Anda di halaman 1dari 13

‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫للا فَقَ ْد فَازَ ْال ُمتَّقُ ْونَ‬


‫َّاي ِبت َ ْق َوى ِ‬ ‫اس‪ ،‬أ ُ ْو ِ‬
‫ص ْي ُك ْم َو ِإي َ‬ ‫يَا أَيُّ َها النَّ ُ‬

‫قَا َل تَعَالَى‪ :‬يَاأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا َّ َ‬


‫َللا َح َّق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموت ُ َّن ِإال‬
‫َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمونَ‬

‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْفس َو ِ‬


‫اح َدة‬ ‫َوقَا َل يَاأَيُّ َها النَّ ُ‬
‫سا ًء َواتَّقُوا َّ َ‬
‫َللا‬ ‫يرا َونِ َ‬ ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاال َكثِ ً‬‫َو َخلَقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َوبَ َّ‬
‫علَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ ‫ام ِإ َّن َّ َ‬
‫َللا َكانَ َ‬ ‫سا َءلُونَ ِب ِه َو ْ‬
‫األر َح َ‬ ‫الَّذِي ت َ َ‬

‫ص ِل ْح‬
‫سدِيدًا * يُ ْ‬ ‫َللا َوقُولُوا قَ ْوال َ‬ ‫َوقَا َل يَاأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا َّ َ‬
‫سولَهُ فَقَ ْد فَازَ‬ ‫لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع َّ َ‬
‫َللا َو َر ُ‬
‫ع ِظي ًما أ َ َّما بَ ْع ُد‬‫فَ ْو ًزا َ‬

‫علَى آ ِل ِه َو َ‬
‫ص ْح ِب ِه َو َم ْن‬ ‫علَى نَ ِب ِينَا ُم َح َّمد َو َ‬
‫س ِل ْم َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ص ِل َو َ‬
‫سان ِإلَى يَ ْو ِم ْال ِقيَا َم ِة‬
‫‪.‬ت َ ِبعَ ُه ْم ِبإِ ْح َ‬

‫‪Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,‬‬

‫‪Segala‬‬ ‫‪puji‬‬ ‫‪hanyalah untuk Allah Subhanahu‬‬ ‫‪wa‬‬


‫‪Ta’ala yang memiliki kesempurnaan pada seluruh nama‬‬
dan sifat-Nya. Kita memuji-Nya dan memohon
pertolongan-Nya, serta memohon ampunan-Nya. Kita
berlindung kepada-Nya atas kesalahan diri-diri kita dan
kejelekan amalan-amalan kita. Shalawat dan salam
semoga senantiasa Allah Subhanahu wa
Ta’ala curahkan kepada Nabi kita Muhammad,
keluarganya dan para sahabatnya, serta kepada seluruh
kaum muslimin yang benar-benar mengikuti
petunjuknya. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang
berhak untuk diibadahi, kecuali hanya Allah Subhanahu
wa Ta’ala semata dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Hadirin rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada


Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjalankan
kewajiban-kewajiban kita kepada-Nya dan kewajiban
yang harus ditunaikan terhadap hamba-hamba-Nya.

Jama’ah jum’ah rahimakumullah,


Ketahuilah, bahwa kewajiban paling besar yang harus
ditunaikan oleh seorang hamba setelah kewajibannya
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya
adalah kewajiban dalam memenuhi hak orangtua. Hal
ini sebagaimana dalam firman-Nya,

َ ْ‫ش ْيئ ًا َو ِبا ْل َوا ِل َد ْي ِن ِإح‬


‫سانًا‬ َ ‫هللا َوالَتُش ِْركُوا ِب ِه‬
َ ‫َوا ْعبُدُوا‬

“Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian


mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat
baiklah kalian kepada kedua orangtua.” (An-Nisa’: 36)

Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa


Ta’ala berfirman,

َ ‫سانًا َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ ك ُْر ًها َو َو‬


‫ضعَتْهُ ك ُْر ًها‬ َ ‫س‬
َ ْ‫ان ِب َوا ِل َد ْي ِه ِإح‬ َ ‫ص ْينَا اْ ِإلن‬
َّ ‫َو َو‬

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik


kepada kedua orangtuanya, ibunya telah
mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah-payah (pula).” (Al-Ahqaf:
15)
Semakna dengan ayat tersebut Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,

َ ‫َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا‬


َ ِ‫علَى َو ْه ٍن َوف‬
‫صالُهُ فِي عَا َم ْي ِن‬

“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah


yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua
tahun.” (Luqman: 14)

Pada dua ayat tersebut, Allah Subhanahu wa


Ta’ala menjelaskan betapa pentingnya kewajiban
berbakti kepada orangtua dengan menggambarkan
betapa besarnya pengorbanan dan jasa orangtua
terutama ibu kepada anaknya. Maka, sudah semestinya
bagi seorang anak untuk berbuat baik kepada
orangtuanya, karena orang yang berakal tentu tidak
akan melupakan kebaikan orang lain terhadapnya
apalagi membalas kebaikannya dengan menyakitinya.
Maka, apakah layak bagi seorang anak untuk
melupakan kebaikan orangtuanya sehingga tidak
berbuat baik kepadanya? Begitu pula, tentu lebih tidak
pantas lagi bagi seorang anak untuk menyakiti
orangtuanya yang telah terus-menerus berbuat baik
kepadanya dengan mengeluarkan pengorbanan yang
sangat besar bahkan hingga mempertaruhkan
nyawanya.

Hadirin rahimakumullah,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah


menyebutkan besarnya keutamaan berbakti kepada
orangtua. Bahkan, lebih besar dari jihad di jalan
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari sahabat Abdullah
ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,

:‫ب إِلَى هللاِ؟ قَا َل‬ ُّ ‫ي ا ْلعَ َم ِل أ َ َح‬ ُّ َ ‫ أ‬:‫سلَّ َم‬


َ ‫علّ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َّ ‫سأ َ ْلتُ النَّ ِب‬
َ ‫ي‬ َ
‫ ث ُ َّم‬:‫ قَا َل‬.‫ ث ُ َّم بِ ُّر ا ْل َوا ِل َد ْي ِن‬:‫ ث ُ َّم أَي؟ قَا َل‬:‫ قَا َل‬.‫علَى َو ْق ِت َها‬ َ ُ‫صالَة‬ َّ ‫ال‬
‫هللا‬ َ ‫ ا ْل ِج َها ُد فِي‬:‫أَي؟ قَا َل‬
ِ ‫س ِبي ِل‬

Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


“Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata,
“Kemudian apa?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata,
“Kemudian apa?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-
Bukhari dan Muslim)

Dari ayat-ayat dan hadits di atas serta yang lainnya,


seseorang akan memahami dengan jelas betapa tinggi
dan mulianya amalan berbakti kepada orangtua.

Hadirin rahimakumullah,

Kewajiban berbuat baik kepada orangtua semasa hidup


mereka tidaklah melihat kepada siapa dan bagaimana
keadaan orangtua. Bahkan, Allah Subhanahu wa
Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk
berbuat baik kepada orangtuanya meskipun seandainya
keduanya dalam keadaan kafir sekalipun. Sebagaimana
dalam berfirman-Nya,

‫س لَ َك ِب ِه ِع ْل ٌم فَالَ ت ُ ِط ْع ُه َما‬َ ‫علَى أَن تُش ِْر َك ِبي َمالَ ْي‬ َ ‫َو ِإن َجا َهد‬
َ ‫َاك‬
‫اح ْب ُه َما ِفي ال ُّد ْنيَا َم ْع ُروفًا‬
ِ ‫ص‬َ ‫َو‬

“Dan jika keduanya memaksamu untuk


mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, namun pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik.” (Luqman: 15)

Di dalam ayat tersebut kita memahami bahwa berbuat


baik kepada orangtua tidaklah gugur, karena keduanya
dalam keadaan kafir, serta memerintahkan untuk
berbuat syirik atau melakukan kekafiran, meskipun
perintah keduanya yang berupa kemungkaran tetap
tidak boleh ditaati.

Kaum muslimin yang semoga dirahmati


Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Berbuat baik kepada orangtua sangat banyak caranya


dan sangat luas cakupannya. Bisa dilakukan dengan
ucapan, perbuatan, maupun dengan harta.

Berbuat baik dengan ucapan, maka bisa dilakukan


dengan menjaga tutur kata yang baik dan tidak
menyakitkan serta dengan berlemah-lembut ketika
berbicara kepadanya. Sedangkan berbuat baik dengan
perbuatan, bisa dilakukan dengan membantu
menyiapkan keperluan-keperluannya atau melakukan
pekerjaan-pekerjaan lainnya untuk meringankan
bebannya serta memenuhi perintah-perintah-Nya,
selama bukan dalam bentuk berbuat maksiat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan berbuat baik
dengan harta, bisa dilakukan dengan menginfakkan
sebagian dari hartanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya.

Hadirin rahimakumullah,

Berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah terbatas


pada saat keduanya masih hidup. Bahkan, di saat
keduanya sudah meninggal dunia pun, berbuat baik
kepadanya masih bisa dilakukan. Asy-Syaikh Abdul
‘Aziz ibnu Abdullah ibnu Baz rahimahullah, salah
seorang ulama terkemuka di Saudi Arabia mengatakan,
“Disyariatkan berdoa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk yang telah meninggal dunia, begitu pula
bersedekah atas namanya dengan berbuat baik berupa
memberikan bantuan kepada fakir miskin, (yaitu)
seseorang mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan perbuatan tersebut dan kemudian
berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar
menjadikan pahala dari sedekah tersebut untuk ayah
dan ibunya atau selain keduanya, baik yang telah
meninggal dunia maupun yang masih hidup. Hal ini
karena Nabi bersabda (yang artinya), ‘Apabila seorang
manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya
kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shalih yang berdoa untuknya.’
Disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bahwa ada seseorang bertanya kepada
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ُ َ ‫ص َوأ‬
ْ‫ظنُّ َها لَ ْو ت َ َكلَّ َمت‬ ِ ‫ إِ َّن أ ُ ِ ّمي َماتَتْ َولَ ْم ت ُ ْو‬،ِ‫س ْو َل هللا‬
ُ ‫يَا َر‬
‫ نَعَ ْم‬:‫ع ْن َها؟ قَا َل‬ َ ُ‫صد َّْقت‬ َ َ ‫ أَفَلَ َها أَجْ ٌر ِإ ْن ت‬، ْ‫ص َّدقَت‬
َ َ ‫لَت‬

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah


meninggal dunia dan beliau belum sempat berwasiat
namun aku yakin kalau beliau sempat berbicara tentu
beliau ingin bersedekah, apakah beliau (ibuku) akan
mendapatkan pahala jika aku bersedekah atas
namanya?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Benar.” (Muttafaqun ‘alaih)
Begitu pula (akan bermanfaat untuk orang yang telah
meninggal dunia) amalan ibadah haji atas nama si
mayit, demikian pula ibadah umrah, serta membayarkan
utang-utangnya. Semua itu akan bermanfaat untuk yang
meninggal sebagaimana telah datang dalil-dalil
yang syar’i menunjukkan hal tersebut.” (Majmu’ Fatawa
wa Maqalat, 4/342)

Termasuk amalan berbakti kepada orangtua yang bisa


dilakukan sepeninggal mereka adalah menghubungi
kerabat dan teman-teman mereka. Bahkan juga dengan
menghubungi atau berbuat baik kepada keluarga dari
teman-teman orang tua kita. Hal itu sebagaimana
disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-
Imam Muslim dalam Shahih-nya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َّ َ‫ِإ َّن ِم ْن أَبَ ِ ّر ا ْل ِب ِ ّر ِصلَة‬


‫الر ُج ِل أ َ ْه َل ُو ِ ّد أ َ ِبي ِه‬

“Sesungguhnya, termasuk dari perbuatan paling baik


dalam berbakti kepada orang tua adalah seseorang
berbuat baik kepada keluarga orang yang dicintai
(teman) ayahnya.” (H.R. Muslim)
َ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْو ِلي َه َذا َ َوا ْست َ ْغ ِف ُر‬
َ ‫للا ِلي َولَ ُك ْم َو ِل‬
‫سائِ ِر ال ُم ْس ِل ِميْنَ ِإنَّهُ ُه َو‬
‫س ِم ْي ُع العَ ِل ْي ُم‬
َ ‫ال‬

KHUTBAH KEDUA

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Marilah kita selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu


wa Ta’ala dengan menjalankan kewajiban yang telah
diperintahkan oleh-Nya. Sesungguhnya dengan
bertakwalah seseorang akan mendapatkan akibat yang
baik dan hasil akhir yang membahagiakan.

Jama’ah jum’ah rahimakumullah,

Setelah kita mengetahui betapa tinggi dan mulianya


amalan berbakti kepada orang tua, maka tentu saja
tidak semestinya bagi kita untuk menganggap remeh
amalan ini.

Mari kita berdo’a


‫ت‬‫ت َوالمؤْ ِم ِنيْنَ َوالمؤْ ِمنَا ِ‬ ‫الل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوالم ْس ِل َما ِ‬
‫ْب الدَّع َْوةِ‬
‫ْب ُم ِجي ُ‬‫س ِم ْي ٌع قَ ِري ٌ‬ ‫اء ِم ْن ُه ْم َواأل َ ْم َوا ِ‬
‫ت ِإنَّ َك َ‬ ‫األ َ ْحيَ ِ‬

‫َربَّنَا ََل ت ُ ِز ْ‬
‫غ قُلُوبَنَا بَ ْعدَ ِإ ْذ َهدَ ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَدُ ْن َك َر ْح َمةً‬
‫ت ْال َو َّه ُ‬
‫اب‬ ‫ِإنَّ َك أ َ ْن َ‬

‫سنَةً َو ِقنَا َع َذ َ‬
‫اب‬ ‫سنَةً َوفي ِ‬
‫اآلخ َر ِة َح َ‬ ‫َربَّنَا آ ِتنَا في ال ُّد ْنيَا َح َ‬
‫‪.‬النَّ ِ‬
‫ار‬

‫ظلَ ْمنَا أ َ ْنفُ َ‬


‫سنَا َو ِإ ْن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْون ََّن ِمنَ‬ ‫َربَّنَا َ‬
‫‪.‬الخَا ِس ِريْنَ‬

‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَا نِى َ‬


‫ص ِغي ًْر‬ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلى َو ِل َو ا ِل َد َّ‬
‫ى َو ْ‬

‫‪ِ :‬عبَا َد ِ‬
‫للا‬
‫اء ذِي القُ ْربَى ((‬ ‫ان َو ِإ ْيت َ ِ‬
‫س ِ‬‫اإل ْح َ‬‫للا يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَ ْد ِل َو ِ‬
‫ِإ َّن َ‬
‫َاء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي ِ يَ ِع ُ‬
‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم‬ ‫َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَ ْحش ِ‬
‫)) ت َ َذ َّك ُر ْونَ‬

Anda mungkin juga menyukai