Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUMEN

OLEH :

NAMA : 1. Anggie Nurul Aspihana (16 644 042)


2. Mentari Adinda Fithia (16 644 021)
3. Muhammad Ibnu Fahrizal (16 644 048)
4. Erwin Setiawan (16 644 009)
JENJANG : S1 Teknologi Kimia Industri

KELAS : III B

KELOMPOK : 3 ( TIGA )

LABORATORIUM KIMIA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


 Memahami prinsip analisa dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS.
 Mampu mengoperasikan alat UV-VIS spektrofotometer.
 Mampu mempersiapkan sampel dengan cermat.
 Menganalisa sampel seperti kadar besi dalam air.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Spektrometri UV-Visible
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan
suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi,
1990 dalam anonim 2014).
Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat
energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak
diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet
(Khopkar, 1990 dalam anonim 2014)

Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer


(Tahir, 2009 dalam anonim 2014), yaitu:

A = – log T = – log It / I0 = ε . b . C

Dimana:

A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur

T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk

It = Intensitas sinar yang diteruskan

ε = Serapan molar

b = Tebal kuvet yang digunakan

C = Konsentrasi dari sampel

Spektrofotometer di bagi menjadi dua jenis yaitu single-beam dan double-beam.


Single-beam adalah cahaya hanya melewati suatu arah sehingga nilai yang diperoleh
hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukkan. Sedangkan spektrofotometer
double-beam nilai blanko dapat diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan
dalam satu kali proses yang sama. (Tin Yunis, 2010 dalam anonim c 2015)

1.2.2 Panjang Gelombang


Daerah UV sekitr 100-280 nm, tetapi paling banyak penggunaannya secara
analitik dari 200-380 nm dan disebut sebagai UV pendek (dekat) dibawah 200 nm.
Udara dapat mengabsorpsi sehingga instrument harus dioperasika dengan kondisi
vakum, daerh ini disebut dengan daerah UV vacuum. Daerah tampak (Visible) sangat
kecil panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu
mempengaruhi selaput pelangi pada manusia dan karenanya menimbulkan kesan
subjektif akan ketampakan (vision). Panjang gelombang (λ) pada daerah tampak
sekitar 380-750 nm, daerah IR berkisar 0,78 µm (780 nm)-300 µm. Tetapi panjang
gelombang yang paling banyak digunakan untuk analisa adalah dari 2,2-25 µm.
(Gandjar dan Rohman, 2007 dalam anonim b 2015)
1.2.3 Metode Kurva Kalibrasi
Dengan membuat sederet larutan standard dengan konsentrasi yang telah
diketahui secara pasti, di ukur absorbansinya, kemudian membuat kurva antara
absorbansi melawan konsentrasi dan akan diperoleh garis linier sehingga konsentrasi
sampel dapat dihitung dengan cara mengeplotkan absorbansinya yang terukur dalam
kurva. Menurut hukum Beer absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi, namun
demikian pada kenyataannya penyimpangan sering terjadi. Untuk menghindarkan hal
ini maka kurva kalibrasi harus dibuat setiap kali analisis.
1.2.4 Absorpsi Cahaya
Secara kualitatif absorpsi cahaya dapat diperoleh dengan pertimbangan cahaya
pada daerah tampak kita “melihat” objek dengan pertolongan cahaya yang diteruskan
atau dipantulkan apabila cahaya polikromatis (cahaya putih) yang berisi
seluruhbspektrum panjng gelombang melewati medium tertentu kan menyerap
panjang gelombang lain., sehingga medium itu akan tampak berwarna . oleh karena itu
hanya panjang gelombang yang diteruskan yang sampai ke mata maka panjang
gelombang inilah yang menentukan warna medium. Warna ini disebut warna
komplementer terhadap warna yang diabsorpsi. Spectrum tampak dan warna-warna
komplementer ditunjukkan dalam tabel 1 berikut ini (Anonim, a 2015):
Tabel 1. Spektrum Tampak dan Warna-warna Komplementer
Panjang Gelombang (nm) Warna yang diserap Warna yang diamati
400-435 Lembayung Kuning-hijau
450-480 Biru Kuning
480-498 Biru kehijauan Orange
490-500 Hijau kebiruan Merah
500-560 Hijau Merah anggur
560-580 Hijau kekuningan Ungu (lembayung)
580-595 Kuning Biru
595-610 Orange Biru kekuningan
610-750 Merah Hijau kebiruan

1.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi


Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi meliputi jenis pelarut, pH, suhu,
konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat pengganggu. Pengaruh-pengaruh ini
harus diketahui dengan cara kondisi analisis harus dipilih sedemikian hingga
absorbansi tidak akan dipengaruhi sedikitpun. Kebersihan juga mempengaruhi
absorbansi termasuk sidik jari pada dinding tabung (kuvet) harus dibersihkan dengan
tissue dan hanya memegang bagian ujung atas tabung sebelum pengukuran.
1.2.5 Faktor-faktor yang meyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linier
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blanko,
yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat
pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kwarsa,
namun kuvet darinkuarsa memiliki kualitas yang baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah
atau sangat tinggi. Hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi sesuai
dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau
pemekatan) (Hendayana, et all, 1994 dalam anonim 2013)
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan
 UV-Visible Carry 50  Pipet volume 25 ml
Spektrofotometer  Pipet ukur 5 ml dan 10 ml
 Buret 50 ml  Pipet tetes
 Gelas kimia 100 ml  Botol semprot
 Cuvet  Statif
 Labu ukur 100 ml  Bulp

2.1.2 Bahan yang digunakan


 Aquadest  Orto phenantroline 1 N
 Buffer asetat pH 4  Sampel air :
 Hidroksilamin - Danau Pinang Bahari
- Sungai Pinang Bahari
 Larutan induk Fe2+ 100 ppm - Danau Cipto
- Danau Pesona Mahakam
- Danau Gang PU

2.2 Prosedur Percobaan


2.2.1 Membuat larutan Fe2+ 10 ppm
 Memipet 10 ml larutan induk Fe2+ 100 ppm ke dalam labu ukur 100 ml.
 Menambahkan aquadest sampai tanda batas.

2.2.2 Membuat larutan standar Fe2+ (0,2 : 0,6 : 1,0 : 1,4: 1,8 ) ppm
 Memipet masing-masing 1ml, 3 ml, 5 ml, 7 ml, dan 9 ml larutan Fe2+ 10 ppm
ke dalam labu ukur 100 ml yang berbeda.
 Menambahkan masing-masing larutan dengan 5 ml hidroksilamin, 5 ml larutan
buffer asetat dan 5 ml larutan orto phenantroline.
 Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya.

2.2.3 Membuat larutan sampel


 Memipet 50 ml sampel air ke dalam labu ukur 100 ml.
 Menambahkan 5 ml hidroksilamin, 2 ml larutan buffer asetat dan 5 ml larutan
orto phenantroline.
 Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya.

2.2.4 Membuat larutan blanko


 Memipet 5 ml hidroksilamin, 2 ml larutan buffer asetat dan 2 ml larutan orto
penantroline dan memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
 Menambahkan aquadest hingga tanda batas dan mengocoknya.

2.2.5 Menentukan Panjang Gelombang Maksimum


 Menyalakan computer. (dengan otomatis alat UV_VIS akan menyala
 Untuk menentukan panjang gelombang, double klik ikon scan pada desktop
computer
 Pilih setup dan akan muncul kotak dialog
1. Cary
 X mode : Start : 800.0 nm Stop : 400 nm
 Y mode : Mode : Abs
Y min : -0.05 Y max : 1.00
 Scan Control : Simple
 Beam Mode : Dual Beam
 Display Options : Overlay Data
2. Baseline
 Correction : Baseline Correction
3. Sampler
 Sampler : None
 Mengklik OK
 Klik Baseline dan akan muncul kotak dialog Prepare to Zero
 Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko kedalam alat UV-VIS
 Load blank. Pres OK to read. (klik OK)
 Setelah selesai membaca, ganti kuvet yang ada didalam alat UV-VIS dengan
kuvet lain yang berisi larutan Standard Tertinggi
 Mengklik Start lalu akan muncul kotak dialog Save As
 File Name > Save
 Akan muncul kotak dialog Sample Name
 Standard Tertinggi > OK
 Secara otomatis alat UV-VIS akan membaca
 Setelah selesai membaca, akan muncul lagi kotak dialog Sample Name
 Klik Finish
 File > Print
 File > Exit
2.2.6 Penentuan absorbansi sampel air pada λ maksimal
 Mengklik Consentration 2 kali pada tampilan desktop pada layar computer.
 Mengklik set up dan akan muncul kotak dialog
1. Cary
 Instrument :
Wavelength (nm): 507,7
Ave Time:0.1000 Ymin : 0.0000
Replicates: 2 Y max : 2.0000
2. Standard
 Standards :
Calibrate during run : (centang)
Units : mg/L
Standards :
*Note :
Akan muncul kotak sejumlah standards yang digunakan, kemudian menulis
konsentasi dari setiap standard yang digunakan
 Ft Type : Linear
Min Ft2 : 0.95000
3. Samples
 Sample Names : Number of Samples : 3
*Note :
Akan muncul kotak sejumlah sampel yang digunakan, kemudian menulis
nama dari setiap standard yang digunakan
4. Sampler
 Sampler : None
 Mengklik OK
 Menglik Zero dan akan muncul kotak dialog Prepare to Zero
 Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko kedalam alat UV-VIS
 Load blank. Pres OK to read. (klik OK)
 Mengeluarkan kuvet yang berisi blanko didalam alat UV-VIS
 Mengklik Start
 Akan muncul kotak dialog Standard
 Memasukkan standar 1 lalu mengklik Start
 Muncul kotak lalu memindahkan tulisan standar ke ruas kiri dengan mengklik
“<<” lalu OK.
 Kemudian muncul kotak, lalu megisi nama file lalu mengklik save.
 Mengganti larutan standar 1 dengan standar 2 dan mengklik OK.
 Memasukkan standar selanjutnnya hingga standar terkahir dan mengklik OK.
 Memasukkan sampel lalu mengklik OK.
 Melakukan Pencetakan data atau mengeprint data
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

3.1.1 Pengukuran Absorbansi larutan standar pada λ max = 511,0 nm.

Tabel 3.1 Konsentrasi dan Absorbansi Larutan Standar

No Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbansi Rata - Rata

1 Standar 1 0,0 0,0005

2 Standar 2 0,2 0,1177

3 Standar 3 0,6 0,1127

4 Standar 4 1,0 0,1864

5 Standar 5 1,4 0,2693

6 Standar 6 1,8 0,3545

Tabel 3.2 Kadar Fe2+ Dalam Sampel Air

Konsentrasi
No Sampel air Absorbansi pembacaan alat
(ppm)
Air Danau Pinang
1 0,0574 0,2
Bahari
Air Sungai Pinang
2 0,2331 1,2
Bahari
Air Danau Cipto
3 0,2621 1,3
Air Danau Pesona
4 0,0329 0,0
Mahakam
Air Danau Gang PU
5 0,2052 1,0
Table 3.3 Kadar Fe2+ Dalam Sampel Air

Konsentrasi Hasil
No Sampel air Absorbansi Perhitungan
(ppm)
Air Danau Pinang
1 0,0574 0,3370
Bahari
Air Sungai Pinang
2 0,2331 2,3486
Bahari
Air Danau Cipto
3 0,2621 2,6806
Air Danau Pesona
4 0,0329 0,0566
Mahakam
Air Danau Gang PU
5 0,2052 2,0292
3.2 Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk memahami prinsip analisa dengan


menggunakan UV-VIS, mampu mengoprasikan alat UV-VIS, mampu
mempersiapkan sampel dengan cermat, dan menganalisa seperti kadar besi
dalam air.

Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan standar,


larutan sampel dan blanko. Larutan standar dibuat bervariasi yaitu 0,2 ppm; 0,6
ppm; 1,0 ppm; 1,4 ppm; dan 1,8 ppm. Larutan standar ini digunakan untuk
membuat spektrum dan kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi digunakan untuk
menghitung konsentrasi sampel. Kurva kalibrasi sendiri merupakan grafik yang
menghubungkan antara konsentrasi dengan absorbansi. Selanjutnya yaitu
membuat larutan sampel dan blanko. Dalam percobaan ini menggunakan lima
sampel dari sumber air yang berbeda. Pada pembuatan larutan standar, larutan
sampel dan blanko masing – masing ditambahkan hidroksilamin, buffer asetat
dan orto phenatroline. Penambahan hidroksilamin bertujuan untuk mereduksi
larutan Fe3+ menjadi Fe2+. Selanjutnya penambahan buffer asetat bertujuan
untuk mempertahankan pH larutan dalam suasana asam. Kemudian penambahan
orto phenatroline bertujuan agar terbentuk senyawa kompleks dan memberikan
warna pada larutan.

Langkah kedua adalah membuat spektrum dengan mengukur absorbansi


larutan standar konsentrasi tertinggi yaitu 1,8 ppm untuk mengetahui panjang
gelombang maksimumnya. Rentang panjang gelombang yang diuji adalah 400 –
800 nm. Dari hasil pengukuran didapat panjang gelombang maksimum sebesar
511,0 nm dengan absorbansi sebesar 0,0360. Panjang gelombang ini tidak
termasuk dalam rentang panjang gelombang yang diserap warna hijau (500 –
600) yang merupakan warna komplementer dari warna ungu kemerahan.

Langkah selanjutnya adalah menentukan kadar Fe dalam sampel dengan


mengukur absorbansi masing – masing larutan standar dan blanko. Setelah itu
mengukur absorbansi dari masing – masing sampel air. Kemudian untuk
mengetahui kadar besi dalam sampel dapat dilakukan dengan membuat grafik
hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi sehingga didapatkan persamaan
garis y = 0,17469x + 0,02796 dengan R2 = 0,94187. Pada hasil pembacaan alat
didapat kadar Fe masing – masing sampel air sebagai berikut:

a. Air Danau Pinang Bahari : 0,2 ppm


b. Air Sungai Pinang Bahari : 1,2 ppm
c. Air Danau Cipto : 1,3 ppm
d. Air Danau Pesona Mahakam : 0,0 ppm
e. Air Gang PU : 1,0 ppm

Pada hasil perhitungan didapat kadar Fe masing – masing sampel air sebagai
berikut:

a. Air Danau Pinang Bahari : 0,3370 ppm


b. Air Sungai Pinang Bahari : 2,3486 ppm
c. Air Danau Cipto : 2,6806 ppm
d. Air Danau Pesona Mahakam : 0,0566 ppm
e. Air Gang PU : 2,0292 ppm

Berdasarkan hasil analisa diperoleh konsentrasi Fe air danau pinang


bahari, air sungai pinang bahari, air danau cipto dan air gang PU sangat besar.
Menurut menteri kesehatan RI Nomer 907/MENKES/VI/2002, yaitu kadar
maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 0,3 ppm, sehingga air
sampel tidak layak untuk dikonsumsi.

Selanjutnya, dari hasil perhitungan menggunakan kurva kalibrasi


diperoleh nilai LOD sebesar 0,00567 ppm dan nilai LOQ sebesar 0,003 ppm.
LOD merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat
dideteksi meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Sedangkan nilai LOQ
merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat
ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi
operasional metode yang digunakan. Dari hasil peritungan didapat konsentrasi
sampel diatas nilai LOD dan LOQ, sehingga persen kesalahannya dapat
diterima. Jika konsentrasi larutan sampel diukur dibawah nilai LOD, instrumen
tidak akan dapat mendeteksi senyawa tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

  maksimum larutan kompleks Fe2+ ortho phenatroline sebesar 511,0 nm


 Persamaan Kurva didapat persamaan y = 0,17469x + 0,02796 ; R2 = 0,99900
 Konsentrasi sampel hasil pembacaan alat:
o Konsentrasi sampel air danau Pinang Bahari : 0,2 ppm
o Konsentrasi sampel air sungai Pinang Bahari : 1,2 ppm
o Konsentrasi sampel air danau Cipto : 1,3 ppm
o Konsentrasi sampel air danau Pesona Mahakam : 0,0 ppm
o Konsentrasi sampel air gang PU : 1,0 ppm
 Konsentrasi sampel hasil perhitungan:
o Konsentrasi sampel air danau Pinang Bahari : 0,3370 ppm
o Konsentrasi sampel air sungai Pinang Bahari : 2,3486 ppm
o Konsentrasi sampel air danau Cipto : 2,6806 ppm
o Konsentrasi sampel air danau Pesona Mahakam : 0,0566 ppm
o Konsentrasi sampel air gang PU : 2,0292 ppm
 LOD dan LOQ
o LOD : 0,00567 ppm
o LOQ : 0,003 ppm
Daftar Pustaka

Anonim a 2013. http://www.chem-is-try.org.Spektrofotometri

(diakses 21 September 2017 )

Anonim b 2013. http://one.indoskripsi.com/SpektroskopiUv-Vis

(diakses tanggal 21 September 2017)


Anonim 2014. https://wordpress.com//laporan-praktikum-analisa-spektrofotometri/

(diakses 20 September 2017)

Anonim a 2015. http://wanibesak.wordpress.com/pengertian:dasarspektrofotometer-vis-

uv-uv-vis/ (diakses 20 September 2017)

Anonim b 2015.http://www.academia.edu/17535842/Laporan_Spektrofotometri

(diakses 20 September 2017)

Anonim c 2015 http://www.academia.edu/praktikum-kimia-spektrofotometri.html

(diakses 20 September 2017)


LAMPIRAN

Perhitungan

1. Konsentrasi Besi Pada Sampel Air


y = 0,17469x + 0,02796
A = 0,17469C + 0,02796
𝐴−0,02796
C =
0,17469

o Air Danau Pinang Bahari

0,0574−0,02796
C = x2
0,17469

= 0,3370 ppm
o Air Sungai Pinang Bahari

0,2331−0,02796
C = x2
0,17469

= 2,3486 ppm
o Air Danau Cipto

0,2621−0,02796
C = x2
0,17469

= 2,6806 ppm
o Air Danau Pesona Mahakam

0,0329−0,02796
C = x2
0,17469

= 0,0566 ppm
o Air Danau Gang PU

0,2052−0,02796
C = x2
0,17469

= 2,0292 ppm
2. LOD
3,3 𝑥 𝑠𝑏𝑙
LOD =
𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
3,3 𝑥 0,0003
=
0,17469

= 0,00567 ppm
3. LOQ
LOQ = 10 x sbl
= 10 x 0,0003
= 0,003 ppm
Gambar Alat

UVVIS Carry 50 Gelas Kimia

Botol Semprot

Anda mungkin juga menyukai