Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa atau mental illenes merupakan kesulitan yang harus dihadapi oleh

seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya

tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri (Budiman, 2010). Gangguan

jiwa adalah gangguan alam: cara berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi

(affective), tindakan (psychomotor) yang merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan

yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental,

keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua golongan yaitu : gangguan jiwa neurosa

dan gangguan jiwa Psikosa. Gangguan jiwa psikosa yang meliputi gangguan otak

organik ditandai dengan hilangnya kemampuan menilai realita, ditandai waham

(delusi) dan halusinasi, misalnya skizofrenia dan demensia.


Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama

dalam pikiran, emosi, dan perilaku. Pemikiran penderita skizofrenia sering kali tidak

berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian keliru, afek yang datar atau tidak

sesuai, dan memiliki gangguan pada aktivitas motorik yang bizzare (Davidson dkk,

2010). Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan diberbagai

daerah dan terus bertambah. Penderita skizofrenia tidak dapat mengambil keputusan

dan tidak dapat mengambil tindakan dalam suatu keputusan. Gejala primer yang

muncul pada penderita skizofrenia adalah gejala psikomotor atau gejala katatonik atau

gangguan perbuatan (Davison, Neale & Kring, 2010). Gejala sekunder terdiri dari

waham, waham yang diderita penderita skizofrenik adalah keyakinan yang tidak logis,

penderita menganggap bahwa wahamnya merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh

siapapun (Davison, Neale & Kring, 2010).

1
2

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau

terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Pada pasien waham meyakini

bahwa dirinya adalah seperti yang ada dalam pikirannya. Waham sering ditemui pada

gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada

penderita Skizofrenia (Keliat, 2011).


Pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global

yaitu sekitar 450 juta orang, terdiri dari: 150 juta depresi, 90 juta gangguan

penggunaan zat dan alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta hampir 1 juta

melakukan bunuh diri setiap tahun (Kemenkes, 2012). Prevalensi gangguan jiwa berat,

seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.

Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup banyak,

diperkirakan prevalensi gangguan jiwa berat dengan psikosis/skizofrenia di Indonesia

pada tahun 2013 adalah 1.728 orang. Prevalensi gangguan jiwa berat yakni skizofrenia

di Provinsi Jawa Timur sendiri yakni sebesar 2,2 ‰ dari prevalensi gangguan jiwa

berat nasional sebesar 1,7 ‰ atau sekitar 60.000 orang (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

Berdasarkan data rekam medis di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya pada bulan Januari – Maret 2018, dari 105 pasien didapatkan 3 masalah

keperawatan terbanyak yang ditemukan di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa

Menur Surabaya yaitu Halusinasi (35%), waham (23%), dan perilaku kekerasan

(15%). Lama rawat inap di ruang flamboyan pada klien waham rata-rata 23-30 hari

dan terlama yaitu selama 42 hari. Pada pasien waham lama rawat inap rata-rata 30

hari.
Prevalensi gangguan waham di dunia sangat bervariasi, berdasarkan beberapa

literatur, prevalensi gangguan waham pada pasien yang dirawat inap dilaporkan

sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%.
3

Sementara, pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-30

kasus dari 100.000 orang. Onset gangguan waham paling banyak ditemukan pada

kelompok umur 40 tahun, dan dapat diderita oleh kelompok usia 18-90 tahun.

Gangguan ini lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria, dengan angka rasio

yang bervariasi, berkisar antara 1,18-3:1. Kemunculan waham dapat terjadi semata-

mata akibat gangguan kejiwaan yang sifatnya idiopatik ataupun yang diinduksi oleh

suatu kondisi medis maupun penggunaan zat (Bourgeois, 2013).


Penyebab secara umum dari waham adalah gangguan konsep diri: harga diri

rendah. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti

adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan

aniaya. Wahan dapat dicetuskan juga oleh tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai

perasaan tidak berguna, putus asa, dan tidak berdaya. Jika hal ini tidak ditangani dapat

menimbulkan dapat menimbulkan perubahan proses pikir sesorang yang nantinya

mengakibatkan klien dapat megalami kerusakan komunikasi verbal bahkan klien dapat

berisiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Yusuf, 2015).


Skizofrenia yang ditandai dengan gangguan proses pikir atau waham merupakan

gangguan jiwa kronis yang mempunyai dampak tidak hanya pada orang yang

mengalaminya tetapi juga pada keluarganya. Keadaan penyakitnya yang kronis juga

telah membuat klien dengan gangguan proses pikir: waham tersebut tidak bisa bekerja

dan akhirnya menjadi beban keluarga. Untuk mengatasi keadaan tersebut klien

membutuhkan proses recovery yang tepat yang memungkinkan untuk bisa membuat

hidupnya menjadi lebih berarti walau dengan keterbatasan yang mereka miliki. Dalam

proses recovery klien memerlukan dukungan baik dari pemberi pelayanan mapun dari

keluarga dan masyarakat. Dalam mendukung proses recovery pemberi pelayanan harus

melibatkan klien sendiri, hal ini dikenal dengan dengan client centered care (Suryani,
4

2014). Banyak klien dengan gangguan proses pikir: waham yang mempunyai sikap

negatif terhadap dirinya sendiri (Suryani, 2010), merasa tidak ada harapan untuk

sembuh dan tidak ada spirit. Hilangnya rasa percaya diri dan kemampuan untuk

menolong diri sendiri, serta konsep diri yang cenderung mengarah pada harga diri

rendah (Suryani, 2010).


Kondisi tersebut dapat diperburuk dengan lingkungan yang tidak memberikan

kepercayaan dan tidak mendukung mereka. Lingkungan tersebut telah membuat klien

semakin tidak percaya diri dan merasa tidak berdaya. Bila berlangsung terus-menerus

dampaknya mengakibatkan klien tidak mandiri, tidak mampu mengendalikan

kehidupannya, serta selalu tergantung pada orang lain (Coffey & Hewitt, 2007). Salah

satu cirinya adalah klien dengan gangguan jiwa sering kambuh, sehingga menjadi

beban, tidak hanya bagi keluarga, tapi juga masyarakat dan negara.
Client Centered Care merupakan pelayanan keperawatan yang berpusat pada

klien. Hal terpenting dalam client Centered Care adalah komitmen untuk menemukan

kebutuhan pelayanan keperawatan mereka dalam kontek pengalaman mereka selama

sakit (Hasnain, et al, 2011). Pendekatan tersebut merubah pendekatan keperawatan

selama ini dalam merawat klien dengan gangguan jiwa yang hanya ke pasien untuk

memenuhi kebutuhan terkait tanda dan gejala. Fokus pelayanan keperawatan saat ini

ditekankan pada pendekatan yang menghargai serta responsif terhadap pengalaman

hidup klien dengan gangguan jiwa serta individual serta pengalaman mereka mengenai

sesuatu yang sangat bermakna dalam perjalanan hidup mereka (Stuart & Laraia,

2013).
Dalam hal ini perawat sebagai konselor sangat penting peranannya dalam proses

penyembuhan pasien yaitu terfokus pada pasien untuk dapat mengarahkan diri dan

memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling

menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-


5

masalah kehidupannya. Sebenarnya pasien memiliki jawaban sendiri atas

permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing pasien

menemukan jawaban yang benar (Corey, 2010). Berdasarkan uraian tersebut penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian “Penerapan Client

Centered Care in Recovery pada Pasien Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan

Gangguan Proses Pikir: Waham di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya”
B. Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah pada Penerapan Client Centered Care in Recovery

pada Pasien Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Gangguan Proses Pikir:

Waham di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.


C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Penerapan Client

Centered Care in Recovery pada Pasien Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan

Gangguan Proses Pikir: Waham di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya ?”.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulis dapat mengetahui Penerapan Client Centered Care in Recovery pada

Pasien Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Gangguan Proses Pikir: Waham

di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya


2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan Masalah Keperawatan Gangguan

Proses Pikir: Waham di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
b. Mengidentifikasi intervensi pada klien dengan Masalah Keperawatan Gangguan

Proses Pikir: Waham di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
c. Mengidentifikasi implementasi pada klien dengan Masalah Keperawatan

Gangguan Proses Pikir: Waham di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya
6

d. Mengaplikasikan Penerapan Client Centered Care in Recovery pada Pasien

Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Gangguan Proses Pikir: Waham di

Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya


E. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil Penerapan Client Centered Care in Recovery pada Pasien Skizofrenia

dengan Masalah Keperawatan Gangguan Proses Pikir: Waham dapat digunakan

sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan khususnya ilmu keperawatan.

2. Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi, bacaan di perpustakaan, dan

dapat digunakan untuk bahan acuan pembelajaran terutama yang berkaitan dengan

asuhan keperawatan pada klien Gangguan Proses Pikir: Waham


b. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi untuk meciptakan mutu

pelayanan yang lebih profesional dengan pengetahuan perawat yang tinggi serta

perawat mampu melaksanakaan intervensi keperawatan secara mandiri dengan

melakukan penerapan Client Centered Care in Recovery pada pasien skizofrenia

dengan masalah keperawatan Gangguan Proses Pikir: Waham


c. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan melatih kemampuan untuk melakukan Penerapan

Client Centered Care in Recovery pada Pasien Skizofrenia dengan Masalah

Keperawatan Gangguan Proses Pikir: Waham.

Anda mungkin juga menyukai