Resume Tutorial Skenario 2 Diare
Resume Tutorial Skenario 2 Diare
SKENARIO 2
DIARE
TUTORIAL D
Pengampu:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Judul Skenario
Diare
I. SKENARIO
Turgor kulit adalah derajat elastisitas kulit. Tugor kulit diperiksa dengan cara
mengangkat (mencubit) sebagian kulit kemudian melepaskannya. Kulit yang
normal akan segera kembali pada posisi semula dengan cepat. Jadi
pemeriksaan turgor kulit ditentukan dengan mengamati waktu yang
dibutuhkan oleh kulit untuk kembali ke posisi normal setelah diregangkan
atau ditekan.
Ada beberapa hal atau faktor yang menggangu interpretasi hasil pemeriksaan
turgor kulit. Tugor kulit sangat bergantung pada lemak sub kutan dan cairan
interstisial. Pemeriksaan turgor kulit untuk mengetahui adanya dehidrasi juga
dipengaruhi posisi hewan (rebah atau berdiri), lokasi kulit yang
diperiksa, dan jumlah lemak subkutan.
2. Muntah
keluar kembali tentang makanan, minuman dan sebagainya (KKBI)
Keluar kembali ( tentang makanan, minuman dan sebagainya ) yang telah
masuk kedalam mulut/perut
Mual: hendak muntah
Gastroetritis : atau biasanya disebut mutaber
Muntah adalah ekspulsi isi lambung, usus, atau keduanya melalui mulut.
Muntah dapat dipicu oleh sinyal aferen ke pusat muntah (medula batang
otak) dari sejumlah reseptor di tubuh. Penyebab muntah diantaranya adalah
:
a) Stimulasi taktil(sentuh) di bagian belakang tenggorokan. Contohnya
seperti memasukkan jari ke tenggorokan belakang atau bahkan
melaukan penekanan disana.
b) Iritasi atau peregangan lambung dan duodenum.
c) Peningkatan tekanan intrakranium, misalnya yang disebabkan oleh
pendarahan otak akibat trauma.
d) Rotasi atau akselerasi kepala yang menyebabkan pusing bergoyang
seperti ketika mabuk perjalanan.
e) Bahan berbahaya maupun obat yang bekerja pada saluran napas atas
yang merangsang chemoreceptor trigger zone khusus disamping
pusat muntah. Contohnya adalah obat kemoterapi.
f) Muntah psikogenik akibat faktor emosi, termasuk yang menyertai
pemandangan atau bau serta kecemasan.
Pengeluaran paksa isi dalam perut dengan kekuatan penuh, disebabkan oleh
gerakan peritaltik kembali Gastrointestinal, gerakan ini memerlukan
koordinasi dari otot perut, pylorus, dan antrum. Kenaikan cardiagastric,
penurunan tekanan, dan dilatai esophageal.
Tahap-tahap muntah:
1. Nausea (mual)
Puncak dari fase retching ditandai dengan kontraksi kuat otot perut,
diikuti dengan bertambah turunnya diafragma, disertai penekanan
mekanisme antirefleks. Pada fase ini, pilorus dan antrum berkontraksi,
fundus dan eksofagus relaksasi, dan mulut terbuka.
Menanggapi bahwa otot yang bekerja tidak mungkin hanya diafragma, tiska
akan mampu memberikan refluks yang kuat untuk muntah. Tapi juga kita
tahu, otot-otot perut seperti Rectus Abdominis menekan kuat saat muntah
sehingga hal tersebut menjadi mungkin mampu menimbulkan refluks yang
cukup untuk muntah.
Mual merupakan kecenderungan untuk muntah atau dapat dikatakan sebagai
perasaan tidak nyaman di epigastrium yang berfungsi sebagai penanda bahwa
seseorang akan muntah. Mual juga dapat dikatakan sebagai rasa tidak nyaman
pada saluran cerna atas. Sedangkan, muntah merupakan dorongan dari dalam
perut yang tidak disadari pengeluarannya melalui esofagus sampai dengan
mulut, muntah biasanya disertai dengan mual, namun mual tidak selalu
muntah.
Fase muntah terbagi menjadi dua, yaitu tahap awal dan tahap pengeluaran.
Tahap awal merupakan adaanya kontraksi pada perut dan otot otot
pernapasan. Pada fase ini pasien hanya merasakan mual tidak sampai muntah.
Sedangkan, fase pengeluaran yaitu fase dimana terdapat pergeseran
diafragma dan otot perut sehingga menyebabkan kontraksi yang lebih kuat
dan biasanya berlangsung pada waktu yang lama. Kontraksi ini dpaat
dilepaskan melalui sfingter esofagus bagian atas yang mengalami relaksasi
sehingga isi lambung dapat keluar.
Muak dan muntah dapat berlangsung pada jangka pendek dan jangka panjang.
Pada jangka pendek mual dan muntah tidak membahayakan bagi psien.
Sedangkan, pada jangka panjang, mual dan muntah dapat menyebabkan
sehidrasi sehingga keseimbangan elektrolit terganggu. Pengeluaran muntah
paling banyak melalui mulut, asam lambung yang terkandung di dalam
muntahan dapat merusak enamel gigi.
Muntah merupakan bagian dari suatu fenomena yang terjadi dalam 3 stadium
meliputi mual, retching, dan muntah. Mual adalah kecenderungan untuk
muntah atau sebagai perasaan di tenggorokan atau daerah epigastrium yang
memperingatkan seorang individu bahwa muntah akan segera terjadi. Tanda
mual diantaranya adalah pucat, hipersalivasi, hendak muntah, hendak
pingsan, berkeringat, dan takikardi. Retching adalah suatu usaha involunter
untuk muntah, seringkali menyertai mual dan terjadi sebelum muntah, terdiri
atas gerakan pernapasan spasmodik melawan glotis dan gerakan inspirasi
dinding dada dan diafragma. Muntah adalah ekspulsi isi lambung, usus, atau
keduanya melalui mulut. Pada saat muntah, lambung, esofagus, dan sfingter-
sfingter terkait dalam keadaan lemas. Sedangkan gaya utama penyebab
ekspulsi berasal dari kontraksi otot pernapasan dan diafragma. Kontraksi
diafragma akan menekan ke bawah lambung, sementara secara bersamaan,
kontraksi otot perut menekan rongga abdomen yang menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan intraabdomen dan memaksa visera abdomen bergerak
ke atas. Sewaktu lambung yang melemas terperas antara diafragma atas dan
rongga abdomen mengecil di bawah, isi lambung terdorong ke atas melalui
sfingter-sfingter dan esofagus yang melemas serta keluar melalui mulut.
Glotis akan tertutup sehingga bahan muntah tidak masuk ke saluran
pernapasan dan uvula juga terangkat untuk menutup saluran hidung.
4. Terapi rehidrasi
proses senyawaan kembali kerusakan pada sel yang mati (KBBI)
Pengambilan air atau cairan yang terkandung dalam tubuh yang telah
mengalami dehidrasi
Pemberian mineral berupa elektrolit melalui intravena atau intra oral
Pemberian oralit, garam dan air hangat
Pemberian kristaloid. Contoh: NaCL 0.9%, ringer laktat
5. Buncit
Menambahkan bahwa buncit tidak hanya karena penumpukan lemak, tapi
juga bisa karena edema, yakni contohnya pada penderita kwarsiorkor yang
mana tubuhnya kurus, tapi perut buncit.
Perut buncit atau perut gendut, dikenal dengan nama klinis obesitas
abdominal atau obesitas sentral, adalah kumpulan lemak abdominal
berlebih yang terdapat di daerah abdomen.
Buncit adalah perut besar atau obesitas sentral yang terjadi karena
penumpukan lemak pada abdominal; edema terjadi karena penumpukan
cairan di ruang intersitial.
6. Lendir
barang/benda cair yang pekat dan licin (seperti dahak, ingus) yang
dihasilkan oleh kelenjar bel sel satu pada selaput lendir (KBBI)
menyebabkan yang dilapisi selalu basah nama lainnya mukus. Berfungsi
sebagai melunasi dan melindungi banyak bagian tubuh kita serta sebagai
pelindung di atas permukaan ini dan mencegah jaringan mengering (Unesa)
Lendir atau mukus adalah barang cair yang pekat dan licin yang
disekresikan oleh kelenjar, bersama dengan berbagai garam anorganik, sel
yang terkelupas, dan leukosit. Terdiri atas mucin dan antibody.
7. Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare dapat disebabkan oleh
transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari.Secara klinis
penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya.
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung
kurang dari 2 minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak,
disertai lemah dan kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti
atau berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat
terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri, akibat makanan.
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak
awal diare. Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu
diare spesifik dan diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit. Diare non spesifik
adalah diare yang disebabkan oleh makanan. Tanda-tanda diare kronik
seperti: demam, berat badan menurun, malnutrisi, anemia, dan meningginya
laju endap darah.
Sedangkan berdasarkan patofisiologinya, diare dapat dibagi atas 3
kelompok :
a. Osmotic diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari
mukosa. Hal ini ditemukan malabsorbsi, dan defisiensi laktase.
b. Secretori diarrhoea, pada keadaan ini usus halus, dan usus besar
tidak menyerap air dan garam, tetapi mengsekresikan air dan
elektrolit. Fungsi yang terbalik ini dapat disebabkan pengaruh toksin
bakteri, garam empedu, prostaglandin, dan lain-lain. Cara
terjadinya, melalui rangsangan oleh cAMP (cyclic AMP) pada sel
mukosa usus.
c. Exudative diarrhoea, ditemukan pada inflamasi mukosa seperti pada
colitis ulcerativa, atau pada tumor yang menimbulkan adanya
serum, darah, dan mukus.
Buang air besar dengan frekuensi yang tinggi, sulit ditahan, disertai tinja
yang lembek & berair. Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang
kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan
gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat
diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari
plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat
akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium. Diare sekretorik bila
terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun
sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan
bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak
rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal
seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat
menyebabkan diare sekretorik. Diare eksudatif, inflamasi akan
mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar.
Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non
infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease
(IBD) atau akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas
yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi
pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan
penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare
Kemungkinan pertama adalah anak tersebut mendapat nutrisi dan gizi yang
cukup tetapi tidak dapat diserap oleh tubuh karena berbagai hal, misalnya
seperti kecacingan. jenis cacing yang banyak menyerang adalah cacing
gelang (Ascaris Lumbricoides), cacing tambang (Ankylostoma Duodenale
dan Necator Americanus), dan cacing cambuk (Trichuris Trichuria).
Penyakit ini pada umumnya menyerang pada anak-anak karena daya tahan
tubuhnya masih rendah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya
adalah iklim tropis, kesadaran akan kebersihan yang masih rendah, sanitasi
yang buruk, kondisi sosial ekonomi yang rendah, serta kepadatan penduduk.
Satu ekor cacing dapat menghisap darah, karbohidrat dan protein dari tubuh
manusia. Cacing gelang menghisap 0,14 gram karbohidrat & 0,035 gram
protein, cacing cambuk menghisap 0,005 mL darah, dan cacing tambang
menghisap 0,2 mL darah. Sekilas memang angka ini terlihat kecil, tetapi
jika sudah dikalkulasikan dengan jumlah penduduk, prevalensi, rata-rata
jumlah cacing yang mencapai 6 ekor/orang, dan potensi kerugian akibat
kehilangan karbohidrat, protein dan darah akan menjadi sangat besar.
Sehingga, membesarnya perut si anak bukan karena nutrisi yang diserap
oleh tubuh anak tersebut, melainkan karena pertumbuhan cacing yang
membesar di perut anak tersebut.
Kemungkinan yang kedua adalah karena anak tersebut mengalami
kekurangan gizi khususnya defisiensi protein. Di dalam protein, terdapat
salah satu komponen penting yaitu albumin, sebanyak kurang lebih 60%.
Albumin ini berfungsi untuk mengatur tekanan dalam pembuluh darah dan
menjaga tekanan osmotik dalam pembuluh darah agar tidak bocor ke
jaringan intersitial. Ketika dalam intravaskuler kadar albumin sedikit dan
cairan banyak, sedangkan di intersitial memiliki banyak protein tetapi
cairannya sedikit maka yang terjadi adalah cairan dalam intravaskuler akan
bocor menuju intersitial agar terjadi keseimbangan. Akibatnya cairan di
intersitial akan menjadi banyak yang menyebabkan oedem atau
pembekakan seperti yang terjadi pada perut anak tersebut. Fenomena ini
dapat kita lihat pada penderita kwashiorkor
4. Mengapa anak dalam skenario ini saat menangis tidak keluar air
mata?
Dalam skenario tersebut, sang anak mengalami muntah dan diare yang
dapat menyebabkan dehidrasi. Apabila dilihat dari tabel derajat dehidrasi,
anak tersebut mengalami diare dengan dehidrasi derajat berat. Air mata
tidak dapat keluar ketika menangis bisa terjadi karena kurangnya cairan
dalam tubuh atau dehidrasi. Ketika mengalami dehidrasi kemungkinan
tubuh akan memanfaatkan cairan yang ada dalam tubuh seefisien mungkin
dan lebih banyak digunakan pada hal-hal yang vital misalnya seperti
mempertahankan aliran darah pada sistem kardiorespirasi agar kehidupan
dapat tetap terjaga.
A. Etiologi
1. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral
a. Infeksi bkateri : E .coli, Salmonela typhi, Shigella dysentriae,
,V.cholera, Staaphylococcus sp., Streptococcus sp., V.eltor,
V.parahemolyticus, Clostriddium perfringens.Compilobecter
jejuni, Coccidiosis.
b. Infeksi virus ; Rotavirus, Adenovirus, Enterovirus.
c. Infestasi parasite : Cacing (Asacris, Trichiura, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giaardia lambdia, Trichomonas
hominis), jamur (Candidda albicans).
2) Infeksi parenteral, yaitu infeksi yang terjais dibagian tubuh lain di luar
alat pencernaan.
2. Faktor malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbhidrat
2) Malabsorpsi protein
3) Malabsorpsi lemak
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis
B. Patogenesis
Tiga mekanisme utama terjadinya diare meliputi :
1. Diare osmotic – Keberadaan substansi yang tidak terserap seperti gula
sintetis atau peningkatan jumlah partikel osmotik di dalam usus halus akan
menaikkan tekanan osmotic dan menarik air secara berlebihan dari darah ke
dalam lumen usus halus. Isi yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk meneluarkannya sehingga terjadi diare.
2. Diare sekretorik - Mikroorganisme pathogen atau tumor akan mengiritasi
otot dan lapisan mukosa intestinum. Hal ini dapat merangsang terjadinya
peningkatann sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus..
Malabsorpsi
Malabsorpsi merupakan ketidakmampuan mukosa usus untuk menyerap satu
atau lebih nutrient secara efisien. Absorpsi asam amino, gula, lemak, atau
vitamin dapat terganggu. Akibatnya, perpidahan nutrient dari usus halus ke
daam darah atau system limfatik berlangsung dengan tidak adekuat.
Manifestasi malabsorpsi terutama bergantung pada jenis nutrient yang tidak
bias diserap.
A. Penyebab
Bisa disebabkan oleh penyakit hepatobiler, obat, herediter, penyakit pada
usus halus, gangguan pancreas, dan bedah lambung.
B. Patofisiologi
Ketidakmampuan usus halus menyerap nutrient secara efsien dapat terjad
karena berbagai proses penyakit.Mekanisme malabsorpsi bergantung pada
penyebab. Beberapa penyebab sindrom malabsorpsi yang sering sitemukan
adalah penyait seliak, defisiensi enzim lactase, gastrektomi, syndrome
Zinger-Ellison, dan peertumbuhan bakteri yang berlebihan pada punting
duodenum.
Pada penyakit seliak (ce;iac sprue), gluten yang ada dalam makanan, yakni
produk dari gandum, barli, dan havermut merupakan zat toksik bagi pasien
dengan penyakit tersebut karena akan menyebabkan cedera pada vili-vili
usus. Mukosa usus akan telrihat rata tanpa permukaan absorpsinya. Keluhan
dan gejala pad akeadaan ini akan hilang apabila gluten dihilangka dari
maknanan yang dikonsumsi pasien.
Defisiensi lactase merupakan sindrom defisiensi disakarida. Lactase
adalah enzim usus yang memecah laktosa menjadi monosakarida glukosa dan
galaktosa sehingga bisa diserap. Pada pegidap defisiensi lactase, enzim
lactase inin tidak tersedia secara adekut bisa karena memang produksinya
yang kurang atau terdapat penyakit tertentu sehingga enzim ini tidak
dihasilkan.
Pada sindrom Zollinger-Ellison terjadi peningkatan keasaman dalam
duodenum yang menghambat pelepasan kolesistokinin, yaitu substansi yang
menstimulasi sekresi enzim pancreas. Defisiensi enzim dari pancreas dapat
menyebabkan gangguan pemecahan nutrient dan malabsorpsi.
Muntah, atau emesis, ekspulsi paksa isi lambung keluar melalui mulut, tidak
terjadi karena peristalsis terbalik di lambung, seperti yang mungkin telah
diperkiralcan. Sebenarnya lambung itu sendiri tidak secara aktif berperan
dalam muntah. Lambung, esofagus, dan sfingter-sfingter terkaitnya semua
melemas sewaktu muntah. Gaya utama penyebab ekspulsi, yang mengejutkan,
berasal dari kontraksi otot-otot pernapasan yaitu, diafragrna (otot inspirasi
utama) dan otot abdomen (otot ekspirasi aktif). Tindakan kampleks muntah
dikoordinasikan oleh pusat muntah di medula batang otak. Muntah dimulai
dengan inspirasi dalam dan penutupan glotis. Kontraksi diafragma menekan ke
bawah ke lambung sementara secara bersamaan kontraksi otot-otot perut
menekan rongga abdomen, meningkatkan tekanan intraabdomen dan memaksa
visera abdomen bergerak ke atas. Sewaktu lambung yang melemas terperas
antara diafragma di atas dan rongga abdomen yang mengecil di bawah, isi
lambung terdorong ke atas melalui stingter-sfingter dan esofagus yang
melemas serta keluar melalui mulut. Glotis terttrtup sehingga bahan muntah
tidak masuk ke saluran napas. Uvula juga terangkat untuk menutup saluran
hidung. Siklus muntah dapat berulang beberapa kali hingga lambung kosong.
Muntah biasanya didahului oleh pengeluaran liur berlebihan, berkeringat,
peningkatan denyut jantung, dan sensasi mual, yang semuanya khas untuk
pengeluaran generalisata sistem saraf autonom