Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan pesisir pantai dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki
potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan
dan memberikan sumbangan yang berarti, baik bagi peningkatan taraf hidup
masyarakat maupun sebagai penghasil devisa negara yang sangat penting.
Aktifitas perkonomian yang dilakukan di kawasan pesisir pantai diantaranya
adalah kegiatan perikanan (tangkap dan budidaya), industri dan pariwisata Adanya
berbagai kegiatan tersebut seperti aktivitas perekonomian di pesisir pantai di tambah
lagi pengunjung pariwisata yang banyak berdatangan tidak terlepas dari permasalahan
sampah.
Permasalahan sampah yang ada di laut dari hari ke hari semakin tak terbendung.
Volume sampah yang ada di laut, seiring berjalannya waktu, juga terus meningkat
dengan cepat. Kondisi itu, menjadikan laut Indonesia sebagai kawasan perairan yang
rawan dan menghadapi persoalan sangat serius.
Pantai Batu Nona adalah salah satu pantai di Kota Kupang, Nusa Tenggara
Timur yang berada di Jalan Timor Raya Km 10, Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa
Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pantai Batu Nona adalah salah satu pantai
yang menjadi salah satu pilihan warga Kota Kupang untuk menghilangkan kepenatan.
Pantai ini sangat indah dengan hamparan pasir putih nan halus dan batu karang
menghiasi bibir pantai. Disalah satu bagian juga terdapat banyak pohon Lontar yang
menambah keindahan pantai ini.
Sesuai pengamatan yang dilakuakan di Pantai Batu Nona. Pantai ini juga
mengalami ancaman pencemaran lingkungan akibat sampah yang berserakan di
sepanjang pesisir pantai. Kurangnya kesadaran masyarakat akan membuang sampah
pada tempatnya akan sangat berdampak buruk pada ekosistem Pantai Batu Nona, dan
kurangnya fasilitas seperti tempat sampah disekitar lokasi pantai juga menjadi salah
satu masalah sampah di sekitar lokasi pantai. Oleh karena itu, penulis membuat
makalah dengan judul “Upaya Penanggulangan Sampah Pada Pantai Batu Nona Kota
Kupang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaiamana kondisi eksisting persampahan pada Pantai Batu Nona Kota
Kupang?
2. Bagaiamana solusi yang tepat untuk menangani permsalahan sampah di Pantai
Batu Nona Kota Kupang?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari Penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi eksisting persampahan pada Pantai Batu Nona Kota
Kupang.
2. Untuk mengetahui solusi yang tepat untuk menangani permasalahan sampah di
Pantai Batu Nona Kota Kupang.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari Penulisan ini adalah:
1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Rekayasa Lingkungan
2. Semoga makalah ini memberikan ilmu pengetahuan bagi pembaca tentang
pencemaran lingkungan oleh sampah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan

Pencemaran adalah masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain
ke dalam air atau udara, baik yang disengaja maupun yang tida disengaja. Pencemaran
juga dapat dikatakan berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan
manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran terhadap lingkungan dapat
terjadi dimana saja dengan laju yang sangat cepat, dan beban pencemaran yang
semakin berat akibat limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.

Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan, yang
salah satu contohnya adalah sampah. Sampah merupakan material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia
menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada
konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama
proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia
didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan
oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas
pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan
dikendalikan.
Karena kegiatan manusia, pencemaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran
lingkungan tersebut tidak dapat dihindari, namun yang dapat kita lakukan adalah
mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran
dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan.

2.2 Peraturan Tentang Sampah


Kementerian Lingkungan Hidup, pada tanggal 1 November 2012 di Jakarta
menyampaikan substansi penting dari Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga yang telah diundangkan pada tanggal 15 Oktober 2012. Peraturan pemerintah
ini sangat penting sebagai peraturan pelaksana UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, sekaligus memperkuat landasan hukum bagi penyelenggaraan
pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di daerah.
Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (2),Pasal 16, Pasal 20 ayat
(5), Pasal 22 ayat (2), Pasal 24 ayat (3),Pasal 25 ayat (3) dan ayat (4), dan Pasal 28
ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah RumahTangga.

Sampah Rumah Tangga adalah sampah yang berasal darikegiatan sehari-hari


dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sedangkan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga adalah sampah rumah tangga yang berasal
dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum, dan/atau fasilitas lainnya.

2.3 Jenis Sampah


1. Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Sampah organik - dapat diurai (degradable)
Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut
menjadi kompos
2) Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik
wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman,
kaleng, kayu, dan sebagainya.
2. Berdasarkan Sumbernya
Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Sampah alam
2) Sampah manusia
3) Sampah konsumsi
4) Sampah industri
5) Sampah pertambangan
3. Berdasarkan Bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan
dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi menjadi :
1) Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah
yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa
sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga,
potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka sampah dapat
dibagi lagi menjadi:
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh
proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa
hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses
biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
a. Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan
lain-lain.
b. Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak
dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper,
thermo coal dan lain-lain.
2) Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
1. Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri. Sampah
ini mengandung patogen yang berbahaya.
2. Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas
industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur,
dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu,
dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Untuk
mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan
misalnya membuang ke selokan.
3) Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur
ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di
luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun
kering di lingkungan pemukiman.
4) Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat
menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana
perkembangan) penyakit. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair,
atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas,
sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
5) Limbah radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan
juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak
berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas
tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).
2.4 Bahaya Sampah bagi Manusia dan Lingkungan.
1. Dampak bagi kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme
dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat yang dapat menimbulkan
penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur dengan air
minum. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah
2. Dampak Sampah terhadap Lingkungan
a. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau
tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya
seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah
seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi
penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat
terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi
lingkungan sekitarnya.
b. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial
menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau
tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi
pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup
besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup
potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
c. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan
kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan
lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik
dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini
terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah
terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat
berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan
sekitarnya.
d. Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan
yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya.
Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan
pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di
sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah
yang bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan.
Demikian pula dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering
terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai.
e. Kemacetan Lalu lintas
Lokasi penempatan sarana/prasarana pengumpulan sampah yang biasanya
berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain
serta kegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan
terhadap arus lalu lintas.
3. Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya
pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya
tidak jarang menimbulkan sikap menentang dari masyarakat dan munculnya
keresahan. Sikap menentang ini secara rasional akan terus meningkat seiring
dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat penting
untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif
untuk menghindarinya.
Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi :
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau tidak sedap dan pemandangan
yang buruk Karena sampah bertebaran dimana-mana.
b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan
c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak
langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas)
d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
e. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atu tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan atau diperbaiki.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Eksisting Sampah di Pantai Batu Nona Kota Kupang.

Pantai Batu Nona adalah salah satu pantai di Kota Kupang, Nusa Tenggara
Timur yang berada di Jalan Timor Raya Km 10, Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa
Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pantai Batu Nona adalah salah satu pantai
yang menjadi salah satu pilihan warga Kota Kupang untuk menghilangkan kepenatan.
Pantai ini sangat indah dengan hamparan pasir putih nan halus dan batu karang
menghiasi bibir pantai. Disalah satu bagian juga terdapat banyak pohon Lontar yang
menambah keindahan pantai ini. Sebagai salah satu objek wisata, Pantai Batu Nona
tidak terlepas dari permasalahan sampah yang ada. Kurangnya kesadaran masyarakat
akan membuang sampah pada tempatnya akan sangat berdampak buruk pada
ekosistem Pantai Batu Nona, dan kurangnya fasilitas seperti tempat sampah disekitar
lokasi pantai juga menjadi salah satu masalah sampah di sekitar lokasi pantai seperti
yang terlihat pada gambar dibawah ini adalah salah satu bentuk kondisi eksisting
sampah di Pantai Batu Nona Kota Kupang.

Gambar 3.1 Kondisi eksisting sampah di Pantai Batu Nona kota Kupang.
(Sumber: Dokumentasi )
3.2 Upaya Penanggulangan Sampah Di Pantai Batu Nona Kota Kupang

Cara mengelola dan mengatasi sampah yang baik dan benar, bisa dilakukan dengan
beberapa cara seperti berikut ini. yaitu :
1. Dalam hal pengumpulan dan pengangkutan sampah.
Pengumpulan sampah harus dimulai dari tanggung jawab dan kesadaran dari para
pengunjung pantai yang biasanya menghasilkan sampah dan fasilitas sampah atau
tempat sampah harus disediakan secara merata di sepanjang area pantai. Lalu dari
beberapa tempat pengumpulan sampah tersebut, harus diangkut ke tempat
penampungan sementara atau TPS. Lalu diangkut kembali ke tempat pembuangan
akhir atau TPA. Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutannya di sebagian daerah
perkotaan adalah tanggung jawab dari pemerintah daerah setempat dengan
partisipasi masyarakat.
2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
a. Dengan cara dibakar yaitu memusnahkan sampah dengan cara membakar sampah
tersebut, di dalam sebuah tungku pembakaran.
b. Menjadikan sampah itu pupuk yaitu mengolah sampah dengan membuat sampah
tersebut menjadi pupuk kompos. Khususnya untuk jenis sampah organik yang
berupa dedaunan, sisa-sisa makanan, dan jenis sampah lainnya yang membusuk.
Di daerah pedesaan cara tersebut biasa dilakukan, sedangkan di daerah perkotaan
hal itu masih harus dibudayakan. Jika setiap rumah tangga dibiasakan untuk
memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik, lalu sampah organik itu
dapat diolah kembali menjadi pupuk tanaman dan dapat dijual atau dipakai
sendiri.
c. Menjadikan sampah itu pupuk yaitu mengolah sampah dengan membuat sampah
tersebut menjadi pupuk kompos. Khususnya untuk jenis sampah organik yang
berupa dedaunan, sisa-sisa makanan, dan jenis sampah lainnya yang membusuk.
Di daerah pedesaan cara tersebut biasa dilakukan, sedangkan di daerah perkotaan
hal itu masih harus dibudayakan. Jika setiap rumah tangga dibiasakan untuk
memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik, lalu sampah organik itu
dapat diolah kembali menjadi pupuk tanaman dan dapat dijual atau dipakai
sendiri.
3. Pengelolaan sampah untuk menghindari pencemaran lingkungan
Sampah terdiri dari 2 macam yaitu sampah organik dan sampah anorganik,
pengelolaan sampah organik dengan cara pengomposan merupakan cara yang paling
efektif karena dapat mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi. Pengomposan
adalah penguraian dan pemantapan bahan organik, secara biologi dengan suhu yang
tinggi. Hasil akhir dari pengomposan tersebut adalah bahan yang cukup bagus untuk
diaplikasikan ke tanah. Pengomposan tersebut dapat dilakukan dengan cara yang
bersih, namun tanpa menghasilkan kegaduhan baik di luar maupun di dalam suatu
ruangan. Teknologi dari pengomposan ini cukup beragam. Teknologi pengomposan
tersebut dapat dilakukan dengan cara aerobik, dan anaerobik, dengan bahan
tambahan atau pun tidak. Bahan tambahan yang biasanya digunakan untuk proses
pengomposan misalnya, aktivator kompos atau bisa juga dengan menggunakan
cacing. Keunggulan dari pengomposan tersebut adalah menggunakan teknologi yang
sederhana, biaya penanganan yang cukup rendah, dan dapat menangani sampah
dengan jumlah yang banyak. Atau tergantung pada luas atau tidaknya lahan yang
digunakan. Cara yang paling banyak digunakan dalam proses pengomposan yaitu
aerobik karena mudah dan juga murah. Cara aerobik juga biasanya tidak
membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Selain itu dekomposisi bahannya
juga dilakukan oleh mikroorganisme, di dalam bahan itu sendiri. Yang dibantu
dengan udara. Lain halnya dengan cara anaerobik, yang memanfaatkan
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan
organik. Hasil yang didapat dari proses pengomposan ini, akan menjadi bahan yang
sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah pertanian di Indonesia. juga sebagai
upaya dalam memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah, dan produksi
tanaman pun akan menjadi lebih tinggi.
Kompos yang dihasilkan dari proses pengomposan sampah ini juga, dapat
digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, untuk menggemburkan tanah
pertanian, menggemburkan kembali tanah pertamanan, sebagai bahan penutup
sampah di TPA, sebagai eklamasi pantai setelah penambangan, sebagai media
tanam, dan mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Pengelolaan sampah yang baik harus memenuhi 3R atau Reuse, Reduce, dan
Recycle sampai sekarang masih menjadi cara terbaik dalam mengelola dan
menangani sampah dengan berbagai permasalahannya. Penerapan sistem 3R atau
reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah di samping
mengolah sampah menjadi kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik
(PLTSa; Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Justru pengelolaan sampah dengan
sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam
kegiatan sehari-hari.
3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali
sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi
lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau
produk baru yang bermanfaat.
Contoh kegiatan reuse sehari-hari:
1. Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau
berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada
menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.
2. Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang
sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali
menjadi tempat minyak goreng.
3. Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali
4. Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
Contoh kegiatan reduce sehari-hari:
1. Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.

2. Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam


jumlah besar.
3. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa
diisi ulang kembali).
Contoh kegiatan recycle sehari-hari:
1. Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.

2. Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.


3. Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
4. Lakukan pengolahan sampah non organik menjadi barang yang bermanfaat.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Kondisi Eksisting sampah pada di Pantai Batu Nona Kota Kupang dapat kita lihat
pada pembahasan di atas, dimana masih terdapat sampah yang berserakan di
sepanjang pantai, kurangnya fasilitas umum seperti tempat sampah belum tersedia di
sepanjang Pantai Batu Nona
2. Upaya untuk penanggulangan sampah tersebut diantaranya adalah:
a. Dalam hal pengumpulan dan pengangkutan sampah.
Pengumpulan sampah harus dimulai dari tanggung jawab dan kesadaran dari para
pengunjung pantai yang biasanya menghasilkan sampah dan fasilitas sampah
atau tempat sampah harus disediakan secara merata di sepanjang area pantai.
b. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
Dengan cara menanam landfill, yaitu pemusnahan sampah dengan cara membuat
lubang ditanah, pemusnahan sampah dengan cara dibakar, serta menjadikan
sampah sebagai pupuk kompas.
c. Pengelolaan sampah untuk menghindari pencemaran lingkungan
Pengelolaan sampah yang baik harus memenuhi 3R atau Reuse, Reduce, dan
Recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat
digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti
mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti
mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang
bermanfaat.

4.2 Saran

Adapun saran dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bagi Masyarakat
Agar mempunyai kesadaran dalam diri sendiri untuk tidak membuang sampah di
sembarang tempat, serta dapat menjaga kebersihan lingkungan di sekitar Pantai
2. Bagi Pemerintah
Agar dapat membangun lebih banyak fasilitas tempat sampah disepanjang area
Pantai Batu Nona, sehingga memudahkan para pengunjung maupun masyarakat
sekitar untuk membuang sampah pada tempat sampah yang ada, memasang iklan
atau poster di sepanjang Pantai Batu Nona tentang kebersihan lokasi Pantai. Dan
juga harus lebih tegas dalam membuat Peraturan Pemerintah Kota mengenai
menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai