Anda di halaman 1dari 70

BAB 1PENDAHULUAN

Sub Materi
1. Latar Belakang
2. Deskripsi Singkat
3. Tujuan Pembelajaran
4. Materi Pokok dan Sub Materi
Pokok
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat, juga


menyimpan potensi bahaya yang besar pula. Membangun bendungan disamping
akan memperoleh manfaat juga berarti mengundang datangnya potensi bahaya
yang dapat mengancam kehidupan masyarakat luas. Bendungan yang runtuh akan
menimbulkan banjir besar yang akan mengakibatkan bencana dahsyat di daerah
hilir bendungan.

Perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan pengelolaan bendungan harus


dilaksanakan tahap demi tahap sesuai dengan kaidah-kaidah keamanan bendungan
yang tertuang dalam berbagai peraturan atau norma, standar, pedoman dan manual
yang lazim disingkat NSPM. Kewajiban untuk mematuhi NSPM ini tertuang di dalam
ayat 2, Ps 63 UU 7/2004 tentang Sumber Daya Air.

Untuk memastikan bahwa perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan pengelolaan


bendungan telah memenuhi kaidah-kaidah keamanan bendungan, Pemerintah
mengeluarkan aturan bahwa tahap-tahap kegiatan tersebut diatas harus mendapat
persetujuan dari Menteri PU yang biasa disebut “Sertifikat Persetujuan”.
Persetujuan Menteri PU dikeluarkan setelah desain, pelaksanaan konstruksi dan
pelaksanaan pengisian waduk.

Bahan ajar ini disusun sebagai pengantar bagi peserta pelatihan untuk mempelajari
desain bendungan pada tingkat berikutnya yang lebih dalam. Materi bahan ajar ini
menjelaskan mengenai dasar-dasar perencanaan hidraulis bangunan-bangunan
pelengkap dari bendungan urugan yang meliputi metoda pengelakan sungai,
bangunan pelimpah dan bangunan pengeluar (outlet).

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


1-1
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

1.2. Deskripsi Singkat


Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan dasar
mengenai mengenai desain hidraulis bangunan pelengkap yang disajikan dengan
cara ceramah dan tanya jawab.

1.3. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami
dasar-dasar desain hidraulis bangunan pelengkap dari suatu bendungan urugan.
Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
1) Menjelaskan asumsi dan kriteria desain bangunan pelengkap
2) Menjelaskan metoda pengelakan sungai
3) Menjelaskan desain hidraulis bangunan pelimpah
4) Menjelaskan desain hidraulis bangunan pengeluaran dan pengambilan
5) Menjelaskan desain struktur secara umum
6) Menjelaskan kondisi geoteknik bangunan air

1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


1) Metoda pengelakan sungai
2) Penentuan banjir rencana
3) Uraian dan jenis bangunan pelimpah
4) Hidraulis bangunan pengontrol
5) Hidraulis bangunan pelimpah
6) Bagian-bagian bangunan pengambilan
7) Desain hidraulis bangunan pengambilan
8) Desain struktur dan geotektnik bangunan pelimpah dan bangunan pengambilan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


1-2
BAB 2 PENGELAKAN SUNGAI

Sub Materi
1. Umum
2. Pemilihan Debit banjir rencana
3. Metode Pengelakan
4. Desain Hidraulis Pengelak
5. Kapasitas Pengelak
6. Penutupan Bangunan Pengelak
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

BAB II.
PENGELAKAN SUNGAI

2.1. Umum

Saluran pengelak diperlukan untuk mengalihkan aliran sungai selama periode


pelaksanaan konstruksi bendungan. Pada awal tahap konstruksi, perlu dikaji ulang
periode ulang banjir yang ditetapkan pada saat desain dengan mempertimbangkan
jadwal pelaksanaan konstruksi riil. Apabila jadwal pelaksanaan berubah maka
periode ulang debit banjir desain peneglak perlu ditinjau kembali.

Pelaksanaan pengelakan mengacu pada Metode Pengontrolan Sungai Selama


Pelaksanaan Konstruksi Bendungan, SNI 03-6456.1.2000 bagian 1, Pengendalian
Sungai Selama Pelaksanaan Konstruksi Bendungan dan Bagian 2, Penutupan Alur
Sungai dan Pembuatan Bendungan Pengelak.

Beberapa jenis pengelak sungai yang lazim adalah sebagai berikut:


a. Pengelakan seluruh lebar sungai dengan kombinasi bendungan pengelak
(cofferdam) dan saluran tertutup berupa konduit atau terowong pengelak /
diversion tunnel
b. Pengelakan dengan saluran terbuka / diversion channel
c. Pengelakan pada sebagian lebar sungai dengan dilindungi dengan cofferdam
dan membiarkan bagian sungai yang lain untuk melewatkan air

Dalam mendesain suatu bendungan yang menutup suatu sungai perlu


mempertimbangkan cara atau metoda untuk mengalihkan sungai tersebut selama
konstruksi bendungan berlangsung. Masalah-masalah yang akan timbul sangat
bervariasi, tergantung ukuran dan potensi banjir dari sungai tersebut. Meskipun
demikian, pemilihan metoda pengalihan sungai untuk menangani banjir selama
konstruksi adalh penting ditinjau dari aspek ekonomi.Metoda yang dipilih, biasanya
merupakan suatu kombinasi antara biaya pengalihan/pengelakan sungai dengan
resiko yang dihadapi. Suatu perencanaan yang memadai dan benar akan dapat
mengurangi bahaya potensi kerusakan akibat banjir terhadap kemajuan pekerjaan
dengan biaya yang minimum.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-1
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode pengelakan,


adalah :
a) Karakteristik aliran sungai
b) Banjir desain yang digunakan, sesuai dengan resiko yang dihadapi
c) Metode pengalihan/pengelakan sungai
d) Spesifikasi yang diperlukan

Bangunan pengelak diperlukan untuk mengalihkan aliran sungai selama periode


pelaksanaan konstruksi bendungan, yakni dengan membuat saluran pengelak
(terowongan atau konduit) dan mengalihkan/mengelakkan aliran sungai dengan
membuat bendungan pengelak/cofferdam.

Pencatatan debit aliran sungai adalah merupakan informasi yang terpercaya


berkaitan dengan karakter aliran sungai yang ditinjau. Karena setiap aliran
permukaan (runoff) mempunyai puncak aliran dan periode aliran rendah pada waktu
yang berbeda untuk setiap tahunnya, kondisi aliran permukaan akan
mempengaruhi pemilihan cara pengelakan yang dipilih.

Suatu lokasi yang akan dipengaruhi oleh musim hujan akan memerlukan provisi
pengelakan yang minimum untuk musim kering dari setiap tahunnya. Suatu debit
aliran yang sulit diprediksi memerlukan pemilihan cara pengelakan yang lebih teliti,
sehingga kontraktor mempertimbangkan terjadinya aliran rendah dan aliran banjir
yang terjadi selama konstruksi berlangsung.

2.2. Pemilihan Debit Banjir Rencana

Biasanya, pemilihan banjir terbesar yang mungkin terjadi akan sangat tidak
ekonomis, untuk itu dipertimbangkan pemilihan banjir rencana yang disesuaikan
dengan resiko yang dihadapi. Untuk bendungan urugan, dimana daerah galian
fondasi dalam kondisi terbuka, atau bila terjadi overtopping pada cofferdam
mengakibatkan kerugian besar atau rusaknya bangunan-bangunan yang sudah
selesai, sangat penting untuk mengurangi resiko banjir tersebut. Hal tersebut
berbeda dengan bendungan beton yang boleh dilewati oleh banjir dengan tanpa
menimbulkan kerusakan yang berarti
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan besarnya banjir rencana
yang akan digunakan, adalah :

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-2
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

1) Waktu konstruksi yang diperlukan.


2) Biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan bila terjadi banjir.
3) Biaya akibat tertundanya pekerjaan, termasuk biaya akibat idle-nya peralatan
berat yang digunakan.
4) Keselamatan pekerja dan daerah banjir di hilirnya.

Untuk bendungan kecil yang dapat diselesaikan dalam waktu satu musim kering,
dapat mempertimbangkan untuk menggunakan debit banjir tahunan saat musim
kering terjadi. Namun, dengan pertimbangan faktor keamanan, biasanya diambil
banjir rencana minimal 5 tahunan.

Perencanaan pengelakan yang baik dapat meminimalkan potensi kerusakan akibat


banjir yang berarti juga meminimalkan biaya yang diakibatkannya. Oleh karena itu,
perencanaan sistim pengelak harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1) Karekteristik/sifat dari aliran sungai; aliran permukaan pada setiap daerah aliran
sungai, masing-masing mempunyai aliran puncak dan perioda aliran rendah
pada waktu berbeda untuk setiap tahun, kondisi aliran permukaan tersebut
akan mempengaruhi pemilihan/penetuan sistim pengelakan sungai.
2) Debit banjir yang direncanakan; penentuan debit banjir rencana untuk
pengelakan sungai ini, tergantung dari:

- Waktu pelaksanaan konstruksi, untuk mengantisipasi berapa kali terjadi


banjir.
- Biaya kerugian akibat banjir selama konstruksi.
- Biaya akibat tidak beroperasinya tenaga/peralatan berat dan selama
perbaikan akibat banjir.
- Keselamatan kerja dan kerugian di bagian hilir saat terjadi banjir.

3) Metode/cara pengelakan sungai dan pemilihan metode pengelakan, tergantung


dari :
- Besar banjir yang akan dialihkan,
- Karakter fisik dari lokasi (site),
- Tipe/jenis bangunan pengelak yang akan digunakan,
- Kondisi bangunan-bangunan pelengkap lainnya (spillway, outlet, dll),
- Urutan/tahapan pekerjaan konstruksi.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-3
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

4) Kebutuhan spesifikasinya; di dalam spesifikasi harus dicantumkan tanggung


jawab kontraktor, biasanya spesifikasi tidak menguraikan kapasitas pekerjaan
pengelakan atau detil dari cara pengelakan, namun data-data banjir dan
hidrograf adalah menjadi tanggung jawab pemberi tugas/konsultan pengawas.

2.3. Metoda Pengelakan


2.3.1 Umum
Cara praktis untuk mengalihkan aliran sungai selama konstruksi berlangsung
adalah menggunakan salah satu atau kombinasi dari cara berikut :
a) Terowongan (tunnel) yang digali melalui bukit tumpuan.
b) Konduit yang melalui fondasi bendungan.

Konduit atau terowongan kadang-kadang dibuat cukup besar untuk mengalihkan


aliran sungai. Untuk aliran sungai yang kecil, aliran sungai dapat di-bypass
dengan menggunakan pipa-pipa baja atau beton.

Masalah yang biasa dihadapi adalah bagaimana memenuhi kebutuhan air di


bagian hilir, bila air di bagian hulu dihentikan sama sekali selama konstruksi
bendungan berlangsung. Untuk itu kontraktor harus menyediakan keperluan aliran
minimum sepanjang waktu, misalnya dengan cara memompa atau membuat sifon
untuk memenuhi kebutuhan air di hilirnya selama konstruksi.

Biaya dan waktu pelaksanaan konstruksi terowong pengelak, saluran dan gorong-
gorong akan lebih besar untuk sungai yang lebih besar, disamping ditentukan oleh
debit rencana, dimensi terowong dan elevasi muka air sesuai dengan aliran yang
dielakkan. Penghematan yang besar kadang-kadang dapat dicapai dengan
mendesain kapasitas debit yang lebih kecil dan membiarkan terjadi limpasan di
atas bendungan pengelak pada keadaan tertentu. Topografi dan geologi lapangan
merupakan faktor dalam pemilihan bangunan pengelak. Hal tersebut tidak akan
sama pada lembah yang sempit dan tebing miring dengan sungai yang lebar dan
datar. Keadaan geologi harus juga dipertimbangkan dalam desain. Penyelidikan
geologi sangat penting, terutama untuk terowong pengelak dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi tanah alami dan mencegah tertundanya
pelaksanaan.Ketersediaan bahan setempat yang sesuai (kayu, batuan, lempung,
dan lain-lain) dapat mempengaruhi pemilihan perencanaan yang optimum; misal

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-4
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

kisi-kisi kayu yang diisi batu seringkali paling efektif untuk membuat bendungan
pengelak.

Pemilihan tipe bendungan akan tergantung dari metode pengendalian sungai


selama pelaksanaan, misalnyauntuk bendungan urugan tanah tidak layak bila
bangunan pengelaknya tidak dapat menghindari limpasan sebelum pekerjaan
selesai. Kadang-kadang lokasi bendungan perlu dipindahkan ke lembah yang
lebih lebar untuk memberi fasilitas dalam pelaksanaan bangunan pengelak,
meskipun terdapat tambahan volume pada bendungan utama. Hal ini penting
khususnya pada sungai yang besar, tidak hanya pada pembangunan bendungan
dengan head rendah, tetapi juga bendungan dengan head yang tinggi, dimana
pada bagian lembah yang lebih sempit tidak selalu merupakan lokasi yang terbaik,
jika pembuatan bangunan pengelak terlalu sulit dan mahal.

Kadang-kadang perlu diatur agar batang kayu, atau sampah lainnya dapat
melewati bangunan pengelak dengan tanpa terjadi penyumbatan atau
pengurangan kapasitas pengelak.Sampah tersebut mungkin dialirkan melalui
terowong pengelak, tetapi bila diperkirakan terdapat tumbangan pohon tertentu,
perencana harus menjamin bahwa terowong mempunyai dimensi yang longgar
dengan jagaan yang cukup antara permukaan air bebas dan puncak terowongan,
beton dengan lapisan pelindung bila batuan mudah tererosi, bebas dari rintangan
pada jalan masuk bagian hulu (tidak ada pemisah), dan selurus mungkin, dengan
lengkungan besar. Balok sekat yang dipasang di hulu mulut terowong akan
menahan beberapa sampah terapung, terutama kayu yang kemudian dapat
diangkut ke hilir lewat darat (kadang-kadang dibuat jalan khusus untuk keperluan
tersebut).

2.3.2 Terowongan
Pada suatu lembah yang sempit, tidak mungkin untuk melakukan penggalian
fondasi bendungan tanpa mengalihkan aliran sungai terlebih dahulu. Untuk kondisi
lembah sempit ini, pengelakan sungai melalui terowongan akan lebih layak
dibandingkan saluran konduit. Terowongan tersebut dapat dibuat pada satu sisi
bukit tumpuan atau pada dua bukit tumpuannya. Terowongan pengelak ini dapat
dimanfaatkan dan dikombinasikan sebagai bangunan pelimpah, sehingga dapat
menekan biaya proyek secara keseluruhan (contoh bendungan Batutegi di
Lampung).

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-5
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 2.1Terowongan pengelak disatukan dengan pelimpah, bendungan Batutegi,


Lampung

Pada umumnya penggunaan terowongan dibatasi oleh kondisi lembah yang terdiri
dari batuan dengan tebing yang curam. Keuntungannya adalah bahwa terowongan
tidak mengganggu galian pondasi dan pelaksanaan pembuatan bendungan. Untuk
lembah datar dan pada batuan lunak, konduit atau gorong-gorong di bawah
bendungan urugan lebih menguntungkan, tetapi pemgelakan sungai dengan
terowong paling sering digunakan.

Kecuali pada sungai yang lebih kecil, terowongan kembar (misalnya, satu pada
setiap tebing) sering digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan.
Pelaksanaan pembuatan terowongan dan pintu masuk di udik sering merupakan
langkah yang kritis. Selama ukuran terowongan ditentukan terutama oleh debit
banjir rencana maksimum dan tidak berdasarkan debit yang terjadi pada saat itu,
maka aliran sungai dapat dipindahkan segera setelah terowongan pertama selesai.
Terowongan lain yang hanya diperlukan untuk memindahkan debit yang lebih besar,
dapat dibuat sedikit lebih tinggi agar pelaksanaannya tidak menggunakan pintu di
hulu yang cukup mahal dan tidak membutuhkan penundaan waktu yang lama.
Program pelaksanaan terowongan dapat juga diperbaiki dengan membuat
bangunan penutup di udik pada saat debit kecil setelah terowongan dioperasikan.
Terowongan ini harus dilengkapi dengan pengatur aliran sungai. Alat penutup dapat
berupa kayu, beton, atau besi, pintu geser atau stoplogs. Pengaturan aliran sungai
untuk memenuhi kebutuhan daerah hilir, setelah penggenangan waduk, dapat
dilakukan dengan menggunakan pintu geser atau jenis lainnya sampai air waduk
mencapai level bangunan intake.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-6
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 2.2 Terowongan pengelak dan pelimpah bendungan Cirata, Jawa Barat

Penutupan permanen terowongan pengelak dapat dilakukan menggunakan beton


penyumbat (concrete plugging) di dalam terowongan. Bila terowongan pengelak
(sementara) ini juga digunakan sebagai terowongan spillway, penyumbat biasanya
diletakkan di bagian hulu dari bagian pertemuan terowongan. Kunci penahan
(keyways) terhadap geser dapat dibuat pada batuan fondasi atau lining terowongan.
Untuk perkuatan dan menjamin kekedapannya, disekeliling penyumbat biasanya
digrouting.

Plugging beton

Gambar 2.3Plugging dan grouting penutupan pengelak, bendungan Nipah, Madura 2007

Kecuali pada sungai yang lebih kecil, terowongan kembar (misalnya, satu pada
setiap tebing) sering digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan.
Pelaksanaan pembuatan terowongan dan pintu masuk di udik sering merupakan
langkah yang kritis. Selama ukuran terowongan ditentukan terutama oleh debit
banjir rencana maksimum dan tidak berdasarkan debit yang terjadi pada saat itu,
maka aliran sungai dapat dipindahkan segera setelah terowongan pertama selesai.
Terowongan lain yang hanya diperlukan untuk memindahkan debit yang lebih besar,

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-7
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

dapat dibuat sedikit lebih tinggi agar pelaksanaannya tidak menggunakan pintu di
hulu yang cukup mahal dan tidak membutuhkan penundaan waktu yang lama.
Program pelaksanaan terowongan dapat juga diperbaiki dengan membuat
bangunan penutup di udik pada saat debit kecil setelah terowongan dioperasikan.

Secara sebagian atau keseluruhan terowongan pengelak biasanya dapat digunakan


menjadi bangunan permanen misalnya sebagai bangunan pengeluaran, terowongan
pembangkit tenaga listrik atau pelimpah. Hal ini khususnya pada bendungan urugan
tanah yang desainnya lebih sulit dari pada bendungan beton.Penghematan biaya
yang berasal dari hal di atas mungkin seimbang dengan tambahan harga satuan
akibat bentuk yang lebih rumit atau adanya penambahan waktu pelaksanaan.
Apabila diperkirakan penghematan yang diperoleh hanya terbatas, maka lebih baik
pekerjaanpekerjaan tersebut dilaksanakan sendiri-sendiri.Terowongan kembar akan
lebih mudah dialih fungsikan sebagai bangunan permanen, karena satu terowongan
dapat difungsikan sebagai bangunan permanen sedang lainnya tetap digunakan
untuk mengelakkan aliran pada saat debit rendah. Gorong-gorong beton dapat juga
digunakan sebagai bangunan permanen untuk pelimpah, pengeluaran, dan lain-lain.

2.3.3 Konduit
Terowonganadalah cocok diterapkan pada kondisi lapisan fondasi bendungan yang
cukup bagus, sedangkan konduit atau gorong-gorong cocok diterapkan pada
pondasi batuan yang lebih jelek dan pada lembah yang cukup lebar, sehingga
mungkin biaya konstruksinya akan lebih tinggi. Konduit beton sepanjang kira-kira
200 m diperkirakan memerlukan beton bertulang minimum 20 m³ untuk setiap debit
1 m³/det. Pelaksanaan galian pondasi mungkin dapat terganggu, dan mungkin juga
ada masalah pada bidang kontak antara beton dengan zona inti urugan: Konduit
dibangun di daerah kering di bagian hilir bendungan pengelak dan bila sudah siap,
aliran sungai dialihkan melalui konduit dan sistim penutupan dapat dilakukan
seperti penutupan pada terowongan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-8
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 2.4 Pengelakan sungai menggunakan konduit, bendungan Benel, Bali

Bila kebutuhan pengelakan lebih besar dari kapasitas bangunan outlet yang sudah
jadi, peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan melakukan penundaan
terhadap pemasangan-pemasangan pintu, katup, pipa atau saringan sampah
(trashrack) sampai kebutuhan tersebut selesai. Peningkatan kapasatas juga dapat
dilakukan dengan meninggikan bendungan pengelak (cofferdam). Biasanya, dengan
pertimbangan ekonomis, dilakukan optimalisasi terhadap diameter bukaan (ukuran
konduit atau terowongan) dengan tinggi bendungan pengelak (cofferdam).

2.3.4 Bendungan Pengelak


Bendungan pengelak (cofferdam) adalah bersifat sementara yang digunakan untuk
mengalihkan aliran sungai atau menutup suatu daerah tertentu selama konstruksi
bendungan dilakukan. Tinggi bendungan pengelak ini harus didesain bersama-
sama dengan ukuran bukaan terowongan/konduit, sehinga tercapai kondisi ang
optimum, ditinjau dari keamanan dan ekonominya. Studi optimalisasi ini
mencangkup studi tinggi bendungan pengelak terhadap kapasitas aliran sungai
yang melalui terowongan/konduit, termasuk penelusuran banjir (flood routing) dari
debit banjir yang didesain. Bila bangunan outlet telah ditentukan menggunakan
ukuran bukaan yang besar, maka bendungan pengelak akan menjadi lebih rendah.
Perlu diingat bahwa air banjir yang terakumulasi di belakang bendungan pengelak
harus segera dikeluarkan pada waktunya untuk mengakomodasi terjadinya banjir.
Bendungan pengelak harus didesain dengan mempertimbangkan terhadap
pengaruh penggalian dan pengeringan (dewatering) serta stabilitasnya. Biasanya,
bendungan pengelak tersebut dikonstruksi dengan menggunakan material-material
yang ada di lokasi. Jenis yang biasa digunakan adalah timbunan tanah dan
timbunan batu yang dilengkapi dengan lapisan kedap air. Desain bendungan
pengelak ini juga mengikuti kriteria dan asumsi yang digunakan untuk bendungan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-9
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

permanen. Dengan pertimbangan ekonomi, bendungan pengelak tersebut didesain


dan dikonstruksi seperti bendungan permanen dimana bendungan pengelak ini
nantinya juga menyatu dengan bendungan permanennya.

Gambar 2.5Bendungan pengelak disatukan dengan bendungan utama, Nipah,


Madura
Terowongan kembar akan lebih mudah dialih fungsikan sebagai bangunan
permanen, karena satu terowongan dapat difungsikan sebagai bangunan permanen
sedang lainnya tetap digunakan untuk mengelakkan aliran pada saat debit rendah.
Gorong-gorong/konduit beton dapat juga digunakan sebagai bangunan permanen
untuk pelimpah, pengeluaran, dan lain-lain.

2.4. Desain Hidraulis Pengelak


Terowongan dan konduit dapat direncanakan sebagai aliran tertekan/tertutup atau
aliran terbuka. Pada aliran terbuka, terowongan dan konduit tidak boleh dialiri lebih
dari 70% luas penampang untuk debit banjir rencana, atau 80% bila banjir rencana
terjadi pada waktu yang sangat singkat. Akan tetapi, dimensinya akan jauh berbeda
dari ukuran optimum secara teoritis bila digunakan penutup standar atau pintu.
Dimensi dapat juga dipengaruhi oleh pertimbangan lain, misalnya pepohonan yang
mengambang, sampah, atau ikan. Ruangan bebas di atas aliran dan lubang angin
harus disediakan.

Terowongan dan konduit dapat juga direncanakan untuk aliran super kritis, tetapi
kedalamannya tidak boleh mendekati kedalaman kritis untuk mencegah terjadinya
pukulan gelombang pada langit-langit dan menimbulkan gelombang tekanan.
Loncatan air harus direncanakan agar terjadi di hilir mulut terowongan atau konduit.

Permasalahan fluktuasi tekanan karena adanya aliran sementara harus dicermati.


Perencana harus yakin bahwa perubahan dari aliran terbuka ke aliran tertekan
berjalan dengan transisi yang mulus.Bentuk pusaran pada terowong atau mulut

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-10
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

gorong-gorong harus diperhatikan dan dikendalikan bila perlu. Hal ini biasanya tidak
begitu masalah pada bangunan pengelak sementara

Perlu adanya informasi periode ulang banjir untuk desain bangunan pengelak,
demikian juga untuk desain pelimpah dan bagian lain dari bangunan permanen,
meskipun tidak harus teliti pada tahap ini.

Banjir pada periode ulang yang berbeda dapat ditentukan dengan beberapa cara,
menurut SNI 03-2415-1991, SNI 03-3412-1994 atau pedoman-pedoman lainnya.

Apabila daerah pengaliran sungainya mempunyai pola curah hujan dan pola aliran
sungai yang sejenis, estimasi puncak aliran dari pengukuran satu stasiun sering
dapat digunakan untuk mengestimasi aliran pada titik lain, dengan akurasi yang
cukup. Koefisien korelasi antara puncak aliran QA pada titik A dan puncak aliran QB
pada titik B dengan kedua titik tersebut terletak pada daerah pengaliran sungai
(DPS) yang sejenis, dapat digunakan perbandingan dari luas daerah aliran sungai
secara berturutan :
n
QA  S A 
 
Q B  S B 
dengan :
SA adalah luas DPS untuk titik A
SB adalah luas DPS untuk titik B
n adalah konstanta yang tergantung dari DPS dan sering diambil n = 0,5

Masih banyak rumus lain mengenai hubungan antara aliran dan DPS dan pemilihan
distribusi frekuensi yang paling sesuai untuk harga ekstrim yang diuraikan pada
buku-buku hidrologi. Pemilihan distribusi frekuensi pada akhirnya didasarkan pada
pengalaman ahli hidrologi.

Banjir biasanya berkaitan dengan musim dan besarnya kerusakan akibat banjir
tergantung dari tingkat penyelesaian pekerjaan tersebut dan ke dua faktor tersebut
harus dipertimbangkan. Ketika daerah kerja dilindungi oleh penggenangan dan/atau
pengelakan banjir, bentuk hidrograf banjir dan volume air masuk merupakan faktor
yang penting. Metode perhitungan dan penggambaran hidrograf banjir, penetapan
distribusi frekuensi banjir dan penentuan banjir rencana diuraikan dalam beberapa
buku panduan. Dewasa ini umum digunakan hidrograf standar yang dapat

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-11
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

menghasilkan satu set hidrograf untuk suatu periode ulang tertentu pada lokasi
kerja. Metode ini menghasilkan hubungan antara banjir, volume dan frekuensinya.

Pendekatan lain yaitu dengan menggunakan konsep kemungkinan banjir maksimum


atau harga ekstrim lainnya. Biasanya dimungkinkan untuk membuat tingkat akurasi
yang cukup, hubungan antara harga ekstrim, debit banjir 100 tahunan dan debit
banjir pada periode ulang lainnya, misal banjir sepuluh tahunan.

2.5 Kapasitas pengelak


Periode ulang banjir untuk mendesain bangunan pengelak atau besar resiko yang
dapat ditoleransi misal, banjir 10 tahunan, 20 tahunan dan lain-lain dapat ditetapkan
berdasarkan analisis hidrologi. Tetapi dalam memilih periode ulang perlu diingat
bahwa probabilitas suatu kejadian dengan suatu periode ulang T tahun, terjadi
paling sedikit sekali dalam T tahun adalah mendekati 0,64.

Resiko R dari banjir periode ulang T tahun, akan terlampaui paling sedikit sekali
dalam L tahun, selama bendungan beroperasi.
L
 1
R  1  1  
 T .............................................................................................(1)
atau dapat didekati dengan hubungan (berlaku untuk T > 10 dan R < 50%) :
......................................................................................................................
L
R
T  0,5L ................................................................................................(2)

Sebagai contoh, apabila bangunan pengelak didesain agar beroperasi lebih dari
periode pelaksanaan 3 tahun dan bendungan pengelak dibuat untuk menahan banjir
10 tahunan, presentase resiko dari kegagalan selama periode pelaksanaan adalah:

3
R≈ = 0,26 atau 26 %
10  0,5 x3

Dengan demikian maka resiko kegagalan yang diperbolehkan adalah 5%, kemudian
alur pengelak harus didesain untuk banjir dengan periode ulang 60
tahun.Perencanaan kapasitas desain dari bangunan pengelak dapat dilakukan
dengan melakukan optimasi dengan mempertimbangkan keamanan. Optimasi
bertujuan dalam meminimumkan biaya pelaksanaan dari bangunan pengelak.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-12
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Kerugian yang dihasilkan dari desain yang terlalu rendah, tidak hanya pada
lapangan pekerjaan itu sendiri, tetapi juga untuk kepemilikan di hilir bila terjadi
kegagalan mendadak, atau di hulu karena adanya rintangan oleh pekerjaan
pengelak.

Keterangan gambar:
A. Resiko terlampaui (%)
B. Jaminan tidak terlampaui (%)

Gambar 2.6 Contoh resiko sebagai fungsi umur pemakaian pengelak dan
periode ulang banjir rencana

Biaya bangunan pengelak yang didesain untuk mengendalikan puncak banjir yang
berbeda dinyatakan sebagai biaya tahunan dalam pengeplotan kurva biaya
pelaksanaan. Biaya dari seluruh kerusakan sebagai akibat dari kapasitas bangunan
pengelak yang tidak cukup untuk setiap ukuran yang berbeda harus diestimasikan,
dikalikan dengan probabilitas kejadian pada tahun mana saja, dan diplot terhadap
debit banjir yang sesuai untuk menggambar kurva kerugian.Biaya pelaksanaan dan
kerugian dijumlahkan untuk memperoleh kurva biaya total. Titik yang terendah pada
kurva biaya adalah merupakan total kapasitas ekonomis yang optimum pada
bangunan pengelak yang berhubungan dengan kinerja tertentu.

Proses ini merupakan dasar estimasi dimensi dari bangunan pengelak, tetapi resiko
kehidupan manusia dan tipe kerusakan lain merupakan hal yang sulit. Estimasi
yang realistis dari puncak banjir yang menyebabkan kerusakan juga sulit dilakukan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-13
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Bahkan biaya pelaksanaan bangunan yang diperlukan untuk pengendali banjir


mungkin juga sulit untuk dievaluasi. Namun demikian, dimungkinkan untuk
menentukan batas atas dan bawah dari beberapa kurva dengan tingkat akurasi
yang dapat diterima.

Dengan bendungan beton, banjir pada daerah kerja tidak menyebabkan pekerjaan
tersebut harus ditinggalkan, sehingga terowongan pengelak dapat didesain untuk
banjir dengan periode ulang yang tinggi, misalnya banjir 10 tahunan
Untuk bendungan urugan tanah, kondisinya adalah berbeda sama sekali, karena
dapat hancur total bila terjadi pelimpasan. Untuk bendungan besar, yang dibangun
dalam beberapa tahun, periode ulang 50 tahunan atau lebih mungkin digunakan
dalam desain bendungan pengelak. Kecenderungannya jelas bahwa bendungan
harus dibuat lebih cepat, dari pada harus membayar asuransi yang lebih tinggi,
karena saat ini dimungkinkan untuk melakukan urugan lebih cepat. Kewaspadaan
dilakukan pada waktu awal pelaksanaan di musim kemarau atau bangunan
pengelak hulu mampu menahan genangan banjir hingga pelaksanaan bendungan
utama mencapai ketinggian, sedemikian rupa, sehingga mampu mengendalikan air
sungai, dengan kecenderungan membuat bendungan pengelak yang lebih tinggi
bila secara ekonomis masih memungkinkan.

Bendungan urugan batu menjadi pilihan alternatif lain dalam hal kemampuan untuk
dilimpasi air selama pelaksanaan,sehingga mencapai debit per satuan lebar tertentu.

2.6. Penutupan Bangunan Pengelak


Penutupan akhir bangunan pengelak merupakan tahapan penting di dalam
program konstruksi dan harus direncanakan secara hati-hati. Sebelumnya,
semua pendataan terhadap lahan yang ada di daerah genangan waduk harus
sudah dibebaskan.
Penutupan sungai boleh dilakukan dengan memperhatikan syarat-syarat
spesifikasi debit sungai dan setelah memperoleh kepastian hasil kajian hidrologi
dengan menggunakan periode air rendah yang paling menguntungkan.

Pengoperasian akan menjadi rumit dan sulit karena masalah-masalah jalan


masuk. Untuk itu, perencana harus dapat menetapkan kesulitan-kesulitan yang
akan timbul misalnya : balok-balok kayu yang terapung, benda-benda lain yang
menghambat pelaksanaan pekerjaan.Pengoperasian akan lebih mudah. bila ada

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-14
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

dua terowongan pengelak, karena jika salah satu tetap dibuka sementara lainnya
dapat ditutup.

Penutupan saluran pengelak dengan metode-metode fisik mencakup dinding


baja dan beton, balok-balok kayu besar atau bola-bola beton, dua deret stoplog
beton dengan beton curah diselanya, stoplog beton setengah lingkaran yang
dijatuhkan di depan pintu di hulu, dan panel saringan di bagian depan urugan
batu yang dituangkan, kemudian diikuti penempatan batu-batu yang lebih kecil,
pasir dan lempung.

Segera setelah material tersebut berada ditempatnya, isian beton permanen


dapat dicurahkan dan kadang-kadang pintu kontrol dibongkar untuk digunakan di
tempat lain.

Seperti yang sudah diterangkan, beberapa konduit pengelak dapat diubah


menjadi saluran permanen sesudah penutupan.Dalam hal ini, konduit harus
memiliki pintu yang dapat digunakan untuk penutupan akhir, sehingga dapat
mengurangi pembiayaan dan mempermudah pekerjaan. Beberapa hal khusus
yang harus diperhatikan adalah : jika suatu turap baja atau beton dipasang untuk
menutup bagian bangunan pengelak, harus betul-betul aman terhadap
kemungkinan terangkat sebelum sumbat permanen dicurahkan. Berikutnya,
bagian-bagian tetap pada pintu dan lain-lainnya, yang tertanam dalam beton
biasanya terbuka karena aliran turbulen selama beberapa tahun dan dapat
mengalami kerusakan sebelum penutupan.Lobang-lobang tersebut dapat
terblokir dengan potongan sisa beton atau baja atau reruntuhan yang hanyutk di
sungai.Untuk alasan tersebut, dengan hati-hati diberikan alternatif darurat seperti
saringan logam yang di depannya urugan batu dapat dicurahkan agar tidak
hanyut, dan disusul material yang semakin lama semakin halus.Karena biasanya
penutupan dilakukan pada air yang mengalir, balok-balok stoplog atau jenis-jenis
lainnya harus di desain dengan memperhitungkan adanya gaya angkat
hidrodinamis. Untuk proyek -proyek besar disarankan melakukan pengujian
dengan model fisik di laboratorium hidraulis.

Setelah penutupan, elevasi muka air akan naik dengan cepat, sehingga balok
stoplog dan lain-lainnya harus didesain agar dapat dapat menahan tinggi
tekanan air pada elevasi waduk saat penuh sebelum pekerjaan penutupan
permanen selesai dikerjakan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-15
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Kebutuhan air di hilir juga harus diperhitungkan, sehingga selama pekerjaan


penutupan dilakukan, pelepasan aliran harus diatur sedemikian rupa, sampai
saatnya bangunan permanen mampu menerima debit aliran.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


2-16
BAB 3 BANGUNAN PELIMPAH

Sub Materi
1. Umum
2. Jenis pelimpah
3. Desain hidraulis pelimpah
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

BAB III
BANGUNAN PELIMPAH

3.1. Umum
Fungsi utama dari bangunan pelimpah (spillway) adalah membuang kelebihan air
waduk, sehingga air tidak melimpaspuncak bendungan (overtopping) yang dapat
membahayakan bendungan, terutama bendungan tipe urugan tanah. Bila pelimpah
tersebut dilengkapi dengan pintu untuk mengendalikan aliran banjir, disebut sebagai
pelimpah berpintu (gated spillway). Bila tidak dan aliran cukup dikendalikan oleh
mercu pelimpah, disebut sebagai pelimpah tidak berpintu (ungated spillway).
Kapasitas pelimpah tersebut harus didesain menggunakan banjir dengan kala ulang
tertentu, sesuai dengan NSPM(Misalnya, untuk bendungan dengan tinggi > 40 m
dan di hilirnya mempunyai resiko tinggi, kapasitas pelimpah didesain dengan PMF).
Bangunan pelimpah tersebut juga dapat didesain dan dikombinasikan dengan
bangunan pengeluaran.

Berdasarkan data statistik, banyak bendungan tipe urugan tanah yang runtuh akibat
kurangnya kapasitas pelimpah, dengan kata lain pelimpah tidak didesain dengan
benar. Bebarapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain bangunan
pelimpah tersebut, adalah :

a) Debit inflow, frekuensi dan bentuk hidrografnya.


b) Tinggi mercu pelimpah yang direncanakan.
c) Kapasitas waduk pada beberapa variasi permukaan.
d) Kondisi geologi dan kondisi lapangan lainnya.
e) Lokasi berupa lereng yang terjal/curam.
f) Bekas galian yang dapat dimanfaatkan sebagai material timbunan.
g) Daya dukung, stabilitas lereng, rembesan/uplift, dll.

Kondisi daerah hilir saat pelepasan air banjir juga perlu mendapatkan perhatian
khusus, terutama bila cukup padat populasinya (resiko sangat tingi). Batang pohon,
sampah, material sedimen juga perlu dipertimbangkan dalam mendesain bangunan
pelimpah tersebut.

Bangunan pelimpah dapat dibangun menjadi bagian dari bendungan atau terpisah.
Pelimpah dari beton mungkin dapat dibangun pada alur sungai, bila fondasinya

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-1
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

berupa batuan yang cukup keras. Untuk pelimpah yang dibangun pada timbunan
tanah, perlu perhatian khusus terhadap bagian transisi (bidang kontak) antara
timbunan tanah dengan dinding beton, karena bagian ini merupakan bagian
terlemah untuk dilewati air. Bila kondisi topografi memungkinkan, bangunan
pelimpah dapat dibangun terpisah dari bendungan utama, untuk menghindari
pengaruh rembesan melalui bidang kontak.

Bagian utama dari pelimpah, adalah :


a) Saluran depan/masuk, untuk mengalirkan dan mengontrol air dari waduk.
b) Konduit/saluran untuk mengalirkan aliran air waduk dari bangunan/saluran
depan ke bagian level muka air rendah bagian hilirnya.
c) Bangunan pengeluar untuk meredam energi aliran air yang cepat dan
mengalirkannya ke saluran balik.

Gambar 3.1 Pelimpah yang dibangun menyatu dengan bangunan pengeluaran

3.2. Jenis Pelimpah


Beberapa jenis bangunan pelimpah, adalah :
1) Ogee (berpintu atau tidak berpintu)
2) Ambang jatuh bebas (free overfall)
3) Syfon
4) Shaft atau morning glory
5) Side channel
6) Terowongan

3.2.1. Ogee (overflow spillway)

Pelimpah jenis ini adalah berupa ambang berbentuk menyerupai huruf S atau
ogee. Bentuk ogee tersebut dapat dilengkapi dengan aerasi di bagian bawah
“nappe” dan jatuh dari ambang yang tajam. Kurva bagian atas pada puncak dapat

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-2
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

dibuat lebih lebar atau lebih tajam dibandingkan nappe-nya. Kurva yang lebih
lebar akan menyangga aliran dan tekanan hidrostatik akan terjadi di sepanjang
permukaan kontak. Penyangga tersebut akan menimbulkan pengaruh aliran balik
dan mengurangi koefisien debit aliran. Sedangkan ambang yang lebih tajam akan
menimbulkan tekanan negatif yang dapat meningkatkan/bertambahnya head dan
debit aliran.

Gambar 3.2Pelimpah jenis ogee

3.2.2. Ambang Jatuh Bebas (Free Overfall)

Pada pelimpah jenis ini, aliran air akan jatuh bebas dari mercu pelimpah.
Pelimpah jenis ini cocok untuk bendungan beton yang rendah. Kadang-kadang
puncak pelimpah diperpanjang dalam bentuk “bibir” yang mengantung sebagai
tempat aliran supaya jatuh cukup jauh dari kaki bendungan. Bagian bawah nappe
dilengkapi dengan aerasi/ventilasi untuk mencegah terjadinya pusaran air. Kondisi
geologi saluran di bawah mercu untuk pelimpah jenis ini harus bener-benar keras,
supaya tidak mudah tergerus air.

Gambar 3.3Freeoverfall spillway

Disamping “ogee”, bangunan-bangunan pelimpah yang masih termasuk drop


spillway, adalah :
- straight drop spillway
- box inlet spillway

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-3
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

- labyrinth spillway

Gambar 3.4 Beberapa jenis drop spillways

3.2.3. Siphon Spillway

Pelimpah jenis ini adalah merupakan konduit sistim tertutup berbentuk tabung U
terbalik. Debit alirmnan awal adalah sama seperti pada ambang bebas (weir),
tetapi bila udara yang terdapat di belokan melalui mercu ditarik olehaliran air,
maka terjadi aksi/tarikan sifon dan aliran berlangsung secara menerus, akibat
pengaruh sifon yang menarik aliran air dari intake.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-4
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.5 Pelimpah jenis sifon


3.2.4. Drop Inlet/ Glory Hole

Pada pelimpah jenis ini, aliran air masuk melalui suatu ambang berbentuk
lingkaran dan jatuh melalui lubang (shaft) vertikal atau miring, kemudian mengalir
ke hilir melalui terowongan atau konduit. Pelimpah jenis ini cocok untuk
bendungan yang terletak pada lembah yang sempit. Keuntungan lainnya adalah
kapasitas maksimum dapat dicapai pada head yang relatif rendah. Oleh karena itu,
pelimpah jenis ini adalah ideal untuk aliran maksimum yang harus dibatasi.

Gambar 3.6Drop inlet spillway

3.2.5. Pelimpah Samping

Ambang pengendali/pengontrol diletakkan di sepanjang sisi dan hampir sejajar


dengan bagian atas dari saluran pelepas aliran. Aliran air melimpasi ambang
samping dan mengalir ke saluran yang sempit di belakang ambang serta mengalir

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-5
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

ke saluran balik untuk kembali ke sungai. Karakteristik aliran adalah sama dengan
aliran melalui ambang bebas, kecuali pada debit aliran tinggi yang mungkin
merendam sebagian puncak pelimpah. Pelimpah jenis ini mempunyai keuntungan
lain, yakni :
- Mempunyai saluran yang sempit, akibat terjalnya lereng tumpuan.
- Ambang pelimpah dapat didesain cukup panjang untuk mengakomodasi debit
banjir desain.

Gambar 3.7 Bangunan pelimpah samping (side spillway)

3.2.6 Tunnel/Conduit Spillway


Air waduk dialirkan memalui saluran tertutup yang disebut sebagai tunnel/conduit
spillway. Saluran tertutup tersebut dapat berupa shaft yang vertikal atau miring
atau horisontal yang melalui formasi tanah atau batuan. Sebagai
bangunan/ambang pengendali dapat berupa hampir semua jenis ambang
pelimpah dengan bukaan (orify) vertikal atau miring, lubang glory atau saluran
samping, dan lain-lain. Terowongan biasanya didesain untuk aliran sebagian
penuh, kecuali untuk lubang glory. Tipe ini biasanya dilengkapi dengan aerasi.
Pelimpah jenis ini cocok untuk bendungan yang terletak pada lembah yang sempit.

Bila saluran tertutup dibangun di bawah bendungan, bangunan tersebut disebut


sebagai conduit spillway. Jenis pelimpah ini biasanya cocok untuk bendungan
pada lokasi di lembah yang lebar, dimana konduit pengelak dibuat di dekat aliran
sungai.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-6
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.8Pelimpah terowongan (Tunnel spillway)

3.2.7 Pelimpah Darurat dan Pelimpah Layanan


Apabila diperlukan, penambahan bangunan pelimpah darurat (emergency
spillway) untuk menambah kapasitas bangunan pelimpah layanan (service
spillway) akan mengurangi biaya konstruksi serta menambah faktor keamanan
terhadap pelimpasan puncak (overtopping) tanpa mengurangi efesiensi operasi
normal waduk.

Gambar 3.9 Pelimpah utama dan tambahan


Bila topografinya memungkinkan dapat dibuat pelimpah darurat untuk
mengeluarkan air waduk pada kondisi darurat. Pelimpah darurat ini dapat berupa
timbunan tanah yang pada elevasi tertentu dibuat dengan timbunan dari pasir
kasar dan kerikil yang dibuat mudah tergerus oleh air. Elevasi bagian timbunan
yang mudah tergerus lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan elevasi mercu
pelimpah utama. Pelimpah darurat ini disebut sebagai ”fuseplug dyke” (Contoh
pada bendungan PLTA Soedirman, Jawa Tengah).

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-7
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.10Pelimpah darurat jenis fuseplug dyke

3.3. Desain Hidraulis Pelimpah


3.3.1Bentuk Mercu
Pada umumnya ada 3 bentuk mercu pelimpah yang sering digunakan, yakni :
- Tipe I, tipe ini cocok untuk pelimpah ogee yang mempunyai beda tinggi
tekanan yang rendah (low head).
- Tipe II, tipe yang paling banyak digunakan. Permukaan pelimpah bagian
hulu/depan berbentuk vertikal dan melengkung ke atas sampai mercu dan
setelah itu akan membentuk lereng, seperti gambar di bawah.
- Tipe III, permukaan pelimpah bagian depan berbentuk vertikal dan membesar
pada bagian mercu yang menggantung(overhang). Pembesaran tersebut
sebesar minimal 1/3 tinggi tekanan dan menyambung dengan permukaan
hulu dengan sudut 30º terhadap vertikal.

Gambar 3.11 Pelimpah Tipe I (kiri) dan Tipe II (kanan)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-8
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.12 Pelimpah Tipe III, mercu menggantung (overhang)


Selain tipe-tipe di atas, di bawah adalah penampang pelimpah dari U.S Army
Corps of Engineers untuk memperoleh koordinat (x,y) untuk penampang bagian
hilir, menurut rumus :
X1.85 = 2 Hd0.85 y .................................................................................... (1)
Dimana :
Hd = tinggi tekanan desain di atas mercu.
Titik pusat (0,0) dari sistim koordinat ada di mercu pelimpah, seperti gambar di
bawah.

…………..(2)

Gambar 3.13 Penampang pelimpah, U.S Army Corps of Engineers

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-9
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Aliran melalui ambang (mercu bendungan) berbentuk “ogee” dapat dinyatakan


dengan rumus :
Q = C L H3/2 ……………………………………………………………………….
(3)
Dimana :
Q = debit aliran (m3/s)
C = koefisien pelimpah
L = lebar bersih pelimpah (m)
H =tinggi tekanan air di atas ambang (m).
Koefisien pelimpah (C) akan berubah nilainya, tergantung tinggi tekanan (H) dan
tinggi ambang (P), namun dalam desain nilai C dapat dianggap tetap, yakni 2,0
(dalam satuan metrik), dimana R = radius hidraulis (m).

3.3.2 Kriteria Desain Tinggi Tekananmelalui Pelimpah

Untuk pelimpah dengan tinggi tekanan (head) sedang, tekanan negatif sebesar -
1,5 m tinggi air masih diijinkan. Bila diambil 1.33 kali Hd, maka nilai tekanan negatif
adalah sekitar 0,6 Hd. Pada bukaan sebagian, tekanan negatif dapat berkisar
sekitar 4,8 m tinggi air, dimana tekanan negatif yang diijinkan biasanya sekitar 3
m.Secara teoritis, koefisien aliran dengan mengabaikan gesekan adalah sebesar
2,96, tetapi pada prakteknya sulit dicapai di lapangan. Secara praktis koefisien
aliran yang digunakan tanpa mengijinkan adanya tekanan subatmosfir adalah
sebesar 2,21.

Beberapa faktor yang mempengaruhi koefisien aliran, diantaranya adalah :


- Kondisi penampang bagian atas, bila desainnya memadai koefisen 2,76 dapat
dicapai.
- Kemiringan bagian hilir (glacis).
- Pengaruh kedalaman dari saluran depan.
- Tinggi tekanan yang berbeda dari tinggi desain.
- Kemiringan bagian hulu.
- Pengaruh apron hilir dan kondisi terendam tidaknya bagian hilir.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-10
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.14 Bagian mercu yang mengalami tekanan subatmosfir

3.3.3 Desain Puncak Pier dan Tumpuan


Bila puncak pier dan tumpuan berbentuk tertentu, hal tersebut akan menyebabkan
terjadinya kontraksi aliran air. Panjang efektif akan lebih kecil dari panjang bersih
(netto) puncak. Pengaruh kontraksi dapat diperhitungkan seperti rumus di bawah.
L’ = L – 2 (NKp + Ka) Hd ....................................................................................... (2)
Dimana :
L’ = panjang efektif puncak pier,
L = panjang puncak
N = banyak pier,
Kp = Koefisien kontrasi pier,
Ka = koefisien kontraksi tumpuan,
Hd = Total head pada puncak termasuk head akibat kecepatan aliran air.
Koefisien yang tergantung dari bentuk pier, adalah :
- Untuk bentuk pier yang bujur sangkar, Kp = 0,02
- Untuk pier berbentuk membundar, Kp = 0,01
- Untuk pier yang runcing, Kp = 0,01
Sedangkan untuk berbagai bentuk tumpuan :
- Tumpuan berbentuk persegi panjang, Ka = 0,20
- Tumpuan berbentuk membundar, Ka = 0,10

3.3.4 Saluran Luncur (chute)


Kemiringan saluran pada awalnya harus dipilih lebih kritis, sehingga saluran tidak
mempengaruhi karakteristik aliran dari mercu. Aliran yang masuk ke dalam
saluran luncur adalah pada kondisi superkritis. Untuk mencegah formasi loncatan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-11
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

air di bawah mercu, aliran yang mengalir di dalam saluran luncur harus dijaga
tetap pada kondisi superkritis di sepanjang saluran. Aliran di dalam saluran dapat
seragam atau dipercepat atau diperlambat, tergantung dari kemiringan dan
dimensi saluran. Aliran di sebarang titik di sepanjang saluran akan tergantung
padaspecific energy (d x hd). Energi ini adalah sama dengan beda tinggi tekanan
(head drop) dari level air hulu ke lantai saluran hilir dikurangi kehilangan tinggi
tekanan (headloss).

Gambar 3.15Kolam olak (stilling basin)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-12
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

............….……………………………………………………..(3)

............….……………………………………………….(4)

............….…………………………… (5)

3.3.5 Kolam Peredan Energy


Kolam peredam energi biasanya dibangun dihilir saluran luncur untuk meredam
energi dari aliran air dari saluran.
Bentuk dan karakteristik loncatan aliran air adalah sesuai dengan faktor aliran
kinetik, debit aliran, kedalaman kritis aliran dan angka Froude, F = (v)/(gd)1/2.
Dibawah adalah sketsa berbagai karakteristik aliran loncatan hidraulis
sehubungan dengan angka Froude.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-13
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.16 Karakteristik loncatan hidraulis sehubungan dengan angka Froude (F)

............….………………………………………… (6)

...........(7)

..........................................(8)

......................................(9)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-14
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Tinggi tekanan air buri (tail water) minimum dan panjang loncatan hidraulis yang
diperlukan dapat diperoleh dari gambar-gambar di bawah.

Gambar 3.17 Kolam olak Type IV, untuk angka Froude antara 2,5 – 4,5

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-15
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.18Kolam olak Type III, untuk angka Froude di atas 4,5 dengan kecepatan
antara 15 – 18 m/s

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-16
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.19Kolam olak Type III, untuk angka Froude di atas 4,5

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-17
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.20Kolam olak tipe ’flip bucket”

3.3.6 Drop Inlet (Shaft or Morning Glory) Spillway


Karakteristik aliran air yang masuk ke daam mulut pemasaukan (inlet), adalah :
1) Aliran terbuka, muka air masih rendah dan aliran dikontrol oleh ambang.
2) Aliran terbuka, muka air meningkat, tetapi konduit masih sebagian terbuka,
kondisi ini seperti pada pipa atau orifice.
3) Aliran tertutup, muka air meningkat, konduit dalam kondisi tertekan.
Karakteristik aliran pada pelimpah jenis ini sangat bervariasi, tergantung dari ukuran
elemen-elemennya. Dengan merubah diameter ambang/mercu akan merubah aliran
(kurva a-b), seperti gambar di bawah.
Debit aliran saat muka air masih rendah (small head) masih mengikuti rumus (3),
dimana H adalah tinggi tekanan yang diukur ke puncak nappe aliran yang
melimpas, ke spring point dari mercu ambang berbentuk lingkaran atau ke titik lain
dari limpasan air yang telah terbentuk. Sedangkan L adalah panjang mercu ambang
berbentuk lingkaran dan koefisien aliran C tergantung dari H0/Rs Rumus (3) juga
dapat ditulis sebagai berikut :
Q = C0 (2πRs)H03/2 ......................................................................................... (10)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-18
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.21 Karakteristi aliran pada morning glory spillway

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-19
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.22 Elemen bentuk nappe untuk ambang bulat

3.3.7 Culvert Spillway


Gorong-gorong (culvert) tersebut dapat berupa pipa atau persegi empat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi sifat aliran antara lain adalah kemiringan dasar, ukuran,
bentuk, panjang dan kekasaran dari culvert serta geometri inlet dan outletnya.
Lokasi dari pintu pengatur akan mementukan sifat aliran, apakah aliran bersifat
terbuka atau aliran tertekan. Kurva pada gambar tersebut juga menunjukkan
hubungan antara tinggi tekanan terhadap diameter (H/D) dengan debit aliran
terhadap diameter (Q/D5/2) yang tergantung juga dari bentuk mulut pemasukan
(tajam atau membundar.
Untuk desain hidraulis rinci mengenai pelimpah jenis ini, dapat merujuk Design of
Small Dam, USBR 1976, hal. 430 – 437).

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-20
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 3.23 Kurva debit-tinggi tekanan untuk culvert

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


3-21
BAB 4BANGUNAN PENGELUARAN

Sub Materi
1. Umum
2. Bangunan pengambilan (intake)
3. Peredam energi
4. Saluran pemasukan dan saluran
pembuangan
5. Masalah khusus saluran balik
6. Desain hidraulis bangunan
pengeluaran
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

BAB IV
BANGUNAN PENGELUARAN

4.1. Umum
Bangunan pengeluaran (outlet works) adalah suatu bangunan untuk melepaskan
air dari waduk pada kondisi muka air waduk normal. Bangunan pengeluaran
tersebut juga dapat diletakkan di dekat dasar waduk, untuk mengeluarkan air waduk
pada kondisi darurat (bottom outlet). Pada umumnya, suatu konduit
tertekan/tertutup yang membawa air melalui bendungan dianggap sebagai
bangunan pengeluaran (outlet works) dibandingkan pelimpah (spillway). Namun
konduit pengeluaran ini kadang-kadang juga dapat digabung dengan bangunan
pelimpah.

Bangunan pengeluaran juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan konfigurasinya


sebagai pembawa air, bangunan pengeluaran ini dapat berupa :
- Konduit melalui bendungan beton
- Konduit melalui bendungan urugan tanah
- Pipa atau penstock
- Konduit di dalam suatu terowongan yang digali di luar bendungan

Di bawah adalah penyebab utama terhadap kegagalan fungsi pelimpah dan


bangunan pengeluaran, yakni :
1) Kapasitas tidak cukup ; penyebab utama runtuhnya bendungan urugan tanah
adalah limpasnya air melalui puncak bendungan (overtopping), akibat tidak
cukunya kapasitas bangunan pelimpah dan bangunan pengeluaran.
2) Kemunduran/deteriorasi struktur; beberapa kerusakan pelimpah dan
bangunan pengeluaran adalah disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
- Tergerusnya material timbunan
- Deformasi, akibat penurunan, patahan (faults), dll.
- Deteriorasi, akibat korosi, retakan dan lain-lain)

Penyebab utama kegagalan lain yang juga sering terjadi, adalah :


- Pelimpasan puncak bendungan (overtopping)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-1
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

- Rembesan atau piping; piping ini sering terjadi di sepanjang pipa


pengeluaran

Peralatan kontrol adalah istilah umum yang digunakan untuk sistim hidromekanikal
dari pintu dan katup yang aliran melalui bangunan pengeluaran dan pelimpah
dikendalikan/diatur.

Tujuan utama dari bangunan pengeluaran, adalah :


- Pengendalian banjir (flood control).
- Pengaturan air pada kondisi muka air waduk normal.
- Mengeluarkan air pada kondisi darurat.

Gambar 4.1 Bendungan dan bangunan pelengkapnya

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-2
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 4.2 Bendungan dengan bangunan pengeluarannya


Komponen-komponen dari suatu bangunan pengeluaran (outlet) adalah :
a) Saluran masuk, fungsinya untuk membawa/mengalirkan air dari waduk.
b) Bangunan pemasukan (intake), fungsinya untuk memasukkan air waduk kedalam
bangunan pengeluaran.
c) Rumah pintu atau katup, tempat pintu atau katup dioperasikan melepaskan air waduk.
d) Konduit, saluran pembawa air melalui bendungan.
e) Peredam energi, suatu bangunan untuk mengurangi energi dan kecepatan aliran air.
f) Saluran balik (return channel), saluran untuk pembuangan air kembali ke sungai.

Gambar 4.3 Komponen dari bangunan pengeluaran

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-3
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 4.4 Konduit melalui bendungan urugan tanah

4.2. Bangunan Pengambilan (Intake)

4.2.1 Bangunan Pengambil Tegak

Bangunan pengambil (intake) ini adalah berfungsi sebagai mulut pemasukan


langsung dari waduk. Bangunan pengambil tersebut juga dilengkapi dengan pintu
pengatur aliran, saringan sampah (trashrack) dan saringan ikan (fish screen), bila
diperlukan serta fasilitas untuk perbaikan, yakni alat penutup bulkhead atau
stoplogs.

Konduit pemasukan dapat diletakkan vertikal, miring atau horisontal, tergantung


dari keperluannya. Pemasukan vertikal biasanya dipasang pada elevasi yang
sama dengan level konduit. Bila pintu dioperasikan pada lereng hulu dari suatu
bendungan yang rendah dapat digunakan pemasukan yang miring (inclined
spillway). Bila diinginkan level ambang pelimpah yang lebih tinggi dari konduit,
dapat digunakan jenis drop inlet. Untuk mengurangi kehilangan tinggi tekanan,
mulut pemasukan biasnya didesain berbentuk bellmouth atau rounded.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-4
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 4.5 Bangunan pengeluaran (intake) pada bendungan urugan tanah

Konstruksi saringan sampah tergantung dari ukuran konduit, pintu pengatur, air
yang diambil, kondisi sampah di waduk, alat/cara membersihkan sampah, dan
lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap jenis saringan dan
ukuran bukaan. Bila konduit berukuran kecil dengan alat pengatur aliran berupa
katup, dapat digunakan kisi-kisi yang rapat, supaya sampah tidak dapat masuk.
Bila ukuran konduit cukup besar dengan pintu pengatur yang besar, ukuran spasi
kisi-kisi juga harus lebih besar. Tata letak saringan (rack) tergantung dari jalan
masuk dan cara pembersihan sampah. Jadi, saringan sampah yang terendam
akan lebih baik dibandingkan yang diletakkan dekat permukaan. Demikian juga
pintu yang dipasang di bagian dekat mulut pemasukan (menyebabkan pintu macet
oleh sampah), memerlukan perhatian khusus untuk pengaturan letak saringan.

Benduk saringan sampah juga bervariasi, tergantung dari letak dan posisi di mulut
pemasukan. Saringan sampah untuk drop inlet umumnya berupa seperti kurungan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-5
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 4.6 Penampang tipikal drop inlet intake

Gambar 4.7Potongan memanjang bangunan pengambilan, bendungan Sempor

4.2.2 Bangunan Pengambil yang Miring


Bangunan intake yang miring biasanya diletakkan pada bagian lereng hulu
bendunganatau disepanjang tepi waduk bagian hulu bendungan. Tergantung dari
kebutuhan dan kondisi di lapangan, bangunan pengambil miring tersebut dapat

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-6
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

terendam seluruhnya atau diperpanjang sampai di atas elevasi muka air waduk
maksimum untuk memudahkan operasinya pada setiap level muka air waduk.

Bangunan pengambil miring yang diperpanjang sampai di atas air waduk tersebut
biasanya mempunyai fungsi yang sama dengan bangunan pengambil menara.
Jenis bangunan pengambil miring sering dipilih, karena pertimbangan sedimentasi
dan stabilitasnya.

Gambar 4.8Bangunan pengambil miring

Gambar 4.9Bangunan pengambil miring di bendungan Lodan Wetan, Jawa Tengah

Gambar 4.10 Saringan sampah (trashrack) di bendungan Lodan Wetan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-7
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Pada bangunan pengambil ini perlu dilakukan perlindungan terhadap masuknya


sampah-sampah yang masih dapat melewati trashboom yang dipasang di bagian
hulunya, yakni dengan memasang penyaring sampah (trashrack) di depan pintu
bangunan pengambilan.. Trashboom hanya dapat menahan batang kayu (pohon),
tetapi tidak dapat menyaring sampah-sampah yang ukurannya lebih kecil dari
pohon kayu.

Gambar 4.11Penyaring sampah (trashrack) pada bangunan pengambil

4.3 Peredam Energi


Aliran yang keluar dari pintu, katup atau konduit aliran bebas, mempunyai
kecepatan yang tinggi. Untuk konduit dengan aliran bebas, perlu dilengkapi
dengan konstruksi pengalih/deflektor untuk mengarahkan semprotan air jauh dari
bangunan intake dan kaki bendungan, bila dasar dan tebing saluran pembuang
terdiri dari batuan yang keras. Bila batuannya tidak keras, diperlukan alat peredam
energi berupa kolam olak di bagian hilir outlet. Bila bagian ujung outlet berupa pipa
yang terendam, dapat digunakan sumur/kolam peredam energi di bagian hilirnya.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-8
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

4.4 Saluran Pemasukan dan Saluran Pembuangan

Saluran pemasukan dibangun untuk mengarahkan air waduk masuk ke dalam


mulut pemasukan yang dibuat di bukit tumpuan dan saluran pembuangan untuk
mengalirkan aliran kembali ke sungai. Saluran-saluran tersebut harus digali pada
kemiringan lereng yang stabil dan mudah tergerus aliran air. Kecepatan aliran
pada pemasukan biasanya dibuat lebih kecil dibandingkan kecepatan air melalui
saringan sampah. Saluran tersebut dibuat melebar bila telah mendekati bangunan
pengambilan untuk membuat aliran mengalir lancar (smooth) dan merata melalui
kisi-kisi saringan sampah.

Ukuran dan dimensi saluran serta perlindungan dengan lining atau rip rap
tergantung dari kondisi material dan lapisan geotekniknya. Alat pengukur debit
biasanya dipasang pada bagian penampang yang dipilih dan dianggap penting
untuk dilakukan pengukuran. Pengaruh agradasi dan degradasi dari sungai perlu
dipertimbangkan dalam penentuan dimensi saluran outlet.

4.5 Masalah Khusus Saluran Balik


Saluran balik ini adalah berfungsi untuk mengalirakan air pengeluaran dari
bangunan outlet dan pelimpah kembali ke sungai. Bila saluran balik ini runtuh,
aliran berlebihan akan dapat menggerus bagian bawah pelimpah, kaki bendungan
atau bagian hilir lainnya.

Saluran balikjuga dapat rusak seperti saluran pembawa lainnya, yakni :


- Gerusan ; aliran masuk ke dalam saluran balik pada kecepatan tinggi di
bandingkan aliran yang melalui saluran masuk. Saluran balik biasanya sangat
rawan terhadap gerusan, bila ukuran, arau dan perlindungannya tidak di
desain dengan benar.
- Kurang panjang ; saluran balik harus cukup panjang untuk menjamin bahwa
aliran tidak dapat merusak kaki bendungan. Bila terjadi kerusakan, hal tersebut
perlu dicatat dan dilaporkan ke atasan yang bersangkutan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-9
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

4.6 Desain Hidraulis Bangunan Pengeluaran


Pada umumnya, kinerja hidraulis bangunan pengeluaran adalah bersifat seperti
saluran terbuka dan konduit tertutup/tertekan (pressured conduit). Analisis aliran di
dalam saluran terbuka adalah berdasarkan dari prinsip aliran langgeng yang tidak
seragam (steady nonuniform flow). Sedangkan aliran penuh di dalam pipa tertutup
adalah dianggap aliran tertekan. Kolam olak, baffle atau blok-blok peredam energi
digunakan untuk mengurangi energi aliran pada bagian hilir bangunan pengeluaran.

4.6.1 Aliran Terbuka


Aliran pada saluran terbuka melalui ambang sama seperti halnya pada bangunan
pelimpah.Bila ambang dilengkapi dengan pintu sorong atau radial, debit aliran
adalah sama dengan rumus (3), yakni Q = CLH3/2. Bila aliran saluran outlet
terbuka diatur dengan pintu yang sebagian terbuka atau pintu sorong yang
terendam, debit aliran adalah :

Q = (2/3){2gCL(H13/2 – H23/2)1/2 ………………………………………………. (10)

Dimana :
C = Koefisien aliran
L = Panjang efektif
H1 dan H2 adalah total head (termasuk velocity head) berturut-turut dari dasar dan
bagian atas bukaan (orifice), seperti gambar di bawah.

Gambar 4.13 Koefisien aliran di bawah pintu.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-10
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Bila level air buri (tail water) cukup tinggi, sehingga bukaan pintu sebagian atau
seluruhnya terendam, maka berlaku rumus seperti aliran melalui pipa atau orifice
terendam , yakni :

Q = CA (2gH)1/2 …………………………………………………………………. (11)

Dimana :
A = Luas bukaan,
H = Perbedaan tinggi elevasi air hulu dan air hilir,
C = Koefisien aliran untuk orifice terendam

Harga C ini bervariasi, tergantung dari kondisi dan bentuk geometri pipa (lihat
Design of Small Dam, USBR, 1976, hal. 468).

Konduit pengeluaran yang mengalir sebagian penuh harus dianalisis


menggunakan koefisien kekasasaran (n) yang maksimum dan minimum untuk
mengevaluasi ukuran konduit yang diperlukan. Sedangkan untuk menghitung
ukuran konduit untuk udara keluar (air swell and surges), n = 0,018 untuk
menghitung kedalaman aliran di dalam konduit dengan lining beton. Untuk
menghitung energi aliran pada bagian akhir/ujung konduit untuk desain peredam
energi, gunakan n = 0,008. Untuk menjamin suatu aliran permukaan yang bebas di
dala konduit, konduit di desain untuk menerima aliran tidak lebih dari 75%
kapasitas penuh. Selanjutnya desain perdam energi dan saluran bagian hilirnya
sama seperti halnya mendesain bangunan pelimpah.

4.6.2 Aliran Tertutup

Bila pintu dipasang di bagian hilir mulut pemasukan dari suatu konduit, bagian
atas pintu dalam kondisi mengalami tekanan. Suatu konduit yang tidak berpintu
juga dalam kondisi aliran penuh, tergantung geometri inletnya (Lihat Design of
Small Dam, USBR, 1976, mengenai Culvert Spillway hal. 430).

Untuk aliran melalui sistim pipa tertutup, berlaku hukum Bernoulli, seperti berikut :
HT = hL + hc …………………………………………………………………………(12)
Dimana :

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-11
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

HT = Total head
hL = Kehilangan tinggi tekanan kumulatif
hc = Kehilangan tinggi tekanan akibat kontraksi

Kehilangan tinggi tekanan kumulatif akibat antara lain dari trashrack, mulut
pemasukan, bentuk belokan/tekukan, pintu atau katup, gesekan dan lain-lain,
seperti gambar di bawah.

Gambar4.14 Kehilangan tinggi tekanan pada sistim konduit

Pada pipa berdiameter besar, kehilangan tinggi tekanan (head losses) pada
konduit umumnya disebabkan oleh gesekan sepanjang dinding konduit, seperti
rumus Darcy-Weisbachdi bawah.

hf = (fL/D) (v2/2g) ....................................................................................... (13)

Dimana :
hf = kehilangan tinggi tekanan (head loss)
f = koefisien friksi

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-12
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

D = diameter konduit
v = kecepatan aliran
g = gravitasi
Koefisien friksi (f) dapat diperoleh seperti rumus di bawah :
f = (185 n2)/D1/3 ......................................................................................... (14)
Perlu diingat, rumus di atas hanya berlaku untuk bentuk pipa bulat, tidak berlaku
untuk misalnya bentuk tapal kuda; n adalah koefisien kekasaran Manning. Rumus
Manning juga dapat digunakan untuk menghitung head losses, seperti di bawah.
hf = 29,1 n2(L/r4/3) (v2/2g) ..........................................................................(15)

Koefisien kekasaran Manning (n), tergantung dari material dinding saluran/konduit


dapat diperoleh dari daftar di bawah.

Uraian Harga maks. Harga min.


- Dinding konduit beton 0,014 0,008
- Pipa baja dengan sambungan di las 0, 012 0,008
- Terowongan batu 0,035 0,020

4.6.3 Kehilangan Tinggi Tekanan pada Saringan Sampah


Kehilangan tinggi tekanan pada saringan sampah, (trashrack), htr adalah :

Htr = Kt(vn2/2g) ..............................................................................................(16)

Dan Kt = 1,45 – 0,45(an/ag) –


(an/ag)2 ...................................................................(17)

Dimana :
Kt = koefisien kehilangan saringan sampah,
an = Luas bersih kisi-kisi saringan,
ag = Luas bruto saringan dan penopangnya,
vn = Kecepatan melalui kisi-kisi.
Bila diasumsikan kisi-kisi tersumbat 50%, akan terjadi kehilangan tinggi tekanan
yang maksimum dan kecepatan aliran melalui kisi-kisi mencapai 2 kali lipat.
Sedangkan untuk kehilangan tinggi tekanan minimum, anggap kisi-kisi saringan
dalam kondisi tidak tersumbat apapun.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-13
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

4.6.4 Kehilangan Tinggi Tekanan pada Mulut Pemasukan


Kehilangan tinggi tekanan di bagian ini sama seperti kehilangan tekanan pada
tabung pendek, debit aliran (Q) yang masuk ke dalam mulut pengambilan, adalah :
Q = CA (2gh)1/2 ..........................................................................................
(18)
Dimana :
C = Koefien aliran,
A = Luas,
h = Tinggi tekanan (head),
g = gravitasi.

Sedangkan koefisien kehilangan tinggi tekanan Ke = (1/C2) – 1 ...............................


(19)
Tabel 4.1 Koefisien aliran C dan koefisien kehilangan tingi tekanan konduit.

4.6.5 Kehilangan Tinggi Tekanan di Belokan


Kehilangan tekanan di bagian belokan (bend) adalah merupakan fungsi dari radius
belokan, diameter pipa, sudut pembelokan. Koefisien kehilangan tinggi tekanan Kb
untuk berbagai harga dari (Rb/D) dapat langsung digunakan untuk konduit
berbentuk lingkaran. Untuk konduit persegi panjang , D dapat diambil sebagai
tinggi konduit.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-14
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

Gambar 4.15 Koefisien kehilangan tekanan tinggi di belokan

4.6.6 Kehilangan Tinggi Tekanan pada Pintu/Katup


Bila pintu dipasang pada bagian pemasukan konduit dan bila pintu terbuka
seluruhnya kondisi aliran, maka diasumsikan tidak terjadi kehilangan tinggi
tekanan. Tetapi, bila pintu dipasang baik di bagian hulu maupun hilir dari headwall
titpis, sehingga bagian samping dan bawah jet air pada kondisi tertekan dan
bagian atas mengalami kontraksi, koefisien kehilangan pada butir (b) Tabel 1
berlaku. Bila pintu dipasang di dalam konduit, sehingga lantai, kedua sisi konduit
dan atap hulu dan hilir menerus dengan pembukaan pintu, koefisien kehilangan
pintu Kg tidak melebihi 0,1. Untuk pintu yang dibuka sebagian koefisien kehilangan
tergantung dari kontraksi bagian atas, untuk bukaan yang kecil koefisien
kehilangan tinggi tekanan akan mendekati 1,0 seperti butir (b) Tabel 1. Untuk
bukaan yang lebar Kg akan mendekati 0,19. Untuk bukaan ¾, Kg = 1,15, untuk
bukaan ½, Kg = 5,6 dan untuk ¼ bukaan, Kg = 24,0. Sedangkan untuk katup kupu-
kupu kondisi terbuka penuh, Kg = 0,15. Kg bervariasi antara 0,1 dan 0,5
tergantung dari ketebalan daun pintu.

4.6.7 Kehilangan Tinggi Tekanan pada Keluaran


Koefisien kehilangan tinggi tekanan akibat kecepatan aliran di bagian keluaran ini
adalah sama dengan 1,0, karena air yang keluar dari konduit tertekan dalam
kondisi mengalir bebas atau dalam kondisi terendam. Bila ujung pipa dilengkapi

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-15
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

dengan pipa yang berbeda diameternya, koefisien kehilangan tinggi tekanan


menjadi < 1,0 dan berbanding kuadrat dengan luas pipa, yakni Kv = (a1/a2)2,
dimana a1 adalah luas pipa yang mulai berbeda diameterrnya dan a2 luas pipa di
bagian ujung.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI


4-16
BAB 5ANALISIS KEAMANAN
BANGUNAN PELENGKAP

Sub Materi
1. Pembebanan Struktur
2. Stabilitas struktur bangunan
3. Analisa beton bertulang
4. Analisis rembesan dan uplift
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

BAB V
ANALISIS KEAMANAN BANGUNAN PELENGKAP

5.1. Pembebanan struktur

a Beban yang di perhitungkan pada pintu dan balok sekat adalah tekanan
hidrostatik, tinggi tekanan air dihitung setinggi muka air normal (setinggi
mercu pelimpah).
b Pada lantai bangunan peluncur dan bangunan pemecah enersi beban
yang diperhitungkan adalah beban hidrostatik dan uplift yang
merupakan beban hidup.
c Beban mati adalah berat sendiri bangunan dan peralatan yan tidak
berpindah tempat.
d Tekanan tanah aktif dapat berubah dari kondisi statik menjadi dinamik
yaitu pada saat terjadi gempa.
e Beban gempa diperhitungkan sebagai perkalian antara masa bangunan
dan kombinasi percepatan dilokasi setempat

5.2. Stabilitas struktur bangunan

1. Daya dukung
Rumus daya dukung fondasi untuk bangunan bangunan air yang berada
diatas lapisan tanah dengan perbaikan fondasi adalah :
Qult= CNC+ Q Nq + 0,5 yB N y
Daya dukung yang diijinkan menggunakan faktor keamanan (FK),sehingga
rumus daya dukung diijinkan adalah :
Qi = Qult
FK
Dimana :
C = Kohesi tanah fondasi ( t/m2)
Q = beban diatas fondasi (t/m2)
Y = berat volume tanah diatas pondasi
B = Lebar fondasi ( m )
NCNqN y= adalah faktor day dukung
FK = faktor keamanan terhadap daya dukung

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 5-1


MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

2. Stabilitas guling
Untuk bendungan air atau dinding yang mengalami tekanan harus
diperhitungkan faktor keamanan terhadap terulingnya bangunan
menggunakan rumus :
FK guling = Mt
Mg

Dimana :

Mt = terdiri dari momen yang diakibatkan oleh berat sendiri


bangunan
Mg = terdiri dari momen yang menggulingkan bangunan seperti :
tekanan aktif, tekanan air,gempa,uplift dsb.

3. Stabilitas geser
Stabilitas geser diperlukan untuk bangunan air agar tahan/tidak
bergerak jika mengalami tekanan horisontal seperti tekanan
aktif,tekanan air,gempa,dan beban luar lainnya.
Faktor keamanan terhadap geser dihitung dengan rumus :
Ketahanangeser( t )
FKgs =
Gayagesek ( t )

5.3. Analisa beton bertulang


Untuk mendesain besarnya tulangan baik pada balo maupun plat menggunakan
standart SNI 03-2847-1992 dan th 2002.Namun apabila dijumpai beberapa kasus
yang tidak tercantum dalam peraturan tersebut diadakan modifiasi yan sesuai
dengan bangunan air yang sering dijumpai di indonesia.tata cara ini meliputi
persyaratan-persyaratan umum serta ketentuan teknis perencanaan dan
pelaksanaan struktur beton untuk bangunan gedung atau struktur bangunan lain
yang mempunyai kesamaan karakter dengan struktur bangunan gedung.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 5-2


MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

5.4. Analisis rembesan dan uplift


Didalam menghitung kekuatan struktur dan stabilitas bangunan pelengkap perlu
diperhitungkan adanya rembesan dan uplift terutama pada bangunan penahan
energi,baik di hilir pelimpah maupun bangunan pengikat.analisis ini mengacu
pada RSNI M-02-2002,metode analisis dan pengendalian rembesan air untuk
bendungan tipe urugan.analisis ini dapat dipakai juga untuk bangunan lain selain
bendungan urugan dalm kondisi “ Unconfined “ yaitu adanya penghalang aliran
kearah vertikal akibat adanya struktur beton dan atau pondasi yang kedap
air,perbedaan tinggi tekan di udik dan dihilir bangunan akan menimbulkan
ketidakstabilan pada struktur bangunan tersebut.metode analisis secara rinci
dapat diketahui didalam pedoman RSNI M-02-2002 DAN LITERATUR lainnya
mengenai geoteknik ( mekanika tanah ).

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 5-3


BAB 6 RANGKUMAN

Sub Materi
1. Pengelakan sungai
2. Bangunan pelimpah
3. Bangunan pengeluaran
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

BAB VI
RANGKUMAN

6.1. PENGELAKAN SUNGAI

1) Metoda pengelakan sungai sebelum pelaksanaan konstruksi bendungan,


dipilih dengan mempetimbangkan biaya pengalihan/pengelakan sungai
dengan resiko yang dihadapi.
2) Untuk bendungan kecil yang dapat diselesaikan dalam waktu satu musim
kering, dapat mempertimbangkan untuk menggunakan debit banjir tahunan
saat musim kering terjadi. Namun, dengan pertimbangan faktor keamanan,
biasanya diambil banjir rencana minimal 5 tahunan.Periode ulang banjir untuk
mendesain bangunan pengelak atau besar resiko yang dapat ditoleransi harus
ditetapkan berdasarkan analisis hidrologi. Banjir rencana pada periode ulang
yang berbeda unruk penentuan desain saluran pengelak dapat ditentukan
dengan beberapa cara, menurut SNI 03-2415-1991, SNI 03-3412-1994 atau
pedoman-pedoman lainnya.
3) Cara praktis untuk mengalihkan aliran sungai selama konstruksi berlangsung
adalah menggunakan salah satu atau kombinasi dari cara berikut :
- Terowongan (tunnel) yang digali melalui bukit tumpuan.
- Konduit yang melalui fondasi bendungan.
Konduit atau terowongan kadang-kadang dibuat cukup besar untuk
mengalihkan aliran sungai. Untuk aliran sungai yang kecil, aliran sungai dapat
di-bypass dengan menggunakan pipa-pipa baja atau beton.
4) Pada suatu lembah yang sempit, yang tidak mungkin untuk dilakukan
penggalian fondasi bendungan tanpa mengalihkan aliran sungai terlebih
dahulu, pengalihan/pengelakan sungai melalui terowongan akan lebih layak
dibandingkan saluran konduit. Terowongan tersebut dapat dibuat pada satu
sisi bukit tumpuan atau pada dua bukit tumpuannya. Terowongan pengelak ini
nantinya dapat dimanfaatkan dan dikombinasikan sebagai bangunan pelimpah,
sehingga dapat menekan biaya proyek secara keseluruhan. Apabila
memungkinkan, terowongan kembar (misalnya, satu pada setiap tebing) sering
digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 6-1


MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

5) Alternatif selain terowongan adalah konduit atau gorong-gorong sebagai


saluran pengelakan sungai, lebih cocok diterapkan pada pondasi batuan yang
lebih jelek dan pada lembah yang cukup lebar.
6) Bendungan pengelak (cofferdam) adalah bersifat sementara yang digunakan
untuk mengalihkan aliran sungai atau menutup suatu daerah tertentu selama
konstruksi bendungan dilakukan. Tinggi bendungan pengelak ini harus
didesain bersama-sama dengan ukuran bukaan terowongan/konduit, sehinga
tercapai kondisi ang optimum, ditinjau dari keamanan dan ekonominya. Studi
optimalisasi harus mencangkup studi tinggi bendungan pengelak terhadap
kapasitas aliran sungai yang melalui terowongan/konduit, termasuk
penelusuran banjir (flood routing) dari debit banjir yang didesain.
7) Penutupan permanen terowongan pengelak dapat dilakukan menggunakan
beton penyumbat (concrete plugging) di dalam terowongan. Bila terowongan
pengelak (sementara) ini juga digunakan sebagai terowongan spillway,
penyumbat biasanya diletakkan di bagian hulu dari bagian pertemuan
terowongan. Kunci penahan (keyways) terhadap geser dapat dibuat pada
batuan fondasi atau lining terowongan. Untuk perkuatan dan menjamin
kekedapannya, disekeliling penyumbat biasanya digrouting.Penutupan sungai
boleh dilakukan dengan memperhatikan syarat-syarat spesifikasi debit
sungai dan setelah memperoleh kepastian hasil kajian hidrologi dengan
menggunakan periode air rendah yang paling menguntungkan.

6.2. BANGUNAN PELIMPAH

1) Fungsi utama bangunan pelimpah (spillway) adalah membuang kelebihan air


waduk, sehingga air tidak melimpasi puncak bendungan (overtopping) yang
dapat membahayakan bendungan, terutama bendungan tipe urugan tanah.
Bila pelimpah tersebut dilengkapi dengan pintu untuk mengendalikan aliran
banjir, disebut sebagai pelimpah berpintu (gated spillway).Bila tidak, disebut
sebagai pelimpah tidak berpintu (ungated spillway). Kapasitas pelimpah
tersebut harus didesain menggunakan banjir dengan kala ulang tertentu,
sesuai dengan NSPM (Misalnya, untuk bendungan dengan tinggi > 40 m dan
di hilirnya mempunyai resiko tinggi, kapasitas pelimpah didesain dengan PMF).
2) Untuk pelimpah yang dibangun pada timbunan bendungan, perlu perhatian
khusus pada bagian transisi (bidang kontak) antara timbunan tanah dengan
dinding beton yang merupakan bagian terlemah untuk dilewati air. Bila kondisi

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 6-2


MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

topografi memungkinkan, bangunan pelimpah sebaiknya dibangun terpisah


dari bendungan utama, untuk menghindari pengaruh rembesan melalui bidang
kontak.
3) Bagian-bagian penting dari bangunan pelimpah, adalah :
- Saluran depan/masuk, untuk mengalirkan dan mengontrol air dari waduk.
- Konduit/saluran untuk mengalirkan aliran air waduk dari bangunan/saluran
depan ke bagian level muka air rendah bagian hilirnya.
- Bangunan pengeluar untuk meredam energi aliran air yang cepat dan
mengalirkannya ke saluran balik.
4) Beberapa jenis bangunan pelimpah yang sering digunakan sebagai bangunan
pengeluaran air dari waduk, adalah :
- Ogee (berpintu atau tidak berpintu)
- Ambang jatuh bebas (free overfall)
- Syphon
- Shaft atau morning glory
- Side channel
- Terowongan
5)Penambahan bangunan pelimpah darurat (emergency spillway) untuk
menambah kapasitas bangunan pelimpah layanan (service spillway) akan
mengurangi biaya konstruksi serta menambah faktor keamanan terhadap
pelimpasan puncak (overtopping) tanpa mengurangi efesiensi operasi normal
waduk.Bila topografinya memungkinkan dapat dibuat pelimpah darurat untuk
mengeluarkan air waduk pada kondisi darurat. Pelimpah darurat ini dapat
berupa timbunan tanah yang pada elevasi tertentu dibuat dengan timbunan
dari pasir kasar dan kerikil yang dibuat mudah tergerus oleh air. Elevasi bagian
timbunan yang mudah tergerus lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan
elevasi mercu pelimpah utama. Pelimpah darurat ini disebut sebagai ”fuseplug
dyke”.
6) Penampang pelimpah yang sering digunakan adalah bentuk “ogee”, rumus
yang digunakan adalah dari U.S Army Corps of Engineers untuk memperoleh
koordinat (x,y), yakni : X1.85 = 2 Hd0.85 y.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 6-3


MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

6.3. BANGUNAN PENGELUARAN

1) Bangunan pengeluaran (outlet works) adalah suatu bangunan untuk


melepaskan air dari waduk pada kondisi muka air waduk normal. Bangunan
pengeluaran tersebut juga dapat diletakkan di dekat dasar waduk, untuk
mengeluarkan air waduk pada kondisi darurat (bottom outlet). Pada umumnya,
suatu konduit tertekan/tertutup yang membawa air melalui bendungan
dianggap sebagai bangunan pengeluaran (outlet works) dibandingkan
pelimpah (spillway). Namun konduit pengeluaran ini kadang-kadang juga dapat
digabung dengan bangunan pelimpah. Bangunan pengeluaran ini dapat
berupa konduit melalui bendungan beton, konduit melalui bendungan urugan
tanah, pipa atau penstock atau konduit di dalam suatu terowongan yang digali
di luar bendungan
2) Komponen-komponen bangunan pengeluaran (outlet) adalah :
- Saluran masuk, fungsinya untuk membawa/mengalirkan air dari waduk.
- Bangunan pemasukan (intake), fungsinya untuk memasukkan air waduk ke
dalam bangunan pengeluaran.
- Rumah pintu atau katup, tempat pintu atau katup dioperasikan melepaskan
air waduk.
- Konduit, saluran pembawa air melalui bendungan.
- Peredam energi, suatu bangunan untuk mengurangi energi dan kecepatan
aliran air.
- Saluran balik (return channel), saluran untuk pembuangan air kembali ke
sungai.
3) Bangunan pengambil (intake) adalah berfungsi sebagai mulut pemasukan
langsung dari waduk. Bangunan intake juga dilengkapi dengan pintu pengatur
aliran, saringan sampah (trashrack) dan saringan ikan (fish screen), bila
diperlukan serta fasilitas untuk alat penutup bulkhead atau stoplogs.
4) Konstruksi saringan sampah tergantung dari ukuran konduit, pintu pengatur,
air yang diambil, kondisi sampah di waduk dan alat/cara membersihkan
sampah, hal tersebut akan mempengaruhi jenis saringan dan ukuran bukaan.
5) Pada umumnya, kinerja hidraulis bangunan pengeluaran adalah bersifat
seperti saluran terbuka dan konduit tertutup/tertekan (pressured conduit).
Analisis aliran di dalam saluran terbuka adalah berdasarkan prinsip aliran
langgeng yang tidak seragam (steady nonuniform flow). Sedangkan aliran
penuh di dalam pipa tertutup adalah dianggap aliran tertekan. Kolam olak,

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 6-4


MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP

baffle atau blok-blok peredam energi digunakan untuk mengurangi energi


aliran pada bagian hilir bangunan pengeluaran.
Bila pintu dipasang di bagian hilir mulut pemasukan dari suatu konduit, bagian
atas pintu dalam kondisi mengalami tekanan. Suatu konduit yang tidak berpintu
juga dalam kondisi aliran penuh dan tertekan, tergantung geometri inletnya. Untuk
aliran melalui sistim pipa tertutup/tertekan, berlaku hukum Bernoulli, HT = hL + hc ;
dimana HT adalah total head, hL adalah kehilangan tinggi tekanan kumulatif dan hc
adalah kehilangan tinggi tekanan akibat kontraksi. Kehilangan tinggi tekanan
kumulatif harus diperhitungkan sebagai akibat adanya trashrack, mulut
pemasukan, bentuk belokan/tekukan, pintu atau katup, gesekan dan lain-lain.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 6-5


DAFTAR PUSTAKA

1) Bharat Singh & HD Sharma, Earth and Rockfill dams, Sarita Prakashan, Meerut, India,
1982.
2) Bureau of Reclamation, 1977. Design of Small Dams.DenverColorado, 1977.
3) Bharat Singh, Fundamentals of Irrigation Engineering, N.C.Jain, Roorkee Press,
7thedition, India 1982.
4) Calvin V.Davis, Handbook of Applied Hydraulics, McGraw-hill Book Company, Inc,
New York-Toronto-London-Tokyo, second edition, 1962.
5) R.S. Varsney, S.C.Gupta, Theory &Design of Irrigation Structures, Vol.II Canal and
Storage Works, Nem Chand & Bros, Roorkee, India, 1982

Anda mungkin juga menyukai