Cystic Fibrosis
LubukPakam
Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Edwin Anto Pakpahan, Sp.P
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Refarat ini dengan judul “Cystic Fibrosis” . Kendala dalam
pembuatan Refarat dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan
dan dukungan banyak pihak.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada dr. Edwin Anto
Pakpahan, Sp.P selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Penyakit
Paru.
Dalam penulisan Refarat ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran, pendapat,
koreksi, dan tanggapan yang membangun guna perbaikan selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
2.9 Komplikasi....................................................................................................... 27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan konginetal bisa disebabkan oleh kegagalan pada saat proses embriologi,
tetapi ada juga yang disebabkan oleh kelainan genetik. Salah satu contoh kelainan
genetik pada system pernapasan adalah cystic fibrosis. Cystic fibrosis merupakan
gangguan monogenic yang ditemukan sebagai penyakit multisistem. Tanda dan gejala
pertama biasanya terjadi pada masa kanak-kanak, namun sekitar 5% pasien di Amerika
Serikat didiagnosis pada waktu dewasa .Cystic fibrosis (CF) merupakan penyakit
paling umum yang mematikan, termasuk penyakit genetic yang diturunkan oleh
populasi ras putih atau kaukasia. Penyakit CF melibatkan kelenjar eksokrin sehingga
akan mempengaruhi berbagai system organ. Penyakit ini diwariskan melalui autosomal
resesif karena adanya mutasi pada gen yang mengkodekan protein Cystic Fibrosis
ion klorida (Cl-) dan ion natrium (Na+) terganggu. Akibatnya terjadi dehidrasi dan
pengentalan sekresi. Selain itu juga menjadikan tubuh meproduksi cairan yang kental
Secara umum, insiden atau prosentase kejadian terjadinya CF yaitu 1 : 2500. Pada
sebuah keluarga dengan orang tua pembawa gen kelainan tersebut yang bersifat
3
(50%) menjadi pembawa, (carrier) dan 1 : 4 (25%) berkesempatan memiliki gen
normal. Di Inggris, populasi yang memiliki sifat carrier sekitar 5%. Frekuensi di ras
lain sangat kecil, yatu 1 dari 17000 orang ras kulit hitam dan 1 dari 90.000 di populasi
Asia1,2
Prevalensi dari cystic fibrosis atau yang biasa disingkat dengan CF beragam,
tergantung dari etnis suatu populasi. CF dideteksi pada sekitar 1 dari 3000 kelahiran
hidup pada populasi Kaukasia di Amerika bagian Utara dan Eropa Utara, 1 dari 17.000
kelahiran hidup pada African Amerikan (Negro), dan 1 dari 90.000 kelahiran hidup
pada populasi Asia di HawaiiKarena adanya perkembangan dalam terapi, >41% pasien
yang sekarang dewasa (18 tahun) dan 13% melewati umur 30 tahun. Median harapan
hidup untuk pasien CF adalah >41 tahun sehingga CF tidak lagi merupakan penyakit
pediatrik, dan internis harus siap untuk menentukan diagnosis CF dan menangani
banyak komplikasinya. Penyakit ini ditandai dengan adanya infeksi bakteri kronis pada
4
1.2 Tujuan
Mengetahui dan menambah wawasan tentang “Cystic Fibrosis” dan dapat menegakkan
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Cystic Fibrosis (CF) adalah penyakit genetik progresif yang menyebabkan infeksi
paru persisten dan membatasi kemampuan bernafas seiring waktu. Pada orang
dengan CF, mutasi pada gen Cystic Fibrosis Transmembrane Conductance Regulator
(CFTR) menyebabkan protein CFTR menjadi tidak berfungsi. Ketika protein tidak
garam- ke permukaan sel. Tanpa klorida untuk menarik air ke pemukaan sel, lendir
multisistem Cystic fibrosis bisa terjadi akibat adanya mutasi genetic yang membentuk
kromosom 7.
2.2 Etiologi
Cystic fibrosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh mutasi gen pengkode
27 ekson coding, yang mencakup lebih dari 250 kb pada kromosom 7q31.2, dan
6
2.3 Anatomi Paru
Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang besar yang
7
terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru paru
memanjang mulai dari dari akar leher menuju diagfragma dan secara kasar
berbentuk kerucut dengan puncak di sebelah atas dan alas di sebelah bawah.
dan pembuluh darah besar, trakea dan esofagus, dustuk torasik dan kelenjar timus.
Paru-paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru-paru sebelah kiri mempunyai dua lobus,
miring. Lobus superior terletak di atas dan di depan lobus inferior yang berbentuk
kerucut. Paru-paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah
dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang sama terhadap lobus inferior kiri.
Sisa paru lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horisontal menjadi lobus atas dan
lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya dibagi menjadi segmensegmen yang disebut
bronko-pulmoner, mereka dipisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding jaringan
koneknif , masing-masing satu arteri dan satu vena. Masing-masing segmen juga
8
2.4 Patofisiologi
A. Patofisiologi Penyakit Paru Pada CF
Mukus dan PCL pada saluran nafas disekresikan dalam waktu yang sama
sepanjang saluran nafas melalui pergerakan silia. Fungsi lapisan mukus adalah untuk
menangkap matari yang masuk ke saluran nafas selama pembersihan dan akan
dikeluarkan dari saluran nafas. Mekanisme pengeluarannya yaitu dengan adanya arus
turbulen sehingga materi yang terinhalasi akan hancur dan tercampur pada lapusan
9
Dalam menjalankan perannya menjaga volume ASL, saluran nafas normal
melibatkan regulasi absorpsi Na+ dan sekresi Cl- yang dikoordinasikan oleh CFTR.
Pada epitel saluran napas dari orang normal non CF, menunjukkan bahwa tubuh mampu
saluran napas (ASL). Kelebihan cairan di permukaan saluran napas, mode dominan ada
masuknya apical melalui kanal EnaC dan para selular pasif di transport Cl. Sebaliknya
ketika ASL berkurang, EnaC dihambat dan membrane potensial bermuatan negative
melalui CFTR, walaupun saluran CaCC tetap utuh (F). Hal ini menghasilkan plak
mucus pada permukaan apical sel (G). Penderita CF mengalami kehilangan fungsi
regulasi mucus yaitu kehilangan fungsi inhibisi CFTR yang di mediasi tonisitas pada
10
kanal natrium (ENaC) dan kemampuan transpor yang dimediasi oleh CFTR dalam
sekresi Cl-jika kondisi volume ASL menurun menjadi tidak ada. Hilangnya fungsi
volume cairan, silia tidak dapat berdiri normal sehingga mengganggu proses bersihan
kontak dengan sel glikokaliks pada permukaan saluran nafas. Kemungkinan besar
terdapat interaksi adesif yang terjadi antara mucus dan sel glikokaliks. Proses
perlekatan yang terjadi didukung oleh pH yang rendah yang merupakan karakteristik
11
dari ASL pada pasien CF. Akibat dari adanya interaksi adesif ini dapat diprediksi, yaitu
mekanisme mepertahanan yang penting pada saluran nafas. Dari kecacatan tersebut
akan mengakibatkan munculnya plak mucus pada saluran pernapasan yang akan
Pada pasien CF juga tidak terbentuk arus turbulen seperti pada orang normal.
Hal ini menjadikan bakteri yang terinhalasi tidak dapat dikeluarkan atau dibersihkan.
Sputum pada CF mengandung kadar oksigen yang rendah akan memicu P. aeruginosa
berubah dari tipe sel nonmucoid menjadi mucoid yang lebih resisten terhadap
pertahanan tubuh.1
dapat mengakibatkan kegagalan nutrisi. Proses transport ion pada paru dan pankreas
anion transport membran apikal. Pankreas mensekresikan cairan yang sangat tinggi akan
bikarbonat di modifikasi pada pancreatic duct. Uptake basolateral HCO3- terjadi melalui
potensial untuk mengeluarkan HCO3- melalui membran apikal, dan CTFR, yang
diekspresikan pada sel pancreatic duct.CTFR berperan pada sekresi HCO3- dengan
apikal sensitif untuk proses pretukaran. Pada pasien CF, tidak adanya CFTR-dependent
12
bicarbonate dan sekresi Cl menyebabkan abnormalitas pada sekresi Cl
Keringat isotonis diproduksi pada secretory acinus. Pada saluran resorptif, terdapat
resorpsi klorida dari CTFR dependent maupun independent, yang akan mengurangi
konsentrasi klorida intraluminal. Absorpsi natrium terjadi pada paralel, yang akan
menghasilkan keringat hipotonik (10-50 mmol/L) yang secara normal disekresikan oleh
saluran keringat. Pada orang dengan CF, tidak adanya CTFR pada membran dari sel
Infertilitas pada pasien pria dengan cystic fibrosis hampir tidak berubah dan
CFTR diekspresi pada epididimis dan vas deferens memiliki fungsi mengatur aliran ion
klorida dan air melintasi membran sel. Mutasi CFTR mengakibatkan sel-sel di saluran
kelamin laki-laki menghasilkan lendir yang abnormal kental dan lengket. Lender ini
menyumbat vas deferens sehingga sperma tidak dapat diangkut melalui vas deferens
Pada wanita dengan CF, infertilitas jarang terjadi. Organ reproduksi umumnya
normal, akan tetapi terdapat kelainan lender serviks akibat kecacatan kalan klorida. Kadar
air pada lendir serviks menjadi menurun sehingga lendir menjadi lebih kental dan
menebal. Abnormalitas lendir serviks ini dapat menjadikan kemandulan pada wanita,
• Serangan-serangan yang sering dari bronchitis dan pneumonia. Mereka dapat menjurus
• Dehidrasi.
• Diare atau feces-feces yang besar, berbau busuk dan berminyak yang terus menerus.
• Nafsu makan yang besar namun penambahan berat badan dan pertumbuhan yang buruk.
Ini disebut "kegagalan untuk tumbuh dengan subur". Itu adalah akibat dari malnutrisi
yang kronis karena anda tidak mendapatkan nutrisi-nutrisi yang cukup dari makanan
anda.
Nyeri dan ketidaknyamanan lambung yang disebabkan oleh terlalu banyak gas didalam
usus-usus.
Manifestasi klinis dari Cystic fibrosis berkembang sebagai akibat dari proses patofisiologi
penyakit. Manifestasi yang lebih umum dari penyakit ini setidaknya melibatkan sistem
pencernaan dan paru – paru (pernafasan).2 Berikut adalah gejala dan tanda khusus pada
a. Sistem Pencernaan
14
Gejala gastrointestinal (GI) pada Cystic Fibrosis disebabkan karena pencernaan yang
buruh sehingga berakibat pada steatorrhea dan kekurangan gizi. Pada bayi yang baru
lahir seringkali berupa obstruksi saluran usus yang menjadikan gagal mengeluarkan
mekonium ileus. Tinja yang tidak dikeluarkan akan menjadi berbau busuk, besar
(bulky) dan berminyak. Tingginya lemak pada tinja disebabkan karena defisiensi
lipase relative. Konsekuensi atau akibat yang paling signifikan dari pencernaan yang
menyerap vitamin A, D, E, dan K. Cystic fibrosis pada anak – anak akan menyebabka
Manifestasi klinis Cystic fibrosis pada system pernafasan ditandai adanya gangguan
pada saluran pernafasan yang bersifat obstruktif, diantaranya batuh, produksi sputum
berlebih, sesak nafas, mengi, retraksi, radang selaput dara dan sianosis. Sputum atau
sinus dan dapat menimbulkan infeksi. Patogen yang sering ditemukan pada pasien
Cepacia.
c. Lainnya
Manifestasi klinis lainnya yaitu defisiensi insulin relative yang seringkali terjadi
pasda pasien CF yang lebih tua, muncul tanpa adanya gejala dan hanya dapat
diketahui dari hasil laboratorium analisi serum pasien. Diabetes yang berkaitan
dengan CF dapat ditunjukkan dengan penurunan berat badan akibat malnutrisi, kasus
15
ini tidak perlu pengobatan seperti diabetes mellitus tipe 2. Selain itu, pasien CF juga
dapat mengalami Cor polmunale yang ditandai dengan adanya gagal jantung bagian
Kehilangan ion natrium dan klorida berlebih pada keringat pasien cystic fibrosis
Kehadiran dua gen mutasi (g) diperlukan agar CF muncul. Setiap orangtua membawa
satu gen yang rusak (g) dan satu gen normal (G). Gen normal tunggal cukup untuk
memiliki fungsi kelenjar lendir yang normal, oleh karena itu terbebas dari CF. Namun
setiap anak memiliki resiko 25% mewarisi 2 gen yang rusak (g) dan mendapatkan CF,
dan peluang 25 % nya lagi mewarisi gen normal (G), kemdian 50% nya lagi menjadi
16
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
lain :
17
1. Pemeriksaan laboratorium
iontophoresis pilocarpine.
b) Test genetika
Test genetik melalui test darah dapat mendeteksi kondisi karier dengan keakuratan
sampai 95%
Skrining bayi baru lahir dapat dilakukan melalui pengukuran kadar tripsin
Diagnosis CF secara laboratoris ditegakkan jika ada salah satu marker seperti test genetik
atau test kadar klorida keringat positif ditambah salah satu dari gejala klinis dibawah ini :
18
Pemeriksaan CT scan pada paranasal dilakukan melalui potongan aksial dan
Lebih dari 90% menunjukkan bukti adanya sinusitis kronik yang ditandai dengan
opaksifikasi, pergeseran ke medial dinding lateral kavum nasi pada daerah meatus
Kelainan berupa buging ke arah medial dari kedua dinding lateral hidung disertai
gambaran mukus viskus di sinus maksila terdapat hampir pada 12% pasien dan
Sinusitis kronik sering menyebabkan gangguan peneumatisasi dan hipoplasia dari sinus
3. Pemeriksaan Kultur
Aspirasi sinus penting dilakukan untuk pemeriksaan kultur pada pasien-pasien CF untuk
Pengambilan kultur sebaiknya dilakukan aspirasi transantral sinus maksila dan tak
ada gunanya mengambil di daerah nasofaring, tenggorok atau septum. Dari penelitian
organisme yang sering ditemukan dari hasil kultur pasien-pasien dengan CF adalah
19
kronik selain kuman diatas ditambah dengan organisme Staphylococcus aureus dan
Tes carrier cystic fibrosis. Untuk menentukan adanya carrier CF, jika:
2.8 Penatalaksanaan CF
Karena CF adalah penyakit genetik, maka cara untuk mencegah atau
menyembuhkannya bersama dengan terapi gen pada awal usia. Idealnya, terapi gen bisa
memperbaiki atau mengganti gen yang rusak.Tetapi jika terapi gen juga tidak bisa
mengatasi CF maka yang terbaik yang bisa dilakukan adalah untuk meringankan gejala
20
CF atau memperlambat perkembangan penyakit, sehingga kualitas hidup pasien
menjadi meningkat.
1) Perawatan non-obat
jalan napas, pasien sangat dianjurkan untuk melakukan teknik bersihan jalan napas aktif
seperti drainase autogenik atau tekanan ekspirasi positif untuk menjaga kesehatan
mereka. Sebuah perangkat bergetar dapat efektif pada beberapa pasien. Ini adalah
21
Tekanan kembali mengarah ke pembukaan saluran udara kecil yang pada
• Mengendurkan lendir.
2) Mukolitik
pembersihan nya. Nebulised dornase alpha (2,5 mg) bertindak dengan memecah
DNA, yang berkontribusi pada viskositas tinggi dari dahak. Nebulised salin
4) Bronkodilator inhalasi
23
5) Steroid inhalasi
Beberapa pasien dengan fibrosis kistik mengambil obat ini secara teratur untuk
membantu dengan kontrol asma atau radang paru-paru. Kepatuhan dan efektivitas
sangat bervariasi. Ada bukti terbatas untuk kontaminasi bakteri dari perangkat
6) Rinosinusitis
Rinosinusitis sangat umum di cystic fibrosis dan dapat dikelola dengan kombinasi
Pembedahan
dilakukan pada area saluran napas yang terdapat kelainan yang bagaimanapun juga
bahaya kemungkinan terbentuknya mucus kental yang banyak selama operasi dengan
anastesi umum yang resikonya semakin meningkat sejalan dengan lamanya intubasi.
1. Obstruksi nasi persistent yang disebabkan polip nasi dengan atau tanpa penonjolan ke medial
dinding lateral hidung. Pembedahan yang dilakukan pada polip meliputi polip ekstraksi, dan
2. Medialisasi dinding lateal hidung yang dibuktikan melalui CT scan walau tanpa disertai gejala
subjektif obstruksi nasi, pembedahan perlu dilakukan karena tingginya prevalensi mucocelelike
formations.
24
3. Timbulnya eksaserbasi penyakit paru yang berkorelasi dengan eksaserbasi penyakit
sinonasalnya, memburuknya status penyakit parunya atau penurunan aktifitas fisik serta
4. Nyeri wajah atau nyeri kepala yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya selain adanya FK yang
5. Tidak ada perbaikan dari gejala klinis sinonasal setelah terapi medikamentosa adekuat.
1. Penyakit paru obstruktif kronik berat yang beresiko saat dilakukan anastesi.
2. Pasien dengan CF sangat beresiko terhadap defisiensi vitamin K akibat insufisiensi pankreas,
penyakit hepatobilier atau keduanya dan jika tidak disuplement akan beresiko perdarahan, yang
ditandai dengan pemanjangan masa prothrombin time (PT) dan harus dikoreksi terlebih dahulu
perkembangan dari sinus maksila, etmoid dan frontal pada pasien CF khususnya anak-anak
sehingga ini terkadang kurang diperhitungkan. Dalam hal diatas perlu dilakukan CT scan
Pemeliharaan gizi sangat penting untuk pasien dengan fibrosis kistik. Mekanisme untuk
menurunkan berat badan meliputi fungsi suboptimal pankreas, diabetes, anoreksia kronis
yang berhubungan dengan penyakit paru-paru supuratif kronis, efek katabolik infeksi
pernapasan kronis dan peningkatan kerja pernapasan. Pasien bisa menderita berbagai
pasien), pertumbuhan bakteri yang berlebihan dan distal sindrom obstruksi usus. Sekitar
15% dari pasien yang pankreas yang cukup dapat mengembangkan episode pankreatitis
akut.
25
1) Garam dan cairan
Pasien sangat dianjurkan untuk mengambil garam dan cairan yang cukup sepanjang
tahun. Banyak pasien mengambil 4-8 tablet garam per hari tergantung pada musim.
2) Vitamin
vitamin larut lemak (yaitu vitamin A, D, E dan K) diganti dengan resep terapi
3) Suplemen oral
suplemen gizi lisan yang paling umum digunakan adalah Pastikan yang tersedia
sebagai 200 tetrapaks mL. Sejumlah pasien akan memakan waktu sekitar 2-4 ini per
4) Kalsium dan bifosfonat Pasien dengan fibrosis kistik berada pada peningkatan
risiko osteoporosis dan banyak mengambil kalsium lisan dan vitamin tambahan D.
Osteoporosis dipantau oleh densitometri mineral tulang dua kali setahun dan
26
2.9 Komplikasi
1. Sinusitis. Disebabkan oleh produksi nucus yang berlebihan sehingga menutupi dan
menginfeksi sinus.
terkumpul mucus. Mucus ini adalah tempat berkembangnya bakteri yang sangat
berpotensi menyebabkan infeksi paru. Infeksi ini akan lebih merusak bronkus dan
3. Pancreatitis.
4. Polip hidung
5. Clubbing. Ini terjadi karena tidak adanya perpindahan oksigen dari paru- paru ke
aliran darah
6. Kolaps paru
8. Penyakit liver
9. Diabetes
27
dan cor pulmonale.
28
BAB III
KESIMPULAN
Secara umum, insiden atau prosentase kejadian terjadinya CF yaitu 1 : 2500. Pada
sebuah keluarga dengan orang tua pembawa gen kelainan tersebut yang bersifat
normal. Di Inggris, populasi yang memiliki sifat carrier sekitar 5%. Frekuensi di ras
lain sangat kecil, yatu 1 dari 17000 orang ras kulit hitam dan 1 dari 90.000 di populasi
Asia
Cystic Fibrosis (CF) adalah penyakit genetik progresif yang menyebabkan infeksi
paru persisten dan membatasi kemampuan bernafas seiring waktu. Pada orang dengan
CF, mutasi pada gen Cystic Fibrosis Transmembrane Conductance Regulator (CFTR)
menyebabkan protein CFTR menjadi tidak berfungsi. Ketika protein tidak bekerja
permukaan sel. Tanpa klorida untuk menarik air ke pemukaan sel, lendir berbagai organ
Cystic fibrosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh mutasi gen pengkode
Manifestasi klinis dari Cystic fibrosis berkembang sebagai akibat dari proses
patofisiologi penyakit. Manifestasi yang lebih umum dari penyakit ini setidaknya
lain :
Pemeriksaan LAB
Pemeriksaan Radiologi
29
Pemeriksaan Kultur
menyembuhkannya bersama dengan terapi gen pada awal usia. Idealnya, terapi gen
bisa memperbaiki atau mengganti gen yang rusak.Tetapi jika terapi gen juga tidak bisa
mengatasi CF maka yang terbaik yang bisa dilakukan adalah untuk meringankan gejala
menjadi meningkat.
Mukolitik
Antibiotik
Bronkodilator inhalasi
Steroid inhalasi
Vitamin
Suplemen oral
1) Sinusitis.
2) Bronchiectasis
3) Pancreatitis.
4) Polip hidung
30
5) Clubbing
6) Kolaps paru
7) Prolaps rektal.
8) Penyakit liver
9) Diabetes
dilakukan pada area saluran napas yang terdapat kelainan yang bagaimanapun juga
bahaya kemungkinan terbentuknya mucus kental yang banyak selama operasi dengan
anastesi umum yang resikonya semakin meningkat sejalan dengan lamanya intubasi.
31
Referensi
1. Hodson M, Geddes D, Bush A. Cystic Fibrosis. Third. (Edward A, ed.). London; 2010.
3. CFF. About Cystic Fibrosis. Cystic Fibrosis Foundation. www.cff.org. Published 2012.
6. C GA, E HJ. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th ed. Jakarta: EGC; 2014.
32