Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

Materi Kuliah : Analisis Kualitas Lingkungan

Materi Praktik : Uji Kualitas Sumber Air Bersih

Tempat : Jalan Jayagiri Gang XV no.22, Denpasar

Hari/ Tanggal : Kamis, 22 September 2016

Sabtu, 24 September 2016

Senin, 26 September 2016

I. Pendahuluan

Air merupakan salah satu kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Air bersih dapat
berasal dari air sumur, air pipa, air telaga, air sungai dan mata air. Penduduk di negara kita masih
banyak yang menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari antara lain untuk mandi, cuci
dan memasak (Mukono, 2002). Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990). Ditinjau dari segi kualitas, air
harus memenuhi beberapa syarat kesehatan baik fisik, bakteriologis, kimiawi maupun radioaktif.

Air merupakan sarana utama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena
merupakan salah satu media berbagai penularan penyakit, terutama penyakit saluran pencernaan.
Penyakit saluran pencernaan dapat dikurangi melalui penyediaan air yang memenuhi syarat
kualitas air bersih. Sampai saat ini penduduk Indonesia sulit terbebas dari penyakit diare, kolera,
disentri hingga tifus. Sebab, semua penyakit tersebut berhubungan erat dengan air (waterborne
diseases). Kasus penyakit diare sangat berkaitan dengan perilaku manusia, sarana air bersih,
sarana pembuangan air limbah dan kesehatan lingkungan pada musim kemarau. (Hiswani, 2003).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menyebutkan bahwa kebutuhan air rata-
rata secara wajar adalah 60 l/orang/hari untuk segala keperluannya. Kebutuhan akan air bersih
dari tahun ke tahun diperkirakan terus meningkat. Sehingga, uji kualitas air sangat diperlukan
untuk mengetahui kelayakan air yang akan dikonsumsi.

II. Tujuan
 Mahasiswa mampu dan terampil melakukan teknik pengambilan sample air
 Mahasiswa mampu mengidentifikasi bakteri coliform dan coli tinja dalam air

III. Tinjauan Teori

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Permenkes RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990. Sumber daya air bersih sangat berperan dalam kelangsungan
hidup manusia. Pengunaan air bersih sangatlah penting untuk konsumsi atau air minum,
berkumur, kebutuhan rumah tangga, memasak dan mencuci alat-alat dapur. Adapaun persyaratan
kualitas air bersih meliputi :

1. Syarat fisik

Air yang kualitasnya baik harus memenuhi syarat fisik yaitu tidak berbau, tidak
berasa dan tidak berwarna

2. Syarat kimia

Air yang tidak mengandung bahan atau za-zat berbahaya untuk kesehatan seperti
zat-zat beracun dan tidak mengandung mineral-mineral serta zat organik lebih tinggi dari
jumlah yang telah ditetukan.

3. Syarat bakteriologis

Air tidak boleh mengandung kuman parasit, kuman patogen dan bakteri koliform.
Persyaratan bakteriologis air bersih bedasarkan kandungan jumlah total bakteri koliform
dalam air bersih 100 ml air, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 416/MENKES./PER/IX/1990 adalah sebagai berikut :

a. untuk air bersh bukan air perpipaan, total koliform maksimal 50 MPN atau
APM per 100 ml air
b. untuk air bersih air perpipaan total koliform maksimal 10 MPN atau APM
per 100 ml air

Kualitas air secara bakteriologis yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan akibat adanya pencemaran yang disebabkan oleh tinja
manusia (Pudjarwoto, 1993).

4. Syarat radioaktif

Air tidak mengandung unsur radioaktif melebihi ketentuan yang ditetapkan


pemerintah.

Menurut Riskesdas 2010, pengunaan sarana air bersih yang paling banyak digunakan
untuk keperluan rumah tangga adalah sumur gali terlindung sebesar 27,9% dan sumur bor atau
pompa sebesar 22,2%. Sedangkan untuk keperluan air minum yang paling banyak digunakan
adalah sumur gali terlindung sebesar 24,7% dan sumur bor atau pompa sebesar 14%. Semua
jenis air bersih, baik air permukaan maupun air tanah harus mendapatkan perlindungan sebaik-
baiknya agar mendapatkan manfaat yang optimum dan mencegah terjadinya penurunan kuantitas
serta kualitas air bersih. Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi pencemaran sumber air
bersih yaitu :

1. Jenis sumber pencemar, contohnya karakteristik limbah jamban atau septic tank banyak
mengandung bahan organik yang merupakan habitat tumbuhnya mikroorganisme.
Perberdaan karakteristik limbah memiliki pengaruh terhadap kualitas bakteriologis air
sumur gali.
2. Jumlah sumber pencermar : semakin banyak sumber pencemar yang berada dalam jarak
maksimal 10 meter maka semakin besar pengaruhnya terhadap kualitas bakteriologis air
karena semakin banyaknya bakteri yang mampu meresap kedalam sumur.
3. Jarak jamban : semakin jauh sumber air bersih dengan air maka semakin sedikit jumlah
bakteri dan sebaliknya. Hal tersebut disebabkan karena tanah tersusun dari bebagai
material yang dapat menyaring bakteri yang melewatinya.
4. Perilaku : beberapa kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa bibir, bibir sumur
tidak ditutup, mandi dan mencuci dipinggir sumur akan menyebabkan air bekas mandi
atau cuci mengalir kembali kedalam sumur dan menyebabkan pencemaran
5. Kontruksi sumur : kontruksi sumur yang tidak sesuai persyaratan akan mengakibatkan
mudahnya zat pencemar mencemari air bersih sehingga akan meningkatkan jumlah
bakteri E.coli pada sumur gali.

Air dengan kualitas yang buruk dapat menyebabkan dampak kesehatan terhadap
konsumen. Dampak kesehatan yang diterima konsumen yaitu dapat mengidap penyakit diare,
muntaber, kolera dan disentri. Maka perlu dilakukan pengujian secara bakteriologis untuk
mengetahui kualitas sumber air bersih yang digunakan. Pengujian kualitas air bersih secara
bakteriologis dilakukan dengan melihat keberadaaan organisme golongan koliform sebagai
indikator karena mudah dideteksi dalam air, lebih tahan lama untuk hidup di air sehingga dapat
dianalisis keberadaaanya didalam air yang bukan merupakan medium ideal untuk pertumbuhan
bakteri. Walaupun pemeriksaan bakteri coli tidak dapat secara langsung menunjukkan adanya
bakteri patogen, tetapi adanya bakteri coli dalam air dapat digunakan sebagai indikator adanya
jasad patogen. Salah satu bakteri golongan coliform adalah bakteri E.coli

E.coli atau Escherichia coli merupakan golongan bakteri mesofilik yaitu bakteri
yangcsuhu pertumbuhan optimumnya 15-45°C dan dapat hidup pada pH 5,5-8. E. Coli akan
tumbuh secara optimal pada suhu 27° C. Berdasarkan sifat dan karakteristik virulensinya,
Escherichia coli diklasifikasikan menjadi lima kelompok (Jawetz et al, 1996), yaitu:

1. Enteroinvasive E. coli (EIEC) : Menyebabkan penyakit yang mirip dengan shigellosis


dengan menyerang sel epitel mukosa usus.
2. Enteroagregative E. coli (EAEC) : Menyebabkan diare yang akut dan kronis (dalam
jangka waktu lebih dari 14 hari) dengan cara melekat pada mukosa intestinal,
menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin, sehingga terjadi kerusakan mukosa,
pengeluran sejumlah besar mukus, dan terjadi diare.
3. Enteropathogenic E. coli (EPEC) : Merupakan penyebab penting diare pada bayi,
khususnya di negara berkembang. Bakteri ini melekat pada usus kecil. Infeksi EPEC
dapat mengakibatkan diare cair yang sulit diatasi dan kronis.
4. Enterotoxigenic E. coli (ETEC) : Beberapa strain ETEC memproduksi eksotoksin yang
sifatnya labil terhadap panas (LT) dan toksin yang stabil terhadap panas (ST). Infeksi
ETEC dapat mengakibatkan gejala sakit perut, kadang disertai demam, muntah, dan pada
feses ditemukan darah.
5. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) Serotipe E. coli yang memproduksi verotoksin yaitu
EHEC O157:H7.CEHEC memproduksi toksin yang sifatnya hampir sama dengan toksin
Shiga yang diproduksi oleh strain Shigella dysenteriae. Verotoksin yang dihasilkan
menghancurkan dinding mukosa menyebabkan pendarahan

Escherichia coli O157:H7 dapat hidup berbulan-bulan di dalam air dan di tanah namun
dapat dimatikan dengan pemanasan 60°C dalam waktu 20 menit. Pada pH 7 pertumbuhan E. coli
O157:H7 dapat berkembang secara optimal. Bakteri E. coli O157:H7 dapat bertahan hidup
selama 49-56 hari dengan suhu 22°, di dalam tinja sapi pada suhu 37°C dengan kelembaban
relatif 10%. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa E. coli O157:H7 dapat hidup lama dalam
tinja (Wang et al., 1996).

MPN (Most Probable Number) adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang
menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri
tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau
diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme
yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel.

Tabel MPN ragam I 5x10 ml, 1x1 ml, 1x0,1 ml

Jumlah Tabung (+) Gas Index MPN per 100 ml

10 ml 1 ml 0,1 ml Tiap 100 ml

0 0 1 2

0 1 0 2
0 1 1 4

1 0 0 2,2

1 0 1 4,4

1 1 0 4,4

1 1 1 6,7

2 0 0 5

2 0 1 7,5

2 1 0 7,6

2 1 1 10

3 0 0 8,8

3 0 1 12

3 1 0 12

3 1 1 16

4 0 0 15

4 0 1 20

4 1 0 21

4 1 1 27

5 0 0 38

5 0 1 96

5 1 1 240
IV. Alat dan Bahan

1. Pengambilan air sampel secara bakteriologis


A. Alat
 Botol volume ±250cc
 Tali
 Pembakar Bunsen
 Korek api
B. Bahan
 Kapas
 Kertas
 Kertas label

2. Kultur Air

A. Alat

 Botol air sampel


 Tabung reaksi + durham + rak tabung
 Pipet 10 ml dan 1 ml
 Pembakar Bunsen
 Incubator
 Gelas kimia

B. Bahan

 Air sample
 LB/BGLB
 Alkohol
 Aquades
3. Uji EMBA

A. Alat

 Media agar
 Pembakar bunsen
 Korek api
 Incubator
 Jarum ose
 Gelas kimia

B. Bahan

 Air sample
 Alkohol
 Cairan methanol

V. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada pemeriksaan bakteriologi air ini adalah pemeriksaan MPN
(Most Probable Number) atau Jumlah Perkiraan Terdekat yang terdiri dari tiga ragam
pemeriksaan, yaitu ragam I 5 x 10 ml, 1 x 1 ml, 1 x 0,1 ml (MPN 511), ragam II 5 x 10 ml, 5 x 1
ml, 5 x 0,1 ml (MPN 555), dan ragam III 3 x 10 ml, 3 x 1 ml, 3 x 0,1 ml (MPN 333) semua itu
tergantung dari contoh air yang diperiksa.

Catatan : Pada praktikum ini, hanya menggunakan metode MPN 511 (Ragam I).

VI. Cara Kerja


A. Pengambilan Air Sample Secara Bakteriologis
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membersihkan keran dengan lap
3. Keran dibuka penuh dan dibiarkan mengakir selama 2-3 menit untuk
membersihkan pipa kran kemudia kran ditutup
4. Memanaskan kran sampai cukup panas dengan nyala dari pembakar bunsen
5. Kran dibuka 1-2 menit kemudian penutup botol dilepas panasi mulut botol dengan
api dari nyala pembakar bunsen
6. Botol diisi sampai kurang lebih 2/3 volume botol (lebih besar dari 100ml)
7. Botol yang telah terisi sampel air ditutup dengan dan dibungkus kembali dengan
kertas pembungkus di ikat dengan tali pada leher botolnya
B. Uji Penduga
1. Siapkan tujuh tabung reaksi yang masing-masing berisi laktosa broth sebanyak 10
ml
2. Ambil dengan pipet steril bahan pemeriksa yang telah disiapkan dan masukkan
kedalam tabung 1 s/d 5 masing-masing 10 ml, tabung keenam sebanyak 1 ml,
tabung ke tujuh sebanyak 0,1 ml
3. Masing-masing tabung dihomogenkan agar tercampur rata
4. Inkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam kemudian dilihat ada tidaknya
pembentukan gas pada tabung durham
5. Apabila ada gas, test dinyatakan positif dan dilanjutkan dengan uji pelengkap

C. Uji Pelengkap
1. Siapkan media EMBA, kemudian beri tanda dengan membagi menjadi 8 bagian
dan berikan nomor pada setiap bagian tersebut
2. Celupkan jarum ose pada cairan alkohol
3. Panaskan jarum ose dan mulut dari media EMBA dengan nyala dari pembakar
bunsen
4. Setelah cukup dingin, tempelkan jarum ose kepinggir media EMBA
5. Celupkan lagi jarum ose ke alcohol dan kemuadian di panaskan kembali jarum
ose
6. Setelah cukup dingin, celupkan jarum ose ke sampel 1, kemudian goreskan secara
perlahan dan merata ke media EMBA, bisa dilakukan 1-2 kali
7. Ulangi langkah tersebut sampai sampel ke tujuh
8. Pada bagian kedelapan dibiarkan kosong sebagai control
9. Setelah langkah-langkah diatas dilakukan, kemudian diinkubasi selama 24-48 jam
dengan suhu 37°C
10. Setelah 48 jam diinkubasi, media EMBA diamati, warna hijau metalik
menunjukkan adanya e-coli

VII. Hasil
 Tabel Test Perkiraan/Presumptive Test ( Inkubasi pada suhu 37˚C setelah 48 jam)

No Konsentrasi LB Tanda-tanda
Volume gas Buih Endapan
1 10 ml ½ volume tabung durham  
2 10 ml 2/3 volume tabung durham  
3 10 ml ½ volume tabung durham  
4 10 ml ¾ volume tabung durham  
5 10 ml 2/3 volume tabung durham  
6 1 ml ½ volume tabung durham  
7 0,1 ml 1/3 volume tabung durham - 

Gambar 1. Hasil test perkiraan/penduga : terdapat pembentukan gas pada tabung durham.
Keterangan :

Berdasarkan dari hasil tes perkiraan/penduga menyatakan bahwa terdapat pembentukan gas pada
tabung durham. Sehingga dapat dinyatakan bahwa test positif. Selanjutnya dilakukan tes
penegasan namun pada praktikum kali ini, tes penegasan tidak dilaksanakan maka dilanjutkan
dengan tes pelengkap untuk memastikan bahwa sampel air mengandung coliform dan E.coli atau
coli tinja.

 Tabel Hasil Test Pelengkap/ Complete Test (Inkubasi pada suhu 37˚C selama 48 jam)
Jumlah Tabung (+) Gas Index MPN per 100
ml
10 ml 1 ml 0,1 ml Tiap 100 ml
5 1 1 240

Gambar 2. Hasil test pelengkap : positif mengandung E. coli(hijau metalik) dan coliform.
Keterangan :
Berdasarkan dari hasil tes pelengkap menyatakan bahwa ditemukan adanya coliform dan E.coli
(ditandai dengan warna hijau metalik) pada media agar yang telah ditandai nomor 1 hingga 7.
Dengan menggunakan metode 5-1-1 maka diperoleh E.coli sebanyak 240/100ml.

VIII. Kesimpulan

Dengan menggunakan metode 5-1-1 dapat diperoleh sebanyak 240 koliform dalam 100
ml air dan juga 240 kuman E.coli dalam 100 ml pada air sampel. Persyaratan bakteriologis air
bersih bedasarkan kandungan jumlah total bakteri koliform dalam air bersih 100 ml air, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES./PER/IX/1990 adalah
sebagai berikut :

a. untuk air bersih bukan air perpipaan, total koliform maksimal 50 MPN atau
APM per 100 ml air

b. untuk air bersih air perpipaan total koliform maksimal 10 MPN atau APM per
100 ml air

Sehingga air sampel yang memiliki total koliform lebih besar dari batas maksimal yaitu
240 MPN per 100 ml air tidak dapat dikonsumsi lagi karena telah tercemar oleh bakteri coliform
dan bakteri E.coli. Hal ini disebabkan kualitas air secara bakteriologis yang tidak memenuhi
syarat kesehatan dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat adanya pencemaran yang
disebabkan oleh tinja manusia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mukono, J. 2002. Epidemiologi Lingkungan. Surabaya; Airlangga University Press.


2. Hiswani. 2003. Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat yang
Kejadiannya Sangat Erat dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan. Diakses dari
http://74.125.45.132/search?q=cache:zsj5KrN_psgJ:library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-
hiswani7.pdf+keadaan+sumur+penyebab+bakteri&hl=id&ct=clnk&cd=17&gl=id pada
tanggal 26 Septermber 2016
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standart Pelayanan
Minimal Bidang
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1990, Permenkes RI
No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat Kualitas Air Bersih dan Air Minum Bagi
Kesehatan.
5. Afif, F., 2015. Artikel Penelitian Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum
Isi Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Padang Selatan. ,
4(2), pp.376–380.
6. Coli, E. et al., 1991. Escherichia Coli. , pp.1–8.
7. Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, 238 – 240, EGC, Jakarta.
8. Rizka Najla, 2014. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Jumlah E.Coli Air Bersih Pada
Penderita Diare.Universitas Negeri Islam; Jakarta
1. LAMPIRAN

ALAT DAN BAHAN

(Gambar 1. Alat – alat pengambilan sampel ) (Gambar 2. Sampel air yang telah diambil)

(Gambar 3. Incubator ) (Gambar 4. Media EMB)

Anda mungkin juga menyukai