeutika sintesis, seperti senyawa nitrofuran (1944), asam
nalidiksat (1962), serta turunannya (fluorkinolon, 1985), dan obat-obatan untuk
protozoa (kloroquin, proguanil, metronidazol, dan lain sebagainya). Dewasa ini
banyak zat antimikroba baru telah diperkembangkan, yang mampu menyembuhkan
hampir semua infeksi mikroba, kecuali infeksi dengan kebanyakan virus.

Dasar Pemberian Kemoterapi, Obat anti kanker yang sekarang ini digunakan
secara klinis mempunyai efek sitostatik dengan cara memengaruhi sintesis atau fungsi
DNA. Titik tangkap obat kemoterapi terhadap sel tumor dapat dibagi menjadi 12 titik
tangkap, terutama peran dalam menghambat atau merusak siklus sel kanker.

1. Kemoterapi tunggal dan kombinasi


Kemoterapi kombinasi mempunyai keberhasilan lebih tinggi daripada kemoterapi
tunggal. Pada umunya kemoterapi kombinasi menggunakan beberapa obat dengan
titik tangkap yang berbeda. Meskipun keberhasilan kemoterapi kombinasi lebih
baik, tetapi harus dipikirkan sungguh-sungguh tentang efek samping yang lebih
berat daripada kemoterapi tunggal. Keberhasilan kemoterapi kombinasi banyak
dipengaruhi oleh sensitifitas terhadap obat, dan efek sinergis dari kombinasi
tersebut. Terapi kombinasi meningkatkan respon tumor terhadap pengobatan

7
selain itu dapat meminimalkan toksisitas. Ditambahlagi, kemoterapi kombinasi
tampaknya menurunkan terjadinya klon obat resisten. Makin besar tumor, makin
besar penggandaan tumor sebelum mulai pengobatan kemoterapi, dan karenanya
lebih mungkin untuk sel resisten obat atau klon ada dalam tumor. Terapi agen
tunggal tampaknya menigkatkan jumlah sel yanng resisten obat, akan tetapi terapi
kombinasi tampaknya mencegah perkembangan sel resisten terhadap obat.
2. Kemoterapi ajuvan
Kemoterapi ajuvan berarti kemoterapi tambahan terhadap pengobatan utama.
Misalnya terapi utama adalah pembedahan, maka pasca pembedahan diberikan
kemoterapi tambahan atau kemoterapi ajuvan. Dengan kemoterapi ajuvan angka
kesembuhan lebih tinggi. Hal tersebut dimungkinkan karena kemoterapi ajuvan
dapat membunuh sel kanker yang tercecer waktu operasi, dan sel-sel
mikrometastasis yang tidak kelihatan secara klinis.
3. Kemoterapi pra-bedah
Kemoterapi pra-bedah dimaksudkan untuk mengecilkan volume tumor, dan
secepatnya menangkal mikrometastasis. Kemoterapi pra-bedah juga berguna
sebagai tindakan pencegahan kalau ada sel yang tercecer karena ruptur atau
pecahan massa tumor waktu dilakukan tindakan operasi.
4. Kemoterapi dosis tinggi
Kemoterapi dosis tinggi adalah kemoterapi dengan dosis yang tidak lazim. Sebagai
contoh, dosis metotreksat biasanya 30 mg/m2/kali pemberian per oral pada
leukemia limfoblastik akut, tetapi pada fase konsolidasi digunakan 2000-8000
mg/m2. Penggunaan metotreksat dosis tinggi dimaksudkan untuk sebanyak
mungkin mematikan sel kanker. Tujuan lain adalah untuk mengurangi sifat
resistensi sel kanker terhadap metotreksat. Kalau pada dosis biasa obat anti kanker
melewati membran sel secara difusi aktif, pada penggunaan obat dosis tinggi
menjadi difusi pasif karena tingginya kadar obat diluar sel. Karena penggunaan
obat dosis tinggi akan merusak sel normal maka keberadaan obat didalam tubuh
harus segera dieliminasi.
5. Kemoterapi untuk saraf pusat
Kemoterapi untuk saraf pusat menjadi sangat penting setelah diketahui bahwa
salah satu tempat relaps pada leukemia limfoblastik akut adalah dimeningen dan
otak. Secara statistik ternyata kanker pada saraf pusat merupakan tumor padat
yang paling sering dijumpai pada anak.
8
2.2 Macam-Macam Zat Kemoterapeuti
Zat kemoterapeutik adalah zat yang digunakan untuk mengobati penyakit menular
(kemoterapi) yang diperoleh dari mikroorganisme, tumbuhan, atau disintesis di dalam
laboratorium kimia. Dengan demikian, zat kemoterapeutik dapat dibedakan menjadi
dua yaitu zat kimia yang terdapat di alam (antibiotik) dan dari persenyawaan sintetik.
Berdasarkan khasiatnya terhadap hama / bakteri, kemoterapi dibedakan atas :
Bakterisida yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat untuk mematikan hama,
contoh : fenol, iodium, sublimat. Bakteriostatika yaitu obat yang pada dosis lazim
berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan pembiakan bakteri, sedang pemusnahan
selanjutnya dilakukan oleh tubuh sendiri secara fagositosis (kuman dilarutkan oleh
leukosit atau sel-sel daya tangkis tubuh lainnya),contohnya antibiotika spektrum
sempit.
1) Antibiotika
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari ‘anti’ = lawan, ‘bios’
= hidup. Antibiotika merupakan zat-zat atau produk metabolik yang dihasilkan
oleh mikroorganisme tertentu, yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membasmi mikroorganisme jenis lain, sedangkan toksisitasnya terhadap manusia
relatif kecil.
Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander
Fleming (Penisilin) pada tahun 1929. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan
dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh Profesor Howard W. Florey dan
Dr. Ernst B. Chain.
Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-
penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang
dapat digunakan sebagai obat. Beberapa cara telah digunakan secara luas untuk
mengisolasi organisme penghasil antibiotik yang berasal dari berbagai tempat
alami. Pada satu cara yang paling sederhana, tanah dari kebun atau lapangan biasa
disuspensikan dalam air steril kemudian diinokulasikan di atas permukaan pelat
agar nutrisi yang steril. Sejumlah besar koloni mikroba biasanya akan ditemukan
setelah beberapa hari diinkubasi dalam temperatur kamar. Beberapa dari
mikroorganisme ini memproduksi antibiotik dan menghambat pertumbuhan
organisme lainnya pada pelat tersebut. Hal ini menghasilkan suatu daerah jernih
di sekitar koloni yang memproduksi antibiotik, yang kemudian dipilih untuk

9
penelitian lebih lanjut. Selain antibiotik yang dapat diperoleh secara alami,
antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis.
Adapun sifat-sifat ideal yang harus dimiliki antibiotik sehingga dapat
digunakan dengan baik sebagai obat untuk kemoterapi yaitu:
a. aktivitas spesifik yang tinggi sehingga hanya sejumlah kecil antibiotik yang
diperlukan untuk menghambat infeksi berbagai macam mikroorganisme.
Antibiotik yang berspektrum luas efektif terhadap banyak spesies.
b. peredaran dalam tubuh yang cukup cepat dan ekskresi setelah waktu tertentu
c. jarang terjadi efek samping yang tidak dikehendaki seperti reaksi alergis,
iritasi dan lain-lain; serta efek ini harus terpulihkan
d. dapat diberikan dengan pengobatan lain yang mungkin harus diterima oleh
pasien
e. potensi anti bakteri yang cukup sehingga mikroorganisme yang resisten tidak
akan terbentuk selama pengobatan.
f. Tidak melenyapkan flora mikroba normal pada inang.
g. kesesuaian yang memungkinkan penggunaan dalam berbagai bentuk sediaan,
termasuk pemberian secara oral
h. stabil secara kimia pada waktu diproses menjadi produk yang murni dan
dalam bentuk sediaan
i. ketersediaannya dengan harga yang cukup rendah
Meskipun hanya sedikit antibiotik yang memiliki semua sifat diatas,
beberapa hampir mempunyai sifat tersebut. Ampisilin mempunyai aktivitas
spesifik cukup tinggi, beredar cepat dalam tubuh bila diberikan secara oral, cukup
stabil dalam pembuatan dan sediaan, serta relatif tidak mahal. Namun,
berdasarkan data yang diperoleh, sekitar 8% orang di Amerika sensitif terhadap
Ampisilin dan hal ini merupakan langkah mundur utama dalam penggunaannya.
Di lain pihak, beberapa antibiotik yang tidak mampu memenuhi sebagian besar
persyaratan di atas masih digunakan secara klinik karena tidak ada alternatif lain
yang baik. Termasuk diantaranya daktinomisin, kromomisin A3, dan mitramisin
yang digunakan untuk pengobatan kanker.
Adapun berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotik dapat digolongkan
menjadi:
1) Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum)

10
Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri
gram positif atau bakteri gram negatif saja). Contohnya eritromisin,
kanamisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram positif), streptomisin,
gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negatif)
2) Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram
positif maupun gram negatif.Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan
kloramfenicol.
Dalam proses antibiotik melawan bakteri, antibiotik memiliki mekanisme kerja dalam
melawan bakteri tersebut. Adapun mekanisme kerja antibiotik sebagai berikut.
1. Menghambat sintesis dinding sel, akibat pembentukan dinding sel tidak sempurna
dan tidak dapat menahan tekanan osmosis dari plasma, akhirnya sel akan pecah
(penisilin dan sefalosporin).
2. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel
dikacaukan pembentukannya, sehingga bersifat lebih permeabel akibatnya zat-zat
penting dari isi sel dapat keluar (kelompok pelipeptida).
3. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk
(klorampenikol dan tetrasiklin).
4. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel tidak
dapat berkembang (rifampisin).
Dalam penggunaan antibiotik tanpa resep dokter atau dengan dosis yang
tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain
seperti:
1. Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan
yang berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau
suntikan maka ada kemungkinan terjadi reaksi hipersentitiv atau allergi
seperti gatal-gatal kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi
dapat terjadi syok, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah
bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang tidak
akan diberikan secara sistemis (oral dan suntikan).
2. Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi
kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya
11
bakteri tidak peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah
resistensi, dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau
dengan menggunakan kombinasi obat.
3. Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan
penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra
infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang
dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus saluran
pernafasan dan urogenital.
Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan
saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya timbul
jamur Minella albicans dan Candida albicans. Selain antibiotik obat yang
menekan sistem tangkis tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva
lainnya dapat menimbulkan supra infeksi. Khususnya,anak-anak dan
orangtua sangat mudah dijangkiti supra infeksi ini.
JENIS-JENIS ANTIBIOTIKA
1. Golongan Penisilin
Antibiotik pertama yang ditemukan dari Alexander Fleming tahun 1928 di
London yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey untuk
penggunaan sistemik dengan menggunakan biakan Penisilium notatum. Akibat
kebutuhan penisilin dalam jumlah besar pada saat perang dunia II, kemudian
digunakan Penisilium chrysogenum yang dapat menghasilkan Penisilin lebih
banyak.
Penisilin termasuk antibiotik golongan beta-laktam karena mempunyai rumus
bangun dengan struktur cincin beta laktam-thiazolidin yang merupakan syarat
mutlak untuk menunjukan khasiatnya. Jika cincin menjadi terbuka misalnya
oleh enzim beta laktamase (penisilinase) maka khasiat anti bakteri (aktivitas)
antibiotik penisilin menjadi lenyap.
Berdasarkan perkembangannya, terbentuk derivat-derivat penisilin seperti di
bawah ini :
a. Penisilin spektrum sempit :
o Benzil penisilin = Penisilin G

12
Tidak tahan asam lambung, sehingga pemberian secara oral akan
diuraikan oleh asam lambung, karena itu penggunaannya secara
injeksi atau infus intra vena.
o Penisilin V = Fenoksimetil Penisilin
Penisilin ini tahan asam lambung, pemberian sebaiknya dalam
keadaan sebelum makan.
o Penisilin tahan Penisilinase
Derivat ini hampir tidak terurai oleh penisilinase, tapi aktivitasnya
lebih ringan dari penisilin G dan penisilin V. Umumnya digunakan
untuk kuman-kuman yang resisten terhadap obat-obat tersebut.
Contohnya: kloksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin.Kombinasi
kloksasilin dengan asam klavulanat menghasilkan efek sinergisme
dengan khasiat 50 kali lebih kuat, efektif terhadap Eschericia colidan
Staphylococcus aureus. Asam klavulanat adalah senyawa beta-laktam
dari hasil fermentasi Streptomyces clavuligerus.
b. Penisilin spektrum luas:
o Ampisilin
Spektrum kerjanya meliputi banyak kuman gram positif dan gram
negatif yang tidak peka terhadap penisilin-G. Khasiatnya terhadap
kuman-kuman gram positif lebih ringan daripada penisilin-penisilin
spektrum sempit. Banyak digunakan untuk mengobati berbagai
macam infeksi atau peradangan pada saluran pernafasan (bronkitis),
saluran penceranaan (desentri), dan infeksi saluran kemih.
o Amoksilin
Spektrum kerjanya sama dengan ampisilin, tetapi absorbsinya lebih
cepat dan lengkap. Banyak digunakan terutama pada bronkitis
menahun dan infeksi saluran kemih.
2. Golongan Sefalosforin
Sefalosporin diperoleh dari biakan Cephalosporinum acremonium. Seperti
halnya penisilin, daya antimikrobanya terletak pada cincin beta-laktam, dengan
mekanisme kerja berdasarkan perintangan sintesis dinding sel.
Walaupun aktivitasnya luas, namun sefalosporin bukan merupakan obat
pilihan pertama untuk penyakit manapun, karena masih terdapat obat-obat lain
yang kurang lebih sama khasiatnya dan jauh lebih murah harganya.
13
3. Golongan Aminoglikosida
Golongan ini ditemukan dalam rangka mencari anti mikroba untuk
mengatasi kuman gram negatif. Tahun 1943 berhasil diisolasi suatu turunan
Streptomyces griseus yang menghasilkan streptomisin, yang aktif terutama
terhadap mikroba gram negatif termasuk terhadap basil tuberkulosis.
Kemudian ditemukan lagi berbagai antibiotik lain yang bersifat mirip
streptomisin sehingga antibiotik ini dimasukan dalam satu kelompok yaitu
antibiotik golongan aminoglikosida. Golongan ini mempunyai 2 atau 3 gugusan
amino pada rumus molekulnya. Berdasarkan rumus kimianya digolongan sebagai
berikut :
a. Steptomisin
Diperoleh dari Streptomyces griseus oleh Walksman pada tahun
1943 dan sampai sekarang penggunaannya hampir terbatas hanya untuk
tuberkulosis. Toksisitasnya sangat besar karena dapat menyebabkan
kerusakan pada saraf otak ke-8 yang melayani organ keseimbangan dan
pendengaran. Gejala-gejala awalnya adalah sakit kepala, vertigo, mual dan
muntah. Kerusakan bersifat revesible, artinya dapat pulih kembali kalau
penggunaan obat diakhiri meski kadang-kadang tidak seutuhnya.
b. Neomicin
Diperoleh dari Streptomyces fradiae oleh Waksman. Tersedia untuk
penggunaan topikal dan oral, penggunaan secara parenteral tidak
dibenarkan karena toxis. Karena baik sebagai antibiotik usus (aktif terhadap
bakteri usus) maka digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi.
Penggunaan lokal banyak dikombinasikan dengan antibiotik lain
(polimiksin B, basitrasin) untuk menghindari terjadinya resistensi.
c. Kanamisin
Diperoleh dari Streptomyces kanamyceticus oleh Umezawa pada
tahun 1955. Persediaan dalam bentuk larutan atau bubuk kering untuk
injeksi. Pemakaian oral hanya kadang-kadang diberikan untuk infeksi usus,
atau membersihkan usus untuk persiapan pembedahan.
Berkhasiat bakteriostatik pada basil TBC, bahkan yang resisten
terhadap streptomisin sehingga menjadi obat pilihan kedua bagi penderita
TBC. Juga digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih oleh

14
pseudomonas (suntikan) Efek sampingnya gangguan kesimbangan dan
pendengaran, toksis terhadap ginjal.
d. Gentamisin
Diperoleh dari Mycromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap
infeksi oleh kuman garam negatif seperti Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,
Enterobacter yang dapat menyebabkan penyakit antara lain meningitis,
osteomielitis pneumonia, infeksi luka bakar, infeksi saluran kencing,
telinga, hidung dan tenggorokan.
Sebaiknya penggunaan gentamisin secara sistemis hanya diterapkan
pada infeksi-infeksi yang berat saja, dan penggunaan gentamisin secara
topikal khususnya di lingkungan rumah sakit dibatasi agar tidak terjadi
resistensi pada kuman-kuman yang sensitif.
e. Framisetin
Diperoleh dari Streptomyces decaris. Rumus kimia dan khasiatnya
mirip Neomisin. Hanya di gunakan secara lokal saja, misalnya salap atau
kasa yang diimpragnasi.
4. Golongan Kloramfenikol
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1974 dari Streptomyces
venezuelae. Merupakan antibiotik dengan spektrum luas dan memiliki daya
antimikroba yang kuat maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai
tahun 1950 ketika diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik
yang fatal.
Karena toksisitasnya, penggunaan sistemik sebaiknya dicadangkan untuk
infeksi berat akibat Haemophilus influenzae, demam tifoid, meningitis, abses otak
dan infeksi berat lainnya. Bentuk tetes mata sangat bermanfaat untuk konjungtivitis
bakterial.
Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sangat sulit larut dalam air dan
rasanya sangat pahit. Dalam tubuh bentuk ester akan diubah menjadi kloramfenikol
aktif.
5. Golongan Tetrasiklin
Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah
klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian
ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat
secara semi sintetis dari klortetrasiklin.
15
Antibiotik ini berwarna kuning, bersifat amfoter dan mudah terurai oleh
cahaya menjadi anhidro dan epi tetrasiklin yang toksis untuk ginjal. Tetrasiklin
yang telah mengalami penguraian mudah dilihat dari sediannya yang berwarna
kuning tua sampai coklat tua. Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering,
terlindung dari cahaya.
Dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) membentuk kompleks yang
inaktif, maka tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu dan obat yaitu
obat antasida.
Tetrasiklin banyak digunakan untuk mengobati bronchitis akut dan kronis,
disentri amoeba, pneumonia, kolera, infeksi saluran empedu. Penggunaan lokal
sering dipakai karena jarang menimbulkan sensitasi.
6. Golongan Makrolida
Kelompok ini memiliki rumus bangun berupa cincin lakton besar (makro)
yang terikat pada turunan gula. Kelompok antibiotik ini terdiri dari eritromisin dan
spiramisin
a. Eritromisin
Dihasilkan oleh Streptomyces erythreus. Antibiotik ini tidak stabil
dalam suasana asam (mudah terurai oleh asam lambung) dan kurang stabil
pada suhu kamar. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung maka
dibuat tablet salut selaput atau yang digunakan jenis esternya (stearat dan
estolat) .
Karena memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan
penisilin, maka obat ini digunakan sebagai alternatif pengobatan pengganti
penisilin, bagi yang sensitif terhadap penisilin.
b. Spiramisin
Spektrum kegiatannya sama dengan eritromisin, hanya lebih lemah.
Keuntungannya adalah daya penetrasi ke jaringan mulut, tenggorokan dan
saluran pernafasan lebih baik dari Eritromisin.
2) Anti Tuberkulosis (Tuberkulostatistika)
Anti Tuberkulosis merupakan obat untuk memberantas tuberkulosis (TBC),
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis, kuman ini paling sering menyerang paru-paru, tetapi
dapat juga menyerang organ lain, seperti misalnya tulang, ginjal, hati, otak, alat
kelamin, usus, bahkan dapat tersebar keseluruh tubuh. Kuman tuberkulosis di
16
paru berada dalam dua bentuk. Pertama, bentuk yang aktif berkembang dan
umumnya hidup di luar sel dan kedua, bentuk tidak aktif, yang hidup dalam sel
atau dalam sarang-sarang yang dibentuk oleh kuman dalam paru. Bentuk kedua,
yang sering disebut bentuk dorman, umumnya lebih tahan terhadap obat
antituberkulosis. Bentuk inilah yang menyebabkan pengobatan tuberkulosis
memerlukan jangka waktu lama, karena selain lebih tahan terhadap obat, bentuk
ini juga sewaktu-waktu dapat keluar dari sel atau dari sarang dan menimbulkan
kekambuhan.
3) Anti Lepra (Leprostatika)
Anti Lepra, Penyakit yang dapat diobati dengan Anti Lepra ini adalah
penyakit lepra atau kusta. Lepra atau kusta adalah suatu infeksi kronis yang
terutama merusak jaringan-jaringan saraf. Penyakit ini disebabkan oleh
Mycobacterium leprae. Pada tahun 1950 ditemukan dapson yang mampu
menghentikan pertumbuhan basil lepra. Kemudian ditemukan leprostatika lain
antara lain thiambutosin, klofazimin dan rifampisin.
4) Anti Jamur (Antimikotika)
Anti Jamut / Antimikotika merupakan obat yang digunakan untuk penyakit
yang disebabkan oleh jamur. Antimikotika yang digunakan untuk mengobati
infeksi jamur sebagai berikut:
- Griseofulvin yang dihasilkan oleh Penicillium griseofulvum.
- Amfoteresin B dihasilkan oleh Streptomycetes nodosus Amfoterisin B dapat
digunakan sebagai obat sintemis (oral dan sebagai infuse) maupun local
terhadap infeksi oleh Candida.
- Nistatin yang berasal dari Streptomyces noursei. Digunakan pada
candidiasis usus.
- Natamisin yang dihasilkan oleh Streptomyces nataliensis. Khasiatnya
terhadap parasit Trichmonas, yang juga sering mengakibatkan vaginitis. Zat
ini terutama digunakan sebagai tablet vaginal dan salep.
5) Anti Parasit
Anti Parastit merupakan obat yang digunakan untuk penyakit yang disebabkan
oleh parasit. Adapun penyakit yang disebabkan oleh parasit salah satunya adalah
penyakit Amubiasis. Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan
oleh Entamoeba histolytica. Obat amubiasis dapat dibagi berdasarkan

17
efektivitasnya terhadap bentuk Entamoeba dalam dua kelompok yaitu zat
amebisida-kontak dan zat amebisida-jaringan
- Obat amebisida-kontak (senyawa nitroimidazol : metronidazol, tinidazol, dll)
Obat ini aktif terhadap bentuk jaringan dan dapat dianggap obat amubisida
umum. Di samping itu, senyawa ini jug berkhasiat terhadap protozoa lain,
misalnya Trichomonas vaginalis dan Giardia lamblia.
- Obat amebisida-jaringan berkhasiat terhadap bentuk histolitik di dinding usus
dan jaringan lain, yaitu zat nitroimidazol, emetin, dan klorokuin.
6) Anti Virus
Anti Virus merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang
diakibatkan oleh Virus. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus adalah HIV
AIDS. Virustatika yang kini tersedia untuk terapi AIDS ada dua kelompok yaitu :
- Reserve-Transcriptase Blockers (RTI) : zidovudin, didanosin, zalcitabine,
stavudin, dan lamivudin (1,2,3), juga nevirapin. Obat-obat ini berkhasiat
menghambat enzim RT (reverse-transcriptase), sehingga sintesis DNA viral
(bertolak dari RNA) dan multiplikasinya dicegah.
- Protease blockers (PI) : indinavir, ritonavir dan saquinavir, nelvinavir
(viracept), aprinavir (agenerase) dan lopinavir (kaletra). Obat-obat ini bekerja
pada fase akhir dari multiplikasi virus dan efeknya terhadap HIV lebih kuat
daripada penghambat RT. Senyawa ini menghambat enzim protease yang
mencegah poliprotein besar yang terbentuk oleh DNA viral menjadi protein-
protein lebih kecil untuk digunakan bagi pembangunan virus baru.
Selain HIV AIDS, Herpes merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh
virus, dimana Herpes Simlpex Virus ( HSV) dikenal dalam dua bentuk, tipe I dan
tipe II. HSV-I menghinggapi terutama muka, mata, mulut, dan sekitarnya. HSV II
kebanyakan terdapat di daerah kelamin. Pada infeksi HSV tipe I obat antivirus
Asiklovir memberikan hasil yang baik untuk infeksi oral-labial. Pada infeksi HSV
tipe 2 biasanya menimbulkan herpes genitalis. Bentuk primer dari herpes genitalis
dapat diobati dengan obat antivirus asiklovir. Selain itu ada juga penyakit Hepatitis
(radang hati) yang dapat ditimbulkan karena infeksi oleh virus-virus hepatitis.
Untuk infeksi hepatitis B kronis digunakan obat anti virus Entecavir untuk
perawatannya. Untuk infeksi kronis hepatitis C menggunakan obat antivirus
interferon- α. Yang sekarang sudah berkembang dengan penambahan PEG.
Inhibitor Neuraminidase ( Oseltamivir, Zanamivir )
18
7) Anti Neoplastika (Sitostatika)
Cytostatica atau oncolytica (Yun. kytos = sel, stasis = terhenti, ongkos =
benjolan, lysis = melarutkan) adalah zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan
pesat dari sel-sel ganas (maligne) seperti sel kanker. Bentuk-bentuk neoplasma
menurut jaringan tempat neoplasma berasal, yaitu :
a) Adenoma : benjolan maligne pada kelenjar, misalnya pada prostat dan
mamma
b) Limfoma : kanker pada kelenjar limfe, misalnya penyakit non Hodgkin
yang berciri benjolan rahang
c) Sarkoma : neoplasma ganas yang berasal dari pembuluh darah, jaringan
ikat, otot, atau tulang.
d) Leukimia : kanker darah yang berhubungan dengan produksi leukosit yang
abnormal tinggi dan eritrosit sangat berkurang
e) Myeloma : kanker pada sumsum tulang, misalnya penyakit Kahler dengan
pertumbuhan liar sel-sel plasma di sumsum. Sel plasma termasuk leukosit
dan membentuk antibody
f) Melanoma : neoplasma kulit yang luar biasa ganasnya, terdiri dari sel-sel
pigmen yang dapat menyebar dengan sangat pesat.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, sitostatika dapat dibagi dalam beberapa
golongan yaitu :
a) Zat-Zat Alkilasi
- Klormethin
Merupakan sitostatika pertama yang digunakan (1946) terhadap kanker
limfogranuloma dan leukemia akut.
- Thiotepa
- Busulfan
Berkhasiat spesifik terhadap sumsum tulang, maka khusus digunakan pada
leukemia kronis guna menekan produksi leukosit.
- Lomustin
Mampu mengalkilasi dan menghambat berbagai proses di dalamsel. Karena
sifatnya yang lipofil dan mudah melintasi sawar otak, maka obat ini
merupakan obat pilihan pertama pada tumor otak.

19
b) Anti metabolit
Antimetabolit menghambat jalur metabolisme yang penting untuk sel
kanker agar tetap hidup atau berkembang dengan cara menghambat jalur folat,
purin, pirimidin, dan nukleosida pirimidin yang dibutuhkan untuk sintesis DNA.
- Merkaptopurin
Terutama digunakan pada leukemia akut pada anak-anak.
- Fluorouracil
Digunakan pada tumor-tumor lambung, usus besar atau (kolon) dan rektum.
c) Anti Mitotika
Zat ini mencegah pembelahan sel dengan merintangi pembelahan inti sel.
- Vinblastin
Merupakan alkaloid tanaman Vinca rosea. Digunakan bila radioterapi atau
sitostatika lainnya tidak efektif.
- Podofilin
Diperoleh dari akar tanaman Podophyllum peltatum yang antara lain
mengandung zat antimitotik podolifotoksin. Digunakan pada limfoma
Hodgkin, kanker otak, kanker testis dan kanker ovarium.
d) Antibiotika
- Mitomisin
- Doksorubisin
Digunakan khusus pada leukemia akut dan limfogranouloma yang tidak dapat
diobati dengan sitostatika lain, biasanya dengan vinkristin dan prednison.
Kombinasi dari dua atau lebih sitostatika kerapkali digunakan. Beberapa kombinasi
terkenal adalah :
- MVPP = Mustin, Vinkristin, Prokarbazin, dan Prednisolon pada limfoma non
Hodgkin yang bermetastase.
- VMCP = Vinkristin, Melfelan, Cisplatin, dan Prednisolon pada myeloma.
- FAM = Fluorurasil, Adriamisin, dan Mitomisin pada kanker lambung.
- CAF = Cyclofosfamida, Adriamisin, dan Fluorurasil pada kanker payudara
yang sudah menyebar.
2.3. Mekanisme Kerja Zat Kemoterapeutik
Mekanisme Secara Umum
Secara umum, serangan zat kemoterapeutik dapat diketahui dengan meninjau
struktur serta komposisi sel mikroba. Sel yang hidup memiliki sejumlah besar enzim
20
yang membantu dalam proses-proses metabolik dan juga protein, asam nukleat serta,
senyawa-senyawa lain. Membran semipermeabel (membran sitoplasmik)
mempertahankan integritas kandungan seluler, sebab membran ini mengatur keluar
masuknya zat antara sel dengan lingkungan luar. Membran juga merupakan tempat
beberapa reaksi enzim. Dinding sel merupakan pelindung bagi sel dan juga berperan
dalam proses fisiologis. Kerusakan pada salah satu dari bagian sel tersebut dapat
mengawali terjadinya perubahan-perubahan yang menyebabkan kematian sel tersebut.
a. Kerusakan pada dinding sel
Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya
atau mengubahnya setelah selesai dibentuk.
b. Perubahan permeabilitas sel
Membran sitoplasma mengatur keluar masuknya bahan-bahan tertentu dalam
sel serta memelihara integritas komponen-komponen seluler. Kerusakan pada
membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau
kematian sel.
c. Perubahan protein dan asam nukleat
Kelangsungan hidup sel sangat bergantung pada molekul-molekul protein
dan asam nukleat. Suatu kondisi atau substansi yang mengubah keadaan ini
seperti mendenaturasikan protein dan asam nukleat dapat merusak sel tanpa
dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat
kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversibel (tak dapat
balik) komponen-komponen seluler yang penting ini.
d. Penghambatan kerja enzim
Setiap enzim dari jumlah enzim yang ada di dalam sel merupakan sasaran
bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat kimia yang telah diketahui
dapat mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan ini dapat
mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.
e. Penghambatan sintesis DNA, RNA dan protein
DNA, RNA, dan protein memegang peran penting dalam proses kehidupan
sel. Ini berarti bahwa gangguan yang terjadi pada pembentukan atau fungsi
zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan sel.

21
Mekanisme Secara Khusus
1) Penisilin
Penisilin merintangi atau menghambat pembentukan/sintesis dinding sel
bakteri sehingga bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna
maka bertambahnya plasma atau air yang terserap melalui osmosis akan
menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi mati.
2) Sefalosforin
Bersifat bakterisida dengan spektrum kerja luas terhadap banyak bakteri
gram positif dan negatif dengan cara menghambat sintesis dinding sel, termasuk
Eshericia coli, Klebsiella dan Proteus. Sefalosporin resisten terhadap asam
penghidrolisis dari penisilanase dan kemampuannya relatif rendah untuk mengikat
serum.
3) Aminoglikosida
Aktivitasnya adalah bakterisida berdasarkan dayanya untuk penetrasi
dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses transkripsi dan
translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga sintesis proteinnya dikacaukan.
4) Kloramfenikol
Menghambat sintesis protein bakteri. Polimerisasi asam amino menjadi
polipeptida dihambat.
5) Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spektrum luas, bersifat
bakteriostatik dan mekanisme kerjanya dengan jalan menghambat sintesa protein
bakteri. Penggunaan saat ini semakin berkurang karena masalah resistensi.
6) Eritromisin
Berkhasiat sebagai bakteriostatik, dengan mekanisme kerja merintangi
sintesis protein bakteri.
7) Anti Tuberkulosis
Salah satu Anti Tuberkulosis yang digunakan untuk Kemoterapi adalah
Isoniazid. Insoniazid adalah obat yang digunakan untuk tuberkulosis. Mekanisme
kerjanya dengan menghambat biosintesis asam mikolat (micolic acid) yang
merupakan unsur penting dingding sel Mycobacterium.
8) Anti Lepra (Leprostatika)
Salah satu Anti lepra yang digunakan yaitu Rifampisina. Rifampisina
adalah antibiotika oral yang mempunyai aktivitas bakterisida terhadap
22
Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium leprae. Mekanisme kerja
rifampisina dengan jalan menghambat kerja enzim DNA-dependent RNA
polymerase yang mengakibatkan sintesa RNA mikroorganisme dihambat.
9) Anti jamur (Antimikotika)
Mekanisme kerja dari Anti Jamur ini adalah melalui pengikatan diri pada
ergosterol yang mutlak dibutuhkan jamur untuk pembentukan dinding selnya.
Akibatnya adalah kerusakan membran sel dan peningkatan permeabelitasnya,
sehingga komponen intraseluler yang penting untuk kehidupan sel merembes
keluar. Akhirnya sel-sel tersebut mati.
10) Anti Parasit
Salah satu obat Anti Parasit yang digunakan Klorokuin. Adapun
Mekanisme kerjanya adalah klorokuin akan berikatan pada DNA dan RNA
sehingga menghambat polimerase DNA dan RNA, mempengaruhi metabolisme
dan kerusakan haemoglobin oleh parasit, menghambat efek prostaglandin,
klorokuin mempengaruhi keasaman cairan sel parasit dan menaikkan pH internal
sehingga menghambat pertumbuhan parasit
11) Anti Virus
Salah satu Anti Virus yang biasanya digunakan pada penyakit HIV AIDS
yaitu Reserve-Transcriptase Blockers meliputi : zidovudin, didanosin, zalcitabine,
stavudin, dan lamivudin (1,2,3), juga nevirapin. Obat-obat ini berkhasiat
menghambat enzim RT (reverse-transcriptase), sehingga sintesis DNA viral
(bertolak dari RNA) dan multiplikasinya dicegah. Selain itu ada juga Protease
blockers (PI) : indinavir, ritonavir dan saquinavir, nelvinavir (viracept), aprinavir
(agenerase) dan lopinavir (kaletra). Obat-obat ini bekerja pada fase akhir dari
multiplikasi virus dan efeknya terhadap HIV lebih kuat daripada penghambat RT.
Senyawa ini menghambat enzim protease yang mencegah poliprotein besar yang
terbentuk oleh DNA viral menjadi protein-protein lebih kecil untuk digunakan bagi
pembangunan virus baru.
Selain HIV AIDS Obat yang digunakan kemoterapi yaitu pada penyakit
Herpes meliputi Asiklovir, dimana Mekanisme kerja analog purin dan pirimidin
pada obat jenis asiklovir, yaitu asiklovir dimetabolisme oleh enzim kinase virus
menjadi senyawa intermediet. Senyawa intermediet asiklovir (dan obat obat seperti
idosuridin, sitarabin,vidaradin, dan zidovudin) dimetabolisme lebih lanjut oleh

23
enzim kinase sel hospes menjadi analog nukleotida, yang bekerja menghambat
replikasi virus.
12) Anti Neoplastika (sitostatika)
Dalam Anti Neoplastika ini menggunakan Zat-zat Alkilasi, dimana Khasiat
obat dilihat berdasarkan gugus alkilnya yg sangat reaktif dan menyebabkan cross-
linking (saling mengikat) antara rantai DNA di dalam inti sel, sehingga
penggandaan sel terganggu dan pembelahan sel dirintangi.
a) Zat-zat Alkilasi
Khasiat obat berdasarkan gugus alkilnya yg sangat reaktif dan
menyebabkan cross-linking (saling mengikat) antara rantai DNA di dalam
inti sel, sehingga penggandaan sel terganggu dan pembelahan sel dirintangi.
b) Anti Metabolit
Kompleks enzim-antimetabolit menyebabkan enzim tidak
menjalankan fungsinya yang normal. Antimetabolit itu disebut juga sebagai
antagonis metabolik. Antimetabolit yang dipakai sebagai obat kanker
adalah antimetabolit yang menghambat pekerjaan enzim-enzim yang
mempunyai peranan dalam pembentukan (biosintesa) DNA dan RNA.
Dengan demikian sel tersebut tidak dapat berkembang biak dan berfungsi
normal, sehingga sel-sel itu akhirnya mati.

c) Anti mitotika
Zat ini menghindari pembelahan sel pada metafase dengan jalan
menghalangi pembelahan inti sel.
d) Antibiotika
Mekanisme kerjanya dengan mengikat DNA secara kompleks, sehingga
sintesanya terhenti.

Produk Metabolik Bakteri dan Cendawan yang Berguna sebagai Antibiotik dan Cara Kerjanya
Mekasnisme
No Antibiotik Dihasilkan Oleh Aktif Terhadap
Kerja
1 Penisilin Menghambat
 Penisilin G Penicillium chrysogenum Bakteri gram positif sintesis dinding
 Ampisilin Penicillium chrysogenum Bakteri gram negative yang sel
menyebabkan infeksi pada

24
saluran pernapasan, pencernaan,
dan kemih

 Metisin Penicillium sp. Bakteri penghasil penisilinase


2 Sefalosporin Cephalosporium spp. Bakteri gram negative dan positif Menghambat
 Sefalotin sintesis dinding
 Sefaloridin sel
 Sefaloglisin
 Sefaleksin
3 Aminoglikoside Menginduksi
 Steptomisin Streptomyces griseus Infeksi tuberkolosis sintesis protein
 Spektinomisin Streptomyces sp. Neisseria gonorrhoeae yang abnormal
resisten terhadap penisilin
 Neomisin S. fradiae Menghambat bakteri usus
 Kanamisin S. kanomyceticus Kebanyakan bakteri gram
negative kecuali Pseudomonas
Aktif terhadap berbagai macam

 Gentamisin Micromonospora purpurea bakteri gram positif dan gram


negative termasuk Pseudomonas

4 Tetrasiklin Berspektrum luas-banyak bakteri Mengganggu


 Klortetrasiklin Streptomyces aureofaciens gram positif dan gram negative, sintesis protein
 Tetrasiklin S. aureofaciens juga organimse seperti
 Oksitetrasiklin S. rimosus Mycoplasma, Rickettsia dan
Chlamydia
5 Eritromisin Streptomyces erythreus Bakteri gram positif yang umum Mengganggu
dijumpai sintesis protein
6 Kloramfenikol Streptomyces venezuelae Berspektrum luas; infeksi parah Mengganggu
(Kloromisetin) oleh bakteri gram negatif sintesis protein
7 Polypeptide
 Kolistin Bacillus colistinus Sebagian besar bakteri gram Merusak
(Polimiksin E) negative termasuk Pseudomonas membrane sel
aeruginosa
 Polimiksin B B. polymyxa
Bakteri gram negative; Merusak
keefektifannya lebih rendah dari membrane sel
kolistin
 Basitrasin B. subtilis
Bakteri gram positif namun tidak Menghambat

25
gram negatif pembentukan
dinding sel
8 Linkomisin Streptomyces lincolnensis Bakteri gram positif yang umum Mengganggu
dijumpai sintesis protein
9 Vankomisin Streptomyces orientaslis Bakteri gram positif, termasuk Mnegganggu
stafilokokus dan enterokoki sintesis protein
penghasil penisilinase
10 Viomisin Streptomyces griseus var. Infeksi tuberkolosis Mengganggu
purpureus sintesis protein
11 Rifamisin Streptomyces mediterranel Infeksi tuberkolosis Mengganggu
12 Antibiotik
Antifugal
 Nistatin Streptomyces noursel Infeksi tunggal, khususnya infeksi Merusak
pada mulut, kulit, usus, dan membrane sel
vagina yang disebabkan oleh
Candida
 Griseofulvin Penicillium griseofulvin Infeksi oleh cendawan Merusak
membrane sel
 Amfoterisin B Streptomyces nodosus Infeksi mikotik yang dalam Mengganggu
fungsi membran

Zat Kemoterapeutik Sintesis


No Zat Kemoterapeutik Mekanisme Kerja Spektrum Aktivitas
1 Sulfonamide Mengganggu metabolisme Digunakan untuk infeksi saluran kemih,
 Sulfanilamide asam foslat; analog APAB terapi non kardiosis, dan infeksi saluran
 Sulfapiridin pernapasan bagian atas.
 Sulfatiozol dan lain-lain
2 Asam nalidiksat Menghambat sintesis DNA Terutama digunakan untuk infeksi
saluran kemih.
3 Hidrazide asam isonikotinat Menghambat reaksi yang Pengobatan tuberkolosis
dikatalis oleh piridoksin
(antimetabolite)
4 Nitrofuran Sebagia besar mikroorganisme yang
umum dijumpai pada saluran kemih.

26
2.4 Resistensi Terhadap Zat Kemoterapi
Berkembangnya resistensi terhadap obat-obatan hanyalah salah satu contoh
proses alamiah yang tak pernah ada akhirnya yang dilakukan oleh organisme
untuk mengembangkan toleransi terhadap keadaan lingkungan yang baru.
Resistensi terhadap obat pada suatu mikroorganisme dapat disebabkan oleh suatu
faktor yang memang sudah ada pada mikroorganisme itu sebelumnya atau
mungkin juga faktor itu diperoleh kemudian. Sebagai contoh, resistensi terhadap
penisilin pada suatu organisme dapat disebabkan oleh produksi penisilinase, suatu
enzim yang menginaktifkan penisilin. Di pihak lain, beberapa galur bakteri yang
biasanya rentan dapat memiliki resistensi terhadap penisilin. Resistensi yang
diperoleh ini pun disebabkan oleh produksi penisilinase oleh galur-galur
mikroorganisme yang secara genetis telah teradaptasi. Dalam kultur bakteri yang
peka terhadap penisilin, mungkin satu organisme di antara seratus juta adalah
mutan yang resisten terhadap penisilin. Biasanya nisbah (rasio) antara organisme
yang sensitive terhadap yang resisten itu terjaga, sehingga tidak menimbulkan
masalah. Bila ada penisilin, maka galur yang sensitive tidak berproduksi. Tetapi,
mutan yang resisten itu akan berproduksi, dan pada akhirnya akan mendominasi
populasi. Hal ini mempunyai implikasi klinis yang penting serta merupakan salah
satu alasan praktis bagi dilakukannya penelitian ekstensif untuk mendapatkan
penisilin sintetis yang tidak rentan terhadap penisilinase.
Banyaknya organisme yang tidak membentuk penisilinase juga resisten
terhadap penisilin. Hal ini berarti organisme tersebut memiliki lintasan metabolic
pilihan atau reaksi-reaksi enzim yang tidak rentan terhadap penghambatan oleh
pinisilin.
2.5 Efek Samping dari Penggunaan Kemoterapi
1) Antibiotika
Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak
tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain
seperti:
a. Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat
mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama
kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada
kemungkinan terjadi reaksi hipersensitif atau alergi seperti gatal-
27
gatal, kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi
dapat terjadi shock, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna
mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep antibiotika yang
rentan hipersensitif tidak diberikan secara sistemis (oral dan
suntikan).
b. Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau
waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan
terjadinya resistensi. Artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat
yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan
menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat.
c. Super infeksi
Super infeksi adalah infeksi sekunder yang timbul selama
pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan
penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada
penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat mengganggu
keseimbangan antara bakteri di dalam usus, saluran pernafasan dan
urogenital.
Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan
kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru
misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida albicans.
Selain antibiotik, obat yang menekan sistem kekebalan tubuh yaitu
kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan
supra infeksi.
d. Rambut rontok
Rambut rontok adalah hal yang biasa dialami ketika melakukan
kemoterapi. Normalnya, rambut akan mulai rontok pada minggu
pertama hingga ketiga setelah dosis pertama dimulai. Seseorang
akan mengalami kerontokan rambut yang terlihat jelas setelah satu
hingga dua bulan. Hal ini juga dapat berdampak pada kulit kepala
Anda. Rontoknya rambuk tidak hanya terjadi pada bagian kepala,
namun juga pada bagian tubuh lain seperti lengan, kaki dan wajah.

28
Walaupun kerontokan rambut mengganggu, hal ini hanyalah
sementara. Rambut akan kembali tumbuh setelah pengobatan
selesai. Beberapa orang mengakui bahwa rambut yang tumbuh
berbeda dengan rambut mereka sebelumnya, bisa terdapat
perbedaaan warna atau jenis rambut (keriting atau lurus).

29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Kemoterapi adalah suatu upaya pengobatan yang menggunakan zat
kimia untuk memberantas dan menyembuhkan penyakit atau infeksi
yang disebabkan oleh bakteri, virus, fungi, protozoa, cacing dan
sebagainya tanpa merusak jaringan tubuh manusia. Sedangkan zat kimia
yang digunakan untuk mengobati infeksi atau penyakit menular disebut
dengan zat kemoterapeutik.
2. Jenis-jenis Zat Kemoterapi antara lain : Antibiotika, Anti Tuberkulosis
(Tuberkulostatistika), Anti Lepra (Leprostatika), Anti Jamur
(Antimikotika), Anti Parasit, Anti Virus, Anti Neoplastika (Sitostatika),
Anti metabolit , Anti Mitotika.
3. Mekanisme Kerja Zat Kemoterapeutik. Secara umum, serangan zat
kemoterapeutik dapat diketahui dengan meninjau struktur serta
komposisi sel mikroba. Sel yang hidup memiliki sejumlah besar enzim
yang membantu dalam proses-proses metabolik dan juga protein, asam
nukleat serta, senyawa-senyawa lain. Membran semipermeabel
(membran sitoplasmik) mempertahankan integritas kandungan seluler,
sebab membran ini mengatur keluar masuknya zat antara sel dengan
lingkungan luar. Membran juga merupakan tempat beberapa reaksi
enzim. Dinding sel merupakan pelindung bagi sel dan juga berperan
dalam proses fisiologis.
4. Resistensi terhadap obat pada suatu mikroorganisme dapat disebabkan
oleh suatu faktor yang memang sudah ada pada mikroorganisme itu
sebelumnya atau mungkin juga faktor itu diperoleh kemudian.
5. Efek Samping dari Penggunaan Kemoterapi dapat menimbulkan bahaya-
bahaya lain seperti, Sensitasi / hipersensitif, Resistensi, Super infeksi,
dan Rambut rontok.
3.2 Saran

30
DAFTAR PUSTAKA

Ana, Teti. 2017. Makalah Famakologi. Pada : www.academia.edu/35441240/. Diakses


pada : 14 Mei 2019.
Gunawan, Rianto Gan. 2008. Farmakologi dan Terapi (Edisi 5). Jakarta: FK UI
Kurniawan. (2014). Gambaran Efek Samping Obat Kemoterapi Pada Pasien Kanker
Payudara di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2012. Jurnal Farmasi, 2
(7). Pada: www.e-journal.com. Diakses pada : 11 Mei 2019
Rooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2007. Jawetz, Melnick and Adelbergs,
Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23, Alih Bahasa oleh Mudihardi, E., Kuntaman,
Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono, L. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp. 163, 170, 225-31, 253. Pada: www.e-
journal.com. Diakses pada : 11 Mei 2019

31

Anda mungkin juga menyukai