Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat kumur sering digunakan untuk kontrol plak sehari-hari, khususnya bagi

individu dengan higiena oral yang buruk. Pada umumnya kontrol plak sehari-hari

dilakukan secara mekanis melalui penyikatan gigi dan pembersihan interdental

dengan benang gigi. Penggunaan obat kumur dalam kontrol plak sehari-hari ditujukan

sebagai tambahan dalam penyingkiran plak secara mekanis tersebut. Hal ini

disebabkan berkumur dengan obat kumur dapat mencapai lebih banyak permukaan-

permukaan dari rongga mulut.1

Pada umumnya obat kumur mengandung 5-25% alkohol. Alkohol

dimasukkan dalam obat kumur untuk beberapa kegunaan, antara lain sebagai

antiseptik, menstabilkan ramuan-ramuan aktif dalam obat kumur, memperpanjang

masa simpan dari obat kumur, mencegah pencemaran dari mikroorganisme, dan

melarutkan bahan-bahan pemberi rasa.1 Namun demikian, menurut Witt dkk (2005),

kandungan alkohol dalam obat kumur ini menyebabkan individu-individu tertentu

tidak dapat menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol, seperti anak-anak,

ibu hamil/menyusui, pecandu alkohol, pasien-pasien yang menggunakan

metronidazole, pasien dengan xerostomia, dan penganut keyakinan religius tertentu.2

Wynder dkk (1983), menyatakan bahwa kandungan alkohol yang terdapat

dalam obat kumur juga dapat meningkatkan risiko kanker rongga mulut, terutama bila

digunakan pada pemakaian reguler.3 Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Elmore dan Horwitz (1995), tentang penggunaan jangka panjang alkohol yang

terdapat dalam produk-produk sehari-hari untuk perawatan kesehatan rongga mulut.

Penggunaan tersebut telah diteliti dapat meningkatkan risiko kanker rongga mulut

dan kerongkongan.1

Cetylpyridinium Chloride (CPC) adalah senyawa amonium kuartenari yang

merupakan bakterisid monokationik.4,5,6 CPC biasanya digunakan untuk terapi infeksi

superfisial rongga mulut dan kerongkongan. CPC dapat larut dalam air, alkohol,

kloroform, benzena dan eter.6 Sifat kelarutanya tersebut menyebabkan CPC dapat

dibuat dalam sediaan bebas alkohol. Ketiadaan alkohol pada formula CPC

menyebabkan CPC lebih menguntungkan dan cocok untuk semua individu.2,3

CPC dalam sediaan obat kumur, dapat membantu pasien mengkontrol plak

pada area-area yang sulit dijangkau sikat gigi atau benang gigi. Hal ini sesuai dengan

penelitian Witt dkk, tentang efektifitas yang ditunjukkan CPC terhadap permukaan

gigi yang disikat dan yang tidak disikat, hasilnya adalah masing-masing pengurangan

plak terjadi sebesar 39% dan 25% pada daerah tersebut.2

Chlorhexidine (CHX) telah diteliti selama lebih dari 20 tahun, merupakan

bahan kemoterapi yang paling potensial dalam menghambat Streptococcus mutans

dan karies gigi, sehingga CHX sering digunakan sebagai kontrol positif untuk

penilaian potensi antikariogenik lainnya.7

Streptococcus mutans sangat berperan dalam mekanisme pembentukan plak gigi dan

peningkatan kolonisasi bakteri dalam plak gigi.8 Plak akan berakumulasi sebanding

dengan pertumbuhan Streptococcus mutans jika bakteri tersebut tidak dapat

disingkirkan dari permukaan gigi. Hal ini yang menjadi pemicu akumulasi dan
interaksi dari bakteri lain. Streptococcus mutans bersama protein-protein saliva dan

partikel-partikel makanan akan meningkatkan kontaminasi dalam produksi asam dan

retensi dari bakteri tersebut di dalam rongga mulut. Hal-hal tersebut di atas

merupakan awal dari karies gigi.9

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan uji efektifitas obat kumur

bebas akohol yang mengandung CPC yang dibandingkan dengan CHX sebagai

kontrol positif dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans yang

merupakan bakteri pemicu pembentukan plak.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan efektifitas diantara sediaan obat kumur bebas

alkohol yang mengandung cetylpyridinium chloride dalam menghambat

Streptococcus mutans?

2. Apakah terdapat perbedaan diantara sediaan obat kumur bebas alkohol

yang mengandung cetylpyridinium chloride dengan sediaan obat kumur yang

mengandung chlorhexidine dalam menghambat Streptococcus mutans?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efektifitas diantara sediaan

obat kumur bebas alkohol yang mengandung cetylpyridinium chloride dalam

menghambat Streptococcus mutans


2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan diantara sediaan obat kumur

bebas alkohol yang mengandung cetylpyridinium chloride dengan sediaan obat

kumur yang mengandung chlorhexidine dalam menghambat Streptococcus mutans

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pertimbangan untuk memilih obat kumur yang terdapat di pasaran

2. Memperoleh hasil penelitian yang dapat dikembangkan untuk penelitian

lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai