PENDAHULUAN
1
Adanya pembuluh limfe yang ekstensif di daerah rongga mulut
menyebabkan resiko metastasis regional yang tinggi. Sedangkan jika dilihat
dari tipenya sendiri, kebanyakan kanker rongga mulut adalah tipe karsinoma
epidermoid (hampir 97%), 2-3% adenokarsinoma dan 1% adalah keganasan
yang jarang seperti limfoma, melanoma maligna dan fibrosarkoma. (Sciubba,
2001).
Secara global, insiden ini menduduki tempat nomor 4 untuk laki-laki dan
nomer 6 untuk perempuan. Kanker mulut berhubungan dengan usia yang
dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun dan semakin meningkat dengan
bertambahnya usia. Penyakit kanker bibir dan mulut menurun pada laki-laki
yang berkulit putih dan meningkat pada laki-laki kulit hitam serta perempuan.
Kebanyakan penderita kaker jenis ini akan datang saat sudah mencapai
stadium lanjut sehingga nanti akan kesukaran dalam hal penanganannya,
khusunya dalam segi pembedahannya (Vermey, 1988; Pedersen, 1992).
Pencegahan yang tepat dan penanganan yang dini tentu akan membuat
prognosis penyakit ini menjadi lebih baik. Oleh karena itu sebagai bagian dari
tenaga pelayan kesehatan, kita sebagai perawat perlu mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dewasa ehingga taraf kesembuhan pasien
dapat meningkat. (Hackley. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah dari Brunner
& Suddarth. Jakarta : EGC)
2
9. Apa komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit kanker rongga
mulut ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita
kanker rongga mulut ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat dalam
pencegahan dan penanganan masalah kanker rongga mulut.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi rongga mulut
b. Mengetahui dan memahami definisi kanker rongga mulut
c. Mengetahui dan memahami etiologi kanker rongga mulut
d. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis kanker rongga mulut
e. Mengetahui dan memahami patofisiologi kanker rongga mulut
f. Mengatahui dan memahami klasifikasi kanker rongga mulut
g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada penderita kanker
rongga mulut
h. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik yang harus
dijalani penderita kanker rongga mulut
i. Mengetahui dan memahami komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
penyakit kanker rongga mulut
j. Memahami dan mampu mempraktikkan asuhan keperawatan yang
tepat untuk penderita kanker rongga mulut
1.4 Manfaat
Menambah pengetahuan serta keterampilan mahasiswa dalam
pengerjaan makalah dan presentasi di depan kelas. Menambah kecakapan dan
rasa percaya diri mahasiswa serta lebih memahami masalah pencernaan
terutama masalah kanker rongga mulut serta memahami asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah kanker rongga mulut.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker rongga mulut adalah tumor ganas dalam rongga mulut yang
tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai
daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering
asimtomatik pada tahap awal. (Corwin, Elizabeth J. 2003)
2.2 Etiologi
Factor resiko untuk kanker rongga mulut dan faring mencakup
rokok,cerutu,dan merokok dengan pipa rokok;menggunakan tembakau tanpa
asap;dan menggunakan alcohol secara berlebihan.kanker oral seringkali di
hubungkan dengan kombinasi penggunaan alcohol dan tembakau. Factor lain
mencakup jenis kelamin (pria), usia (lebih dari 50 tahun), dan keturunan Afro-
amerika (Corwin, Elizabeth J. 2003. Buku Saku Patofisiologis Edisi 3. Jakarta:
EGC)
4
Manifestasi klinis dari kanker rongga mulut jika dibedakan berdasarkan
tempat terjadinya kanker, yaitu :
1. Kanker pada Bibir
a. Warna bibir tidak nampak merah muda
b. Bibir nampak kering
c. Adanya ketidaksimetrisan antara bibir atas dan bawah
d. Adanya ulserasi fisura
e. Nyeri pada daerah sekitar bibir
f. Adanya bintik putih atau merah pada bibir
g. Jika terjadi luka, maka sulit sembuh
2. Kanker pada Lidah
a. Adanya bintik putih yang berbentuk V pada bagian dorsal lidah
b. Ada lesi pada mukosa lidah sehingga vena superficial di bawah
lidah terlihat
c. Nyeri tekan
d. Kadang disertai mati rasa
e. Warna lidah terlihat kemerahan
f. Papila terlihat tipis
3. Kanker pada Gusi
a. Terjadinya perdarahan gusi yang hebat
b. Kehilangan gigi
c. Kesulitan untuk mengunyah
d. Timbul rasa sakit ketika mengunyah
4. Kanker di sekitar faring
a. Sulit menelan
b. Sulit berbicara
c. Batuk disertau sputum yang mengandung darah
d. Kemungkinan terjadinya pembesaran nodus limfe servikal
2.4 Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang
disebabkan oleh zat-zat karsinogen yang memicu terjadinya karsinogenesis
5
(transformasi sel normal menjadi sel kanker). Karsinogenesis terbagi menjadi
3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yaitu kontak pertama sel
normal dengan zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut
menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi dimana sel yang terpancing tersebut
membentuk klon melalui pembelahan (poliferasi).
3. Tahap terakhir yaitu Progresi dimana sel yang telah mengalami
poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma
ganas.
Kanker rongga mulut dalam pertumbuhannya dimulai dengan lesi yang sangat
kecil. Dengan berjalannya waktu tumor tersebut lambat laun akan mencapai
ukuran yang besar. (Susan C Smeltzer,2011,keperawatan Medical Bedah (Handbook
for Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing),edisi 12,jakarta:ECG)
6
Klasifikasi
7
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien
mengisap pipa tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering
pada gusi bawah (mandibular) daripada gusi atas (maksila) (Daftary,
1992).
Pada pemeriksaan fisik, lesi awal terlihat sebagai ulkus, granuloma
kecil atau sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang
dihasilkan oleh trauma kronis atau hyperplasia inflamatori (Daftary,
1992). Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik atau
pertumbuhan infiltrative yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik
terlihat seperti bunga kol dan mudah berdarah. Pertumbuhan infiltrative
biasanya tumbuh invasive pada tulang mandibula dan menimbulkan
dekstruktif (Tambunan, 1993).
e) Kanker pada palatum
Predisposisi merokok meningkatkan risiko kanker pada palatum.
Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dengan
dasar yang luas dan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang
mungkin akan mengisi seluruh palatum. Kanker pada palatum dapat
menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga hidung
(Daftary, 1992).
Menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) klasifikasi
kanker rongga mulut menggunakan sistem TNM. Sistem TNM ini terdiri
atas :
T (Tumor) : gambaran dari level pembesaran tumor
N (Nodus) : sejauh mana keterlibatan nodus limfe sebagai sistem imun
tubuh
M (Metastasis) : kondisi metastasis menggambarkan keterlibatan organ
lain pada bagian distal.
2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien kanker rongga mulut
adalah:
1. Pembedahan
8
Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan
keras. Sering dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan
tenggorokan, tetapi dapat juga dilakukan pada kanker rongga mulut.
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat keseluruhan lesi untuk
mencegah terjadinya penyebaran sel kanker pada nodul limfa,
pembuluh darah, dan saraf. Setelah pembedahan untuk mengangkat sel
kanker, dilakukan pembedahan rekonstruktif bertujuan untuk
mempercepat proses penyembuhan, mengembalikan fungsi, serta
meningkatkan kualitas hidup pasien. (Daftary, 1992).
2. Radiasi
Radiasi merupakan pengobatan yang menggunakan sinar ion.
Terapi radiasi ini dapat menghasilkan energi yang bisa menghancurkan
sel-sel kanker, dengan menghancurkan sel DNA pada sel kanker
tersebut sehingga sel kanker tersebut tidak dapat berkembang lagi.
Radiasi jarang digunakan sebagai pengobatan yang utama. Radiasi
sering digunakan untuk mengecilkan sel kanker sebelum dilakukan
pembedahan, dan untuk mencegah sel kanker timbul kembali atau
untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker yang tidak terambil
keseluruhannya ketika pembedahan. (Daftary, 1992).
Dosis yang digunakan pada perawatan ini kecil. Terapi radiasi ini
dilakukan lima hari berturut-turut dan diberikan selang waktu dua hari
untuk istirahat. Waktu yang digunakan untuk terapi radiasi ini antara
10-15 menit. Terapi ini dilakukan antara 2-8 minggu, agar sel yang baru
dapat tumbuh dan meminimalkan efek yang timbul akibat radiasi.
(Daftary, 1992).
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi paliatif, digunakan
apabila sel kanker timbul kembali pada pasien atau telah terjadi
metastase. Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan bahan
kimia yang berfungsi untuk menghancurkan sel kanker. Terdapat enam
jenis bahan yang digunakan untuk kemoterapi, di antaranya alkylating
9
agent, nitrosoureas, anti metabolite, anti tumor antibiotic, plant
alkoloid, dan steroid hormone.
Bahan alkylating agent bekerja dengan mengikat DNA di inti sel,
sehingga sel-sel tersebut tidak dapat melakukan replikasi. Contoh bahan
ini adalah Cyclophosphamide dan Mechlorethamine. Bahan
nitrosoureas bekerja seperti alkylating agent yaitu menghalangi
perubahan pada sel DNA, misalnya Carmustine dan Lomustine. Bahan
anti metabolite dapat bekerja langsung pada molekul basal inti sel, yang
berakibatmenghambat sintesis DNA, misalnya 6-mercaptopurine dan 5-
fluorouracil.
Sementara bahan anti tumor antibiotik bekerja dengan
menghambat sintesis RNA, misalnya Doxorubicin dan Mitomycin-C.
Bahan plant alkoloid bekerja dengan menghalangi pembelahan sel,
antara lain Vincristine dan Vinblastine. Sementara bahan steroid
hormone bekerja dengan memodifikasi pertumbuhan hormon yang
menyebabkan terjadinya kanker. Contoh bahan ini adalah Tamoxifen
dan Flutamide. (Daftary, 1992).
4. Terapi Kombinasi
Bagi pasien yang pertumbuhan sel kanker telah menyebar luas atau
telah terjadi regional metastase dapat dilakukan terapi kombinasi yang
terdiri dari pembedahan, radiasi dan kemoterapi. (Daftary, 1992).
5. Edukasi
Edukasi dapat diberikan kepada pasien kanker rongga mulut
melalui dokter gigi atau ahli kesehatan yang lain. Bagi pasien yang
sering merokok, mengkonsumsi alkohol, dan menyirih agar mengurangi
atau menghentikan kebiasaan tersebut. Di India, beberapa kampanye
yang dilakukan untuk mengurangi penggunaan tembakau berhasil
mengurangi resiko terjadinya kanker. Beberapa peneliti dari University
of Harvard membuktikan bahwa lelaki yang banyak mengkonsumsi
buah-buahan sitrus, vitamin C, dan sayur-sayuran, 30-40% dapat
mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kanker. (Daftary, 1992).
10
6. Perawatan pemulihan setelah operasi
a. Setelah operasi pasien kanker rongga mulut diberikan makanan cair,
setelah satu minggu kemudian berubah menjadi semi-cair.
b. Setelah operasi perhatikan warna, suhu dan elastisitas flap pasien
kanker rongga mulut, apabila suhu flap menurun, menunjukkan
warna hijau keunguan dan semakin memburuk, segera melaporkan
ke dokter.
c. Secara tepat waktu menghisap keluar sekresi dimulut, hidung dan
kerongkongan pasien kanker rongga mulut, demi menjaga
kelancaran saluran pernafasan.
Apabila pasien kanker rongga mulut setelah operasi tidak dapat
berbicara, tidak dapat mengatakan gejala tidak enak yang dirasakan,
perlu secara teliti mengamati ada tidaknya gejala dysphoria (cemas,
gelisah, tidak tenang), nasal inflamasi dan gejala penyumbatan saluran
pernafasan lainnya pada pasien kanker rongga mulut dan segera
melaporkan kepada dokter. (Lynch, 1994).
2.2.1 Komplikasi
a. Efek samping pembedahan
Pembedahan untuk kanker yang besar atau sulit dijangkau mungkin
sangat rumit, efek samping dapat berupa infeksi, gangguan luka, masalah
dengan makan dan berbicara, atau kematian sangat jarang terjadi selama
atau segera setelah prosedur. Operasi juga dapat berbekas terutama operasi
tulang wajah atau rahang. (Lynch, 1994).
b. Efek samping terapi radiasi
Radiasi dari daerah mulut dapat menyebabkan beberapa efek samping
jangka pendek termasuk:
1) Kulit seperti terbakar sinar matahari di kepala dan leher yang perlahan
menghilang
2) Suara serak
3) Kehilangan indra pengecap
4) Kemerahan dan nyeri pada mulut dan tenggorokan
11
5) Kadang-kadang luka terbuka berkembang di mulut dan tenggorokan,
sehingga sulituntuk makan dan minum selama pengobatan.
Radiasi juga dapat menyebabkan efek samping jangka panjang atau
permanen:
12
6) Peningkatan infeksi (karena jumlah rendah sel darah putih
berkurang)
7) Mudah memar atau pendarahan (karena jumlah platelet darah
rendah)
Kelelahan (karena rendahnya jumlah sel darah merah)
2.5.1 Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi mulut
Sitologi mulut telah banyak digunakan untuk menyelidiki
berbagai macam penyakit mulut, dimana prosedurnya paling
bermanfaat dalam evaluasi terhadap suatu keadaan yang dicurigai
sebagai suatu keganasan, khususnya bila keadaan tersebut merupakan
suatu lesi merah yang tidak berkeratin (Lynch, 1994).
Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu
pemeriksaan mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan
suatu lesi di dalam mulut (Coleman dan Nelson, 1993). Klasifikasi dan
interpretasi yang digunakna dalam laporan sitologi mulut adalah:
a. Kelas I: gel-gel normal
b. Kelas II: gel-gel yang tidak khas (stipik), tidak ada bukti keganasan
c. Kelas III: perubahan pada pola nuklear yang sifatnya tidak jelas,
tidak ada tanda-tanda keganasan, tetapi terdapat gel yang
menyimpang dari normal
d. Kelas IV: memebri kesan kepada suatu keganasan
e. Kelas V: perubahan keganasan terlihat jelas
Untuk kelas I-III lakukan ulangan sitologi III bulan kemudian,
bila hasil sama dapat dilakukan biopsi. Untuk kelas IV dan V indikasi
untuk dilakukan biopsi.
2. Biopsi
Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun
sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis (Pedersen,
1996; Coleman dan Nelson, 1993). Cara ini merupakan cara yang
penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari
lesi-lesi mulut yang dicurigai (Bolden, 1982).
13
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dari
tepi jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara
insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi
permukaan besar (>1cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secata intoto
apabila lesi kecil (Pedersen, 1996; Bolden, 1982; Coleman dan Nelson,
1993). Untuk memenuhi kebutuhan yang lebih seksama dalam
mengidentifikasi kanker rongga mulut pada tahap ini, telah
dikembangkan suatu cara biopsi dengan menggunakan sikat (Oral
CDx). Pada penelitian yang dilakukan oleh Sciubba (1999) dengan
menggunakan biopsi dengan cara sikat menunjukkan bahwa cara ini
dapat memberikan bantuan yang tidak terhingga nilainya dalam
memeriksa lesi di rongga mulut. Pada penelitian tersebut, biopsi
dengan memakai sikat merupakan alat deteksi yang sepadan dengan
biopsi memakai skalpel. Walaupun begitu, harus ditekankan bahwa
Oral CDx bukanlah pengganti untuk biopsi dengan memakai skalpel
(Sciubba, 1999).
3. Pemeriksaan Toluidine Blue
Pemeriksaan Touluidine Blue dilukakan dengan cara berkumur
menggunakan suatu larutan. Larutan ini akan memberikan warna biru
pada sel kanker dan pada jaringan yang normal tidak akan menyerap.
Teknik memberikan warna rongga mulut adalah :
1) Kumur dengan larutan asam asetat 1%: 20 detik
2) Kumur dengan air: 20 detik 2 kali
3) Kumur larutan toluidine blue 1% 5-10 cc
4) Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1%: 1 menit
5) Kumur dengan air
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian.
4. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
Positron Emission Tomography (PET) adalah pemeriksaan non
invasif yang dapat menggambarkan fungsi metabolisme molekuler dari
tubuh pasien secara tiga dimensi dengan menggunakan cairan
radiofarmaka FDG (Fluorodeoxyglucose). PET scan dengan
14
radiofarmaka FDG akan mendeteksi aktivitas metabolik dari sel-sel
tubuh, seperti sel-sel kanker yang mempunyai aktivitas metabolik
berlebih. (Lynch, 1994).
Cara kerja PET CT ini ialah dengan menyuntikkan
radiofarmaka FDG ke dalam pembuluh darah pasien. Radiofarmaka
akan ditangkap sel-sel kanker, karena sel kanker membutuhkan banyak
glukosa dan metabolisme dalam pertumbuhannya. Ketika sel kanker
berkumpul, PET akan mengambil citra dari seluruh tubuh pasien.
Pencitraan ini akan menunjukkan lokasi radiofarmaka berkumpul.
Artinya, di situlah lokasi sel-sel kanker yang hidup. (Lynch, 1994).
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4 mm, untuk staging
memiliki sensitivitas 71% dan spesifitas 99%, sedangkan untuk deteksi
kekambuhan sensitivitas 92% dan spesifitas 81%.
15
WOC
Kanker Rongga Mulut
Instrinsik :
Ekstrinsik :
Penyakit Sitem
Merokok Keturunan
Alkohol Lesi prakanker
Infeksi leukoplakia
Sinar UV Usia
Jenis kelamin
Karsinoma leukplakia
Terjadinya Inflamansi
16
Karsinogenesis ( transformasi sel normal menjadi sel kanker )
17
B3 (Brain ) B5 ( Bowel )
B2( blood)
Benjolan
Benjolan
semakin
pada besar
ronggadan
Timbul bercak putih di Mukosa meningkat dan memenuhimulut
rongga mulut
bibir, lidah, dan gusi menebal, berwrana merah
MK : Gangguan Mempengaruhi
Bercak berkembang menjadi fungsi lidah
banyak dan besar komunikasi
Perubahan jaringan sekitar
verbal
Kesulitan mengunyah
infeksi dan menelan
Melepas katekolamin
Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
18
Bradikinin
Bergabung dengan trombosit
B1 (breath)
Interprestasi nyeri
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
20
f. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perawat melakukan inspeksi dan palpasi pada
rongga mulut dengan panduan pemeriksaan penting meliputi hal-hal
berikut :
1. Periksa kondisi perubahan warna, apakah mukosa mulut
berwarna abnormal ,misalnya putih, merah, hitam. Kebanyakan
pasien kanker rongga mulut mempunyai riwayat lesi atau
keadaan prakanker mulut, seperti leukoplakia, eritoplakia,
submukus fibrosisi dan lain-lain
2. Inspeksi kondisi kontur apakah permukaan mukosa kasar,
ulserasi, asimetri, atau pembengkakan. Seringkali awal dari
keganasan diawalai ditandai adanya ulkus. Apabila terdapat
ulkus tidak sembuh selama dua minggu maka keadaan ini sudah
dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda lain dari
ulkus proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi
bergulung lebih tinggi dari sekitarnya dan indurasi (lebih keras)
dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas. Pertumbuhan
karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut pertumbuhan endofitik.
3. Palpasi tentang konsistensi apakah jaringan keras kenyal, lunak,
fluktuan atau nodular. Umumnya kanker rongga mulut tahap dini
tidak menimbulkan gejala diameter kurang dari 2 cm kebanyakan
berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen putih,
licin, halus, dan memeperlihatkan evelasi yang minimal.
4. Kaji kemampuan pasien apakah dapat membuka mulut dengan
sempurna
5. Periksa adanya keterlibatan dari pembesaran kelenjer limfe.
Sistem pengkajian fisisk, baik struktur internal dan eksternal mulut dan
tenggorok diinspeksi dan palpasi. Secara umum, pemeriksaan dapat
diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang (penlight) dan
depressor lindah. Sarung tangan digunakan untuk mempalpasi lidah dan
adanya abnormalitas.
21
1. Bibir
Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk
kelembaban, hidrasi warna, tekstur, simetrisitas, dan adanya
ulserasi atau fisura. Bibir harus lembab, merah muda, lembut dan
simetris.
2. Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan retraksi, dan
perubahan warna. Bau napas juga dicatat.
3. Lidah
Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papilla
tipis lapisan putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal
dorsal lidah, selanjutnya dibagian permukaan ventera lidah dan
dasar mulut lidah. Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan
vena superfissial pada permukaan bawah lidah terlihat. Spatel
lidah digunakan untuk menekan lidah guna mendapatkan
visualisasi adekuat terhadap faring.
4. Rongga Oral
Pengkajian rongga oral sangat penting, karena banyak gangguan
seperti kanker, diabetes, dan kondisi imunosupresi dari terapi
obat atau AIDS dimanifestasikan oleh perubahan pada rongga
oral. Leher diperiksa terhadap pembesaran nodus limpa.
22
3.2 Asuhan Keperawatan Klien dengan Kasus Kanker Rongga Mulut
Pada hari Senin 11 April 2016, Tn. A (50 tahun) datang ke Rumah Sakit
Universitas Airlangga dengan keluhan munculnya plak putih disekitar rongga
mulut (leukoplakia) disertai lesi ulserasi yang mengeras pada rongga mulutnya
disertai rasa sakit. Lesi tersebut sebenarnya sudah muncul sejak tiga bulan
yang lalu, akan tetapi karena semakin lama semakin nyeri maka dibawa ke
rumah sakit. Tn. A sekarang bekerja sebagai tukang bangunan.klien
mempunyai kebiasaan merokok setiap hari bisa 12 batang,dan juga klien
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alcohol. Karena kondisi pada mulutnya
tersebut, pasien menolak untuk makan, karena mulutnya perih dan terasa
kering dan berbau busuk akhirnya klien mengalami penurunan berat badan
dari yang sebelum sakit 80kg menjadi 74kg setelah sakit. Pasien
mengungkapkan secara verbal ataupun dengan isyarat tentang nyeri yang
dirasakan, sehingga dia malu akan kondisinya saat ini. Keluarga mengatakan
pasien kesulitan dalam berbicara dan dulu nenek pasien menderita kanker
mulut.
3.2.1 Pengkajian
a. Biodata/Identitas pasien
Nama : Tn. A
Umur : 50 tahun
Alamat : Surabaya
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Tnggal MRS : Senin 11 April 2016
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri karena munculnya plak putih disekitar rongga
mulut (leukoplaking). Pasien juga mengeluh nafsu makannya menurun
karena mulutnya perih dan terasa kering.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Munculnya plak putih disekitar rongga mulut (leukoplakia) disertai lesi
ulserasi yang mengeras pada rongga mulutnya.
23
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak pernah masuk rumah sakit, klien hanya pernah menderita
penyakit ringan seperti demam, batuk, pilek.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Nenek pasien menderita kanker mulut.
f. Pemeriksaan Fisik
B1 (breathing) : nafas berbau busuk,RR >20x/mnt
B2 (blood) : N:>100x/mnt, TD >120/80mmHg
B3 (brain) : klien mengeluh nyeri pada mulut,P: kanker
rongga mulut Q: tajam R: lidah bagian
lateral S : 6 T: hilang-timbul,wajah klien
tampak meringis, mengalami penurunan
fungsi lidah sehingga klien kesulitan
berbicara.
B4 (bladder) : Tidak ditemukan/normal
B5 (bowel) : terdapat bercak putih dan lesi di lidah klien
keluarga pasien mengatakan, pasien
menolak untuk makan, klien makan 3
sendok, IMT < 18, BB menurun, Tonus otot
buruk, membrane mukosa pucat, inflamasi
rongga mulut.
B6 (bone) : Kelemahan tonus otot, Malaise
24
3.2.2 Analisa Data
1.Nyeri akut
Merangsang pengeluaran
mediator kimia
Interprestasi nyeri
Nyeri Akut
Diagnose keperawatan :
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi) yang ditandai
dengan klienklien mengeluh nyeri pada mulut,P: kanker rongga mulut Q : tajam
R: lidah bagian lateral S : 6 T: hilang-timbul, Ekspresi wajah klien tampak
meringis,TTV N : >100x/mnt RR : >20x/mnt TD : >120/80 mmHg.
25
2.ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DO:
Diagnosa keperawatan :
26
3.Gangguan komunikasi verbal
DO :
Mempengaruhi fungsi
Pasien lebih banyak lidah
Diagnose keperawatan :
27
1.2.4 Asuhan keperawatan
Nyeri Akut
28
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
29
Gangguan komunikasi verbal
Setelah di lakukan tindakan 1.Memberikan metode alternatif 1.Agar klien lebih mudah
keperawatan selama 2 X 24 komunikasi bicara (misalnya, menulis dalam menyampaikan
jam di harapkan gangguan pesan saat ingin
tablet, berkedip mata, papan
komunikasi verbal dapat berkomunikasi dengan
teratasi dengan kriteria hasil : komunikasi dengan gambar dan orang lain, dikarenakan
huruf, kode tangan atau gerakan keterbatasan anatomi
- Menggunakan bahasa
lainnya, dan komputer) fisiologi rongga mulut
berbicara
- Klien kooperatif 2.Anjurkan pasien untuk berbicara tidak normal
- Klien mampu perlahan 2.Berbicara perlahan
memperoleh mengatur 3.Kolaborasikan dengan keluara dan membuat klien dapat
dan menggunakan mengatakan perkata jauh
terapi untuk menyusun rencana
informasi lebih jalas
- Mampu memanagamen komunikasi efektif
kemampuan fisik yang 3.Ini adalah tahap
dimiliki penyembuhan agar klien
- Mampu dapat melakukan
mengkomunikasikan
komunikasi
kebutuhan dengan
lingkungan sosial
30
BAB 4
KESIMPULAN
Kanker rongga mulut adalah tumor ganas yang mulai muncul pada
mulut yang melibatkan beberapa jenis jaringan dan sel sehingga
mengakibatkan berbagai jenis kanker (Lippincott dan wilkins, 2012). Kanker
rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh
secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah
endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering
asimtomatik pada tahap awal.
Etiologi dari kanker rongga mulut adalah bersifat multifaktor,
pajaan sinar matahari, mutasi gen, alkohol, tembakau dan alkohol, tembakau,
nikotin, diet, obat kumur, kesehatan gigi dan mulut dan bahan infeksius.
Manifestasi dari kanker rongga mulut antara lain bintik putih atau
merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakidi dalam mulut ataupun
pada bibir, luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh,
perdarahan pada rongga mulut, kehilangan gigi, sulit atau timbulnya rasa
sakit pada waktu mengunyah, kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan,
pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga. Kanker rongga mulut
dalam pertumbuhannya dimulai dengan lesi yang sangat kecil. Dengan
berjalannya waktu tumor tersebut lambat laun akan mencapai ukuran yang
besar.
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sitolgi mulut,
biopsi, pemeriksaan Toluidine blue, dan pemeriksaan Positron Emission
Tomography (PET).
Sedangkan penatalaksanaannya dapat bervariasi sesuai dengan sifat
lesi, pilihan dokter, dan pilihan pasien, diantaranya yaitu pembedahan,
radiasi, kemoterapi, terapi kombinasi, edukasi, dan perawatan pemulihan
setelah operasi.
31
DAFTAR PUSTAKA
32