Anda di halaman 1dari 22

RESUME TUTORIAL

SKENARIO 2
DIARE

TUTORIAL D
Pengampu:

dr. Elly Nurus Sakinah, M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Judul Skenario
Diare
I. SKENARIO

Seorang anak perempuan, 3 th, dibawa oleh orang tuanya ke


Puskesmas dengan keluhan BAB cair lebih dari 10 kali sejak 8 jam yang
lalu. Dari anamnesis didapatkan BAB cair, tidak berbau menusuk, tidak
ditemukan lender dan darah. Pasien juga dikeluhkan muntah lebih dari 5
kali. Pasien dikeluhkan mengalami gejala sejak bermain dan jajan di area
perkebunan karet tempat orang tuanya bekerja.
Orang tua juga mengeluhkan bahwa putrinya dirasa lebih kecil dari
teman sebayanya. Pasien dikeluhkan tetap tidak mengalami peningkatan
berat badan meskipun makan banyak, akan tetapi perut pasien dikeluhkan
semakin membuncit.
Pemeriksaan fisik saat ini didapatkan pasien tampak lemas, turgor
kulit menurun, nadi 124 x/m, RR 22 x/m, dan menangis tetapi tidak keluar
air mata. BB pasien 9 kg. Dokter segera menangani dengan melakukan
terapi rehidrasi.

II. KLARIFIKASI ISTILAH


1. Turgor
2. Muntah
3. Terapi rehidrasi
4. Buncit
5. Lendir
6. Diare

III. PEMBAHASAN KLARIFIKASI ISTILAH


1. Turgor
 ketegangan jaringan yang disebabkan terlampui banyak diisi darah (KKBI)
 Keadaan menjadi turgid ( membengkak dan terkongesti ) sensasi penuh yang
normal atau yang lain

 Turgid yang artinya membengkak/terkongesti dan tersumbat


Turgor Kulit : salah satu identifikasi dari adanya dehidrasi

 Secara mudahnya adalah daya tegang suatu jaringan yang merupakan


menifestasi dari keseimbangan cairan dalam interstisial. Ptada skenario ini,
turgor kulit menurun yang menunjukkan bahwa terjadi ketidakseimbangan
cairan di lapisan dermis kulit. Permisalan turgor itu adalah tanaman yang layu
karena Cairan pada vakuola nya berkurang, sehingga sel menjadi lemas.

 Turgor adalah keadaan menjadi turgid (membengkak dan terkongesti) atau


ketegangan jaringan karena diisi oleh banyak pembuluh darah. Sedangkan
skin turgor adalah gambaran elastisitas kulit, diukur dengan cara memanatau
waktu yang diperlukan kulit untuk kembali ke posisi semula setelah sedikit
dicubit, normalnya dalam rentan waktu 3 detik akan kembali.

 Turgor kulit adalah derajat elastisitas kulit. Tugor kulit diperiksa dengan cara
mengangkat (mencubit) sebagian kulit kemudian melepaskannya. Kulit yang
normal akan segera kembali pada posisi semula dengan cepat. Jadi
pemeriksaan turgor kulit ditentukan dengan mengamati waktu yang
dibutuhkan oleh kulit untuk kembali ke posisi normal setelah diregangkan
atau ditekan.
Ada beberapa hal atau faktor yang menggangu interpretasi hasil pemeriksaan
turgor kulit. Tugor kulit sangat bergantung pada lemak sub kutan dan cairan
interstisial. Pemeriksaan turgor kulit untuk mengetahui adanya dehidrasi juga
dipengaruhi posisi hewan (rebah atau berdiri), lokasi kulit yang
diperiksa, dan jumlah lemak subkutan.

2. Muntah
 keluar kembali tentang makanan, minuman dan sebagainya (KKBI)
 Keluar kembali ( tentang makanan, minuman dan sebagainya ) yang telah
masuk kedalam mulut/perut
Mual: hendak muntah
Gastroetritis : atau biasanya disebut mutaber
 Muntah adalah ekspulsi isi lambung, usus, atau keduanya melalui mulut.
Muntah dapat dipicu oleh sinyal aferen ke pusat muntah (medula batang
otak) dari sejumlah reseptor di tubuh. Penyebab muntah diantaranya adalah
:
a) Stimulasi taktil(sentuh) di bagian belakang tenggorokan. Contohnya
seperti memasukkan jari ke tenggorokan belakang atau bahkan
melaukan penekanan disana.
b) Iritasi atau peregangan lambung dan duodenum.
c) Peningkatan tekanan intrakranium, misalnya yang disebabkan oleh
pendarahan otak akibat trauma.
d) Rotasi atau akselerasi kepala yang menyebabkan pusing bergoyang
seperti ketika mabuk perjalanan.
e) Bahan berbahaya maupun obat yang bekerja pada saluran napas atas
yang merangsang chemoreceptor trigger zone khusus disamping
pusat muntah. Contohnya adalah obat kemoterapi.
f) Muntah psikogenik akibat faktor emosi, termasuk yang menyertai
pemandangan atau bau serta kecemasan.

 Pengeluaran paksa isi dalam perut dengan kekuatan penuh, disebabkan oleh
gerakan peritaltik kembali Gastrointestinal, gerakan ini memerlukan
koordinasi dari otot perut, pylorus, dan antrum. Kenaikan cardiagastric,
penurunan tekanan, dan dilatai esophageal.
Tahap-tahap muntah:
1. Nausea (mual)

Merupakan sensasi psiki yang ditimbulkan akibat rangsangan organ-


organ dalam, labirin (organ keseimbangan) atau emosi dan tidak selalu
diikuti oleh retching atau muntah
2. Retching (manuver awal muntah)
Merupakan fase dimana terjadi gerakan nafas pasmodik dengan glotis
tertutup, bersamaan dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada dan
diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negative.
3. Regurgitasi

Puncak dari fase retching ditandai dengan kontraksi kuat otot perut,
diikuti dengan bertambah turunnya diafragma, disertai penekanan
mekanisme antirefleks. Pada fase ini, pilorus dan antrum berkontraksi,
fundus dan eksofagus relaksasi, dan mulut terbuka.

 Menanggapi bahwa otot yang bekerja tidak mungkin hanya diafragma, tiska
akan mampu memberikan refluks yang kuat untuk muntah. Tapi juga kita
tahu, otot-otot perut seperti Rectus Abdominis menekan kuat saat muntah
sehingga hal tersebut menjadi mungkin mampu menimbulkan refluks yang
cukup untuk muntah.
 Mual merupakan kecenderungan untuk muntah atau dapat dikatakan sebagai
perasaan tidak nyaman di epigastrium yang berfungsi sebagai penanda bahwa
seseorang akan muntah. Mual juga dapat dikatakan sebagai rasa tidak nyaman
pada saluran cerna atas. Sedangkan, muntah merupakan dorongan dari dalam
perut yang tidak disadari pengeluarannya melalui esofagus sampai dengan
mulut, muntah biasanya disertai dengan mual, namun mual tidak selalu
muntah.
Fase muntah terbagi menjadi dua, yaitu tahap awal dan tahap pengeluaran.
Tahap awal merupakan adaanya kontraksi pada perut dan otot otot
pernapasan. Pada fase ini pasien hanya merasakan mual tidak sampai muntah.
Sedangkan, fase pengeluaran yaitu fase dimana terdapat pergeseran
diafragma dan otot perut sehingga menyebabkan kontraksi yang lebih kuat
dan biasanya berlangsung pada waktu yang lama. Kontraksi ini dpaat
dilepaskan melalui sfingter esofagus bagian atas yang mengalami relaksasi
sehingga isi lambung dapat keluar.
Muak dan muntah dapat berlangsung pada jangka pendek dan jangka panjang.
Pada jangka pendek mual dan muntah tidak membahayakan bagi psien.
Sedangkan, pada jangka panjang, mual dan muntah dapat menyebabkan
sehidrasi sehingga keseimbangan elektrolit terganggu. Pengeluaran muntah
paling banyak melalui mulut, asam lambung yang terkandung di dalam
muntahan dapat merusak enamel gigi.

 Muntah merupakan bagian dari suatu fenomena yang terjadi dalam 3 stadium
meliputi mual, retching, dan muntah. Mual adalah kecenderungan untuk
muntah atau sebagai perasaan di tenggorokan atau daerah epigastrium yang
memperingatkan seorang individu bahwa muntah akan segera terjadi. Tanda
mual diantaranya adalah pucat, hipersalivasi, hendak muntah, hendak
pingsan, berkeringat, dan takikardi. Retching adalah suatu usaha involunter
untuk muntah, seringkali menyertai mual dan terjadi sebelum muntah, terdiri
atas gerakan pernapasan spasmodik melawan glotis dan gerakan inspirasi
dinding dada dan diafragma. Muntah adalah ekspulsi isi lambung, usus, atau
keduanya melalui mulut. Pada saat muntah, lambung, esofagus, dan sfingter-
sfingter terkait dalam keadaan lemas. Sedangkan gaya utama penyebab
ekspulsi berasal dari kontraksi otot pernapasan dan diafragma. Kontraksi
diafragma akan menekan ke bawah lambung, sementara secara bersamaan,
kontraksi otot perut menekan rongga abdomen yang menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan intraabdomen dan memaksa visera abdomen bergerak
ke atas. Sewaktu lambung yang melemas terperas antara diafragma atas dan
rongga abdomen mengecil di bawah, isi lambung terdorong ke atas melalui
sfingter-sfingter dan esofagus yang melemas serta keluar melalui mulut.
Glotis akan tertutup sehingga bahan muntah tidak masuk ke saluran
pernapasan dan uvula juga terangkat untuk menutup saluran hidung.
4. Terapi rehidrasi
 proses senyawaan kembali kerusakan pada sel yang mati (KBBI)

 Terapi rehidrasi merupakan terapi pengembalian air atau cairan yang


terkandung dalam tubuh yang sudah mengalami dehidrasi. Terapi ini dapat
diberikan secara peroral berupa larutan rehidrasi oral dan intravena berupa
ringer laktat.
 Rehidrasi adalah pengembalian air atau cairan yang terkandung dalam tubuh
atau suatu bahan yang telah mengalami dehidrasi. Biasanya dilakukan dengan
pemberian elektrolit baik melalui oral maupun intravena.

 Pengambilan air atau cairan yang terkandung dalam tubuh yang telah
mengalami dehidrasi
Pemberian mineral berupa elektrolit melalui intravena atau intra oral
Pemberian oralit, garam dan air hangat
Pemberian kristaloid. Contoh: NaCL 0.9%, ringer laktat
5. Buncit
 Menambahkan bahwa buncit tidak hanya karena penumpukan lemak, tapi
juga bisa karena edema, yakni contohnya pada penderita kwarsiorkor yang
mana tubuhnya kurus, tapi perut buncit.
 Perut buncit atau perut gendut, dikenal dengan nama klinis obesitas
abdominal atau obesitas sentral, adalah kumpulan lemak abdominal
berlebih yang terdapat di daerah abdomen.

 Buncit adalah perut besar atau obesitas sentral yang terjadi karena
penumpukan lemak pada abdominal; edema terjadi karena penumpukan
cairan di ruang intersitial.
6. Lendir
 barang/benda cair yang pekat dan licin (seperti dahak, ingus) yang
dihasilkan oleh kelenjar bel sel satu pada selaput lendir (KBBI)
menyebabkan yang dilapisi selalu basah nama lainnya mukus. Berfungsi
sebagai melunasi dan melindungi banyak bagian tubuh kita serta sebagai
pelindung di atas permukaan ini dan mencegah jaringan mengering (Unesa)

 Lendir atau mukus adalah barang cair yang pekat dan licin yang
disekresikan oleh kelenjar, bersama dengan berbagai garam anorganik, sel
yang terkelupas, dan leukosit. Terdiri atas mucin dan antibody.
7. Diare
 Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari

 Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare dapat disebabkan oleh
transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.

 Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari.Secara klinis
penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya.
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung
kurang dari 2 minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak,
disertai lemah dan kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti
atau berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat
terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri, akibat makanan.
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak
awal diare. Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu
diare spesifik dan diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit. Diare non spesifik
adalah diare yang disebabkan oleh makanan. Tanda-tanda diare kronik
seperti: demam, berat badan menurun, malnutrisi, anemia, dan meningginya
laju endap darah.
Sedangkan berdasarkan patofisiologinya, diare dapat dibagi atas 3
kelompok :
a. Osmotic diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari
mukosa. Hal ini ditemukan malabsorbsi, dan defisiensi laktase.
b. Secretori diarrhoea, pada keadaan ini usus halus, dan usus besar
tidak menyerap air dan garam, tetapi mengsekresikan air dan
elektrolit. Fungsi yang terbalik ini dapat disebabkan pengaruh toksin
bakteri, garam empedu, prostaglandin, dan lain-lain. Cara
terjadinya, melalui rangsangan oleh cAMP (cyclic AMP) pada sel
mukosa usus.
c. Exudative diarrhoea, ditemukan pada inflamasi mukosa seperti pada
colitis ulcerativa, atau pada tumor yang menimbulkan adanya
serum, darah, dan mukus.

 Diare merupakan peningkatan fluiditas atau volume feses dan frekuensi


defekasi. Faktor-faktor yang memengaruhi volume serta konsistens feses
meliputi kandungan air di dalam kolon serta keberadaan makanan yang
tidak terserap, bahan yang tidak terserap, dan sekresi intestinal. Diare
dengan volume yang banyak niasanya terjadi karena terdapat air, secret,
atau keduanya dalam jumlah yang berlebihan di dalam usus halus. Diare
dengan volume yang sedikit biasanya disebabkan oleh motilitas intestinal
yang berlebihan. Diare dapat pula terjad karena stimulasi saraf parasimpatis
usus, yang ditimbulkan oleh faktor-faktor psikologis seperti rasa takut dan
stress.

 Buang air besar dengan frekuensi yang tinggi, sulit ditahan, disertai tinja
yang lembek & berair. Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang
kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan
gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat
diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari
plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat
akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium. Diare sekretorik bila
terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun
sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan
bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak
rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal
seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat
menyebabkan diare sekretorik. Diare eksudatif, inflamasi akan
mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar.
Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non
infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease
(IBD) atau akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas
yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi
pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan
penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare

IV. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana mekanisme terapi rehidrasi?
2. Apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan anak dalam skenario tidak
seperti teman sebayanya?
3. Kenapa tidak terjadi penambahan berat badan, padahal perut membuncit?
4. Mengapa anak dalam skenario ini saat menangis tidak keluar air mata?
5. Apa penyebab anak muntah dan diare?
6. Apa hubungan kasus anak dengan perkebunan karet?

V. PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana mekanisme terapi rehidrasi?
 Rehidrasi dilakukan pada pasien yang mengalami dehidrasi. Dehidrasi ada
berbagai tingkatan, salah satunya adalah dehidrasi berat. Dehidrasi berat
dapat dicek atau dilihat melalui adanya letargis (pasien tidak sadar), mata
cekung, cubitan kulit perut kembali dengan lama (lebih dari 3 detik), pasien
tidak bisa minum atau malas minum. Pasien dengan kondisi dehidrasi berat
dapat direhidrasi dengan pemberian cairan kristaloid dan juga dengan
pemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral). CRO merupakan cairan yang
mengandung elektrolit yang bertujuan untuk menggantikan air dan
elektrolir yang hilang akibat diare. Cairan ini tersedia dalam bentuk garam
(oralit) yang harus dilarutkan dengan air sebelum konsumsinya. Pada anak
dengan dehidrasi berat perlu dilakukan rehidrasi intravena secara cepat
dengan pengawasan yang ketat lalu dilanjutkan dengan rehidrasi oral.

 Resusitasi cairan Ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan


tubuh, sehingga seringkali dapat menyebabkan syok. Terapi ini ditujukan
pula untuk ekspansicepat dari cairan intravaskuler dan memperbaiki perfusi
jaringan.
Terapi rumatan bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tub uh
dan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh Hal ini digambarkan dalam diagram
berikut : Prinsip pemilihan cairan dimaksudkan untuk : Mengganti
kehilangan air dan elektrolit yang normal melaui urine, IWL, dan feses.
Membuat agar hemodinamik agar tetap dalam keadaan stabil.
Pada penggantian cairan, maka jenis cairan yang digunakan didasarkan pada
: Cairan pemeliharaan ( jumlah cairan yang dibutuhkan selama 24 jam ).
Cairan defisit ( jumlah kekurangan cairan yang terjadi ).
Terapi cairan Rumatan Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi Resusitas Cairan
pengganti ( replacement ). Sekuestrasi ( cairan third space )
Pengganti darah yang hilang. Pengganti cairan yang hilang melalui fistel,
maag slang dan drainase Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dapat
dilakukan penghitungan untuk menghitung berapa besarnya cairan yang
hilang tersebut- Unhas

 Pemberian cairan intravena


 larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat (disebut pula
larutan Hartman untuk penyuntikan). Tersedia juga larutan Ringer
Asetat. Jika larutan Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam
normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5%
(dextrosa) tunggal tidak efektif dan jangan digunakan.
 Diberikan dengan ukuran 100ml/kg
 <12 th 30ml dalam 1 jam kemudian 70ml dalam 5 jam
 >12th 30ml dalam 30 menit kemudian 70 ml dalam 2,5 jam
 Oralit
 Umur 3 jam pertama Selanjutnya setiap kali diare
 < 1 tahun 1,5 gelas 1/2 gelas
 1-5 tahun 3 gelas 1 gelas
 5-12 tahun 6 gelas 1 1/2 gelas
 > 12 tahun 12 gelas 2 gelas
 Rujuk RS

 Pada terapi dehidrasi berat :


a. Berikan cairan intravena secepatnya, beri 100 ml/kgBB cairan ringer
lactate kalau tidak ada maka dapat digunakan larutan NaCl 0,9%
b. Pemberian cairan intravena :
 Pada bayi :
- Pemberian pertama : 30 ml selama 1 jam
- Pemberian kedua : 70 ml selama 5 jam
 Pada anak :
- Pemberian pertama : 30 ml selama 30 menit
- Pemberian kedua : 70 ml selama 2,5 jam
c. Periksa kembali 15 – 30 menit setelahnya, jika belum baik berikan
cairan intravena dipercepat. Berikan oralit saat ia sudah mau minum,
untuk bayi 3-4 jam atau 1-2 jam untuk anak.
d. Berikan tablet zink sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan
e. Periksa kembali 6 jam pada bayi dan 3 jam pada anak.

 Terapi rehidrasi merupakan terapi pengembalian air atau cairan yang


terkandung dalam tubuh yang sudah mengalami dehidrasi seperti diare.
Terapi ini dapat diberikan secara peroral berupa larutan rehidrasi oral dan
intravena berupa ringer laktat.
Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh,
diare dapat dibagi menjadi:
a) Diare tanpa dehidrasi Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami
dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada
tanda-tanda dehidrasi.
b) Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%) Pada tingkat diare ini penderita
mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang muntah, terasa haus,
kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah
mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum
dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c) Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%) Pada keadaan ini, penderita akan
mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada,
irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor
kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air
mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan
kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d) Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%) Pada keadaan ini, penderita sudah
banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini
penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan
tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-
ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak
mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan
juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit
yang dingin dan pucat.
Menurut panduan WHO dan UNICEF yang dikeluarkan pada
Desember 2006, cairan rehidrasi oral mengandung kadar natrium dan
glukosa yang lebih rendah daripada formula sebelumnya (osmolaritas
rendah, 245 mOsm/l dibanding dengan formula sebelumnya yang memiliki
osmolaritas 311 mOsm/l). Dengan kadar Na dan glukosa yang lebih rendah,
larutan rehidrasi oral formula baru dapat mempercepat absorpsi cairan,
mengurangi kebutuhan terapi cairan intravena, dan mempermudah
perawatan kasus diare akut non-kolera pada anak karena tidak memerlukan
perawatan rumah sakit. Akan tetapi pada penderita dehidrasi berat harus
segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan cairan oralit secara
intravena dan peroral. Prinsip tatalaksana diare di Indonesia telah ditetapkan
oleh Kementerian Kesehatan yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas
Diare) yaitu: rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah, pemberian
Zinc selama 10 hari berturut-turut, teruskan pemberian ASI dan makanan,
antibiotik selektif, nasihat kepada orangtua/pengasuh. Rehidrasi sebagai
perioritas utama pengobatan, empat hal yang perlu diperhatikan adalah:
a) Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit, cairan
Ringer Laktat, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik
ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml.
b) Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan idealnya sesuai dengan
cairan yang dikeluarkan.
c) Jalan masuk, rute pemberian cairan pada oarang dewasa dapat dipilih
oral atau i.v.
d) Jadwal pemberian cairan, rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada
akhir jam ke-3 setelah awal pemberian.
2. Apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan anak dalam skenario
tidak seperti teman sebayanya?

 Bisa dikarenakan genetik karena disebutkan bahwa anak tersebut tetap


makan banyak jadi kemungkinan gizinya tercukupi tetapi jika ada kelainan
genetik maka pertumbuhan anak tersebut menetap. Yang kedua bisa
disebabkan malnutrisi/stanting tidak dapat diketahui orang yang dipastikan
makan banyak belum tentu kandungan yang dia makan mengandung gizi
yang sesuai dengan tubuh semisal sering makan mie instan bisa dijadikan
yang hanya terpenuhi karbohidrat dan lemak tetapi untuk vitamin dan
protein tidak dia dapatkan sehingga bisa disebutkan malnutrisi/kekurangan
gizi

 Selain karena pengaruh genetik, perlu dicurigai bahwa terjadi stunting.


Stunting atau kerdil merupakan suatu kondisi dimana anak memiliki tinggi
badan yang kurang dari umumnya (˂-2 SD), hal ini terjadi karena masalah
gizi kronis.
Apabila terjadi kekurangan gizi, terutama defisiensi protein, dapat
menyebabkan anak mengalami gangguan pertumbuhan karena protein
memiliki berbagai fungsi penting seperti membangun dan memelihara sel
dan jaringan tubuh, bahan metabolisme, enzim, hormon, dan sistem imun.
Sehingga ketika protein sebagai bahan-bahan untuk membangun dan
memelihara sel dan jaringan tidak terpenuhi dan metabolisme dalam tubuh
tidak bisa berjalan optimal, maka pertumbuhan pun juga akan terhambat.

3. Kenapa tidak terjadi penambahan berat badan, padahal perut


membuncit?

 Kemungkinan mengalami penyakit cacingan karena dalam skenario


tersebut menjelaskan bahwa pasien dikeluhkan mengalami gejala sejak
bermain dan jajan di area perkebunan karet.
 Perut buncit memang terkait dengan kondisi gizi buruk, namun tidak selalu
demikian dan untuk memastikannya harus dilakukan penilaian kondisi gizi
anak. Kondisi gizi anak ini biasanya ditentukan melalui pemeriksaan
antropometri, dimana dilakukan pengukuran kondisi tubuh anak, misalnya
panjang/tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan sebagainya yang
kemudian diabndingkan terhadap usia anak. Mengenai perut buncit memang
sering dikaitkan dengan kondisi gizi buruk seperti yang telah saya jelaskan.
Namun anda perlu ingat bahwa hasil penilaian kondisi gizi anak anda belum
final, sehingga belum bisa ditentukan mengalami gangguan gizi buruk. Pada
anak dengan gizi buruk, anak bisa tampak kurus namun perut tampak buncit,
dimana terlihat tulang dada menonjol seperti terbungkus kulit tipis.
Kemudian rambut anak tampak merah dan juga mudah rontok. Kulit pada
tubuh anak bisa tampak kendor seperti anak sedang menggunakan celana
baggy. Jika terdapat tanda-tanda seperti ini maka perlu ditangani segera.
Perut yang tampak buncit ini bisa juga terjadi karena penyakit kecacingan
yang nantinya juga dapat menyebabkan gizi buruk pada anak. Perlu
dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk menilai kondisi ini.

 Peningkatan berat badan dapat disebabkan akibat penyimpanan energi


karena adanya aktifitas metabolic. Pada orang yang gemuk atau pada orang
yang sedikit makan namun terlihat berisi hal itu disebabkan karena
penyimpanan energi hasil metabolisme pada jaringan baik. Berbeda halnya
dengan orang yang kurus namun makannya banyak, berdasarkan kuliah dr.
Adel, terjadi defek pada hormom atau pada jaringan yang fungsinya
menyimpan energy. Sehingga energy tidak disimpan secara adekuat. Hal ini
yang menyebkan tidak terjadi pertambahan berat badan. Perut buncit dapat
diakibatkan karena defisiensi protein yang ditandai dengan kebuncitan yang
diakibatkan penumpukan cairan pada perut dan biasanya terjadi perbesaran
pada hepar sehingga membuat perut nampak buncit.

 Kemungkinan pertama adalah anak tersebut mendapat nutrisi dan gizi yang
cukup tetapi tidak dapat diserap oleh tubuh karena berbagai hal, misalnya
seperti kecacingan. jenis cacing yang banyak menyerang adalah cacing
gelang (Ascaris Lumbricoides), cacing tambang (Ankylostoma Duodenale
dan Necator Americanus), dan cacing cambuk (Trichuris Trichuria).
Penyakit ini pada umumnya menyerang pada anak-anak karena daya tahan
tubuhnya masih rendah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya
adalah iklim tropis, kesadaran akan kebersihan yang masih rendah, sanitasi
yang buruk, kondisi sosial ekonomi yang rendah, serta kepadatan penduduk.
Satu ekor cacing dapat menghisap darah, karbohidrat dan protein dari tubuh
manusia. Cacing gelang menghisap 0,14 gram karbohidrat & 0,035 gram
protein, cacing cambuk menghisap 0,005 mL darah, dan cacing tambang
menghisap 0,2 mL darah. Sekilas memang angka ini terlihat kecil, tetapi
jika sudah dikalkulasikan dengan jumlah penduduk, prevalensi, rata-rata
jumlah cacing yang mencapai 6 ekor/orang, dan potensi kerugian akibat
kehilangan karbohidrat, protein dan darah akan menjadi sangat besar.
Sehingga, membesarnya perut si anak bukan karena nutrisi yang diserap
oleh tubuh anak tersebut, melainkan karena pertumbuhan cacing yang
membesar di perut anak tersebut.
Kemungkinan yang kedua adalah karena anak tersebut mengalami
kekurangan gizi khususnya defisiensi protein. Di dalam protein, terdapat
salah satu komponen penting yaitu albumin, sebanyak kurang lebih 60%.
Albumin ini berfungsi untuk mengatur tekanan dalam pembuluh darah dan
menjaga tekanan osmotik dalam pembuluh darah agar tidak bocor ke
jaringan intersitial. Ketika dalam intravaskuler kadar albumin sedikit dan
cairan banyak, sedangkan di intersitial memiliki banyak protein tetapi
cairannya sedikit maka yang terjadi adalah cairan dalam intravaskuler akan
bocor menuju intersitial agar terjadi keseimbangan. Akibatnya cairan di
intersitial akan menjadi banyak yang menyebabkan oedem atau
pembekakan seperti yang terjadi pada perut anak tersebut. Fenomena ini
dapat kita lihat pada penderita kwashiorkor

4. Mengapa anak dalam skenario ini saat menangis tidak keluar air
mata?
Dalam skenario tersebut, sang anak mengalami muntah dan diare yang
dapat menyebabkan dehidrasi. Apabila dilihat dari tabel derajat dehidrasi,
anak tersebut mengalami diare dengan dehidrasi derajat berat. Air mata
tidak dapat keluar ketika menangis bisa terjadi karena kurangnya cairan
dalam tubuh atau dehidrasi. Ketika mengalami dehidrasi kemungkinan
tubuh akan memanfaatkan cairan yang ada dalam tubuh seefisien mungkin
dan lebih banyak digunakan pada hal-hal yang vital misalnya seperti
mempertahankan aliran darah pada sistem kardiorespirasi agar kehidupan
dapat tetap terjaga.

5. Apa penyebab anak muntah dan diare?

A. Etiologi
1. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral
a. Infeksi bkateri : E .coli, Salmonela typhi, Shigella dysentriae,
,V.cholera, Staaphylococcus sp., Streptococcus sp., V.eltor,
V.parahemolyticus, Clostriddium perfringens.Compilobecter
jejuni, Coccidiosis.
b. Infeksi virus ; Rotavirus, Adenovirus, Enterovirus.
c. Infestasi parasite : Cacing (Asacris, Trichiura, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giaardia lambdia, Trichomonas
hominis), jamur (Candidda albicans).
2) Infeksi parenteral, yaitu infeksi yang terjais dibagian tubuh lain di luar
alat pencernaan.
2. Faktor malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbhidrat
2) Malabsorpsi protein
3) Malabsorpsi lemak
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis

B. Patogenesis
Tiga mekanisme utama terjadinya diare meliputi :
1. Diare osmotic – Keberadaan substansi yang tidak terserap seperti gula
sintetis atau peningkatan jumlah partikel osmotik di dalam usus halus akan
menaikkan tekanan osmotic dan menarik air secara berlebihan dari darah ke
dalam lumen usus halus. Isi yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk meneluarkannya sehingga terjadi diare.
2. Diare sekretorik - Mikroorganisme pathogen atau tumor akan mengiritasi
otot dan lapisan mukosa intestinum. Hal ini dapat merangsang terjadinya
peningkatann sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus..

Diare motilitas – Inflamasi, neuropati, atau obstruksi menimbulkan reflek


berupa kenaikan motilitas usus suntuk mendorong iritan keluar atau melepaskan
obstruksi. Efek hiperperisaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempata
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya,
hipoperistaltik juga tidak bagus karena bisa mengakibatkan penumpukan
bakteri sehingga berujung pada diare.

 Malabsorpsi
Malabsorpsi merupakan ketidakmampuan mukosa usus untuk menyerap satu
atau lebih nutrient secara efisien. Absorpsi asam amino, gula, lemak, atau
vitamin dapat terganggu. Akibatnya, perpidahan nutrient dari usus halus ke
daam darah atau system limfatik berlangsung dengan tidak adekuat.
Manifestasi malabsorpsi terutama bergantung pada jenis nutrient yang tidak
bias diserap.

A. Penyebab
Bisa disebabkan oleh penyakit hepatobiler, obat, herediter, penyakit pada
usus halus, gangguan pancreas, dan bedah lambung.

B. Patofisiologi
Ketidakmampuan usus halus menyerap nutrient secara efsien dapat terjad
karena berbagai proses penyakit.Mekanisme malabsorpsi bergantung pada
penyebab. Beberapa penyebab sindrom malabsorpsi yang sering sitemukan
adalah penyait seliak, defisiensi enzim lactase, gastrektomi, syndrome
Zinger-Ellison, dan peertumbuhan bakteri yang berlebihan pada punting
duodenum.
Pada penyakit seliak (ce;iac sprue), gluten yang ada dalam makanan, yakni
produk dari gandum, barli, dan havermut merupakan zat toksik bagi pasien
dengan penyakit tersebut karena akan menyebabkan cedera pada vili-vili
usus. Mukosa usus akan telrihat rata tanpa permukaan absorpsinya. Keluhan
dan gejala pad akeadaan ini akan hilang apabila gluten dihilangka dari
maknanan yang dikonsumsi pasien.
Defisiensi lactase merupakan sindrom defisiensi disakarida. Lactase
adalah enzim usus yang memecah laktosa menjadi monosakarida glukosa dan
galaktosa sehingga bisa diserap. Pada pegidap defisiensi lactase, enzim
lactase inin tidak tersedia secara adekut bisa karena memang produksinya
yang kurang atau terdapat penyakit tertentu sehingga enzim ini tidak
dihasilkan.
Pada sindrom Zollinger-Ellison terjadi peningkatan keasaman dalam
duodenum yang menghambat pelepasan kolesistokinin, yaitu substansi yang
menstimulasi sekresi enzim pancreas. Defisiensi enzim dari pancreas dapat
menyebabkan gangguan pemecahan nutrient dan malabsorpsi.

 Muntah, atau emesis, ekspulsi paksa isi lambung keluar melalui mulut, tidak
terjadi karena peristalsis terbalik di lambung, seperti yang mungkin telah
diperkiralcan. Sebenarnya lambung itu sendiri tidak secara aktif berperan
dalam muntah. Lambung, esofagus, dan sfingter-sfingter terkaitnya semua
melemas sewaktu muntah. Gaya utama penyebab ekspulsi, yang mengejutkan,
berasal dari kontraksi otot-otot pernapasan yaitu, diafragrna (otot inspirasi
utama) dan otot abdomen (otot ekspirasi aktif). Tindakan kampleks muntah
dikoordinasikan oleh pusat muntah di medula batang otak. Muntah dimulai
dengan inspirasi dalam dan penutupan glotis. Kontraksi diafragma menekan ke
bawah ke lambung sementara secara bersamaan kontraksi otot-otot perut
menekan rongga abdomen, meningkatkan tekanan intraabdomen dan memaksa
visera abdomen bergerak ke atas. Sewaktu lambung yang melemas terperas
antara diafragma di atas dan rongga abdomen yang mengecil di bawah, isi
lambung terdorong ke atas melalui stingter-sfingter dan esofagus yang
melemas serta keluar melalui mulut. Glotis terttrtup sehingga bahan muntah
tidak masuk ke saluran napas. Uvula juga terangkat untuk menutup saluran
hidung. Siklus muntah dapat berulang beberapa kali hingga lambung kosong.
Muntah biasanya didahului oleh pengeluaran liur berlebihan, berkeringat,
peningkatan denyut jantung, dan sensasi mual, yang semuanya khas untuk
pengeluaran generalisata sistem saraf autonom

6. Apa hubungan kasus anak tersebut dengan perkebunan karet?

Dari kawasan perkebunan anak tanpa pengawasan orang tua dapat


memungkinkan kesehatan tidak terjaga semisal anak sehabis bermain tanah
dan langsung makan tanpa mencuci tangan maka cacing, bakteri dapat
memasuki tubuh anak tersebut melalui makanan yang dia makan/ cacingan

Dalam skenario ini, kemungkinan sang anak mengalami kekurangan


gizi, entah itu karena kurangnya asupan gizi yang masuk ke tubuh maupun
gizi yang masuk ke tubuh cukup tetapi tubuh tidak mampu mengabsorbsi
dengan maksimal karena mengalami gangguan. Kekurangan gizi pada anak
ini dapat menyebabkan imunitas sang anak menurun. Oleh karena itu, ketika
sang anak bermain di tempat yang kurang bersih seperti kebun karet
maupun makan makanan yang kurang higienis maka akan rentan terserang
protozoa, virus, bakteri, dan lain-lain yang dapat menyebabkan sakit seperti
diare dan muntah.

Anda mungkin juga menyukai