Anda di halaman 1dari 5

Klasifikasi trauma mata

Trauma di bagi menjadi trauma mekanik dan trauma non mekanik (trauma kimia, trauma suhu,
trauma elektrik, dan trauma radiasi). Berdasarkan American Ocular Trauma Society, trauma
mekanik dibagi atas trauma tertutup dan trauma terbuka (1):

1. Trauma tertutup:
• Contussive Trauma (Trauma Tumpul)
Trauma tumpul adalah trauma tertutup yang berasal dari benda tumpul seperti pukulan,bola
tenis dan bola kriket. Trauma tertutup adalah luka pada salah satu dinding bola mata (sklera atau
kornea) dan tidak merusak bagian intraokular. Trauma tumpul itu sendiri juga dapat menyebabkan
kerusakan pada kornea seperti abrasi,edema,laserasi korneoskleral dan robekan pada membran
descement.gambaran lingkaran putih karena sel – sel endotel yang edema akan muncul setelah
beberapa jam akibat trauma dan menghilang setelah beberapa hari.

Yang termasuk trauma tumpul, antara lain:

- Konjungtival hemorrhage
- Kelainan kornea ( abrasi , edema, robekan membran descement, laserasi korneoskleral)
- Midriasis dan miosis traumatik
- Iritis traumatik
- Iridodyalisis dan cyclodialisis
- Hifema traumatik

• Lamellar Laseration (Laserasi Lamelar)


Merupakan penebalan luka sebagian jaringan pada bagian mata akibat benda tajam atau benda
tumpul.

• Nonperforating Mechanical Trauma (Trauma mekanik non-perforasi)


Trauma ini disebabkan oleh benda-benda asing pada kornea ataupun konjungtiva. Benda
asing pada konjungtiva memerlukan pemeriksaan dengan slitlamp . Evaluasi dengan mengeversikan
palpebra superior dan irigasi untuk membersihkan daerah fornik. Bila ada benda asing pada kornea,
jika dicurigai anterior chamber terlibat, evakuasi benda tersebut harus dikamar operasi yang steril
dan dilengkapi dengan mikroskop. Bila terjadi laserasi konjungtiva harus dipastikan bahwa struktur
bola mata lain tidak ada yang terlibat dan tidak ada benda asing yang tertinggal.

Yang termasuk nonperforating trauma, antara lain :


- Laserasi konjungtival
- Benda asing konjungtiva ( conjuntival foreign body)
- Benda asing kornea (corneal foreign body)
- Abrasi kornea
- Posttraumatic recurrent corneal erosion

2. Trauma terbuka

• Perforating Mechanical Trauma (Trauma mekanik perforasi)


Trauma terbuka adalah trauma yang menyebabkan luka dan mengenai seluruh dinding bola
mata (sklera dan kornea). Penting untuk dibedakan trauma penetrating dengan trauma perforating.
Trauma penetrating jika cedera melukai kedalam jaringan bola mata, sedangkan trauma perforating
menembus melewati jaringan bola mata. Untuk mendiagnosis trauma perforating harus diketahui
riwayat trauma dengan jelas dan jenis benda yang mengenainya karena akan berpengaruh terhadap
tindakan yang akan dilakukan.

Berdasarkan Bramingham Eye Trauma Terminology trauma terbuka terdapat dua klasifikasi yaitu:
laserasi (penetrasi, IOFB, perforasi) dan ruptur. (2)

Trauma Non mekanik:

A. Trauma kimia: trauma kimia dapat disebabkan oleh terkenanya bahan kimia baik berupa asam
(alkali) maupun basa.
B. Trauma suhu: trauma suhu dapat diakibatkan oleh terkena api atau air panas. Hal tersebut
dapat merusak kelopak mata dan memungkinkan untuk terkena pada konjungtiva dan kornea.
C. Trauma elektrik: lesi yang dapat terbentuk pada bagian mata akibat aliran listrik yang
bertegangan tinggi seperti: konjungtiva akan menjadi kongesti, terbentuknya katarak elektrik
akibat tersengat listrik 2-4 bulan setelah kejadian, dapat terjadi perdarahan yang multiple pada
retina serta terjadinya neuritis pada saraf optikus.
D. Trauma radiasi: dapat dikarenakan terlalu sering terpapar dengan sinar ultraviolet, sinar
infrared, ionisasi radioterapi.

Hematoma Kelopak Mata:(4)

Hematoma pada kelopak mata biasanya diakibatkan karena terkena benda tumpul sehingga
terbentuknya ecchymosis atau purpura pada bagian kelopak mata yaitu berupa memar atau bercak
biru kehitaman pada jaringan subkutan disekitar kelopak mata. Kelainan ini sering pula terdapat
akibat pukulan tinju, atau benda keras lainnya.

Perdarahan yang terletak lebih dalam jika mengenai kedua mata akan membentuk seperti kaca mata
hitam yang sedang dipakai atau disebut juga dengan hematoma kaca mata, hal tersebut terbentuk
akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan salah satu tanda adanya cedera fraktur basis
kranii.

Dalam penanganan hematoma kelopak mata dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan
perdarahan dan menghilangkan rasa sakit.
Trauma Tumpul Konjungtiva(3,4)

• Edem konjungtiva:
Trauma oleh karena benda tumpul pada konjungtiva juga sering terjadi. Terbentuknya spot
kemerahan pada bagian konjungtiva setelah terkena benda-benda tumpul. Terjadi akibat pecahnya
pembuluh darah yang terdapat pada atau dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri
episklera. Pecahnya pembuluh darah ini dapat mengakibatkan batuk rejan, trauma tumpul basis

kranii atau pada kelainan darah yang rentan dan mudah pecah.
Lama kelamaan perdarahan ini mengalami perubahan warna, membiru, menipis, dan umumnya
diserap dalam waktu 2 – 3 minggu. Selain perdarahan, bisa muncul kemosis (edema konjungtiva)
dan krepitus konjungtiva. Pengobatan dini pada hematoma ialah dengan kompres hangat.
Perdarahan akan hilang dan diabsorbsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.

Trauma Tumpul pada Kornea:(1,4)

Trauma tumpul luka terbuka pada kornea dibagi dua yaitu complicated dan uncomplicated.

• Complicated cornea wounds: berasosiasi dengan prolapsnya iris, terkadang lensa dan vitreous
juga terkena. Cara pengobatan jika diikuti dengan prolapsnya iris maka harus dilakukan
penjahitan karena iris yang sudah prolaps tidak bisa di letakkan keposisi semula dikarenakan akan
dapat mengakibatkan infeksi. Jika berasosiasi dengan trauma pada lensa serta hilangnya cairain
vitreous, lensectomy dan vitrectomy anterior dapat dilakukan untuk memperbaiki luka pada
kornea.

• Uncomplicated cornea wounds: tidak berasosiasi dengan prolapsnya bagian intraocular.


Pembengkakan pada daerah margin akan terjadi penyembuhan secara otomatis. Cara pengobatan
diperlukan pemasangan pad ataupun bandage yang diberikan atropin serta mengoleskan salep
antibiotik. Jika luka pada kornea sangat besar (lebih dari 2mm) maka perlu dijahit.

Trauma tumpul luka tertutup pada kornea:

• Simpel abrasi: pasien akan merasakan rasa yang sangat sakit, dan diagnosa dapat ditegakkan
dengan melakukan pewarnaan fluoresens. Penyakit ini biasanya akan mengalami penyembuhan
dalam waktu kurang dari 24 jam dengan pemakaian “pad dan bandage” setelah menggunakan
salep antibiotik.

• Erosi kornea berulang (keractalgia berulang): biasanya terjadi bersamaan dengan simpel abrasi
kornea, khususnya diakibatkan karena trauma oleh kuku. Pasien biasanya mengalami rasa sakit
berulang dan lakrimasi karena terbukanya mata pada pagi hari. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan lepasnya jaringan epitel pada bagian bawah membran bowman.
Cara pengobatan adalah dengan membuang jaringan ikat yang melekat pada epitel dengan
dilakukan debridemen serta penggunaan “pad dan bandage” selama 48 jam. Pemberian antibiotik
spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol dan sulfasetamid tetes mata dapat mencegah
terjadinya infeksi.
Penggunaan lensa kontak dapat membantu mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak
dipengaruhi kedipan kelopak mata.(4)

• Robekan sebagian kornea ( laserasi lamelar kornea)

• Darah pada kornea: Dapat terjadi karena berasosiasi dengan hyphaema dan peningkatan tekanan
intraocular. Kornea menjadi merah kecoklatan atau kehijauan. Hal tersebut akan menutup area
yang masih bersih dengan sangat lama, dimulai dari bagian perifer ke bagian tengah. Dibutuhkan
waktu hingga 2 tahun untuk menyelesaikan proses tersebut.

• Deep corneal opacity: terbentuk karena adanya udem pada stroma kornea atau pada lipatan
membran descemen.

Pengobatan yang dapat diberikan adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam
hipertonik 2-8%, glukose 40% dan larutan albumin.

Trauma Tumpul Uvea:(4)

• Iridoplegia (Uveitis Anterior): Trauma tumpul pada uvea menyebabkan pelebaran pupil atau
midriasis dikarenakan adanya kerusakan otot sfingter pupil atau disebut dengan iridoplegia. Hal
tersebut akan mengganggu penglihatan dekat pada pasien dikarenakan terdapat gangguan
akomodasi sehingga akan lebih mudah silau. Iridoplegia yang terjadi akibat trauma tumpul akan
berlangsung beberapa hari hingga minggu. Sinekia posterior sering terbentuk serta tekanan bola
mata yang cenderung menurun akibat hipofungsi bagian siliar atau dapat pula meningkat akibat
melebarnya pembuluh siliar dan perilimbus. Edem iris dan lensa dapat menyebabkan miosis pupil
dan adanya rangsangan peradangan pada otot sfingter.

Pengobatan pada uveitis anterior adalah dengan steroid yang diberikan pada siang hari bentuk
tetes dan malam hari bentuk salep. Steroid sistemik bila perlu diberikan dalam dosis tunggal selang
sehari yang tinggi dan kemudian diturunkan sampai dosis efektif. Steroid dapat juga diberikan
subkonjungtiva dan peribulbar. Pemberian steroid untuk jangka lama dapat mengakibatkan
timbulnya katarak, glaukoma dan midriasis pada pupil. Sikloplegik diberikan untuk mengurangi
rasa sakit, melepas sinekia yang terjadi, memberi istirahat pada iris yang meradang.

• Iridodialisis: Selain kerusakan pada otot sfingter pupil, trauma tumpul pada uvea juga dapat
merobek pangkal iris sehingga akan merubah bentuk pupil (iridodialisis) dimana biasanya pasien
akan mengeluhkan pandangan ganda dikarenakan bentuk pupil menjadi tidak reguler. Pasien
biasanya dianjurkan untuk dilakukan pembedahan yaitu reposisi pangkal iris yang robek.

Iridodialisis juga biasanya terjadi bersamaan dengan adanya hifema.

Daftar pustaka
1. Khurana, A.K. 1996. Comprehensive: Opthalmology. 4Th; 401-408. New Age International (P)
Limited Publisher.
2. Kuhn Ferech, Morris Robbert and Witherspoon C. Douglas. 2002. BETT: Terminology and
Classification Of Mechanical Eye Injuries. Vol 15(2);141-142. Elsevier Science.
3. Buku Ilmu Kesehatan Mata. 2007. FK UGM, RS Dr Sardjito. Vol 1; 265-266.
4. Ilyas, sidarta, Yulianti Sri Rahayu. 1997. Ilmu Penyakit Mata. Ed 5; 280,282-284. BP FK UI.

Anda mungkin juga menyukai