Anda di halaman 1dari 9

HUKUM ACARA PTUN

A. NAMA : Hukum Acara Peradilan Tata


Usaha Negara.
POKOK BAHASAN : Perbuatan Pemerintahan
( Bestuurshandelingen )

B. DESKRIPSI SINGKAT.
Bahasan tentang perbuatan pemerintahan mengandung maksud, bahwa
pemerintah disamping mempunyai fungsi melaksanakan undang-undang juga
mempunyai fungsi membuat undang-undang ( dalam arti luas ). Produk
perundang-undangan tersebut banyak macamnya. Bila menimbulkan kerugian ,
produk mana yang menjadi kewenangan PTUN.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS.


Diharapkan mahasiswa setelah mempelajari materi yang disajikan dapat
menyebutkan tiga macam perbuatan pemerintahan dalam bidang hukum publik, serta
dapat menjelaskan perbuatan mana yang menjadi kompetensi PTUN.

D. ISI POKOK BAHASAN

1. Pendahuluan

Terdapat beberapa pendapat tentang apa yang dimaksud dengan perbuatan


SELF-PROPAGATING E

pemerintahan , bagaimana sifat-sifatnya, serta perbuatan pemerintahan yang mana


yang merupakan kompetensi PTUN. Untuk memahami pengertian apakah perbuatan

1
pemerintahan itu kiranya dapat ditelusuri dari beberapa pendapat para ahli dan
tentunya menurut peraturan perundang-undangan.

2, Pengertian Perbuatan Pemerintahan.

Dalam melaksanakan tugas-tugas untuk menyelenggarakan kepentingan


umum, Pemerintah melakukan berbagai macam perbuatan pemerintahan.
Pengertian menyelenggarkan kepentingan umum oleh Kuncoro Purbopranoto
dalam Amrah Muslimin, 1985 , meliputi aktivitas-aktivitas :
1. Memelihara pertahanan dan keamanan Negara terhadap serangan dari luar
dan gangguan dari dalam sendiri.
2. Menyediakan fasilitas-fasilitas bagi rakyat mempermudah mendapatkan
kebutuhan primernya.
3. Menyediakan atau menciptakan fasilitas-fasilitas kesempatan kerja bagi
semua golongan untuk memperoleh pendapatan dan meningkatkan
penghasilan guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

Amrah Muslimin , 1985, membagi tugas Pemerintah dalam arti luas yakni
meliputi kegiatan dalam bidang :

1. Perundangan – undangan..
2. Pemerintahan ( eksekutif ),
3. Peradilan.

Pada masing-masing bidang kegiatan di atas mempunyai hasil akhir atau


keluaran / out put yang merupakan suatu tindakan hukum. Adapun dari bidang
perundang-undangan oleh pemerintah maka dihasilkan keluaran / out put berupa
“ undang-undang “ dalam arti formil dan / atau materiil ( melaksanakan
perbuatan legislative ). Sedangkan dalam bidang peradilan sebagai suatu

2
tindakan hukum dihasilkan keluaran / out put berupa “ vonnis” ( melaksanakan
perbuatan judikatif ). Khusus dalam bidang pemerintahan , pemerintah dapat
melakukan 2 macam perbuatan, yaitu :

1. Perbuatan-perbuatan yang bukan merupakan perbuatan hukum , yakni


perbuatan yang tidak menimbulkan akibat-akibat hukum, misalnya
pemerintah menghadiri pembukaan resmi suatu jalan baru, pemerintah
menghimbau , mengundang dan sebagainya.
2. Perbuatan-perbuatan yang merupakan perbuatan hukum, yakni perbuatan
yang menimbulkan akibat-akibat hukum, misalnya pemerintah
mengangkat pegawai untuk menduduki jabatan tertentu , pemerintah
melakukan mutasi pegawai negeri, mengeliarkan keputusan dan
sebagainya.

Masing-masing perbuatan pemerintahan mempunyai keluaran / out put


yang berbeda, terutama mengenai implikasinya. Pada tindakan yang kedua
dihasilkan keluaran / out put yang disebut dalam bahasa Belanda dengan istilah
“ beschikking “ atau “ penetapan “ dalam istilah bahasa Indonesia.

Pada umumnya sebagian besar dari penetapan-penetapan dibuat oleh alat-


alat perangkat dalam bidang ekskutif, akan tetapi ini tidak berarti bahwa hanya
alat-alat perangkat dalam bidang ekskutif saja yang dapat membuat suatu
penetapan. Juga alat perangkat dalam bidang perundang-undangan dapat membuat
suatu penetapan. Sebagai contoh : DPR menunjuk anggota-anggota komisi
membuat penetapan berdasarkan peraturan tata tertib DPR.

( SF. Marbun, 1988 ) menjelaskan bahwa Pemerintah sebagai salah satu


organisasi Negara yang diberi tugas menyelenggarakan kehidupan masyarakat
diberi wewenang untuk melakukan perbuatan Tata Usaha Negara, yang dapat
dibedakan dalam 3 macam yakni :

3
a. Mengeluarkan keputusan ( Beschikking );
b. Mengeluarkan peraturan ( Regeling );
c. Melakukan perbuatan materiil ( Materiele daad ).

Terhadap istilah peraturan perundang-undangan dan keputusan terdapat


pendapat dari A. Hamid S. Attamimi, 1990, dalam disertasinya yang berjudul
Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara yang memberi penjelasan secara mendalam dari segi
pemakaian istilah. sebagai berikut .

Di dalam literature terdapat istilah Wet in formale zin & Wet in materiele
zin. Wet in formale zin dapat dipersamakan dengan istilah undang-undang hal
ini karena secara formal wetrena secara formal merupakan hasil bentukan
pembentuk wet ( undang-undang ) yang di Indonesia ditentukan dalam Pasal 5
ayat (1) UUD 1945 yakni : Presiden berhak mengajukan rancangan undang-
undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.. Menurut penulis, rancangan
undang-undang adalah produk Presiden ( yang nantinya bila disetujui dalam
siding DPR ) akan menjadi undang-undang pula, yang dalam literature disebut
dengan istilah Wet in formale zin .

Sedangkan istilah Wet in materiele zin mempunyai arti khusus. Ia memang


berisi peraturan, tetapi tidak selalu merupakan hasil bentukan pembuat undang-
undang ( wet in formale zin ) melainkan dapat juga merupakan produk
pembentuk peraturan ( regelgever ) yang tingkatannya lebih rendah, yang di
Indonesia dapat berupa Peraturan Pemerintah , Peraturan Menteri, Peraturan
Walikota / Bupati, Peraturan Daerah, Peraturan Desa daan sebagainya. Oleh
karena itu untuk menghilangkan kerancuan pengertian, kata Wet in materiele
zin diterjemahkan dengan istilah Peraturan Perundang- undangan.

Berkaitan dengan pokok uraian dalam hal ini berkaitan dengan


pembahasan yang berkaitan dengan PTUN, baik undang-undang , keputusan

4
maupun perbuatan materiil kesemuanya merupakan perbuatan pemerintahan
yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan dapat menimbulkan kerugian bagi
fihak lain, untuk itu dibutuhkan perlindungan hukum.

3, Sifat Perbuatan Pemerintahan.


Maksud dari penelaahan mengenai sifat perbuatan pemerintahan di sini
adalah berupa perbuatan atau tindakan hukum administrasi atau tata usaha
Negara yang dilakukan oleh badan / pejabat tata usaha Negara, dan bukan
perbuatan / tindakan hukum publik lainnya, misalnya tindakan hukum dalam
hukum pidana, tindakan dalam hukum tata negara yang sama-sama termasuk
dalam lingkaran hukum publik.

Perbuatan / tindakan hukum administrasi atau tata usaha Negara yang


dilakukan oleh badan / pejabat tata usaha Negara mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :

a. Perbuatan / tindakan hukum tersebut dilakukan dalam hal atau keadaan


menurut cara-cara yang ditentukan dalam suatu peraturan perundang-
undangan.
b. Perbuatan / tindakan hukum tersebut mengikat warga masyarakat sekalipun
yang bersangkutan tidak menghendaki.
c. Perbuatan / tindakan hukum tersebut bersifat sepihak. Dilakukan atau tidak
dilakukan tergantung pada kehendak badan / pejabat tata usaha Negara yang
memiliki wewenang pemerintahan.
d. Perbuatan / tindakan hukum tersebut merupakan suatu konskuensi dari
pelaksanaan fungsi pemerintahan yang dilandasi suatu wewenang, dan bukan
merupakan kehendak badan / pejabat tata usaha Negara sendiri.
e. Perbuatan / tindakan hukum tersebut memerlukan pengawasan secara
preventif / represif.

5
4. Perbuatan Pemerintahan sebagai Kompetensi PTUN.

Perbuatan / tindakan Pemerintahan sebagai kompetensi PTUN secara


limitatif desebutkan pada psl. 1 (4) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara , yakni :
“ Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang
Tata Usaha Negara antara orang atau badan hokum perdata dengan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku “.

Penyebutan secara limitatif di atas mengarahkan, bahwa perbuatan /


tindakan pemerintah yang merupakan kompetensi PTUN adalah berupa
Keputusan Tata Usaha Negara. Yang menjadi pertanyaan adalah menjadi
kompetensi peradilan mana produk hukum pemerintah selain Keputusan Tata
Usaha Negara, dalam hal ini adalah berupa mengeluarkan peraturan perundang-
undangan ( Wet geving / regeling ) dan melakukan perbuatan materiil (
Materiele daad ) ?.

Di dalam Undang-Undang No. 14 tahun 1970 jo Undang-Undang No. 14


tahun 1985 adalah seperangkat peraturan yang memberikan kewenangan kepada
Mahkamah Agung untuk melakukan. Hak Uji materiil terhadap peraturan yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, sebagaimana disebut
dalam Pasal 31 Undang-Undang No. 14 tahun 1985, yaitu:
1. Mahkamah Agung mempunyai wewenang untuk menguji meteriil
hanya terhadap peraturan perundang-undangan di'bawah undang-
undang.
2. Mahkamah Agung berwenang menyatakan tidak sah suatu peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah dari pada undang-undang atau

6
alasan bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
3. Peraturan tentang pernyataan tidak syahnya peraturan perundang-
undangan tersebut dapat diambiI berhubung dengan pemeriksaan dalam
tingkat- kasasi. Pencabutan peraturan perundang-undangan yang
dinyatakan tidak sah tersebut, dilakukan segera oleh instansi yang
bersangkutan.

Sedangkan wewenang untuk menilai perbuatan meteriil yang dilakukan oIeh


Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dilakukan oleh Peradilan Umum atau
Pengadilan Negeri berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
demikian juga kasus-kasus yang menyangkut tentang delik jabatan telah diatur
sendiri dalam Kitab UndangUndang Hukum Pidana titeI XXVIII PasaI 415 - 437 jo
Undang-Undang No.3 tahun 1971 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dalam Yurisprudensi di Indonesia, memang masih memungkinkan


perbuatan pemerintah yang berbentuk Keputusan (beschikking) dapat digugat
melalui Pengadilan Negeri berdasar Pasal 1365 Kitab UndangUndang Hukum
Perdata, akan tetapi hendaknya diingat.bahwa gugatan atas dasar pasal" tersebut
haruslah bertujuan sebagai tuntutan ganti rugi akibat dikeluarkannya /
diterbitkannya suatu beschikking oleh Pemerintah. Dengan demikian inti
pokoknya adalah suatu ganti rugi dan bukan hanya sekedar mohon pernyataan
batalnya beschikking itu saja.

Oleh kerananya kontrol Hakim Perdata terhadap perbuatan pemerintah yang


berupa Beschikking ini disebut dengan "kontrole insidentil", dan gugatan tersebut
lebih menitikberatkan kepada pertanggungan jawab Pemerintah terhadap
perbuatannya yang menimbulkan kerugian kepada masyarakat.

E. REFERENSI
1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

7
2. Undang – Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang –
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
3. Effendi, Lutfi “ Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara “, Bayu Media,
2010.
4. ----------------, “ Pokok – Pokok Hukum Administrasi Negara “, Bayu Media,
2003.
5. Hadjon,Philipus M, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina
Ilmu, Surabaya, 1987.
6. ----------------, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 1993.

F. PROPAGASI
1. Latihan :
a. Apa yang dimaksud dengan perbuatan pemerintahan .
b. Sebutkan tiga macam perbuatan pemerintahan dalam bidang hukum
publik.

2. Pertanyaan :
Jelaskan bagaimana perlindungan hukum apabila tiga macam perbuatan
pemerintahan tersebut menyebabkan kerugian bagi masyarakat.

3. Tugas :
Kumpulkan minimal dua tulisan tentang perbuatan pemerintahan dalam
bidang hukum publik dari mass media .
4. Project :
Menganalisa tulisan yang telah dikumpulkan dari mass media untuk diketahui
bagaimana perlindungan hukumnya bila terdapat kecenderungan merugikan
masyarakat,

8
9

Anda mungkin juga menyukai