Anda di halaman 1dari 4

Hidup Harus Tetap Berlanjut

Perempuan dalam senja (S.M)

Pukul 2 siang hari yang terik namun tidak untuk hati salah satu sepasang suami istri desa
Bedahan kecamatan Babat, Lamongan. Tanggal 5 April 1999 terdengar suara tangisan mungil dari
manusia lucu yang untuk pertama kalinya melihat dunia. Penuh perjuangan saat proses persalinan,
sang ibu harus lebih lama menahan rasa sakit(mules akan melahirkan). Anak pertamanya ini
nampak sedikit susah untuk keluar hingga akhirnya setelah sanak saudara berada di samping ibu
tersebut untuk memberi semangat, si anak baru mau keluar. Ada-ada saja memang. Namanya
Chikici, nama yang lucu dan unik, entah maknanya apa. Seiring berjalannya waktu chikici lebih
akrab di sapa chiki, ia tumbuh menjadi anak yang sehat, penurut dan sangat pandai. Ngomong-
ngomong chikici ini bukan perempuan loh, ia laki-laki imut. Hitam cerumut, berbadan kurus, kecil,
bahkan tingginya nyaris hanya semeter saat ia memulai pendidikannya di bangku Sekolah Dasar.
Bukan karena ibu bapaknya tak menafkahi serta mengurus dengan baik hanya saja memang sudah
dari sananya seperti itu. Disekolah ia tergolong anak yang sangat pintar baik dalam hal akademik
maupun caranya berkomunikasi, memiliki banyak teman, menjadi anak kesayangan para guru
karena kepintarannya.

Setelah selesai di jenjang sekolah dasar ia melanjutkan pendidikannya di salah satu sekolah
menengah pertama yang berada tak terlalu jauh dari rumahnya. Beberapa kilo jarak dari rumah
menuju sekolah yang ia tempuh setiap hari menggunakan sepeda ontelnya, begitu bersemangat ia
dalam menjalani proses pendidikannya. Karena dia terbilang anak yang pintar dan aktif di Karya
Ilmiah Remaja di SMPnya, suatu ketika ia diminta mewakili sekolah untuk mengikuti salah satu
lomba karya ilmiah. Setiap hari ia berlatih dengan sangat tekun serta sabar, baginya orang jika
ingin sukses tak semata mata secara instan tanpa ikhtiar namun melalui usaha serta tahap yang tak
sebentar. Meski ada beberapa yang meremehkan saat akan mengikuti lomba tapi ia tetap optimis.
Menjelang hari dimana lomba akan di mulai, ia berangkat dari rumah berniat menuju sekolah
dengan membawa sesuatu yang kan menjadi bahan saat lomba nanti, sayangnya takdir mungkin
sedang tak berpihak padanya atau mungkin Tuhan mempunyai rencana lain untuknya. Ketika itu
ia mengkayuh sepeda dengan begitu semangat, sampai pertigaan ia tak melihat bahwa ada truk
yang ingin melintas hingga nasib naas menimpanya. Ia menabrak truk tersebut yang membuatnya
harus dilarikan kerumah sakit dan terpaksa gagal mengikuti lomba karya ilmiah yang sudah
beberapa hari bahkan minggu ia persiapkan. “Rencana Tuhan lebih indah” kata-kata itu sering di
paksa masuk ke dalam otaknya oleh ia sendiri tapi tentu wajahnya tak dapat menutupi rasa
kecewanya saat itu. Setelah kejadian itu ia terlihat tak sesemangat dulu. Bahkan ia jadi sedikit
pemalas dalam kelas, tak sabar ingin pulang saat berada di sekolah. Bel berbunyi, ia langsung lari
menuju salah satu warnet dekat sekolahnya dan mulai membuka aplikasi, memainkan game online.
Seperti itu telah menjadi kebisaan, kecanduan. Namun lama kelamaan mungkin ia berfikir
mengapa hidupnya seperti itu mengalami perubahan yang drastis hingga akhirnya ia mulai ingin
menjalanihidupnya seperti dulu.

Tahun 2014, ia lulus dari SMP dan melanjutkan ke salah satu sekolah yang terbilang elit di daerah
Lamongan. Ia memiliki banyak teman karena memang ia adalah orang yang supel, ramah pada
siapapun. Keinginannya untuk menjadi orang yang rajin serta nantinya berguna terutama untuk
ibu bapaknya tumbuh kembali apalagi setelah ia bertemu serta mengenal teman perempuan satu
kelasnya yang mampu memberi lebih perhatian dan mampu memberi semangat padanya. Di
jenjang SMA ini ia banyak mendapatkan pengalaman berharga di hidupnya. Berbagai lomba karya
ilmiah ia ikuti, menjadi aktivis di sekolah tapi tentu tak melupakan tugasnya untuk terus belajar.

Tiba saat perpisahan sekolah. Hati chiki mengalami konfllik karena memikirkan banyak
hal dari mulai tak ingin berpisah dengan teman-temannya termasuk teman perempuan yang selalu
memberi semangat dan warna diharinya smpai memikirkan bagaimana masa depannya, akan
melanjutkan pendidikan atau tidak, jika lanjut maka ia akan kemana dan jika tidak maka ia akan
seperti apa.

Setelah mengalami perdebatan hebat dalam hatinya tentu setelah istikharah, akhirnya dia
memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya. Ia mendaftar pada dua perguruan tinggi dengan
jurusan pilihan pendidikan Biologi dan pendidikan Kimia. Ia memang sangat suka bergelut di dua
bidang tersebut.

Hari dimana akan ada pengumuman lolos masuk perguruan tinggi, ia di terima pada salah
satu perguruan tinggi negri di salah satu kota Jawa Timur yaitu Tulungagung dengan jurusan
Pendidikan Biologi, tak jauh dari kota tempat tinggalnya saat itu. Namun tetap ia harus merantau
karena tak mungkin pulang pergi Lamongan-Tulungagung karena membutuhkan perjalanan 6 jam.
Kembali ia mengalami keadaan yang membuatya bimbang. Ia tepisah dari teman terutama teman
perempuannya yang telah begitu banyak melukiskan kenangan dalam benaknya. Hingga
komitmen ia dengan si perempuan harus berakhir dan memilih jalan masing-masing. Bagi chiki
melupakan perempuan secantik dan semanis dia sangat tak mudah.

Tiba ia di kota perantauan, memulai hidup baru namun tentu bayang-bayang masa lalu
masih menggelayut terasa indah di pikirannya, terjebak nostalgia. Hari pertamanya di kota rantau,
ia melihat setiap sudut kampus dan masih belum percaya jika ia bisa menempuh pendidikan disitu.
Hingga tak terasa sudah malam ia pulang bersama temannya di kost kostan baru, baru pertama kali
hidup tak seatap dengan orang tua.

13 agustus 2017, masa ospek mahasiswa telah dimulai. Baginya hal itu sangat
menyenangkan tapi tidak untuk kebanyakan mahasiswa. Ia selalu memandang sesuatu hal dari
sudut pandang yang baik. “Ini akan sangat bermanfaat sebagai modal nanti kuliah, latihan mental
dan fisik” ujarnya saat harus berjemur pada teriknya matahari yang terasa membakar kulit. Dua
hari masa ospek kampus selesai dilanjut masa ospek fakultas. Cukup ringan karena banyak
kegiatan indoor seperti diskusi atau penyampaian materi dari instruktur pendamping. Pada saat
ospek fakultas telah di kelompokkan juga sesuai dengan jurusannya dan lebih spesifik sesuai kelas
yang nantinya akan menjadi kelas tetap. Pada malam ospek terakhir fakultas terdapat sesi diskusi
dan di lanjut pemilihan kepengurusan kelas. Ia terpilih menjadi ketua kelas karena memang ia yang
pantas. Semakin dewasa ia semakin pintar dan terlihat berwibawa meski tetap dengan penampilan
dan ciri khasnya, hitam, kurus dan kecil.

Saat kuliah perdana ia berangkat menuju kampus dengan wajah bahgaia tentu sedikit tidak
dengan hatinya karena tak ada seseorng yag biasa bersamanya. Hari berganti bulan, nampaknya
semangat chiki mulai tumbuh lagi. Entah ada energi apa yang membuatnya seperti itu. Perempuan
sekelasnya, anak rantauan dari beda provinsi mampu menumbuhkan semangat itu kembali.
Berawal dari perkenalan yang lucu. Sekedar tukar info, hingga menjadi obrolan via Handphone
yang tak pnting. Hal itu akhirnya menjadi suatu kebiasaan setiap hari. Waktu terus berlalu chiki
mulai percaya hingga ia berani mencurahkan perasaan kepada perempuan tersebut, tentunya bukan
perasaan suka bahkan cinta, karena ia termasuk orang yang susah melupakan. Ia hanya merasa
nyaman dengan perempuan sekelasnya. Mungkin ia berbeda menurutnya. Saat itu ia berniat belajar
bersama tapi nyatanya karena mungkin pelajaran yang terlalu sulit atau memanng niat yang tak
serius akhirnya malah chiki menceritakan pengalaman hidupnya pada si perempuan bahkan smpai
menceritakan bagaimana masa lalunya bersama perempuan spesial yang ada di hatinya yang sulit
untuk hilang. Dengan senang hati si perempuan mendengarkan cerita, kata demi kata serta sesekali
memberi solusi untuknya. Di atas gedung semilir angin di temani jus mangga awal chiki menjadi
semakin dekat dengan si perempuan. Kedekatannya hanya sebagai teman hingga suatu saat ia
meminta solusi pada si perempuan untuk melupakan perempuan masa lalunya. Beberapa bulan
berlalu ia dapat melupakan perempuan masalalunya itu. Namun ada sesuatu yang aneh. Ia mulai
takut kehilangan teman perempuannya, akhir semester satu ia memberanikan diri mengutarakan
hal yang memang di pendamnya bahwa ia menyayangi si perempuan. Bodohnya ia menyayangi
dan menanam perasaan pada hatinya untuk si perempuan yang entah ia berbalik rasa ataupun tidak.

Februari 2018, kuliah semester dua di mulai. Suasana indah untuknya. Setiap hari bisa
mengerjakan tugas dengan teman-teman yang semakin hari semakin akrab termasuk si perempuan
tadi. Banyak orng menyangka chiki dan si perempuan menjalin hubungan. Nyatanya tidak, hanya
memang ada komitmen yang secara alamai tanpa di buat. Komitmen untuk saling membantu,
memberi semangat serta menjaga. Semester dua adalah saksi kebahagiaan hati yang akan selalu
membekas. Hingga tiba saat liburan. Ia harus berpisah jarak untuk wktu dua bulan dengan si
perempuan. Harus pualng ke kampung halaman masing-masing.

Tak lama setelah jauh, ada hal yang mengharuskan si perempuan untuk lebih menjaga jarak
jengan chiki. Tak dapat di jelaskan bagaimana, si perempuan terlalu takut melukai hati bainya.
Meski si perempuan tau tak ada malaikat yang menagis karena patah hati. Namun tetap tak tega.
Tak tau diri memang, namun banyak alasan yang tak mesti di sampaikan. Terkadang ada perihal
didunia ini yang tak terucap hanya perlu di hayati dan dijadikan bahan mawas diri. Kini chiki
mencoba bangkit kembali dari keterpurukan untuk kedua kali. Si perempuan memilih untuk tetap
memberi semangat, tentu tak seperti dulu. Chiki tetap berusaha ingn memiliki hatinya dengan
berbagai cara mulai dari chat yang sering kali tak jelas yg dikirim kepada si perempuan walau
sekear di balas dengan emotikon tapi sunggu itu membuat hatinya bahagis. Setidaknya si
perempuan tidak benar-benar meninggalkannya. Hingga saat ini ia masih berjuang di dunia
pendidikannya di temani teman-teman serta perempuan yang mengin berbeda menurutnya. “
Hidup harus tetap berlanjut, jangan berhenti jika beulum menemukan sukses, yakinlah pada
ketetapan Tuhan” ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai