Sub Materi
1. Latar Belakang
2. Deskripsi Singkat
3. Tujuan Pembelajaran
4. Materi Pokok dan Sub Materi
Pokok
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan ajar ini disusun sebagai pengantar bagi peserta pelatihan untuk mempelajari
desain bendungan pada tingkat berikutnya yang lebih dalam. Materi bahan ajar ini
menjelaskan mengenai dasar-dasar perencanaan hidraulis bangunan-bangunan
pelengkap dari bendungan urugan yang meliputi metoda pengelakan sungai,
bangunan pelimpah dan bangunan pengeluar (outlet).
Sub Materi
1. Umum
2. Pemilihan Debit banjir rencana
3. Metode Pengelakan
4. Desain Hidraulis Pengelak
5. Kapasitas Pengelak
6. Penutupan Bangunan Pengelak
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP
BAB II.
PENGELAKAN SUNGAI
2.1. Umum
Suatu lokasi yang akan dipengaruhi oleh musim hujan akan memerlukan provisi
pengelakan yang minimum untuk musim kering dari setiap tahunnya. Suatu debit
aliran yang sulit diprediksi memerlukan pemilihan cara pengelakan yang lebih teliti,
sehingga kontraktor mempertimbangkan terjadinya aliran rendah dan aliran banjir
yang terjadi selama konstruksi berlangsung.
Biasanya, pemilihan banjir terbesar yang mungkin terjadi akan sangat tidak
ekonomis, untuk itu dipertimbangkan pemilihan banjir rencana yang disesuaikan
dengan resiko yang dihadapi. Untuk bendungan urugan, dimana daerah galian
fondasi dalam kondisi terbuka, atau bila terjadi overtopping pada cofferdam
mengakibatkan kerugian besar atau rusaknya bangunan-bangunan yang sudah
selesai, sangat penting untuk mengurangi resiko banjir tersebut. Hal tersebut
berbeda dengan bendungan beton yang boleh dilewati oleh banjir dengan tanpa
menimbulkan kerusakan yang berarti
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan besarnya banjir rencana
yang akan digunakan, adalah :
Untuk bendungan kecil yang dapat diselesaikan dalam waktu satu musim kering,
dapat mempertimbangkan untuk menggunakan debit banjir tahunan saat musim
kering terjadi. Namun, dengan pertimbangan faktor keamanan, biasanya diambil
banjir rencana minimal 5 tahunan.
1) Karekteristik/sifat dari aliran sungai; aliran permukaan pada setiap daerah aliran
sungai, masing-masing mempunyai aliran puncak dan perioda aliran rendah
pada waktu berbeda untuk setiap tahun, kondisi aliran permukaan tersebut
akan mempengaruhi pemilihan/penetuan sistim pengelakan sungai.
2) Debit banjir yang direncanakan; penentuan debit banjir rencana untuk
pengelakan sungai ini, tergantung dari:
Biaya dan waktu pelaksanaan konstruksi terowong pengelak, saluran dan gorong-
gorong akan lebih besar untuk sungai yang lebih besar, disamping ditentukan oleh
debit rencana, dimensi terowong dan elevasi muka air sesuai dengan aliran yang
dielakkan. Penghematan yang besar kadang-kadang dapat dicapai dengan
mendesain kapasitas debit yang lebih kecil dan membiarkan terjadi limpasan di
atas bendungan pengelak pada keadaan tertentu. Topografi dan geologi lapangan
merupakan faktor dalam pemilihan bangunan pengelak. Hal tersebut tidak akan
sama pada lembah yang sempit dan tebing miring dengan sungai yang lebar dan
datar. Keadaan geologi harus juga dipertimbangkan dalam desain. Penyelidikan
geologi sangat penting, terutama untuk terowong pengelak dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi tanah alami dan mencegah tertundanya
pelaksanaan.Ketersediaan bahan setempat yang sesuai (kayu, batuan, lempung,
dan lain-lain) dapat mempengaruhi pemilihan perencanaan yang optimum; misal
kisi-kisi kayu yang diisi batu seringkali paling efektif untuk membuat bendungan
pengelak.
Kadang-kadang perlu diatur agar batang kayu, atau sampah lainnya dapat
melewati bangunan pengelak dengan tanpa terjadi penyumbatan atau
pengurangan kapasitas pengelak.Sampah tersebut mungkin dialirkan melalui
terowong pengelak, tetapi bila diperkirakan terdapat tumbangan pohon tertentu,
perencana harus menjamin bahwa terowong mempunyai dimensi yang longgar
dengan jagaan yang cukup antara permukaan air bebas dan puncak terowongan,
beton dengan lapisan pelindung bila batuan mudah tererosi, bebas dari rintangan
pada jalan masuk bagian hulu (tidak ada pemisah), dan selurus mungkin, dengan
lengkungan besar. Balok sekat yang dipasang di hulu mulut terowong akan
menahan beberapa sampah terapung, terutama kayu yang kemudian dapat
diangkut ke hilir lewat darat (kadang-kadang dibuat jalan khusus untuk keperluan
tersebut).
2.3.2 Terowongan
Pada suatu lembah yang sempit, tidak mungkin untuk melakukan penggalian
fondasi bendungan tanpa mengalihkan aliran sungai terlebih dahulu. Untuk kondisi
lembah sempit ini, pengelakan sungai melalui terowongan akan lebih layak
dibandingkan saluran konduit. Terowongan tersebut dapat dibuat pada satu sisi
bukit tumpuan atau pada dua bukit tumpuannya. Terowongan pengelak ini dapat
dimanfaatkan dan dikombinasikan sebagai bangunan pelimpah, sehingga dapat
menekan biaya proyek secara keseluruhan (contoh bendungan Batutegi di
Lampung).
Pada umumnya penggunaan terowongan dibatasi oleh kondisi lembah yang terdiri
dari batuan dengan tebing yang curam. Keuntungannya adalah bahwa terowongan
tidak mengganggu galian pondasi dan pelaksanaan pembuatan bendungan. Untuk
lembah datar dan pada batuan lunak, konduit atau gorong-gorong di bawah
bendungan urugan lebih menguntungkan, tetapi pemgelakan sungai dengan
terowong paling sering digunakan.
Kecuali pada sungai yang lebih kecil, terowongan kembar (misalnya, satu pada
setiap tebing) sering digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan.
Pelaksanaan pembuatan terowongan dan pintu masuk di udik sering merupakan
langkah yang kritis. Selama ukuran terowongan ditentukan terutama oleh debit
banjir rencana maksimum dan tidak berdasarkan debit yang terjadi pada saat itu,
maka aliran sungai dapat dipindahkan segera setelah terowongan pertama selesai.
Terowongan lain yang hanya diperlukan untuk memindahkan debit yang lebih besar,
dapat dibuat sedikit lebih tinggi agar pelaksanaannya tidak menggunakan pintu di
hulu yang cukup mahal dan tidak membutuhkan penundaan waktu yang lama.
Program pelaksanaan terowongan dapat juga diperbaiki dengan membuat
bangunan penutup di udik pada saat debit kecil setelah terowongan dioperasikan.
Terowongan ini harus dilengkapi dengan pengatur aliran sungai. Alat penutup dapat
berupa kayu, beton, atau besi, pintu geser atau stoplogs. Pengaturan aliran sungai
untuk memenuhi kebutuhan daerah hilir, setelah penggenangan waduk, dapat
dilakukan dengan menggunakan pintu geser atau jenis lainnya sampai air waduk
mencapai level bangunan intake.
Gambar 2.2 Terowongan pengelak dan pelimpah bendungan Cirata, Jawa Barat
Plugging beton
Gambar 2.3Plugging dan grouting penutupan pengelak, bendungan Nipah, Madura 2007
Kecuali pada sungai yang lebih kecil, terowongan kembar (misalnya, satu pada
setiap tebing) sering digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan.
Pelaksanaan pembuatan terowongan dan pintu masuk di udik sering merupakan
langkah yang kritis. Selama ukuran terowongan ditentukan terutama oleh debit
banjir rencana maksimum dan tidak berdasarkan debit yang terjadi pada saat itu,
maka aliran sungai dapat dipindahkan segera setelah terowongan pertama selesai.
Terowongan lain yang hanya diperlukan untuk memindahkan debit yang lebih besar,
dapat dibuat sedikit lebih tinggi agar pelaksanaannya tidak menggunakan pintu di
hulu yang cukup mahal dan tidak membutuhkan penundaan waktu yang lama.
Program pelaksanaan terowongan dapat juga diperbaiki dengan membuat
bangunan penutup di udik pada saat debit kecil setelah terowongan dioperasikan.
2.3.3 Konduit
Terowonganadalah cocok diterapkan pada kondisi lapisan fondasi bendungan yang
cukup bagus, sedangkan konduit atau gorong-gorong cocok diterapkan pada
pondasi batuan yang lebih jelek dan pada lembah yang cukup lebar, sehingga
mungkin biaya konstruksinya akan lebih tinggi. Konduit beton sepanjang kira-kira
200 m diperkirakan memerlukan beton bertulang minimum 20 m³ untuk setiap debit
1 m³/det. Pelaksanaan galian pondasi mungkin dapat terganggu, dan mungkin juga
ada masalah pada bidang kontak antara beton dengan zona inti urugan: Konduit
dibangun di daerah kering di bagian hilir bendungan pengelak dan bila sudah siap,
aliran sungai dialihkan melalui konduit dan sistim penutupan dapat dilakukan
seperti penutupan pada terowongan.
Bila kebutuhan pengelakan lebih besar dari kapasitas bangunan outlet yang sudah
jadi, peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan melakukan penundaan
terhadap pemasangan-pemasangan pintu, katup, pipa atau saringan sampah
(trashrack) sampai kebutuhan tersebut selesai. Peningkatan kapasatas juga dapat
dilakukan dengan meninggikan bendungan pengelak (cofferdam). Biasanya, dengan
pertimbangan ekonomis, dilakukan optimalisasi terhadap diameter bukaan (ukuran
konduit atau terowongan) dengan tinggi bendungan pengelak (cofferdam).
Terowongan dan konduit dapat juga direncanakan untuk aliran super kritis, tetapi
kedalamannya tidak boleh mendekati kedalaman kritis untuk mencegah terjadinya
pukulan gelombang pada langit-langit dan menimbulkan gelombang tekanan.
Loncatan air harus direncanakan agar terjadi di hilir mulut terowongan atau konduit.
gorong-gorong harus diperhatikan dan dikendalikan bila perlu. Hal ini biasanya tidak
begitu masalah pada bangunan pengelak sementara
Perlu adanya informasi periode ulang banjir untuk desain bangunan pengelak,
demikian juga untuk desain pelimpah dan bagian lain dari bangunan permanen,
meskipun tidak harus teliti pada tahap ini.
Banjir pada periode ulang yang berbeda dapat ditentukan dengan beberapa cara,
menurut SNI 03-2415-1991, SNI 03-3412-1994 atau pedoman-pedoman lainnya.
Apabila daerah pengaliran sungainya mempunyai pola curah hujan dan pola aliran
sungai yang sejenis, estimasi puncak aliran dari pengukuran satu stasiun sering
dapat digunakan untuk mengestimasi aliran pada titik lain, dengan akurasi yang
cukup. Koefisien korelasi antara puncak aliran QA pada titik A dan puncak aliran QB
pada titik B dengan kedua titik tersebut terletak pada daerah pengaliran sungai
(DPS) yang sejenis, dapat digunakan perbandingan dari luas daerah aliran sungai
secara berturutan :
n
QA S A
Q B S B
dengan :
SA adalah luas DPS untuk titik A
SB adalah luas DPS untuk titik B
n adalah konstanta yang tergantung dari DPS dan sering diambil n = 0,5
Masih banyak rumus lain mengenai hubungan antara aliran dan DPS dan pemilihan
distribusi frekuensi yang paling sesuai untuk harga ekstrim yang diuraikan pada
buku-buku hidrologi. Pemilihan distribusi frekuensi pada akhirnya didasarkan pada
pengalaman ahli hidrologi.
Banjir biasanya berkaitan dengan musim dan besarnya kerusakan akibat banjir
tergantung dari tingkat penyelesaian pekerjaan tersebut dan ke dua faktor tersebut
harus dipertimbangkan. Ketika daerah kerja dilindungi oleh penggenangan dan/atau
pengelakan banjir, bentuk hidrograf banjir dan volume air masuk merupakan faktor
yang penting. Metode perhitungan dan penggambaran hidrograf banjir, penetapan
distribusi frekuensi banjir dan penentuan banjir rencana diuraikan dalam beberapa
buku panduan. Dewasa ini umum digunakan hidrograf standar yang dapat
menghasilkan satu set hidrograf untuk suatu periode ulang tertentu pada lokasi
kerja. Metode ini menghasilkan hubungan antara banjir, volume dan frekuensinya.
Resiko R dari banjir periode ulang T tahun, akan terlampaui paling sedikit sekali
dalam L tahun, selama bendungan beroperasi.
L
1
R 1 1
T .............................................................................................(1)
atau dapat didekati dengan hubungan (berlaku untuk T > 10 dan R < 50%) :
......................................................................................................................
L
R
T 0,5L ................................................................................................(2)
Sebagai contoh, apabila bangunan pengelak didesain agar beroperasi lebih dari
periode pelaksanaan 3 tahun dan bendungan pengelak dibuat untuk menahan banjir
10 tahunan, presentase resiko dari kegagalan selama periode pelaksanaan adalah:
3
R≈ = 0,26 atau 26 %
10 0,5 x3
Dengan demikian maka resiko kegagalan yang diperbolehkan adalah 5%, kemudian
alur pengelak harus didesain untuk banjir dengan periode ulang 60
tahun.Perencanaan kapasitas desain dari bangunan pengelak dapat dilakukan
dengan melakukan optimasi dengan mempertimbangkan keamanan. Optimasi
bertujuan dalam meminimumkan biaya pelaksanaan dari bangunan pengelak.
Kerugian yang dihasilkan dari desain yang terlalu rendah, tidak hanya pada
lapangan pekerjaan itu sendiri, tetapi juga untuk kepemilikan di hilir bila terjadi
kegagalan mendadak, atau di hulu karena adanya rintangan oleh pekerjaan
pengelak.
Keterangan gambar:
A. Resiko terlampaui (%)
B. Jaminan tidak terlampaui (%)
Gambar 2.6 Contoh resiko sebagai fungsi umur pemakaian pengelak dan
periode ulang banjir rencana
Biaya bangunan pengelak yang didesain untuk mengendalikan puncak banjir yang
berbeda dinyatakan sebagai biaya tahunan dalam pengeplotan kurva biaya
pelaksanaan. Biaya dari seluruh kerusakan sebagai akibat dari kapasitas bangunan
pengelak yang tidak cukup untuk setiap ukuran yang berbeda harus diestimasikan,
dikalikan dengan probabilitas kejadian pada tahun mana saja, dan diplot terhadap
debit banjir yang sesuai untuk menggambar kurva kerugian.Biaya pelaksanaan dan
kerugian dijumlahkan untuk memperoleh kurva biaya total. Titik yang terendah pada
kurva biaya adalah merupakan total kapasitas ekonomis yang optimum pada
bangunan pengelak yang berhubungan dengan kinerja tertentu.
Proses ini merupakan dasar estimasi dimensi dari bangunan pengelak, tetapi resiko
kehidupan manusia dan tipe kerusakan lain merupakan hal yang sulit. Estimasi
yang realistis dari puncak banjir yang menyebabkan kerusakan juga sulit dilakukan.
Dengan bendungan beton, banjir pada daerah kerja tidak menyebabkan pekerjaan
tersebut harus ditinggalkan, sehingga terowongan pengelak dapat didesain untuk
banjir dengan periode ulang yang tinggi, misalnya banjir 10 tahunan
Untuk bendungan urugan tanah, kondisinya adalah berbeda sama sekali, karena
dapat hancur total bila terjadi pelimpasan. Untuk bendungan besar, yang dibangun
dalam beberapa tahun, periode ulang 50 tahunan atau lebih mungkin digunakan
dalam desain bendungan pengelak. Kecenderungannya jelas bahwa bendungan
harus dibuat lebih cepat, dari pada harus membayar asuransi yang lebih tinggi,
karena saat ini dimungkinkan untuk melakukan urugan lebih cepat. Kewaspadaan
dilakukan pada waktu awal pelaksanaan di musim kemarau atau bangunan
pengelak hulu mampu menahan genangan banjir hingga pelaksanaan bendungan
utama mencapai ketinggian, sedemikian rupa, sehingga mampu mengendalikan air
sungai, dengan kecenderungan membuat bendungan pengelak yang lebih tinggi
bila secara ekonomis masih memungkinkan.
Bendungan urugan batu menjadi pilihan alternatif lain dalam hal kemampuan untuk
dilimpasi air selama pelaksanaan,sehingga mencapai debit per satuan lebar tertentu.
dua terowongan pengelak, karena jika salah satu tetap dibuka sementara lainnya
dapat ditutup.
Setelah penutupan, elevasi muka air akan naik dengan cepat, sehingga balok
stoplog dan lain-lainnya harus didesain agar dapat dapat menahan tinggi
tekanan air pada elevasi waduk saat penuh sebelum pekerjaan penutupan
permanen selesai dikerjakan.
Sub Materi
1. Umum
2. Jenis pelimpah
3. Desain hidraulis pelimpah
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP
BAB III
BANGUNAN PELIMPAH
3.1. Umum
Fungsi utama dari bangunan pelimpah (spillway) adalah membuang kelebihan air
waduk, sehingga air tidak melimpaspuncak bendungan (overtopping) yang dapat
membahayakan bendungan, terutama bendungan tipe urugan tanah. Bila pelimpah
tersebut dilengkapi dengan pintu untuk mengendalikan aliran banjir, disebut sebagai
pelimpah berpintu (gated spillway). Bila tidak dan aliran cukup dikendalikan oleh
mercu pelimpah, disebut sebagai pelimpah tidak berpintu (ungated spillway).
Kapasitas pelimpah tersebut harus didesain menggunakan banjir dengan kala ulang
tertentu, sesuai dengan NSPM(Misalnya, untuk bendungan dengan tinggi > 40 m
dan di hilirnya mempunyai resiko tinggi, kapasitas pelimpah didesain dengan PMF).
Bangunan pelimpah tersebut juga dapat didesain dan dikombinasikan dengan
bangunan pengeluaran.
Berdasarkan data statistik, banyak bendungan tipe urugan tanah yang runtuh akibat
kurangnya kapasitas pelimpah, dengan kata lain pelimpah tidak didesain dengan
benar. Bebarapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain bangunan
pelimpah tersebut, adalah :
Kondisi daerah hilir saat pelepasan air banjir juga perlu mendapatkan perhatian
khusus, terutama bila cukup padat populasinya (resiko sangat tingi). Batang pohon,
sampah, material sedimen juga perlu dipertimbangkan dalam mendesain bangunan
pelimpah tersebut.
Bangunan pelimpah dapat dibangun menjadi bagian dari bendungan atau terpisah.
Pelimpah dari beton mungkin dapat dibangun pada alur sungai, bila fondasinya
berupa batuan yang cukup keras. Untuk pelimpah yang dibangun pada timbunan
tanah, perlu perhatian khusus terhadap bagian transisi (bidang kontak) antara
timbunan tanah dengan dinding beton, karena bagian ini merupakan bagian
terlemah untuk dilewati air. Bila kondisi topografi memungkinkan, bangunan
pelimpah dapat dibangun terpisah dari bendungan utama, untuk menghindari
pengaruh rembesan melalui bidang kontak.
Pelimpah jenis ini adalah berupa ambang berbentuk menyerupai huruf S atau
ogee. Bentuk ogee tersebut dapat dilengkapi dengan aerasi di bagian bawah
“nappe” dan jatuh dari ambang yang tajam. Kurva bagian atas pada puncak dapat
dibuat lebih lebar atau lebih tajam dibandingkan nappe-nya. Kurva yang lebih
lebar akan menyangga aliran dan tekanan hidrostatik akan terjadi di sepanjang
permukaan kontak. Penyangga tersebut akan menimbulkan pengaruh aliran balik
dan mengurangi koefisien debit aliran. Sedangkan ambang yang lebih tajam akan
menimbulkan tekanan negatif yang dapat meningkatkan/bertambahnya head dan
debit aliran.
Pada pelimpah jenis ini, aliran air akan jatuh bebas dari mercu pelimpah.
Pelimpah jenis ini cocok untuk bendungan beton yang rendah. Kadang-kadang
puncak pelimpah diperpanjang dalam bentuk “bibir” yang mengantung sebagai
tempat aliran supaya jatuh cukup jauh dari kaki bendungan. Bagian bawah nappe
dilengkapi dengan aerasi/ventilasi untuk mencegah terjadinya pusaran air. Kondisi
geologi saluran di bawah mercu untuk pelimpah jenis ini harus bener-benar keras,
supaya tidak mudah tergerus air.
- labyrinth spillway
Pelimpah jenis ini adalah merupakan konduit sistim tertutup berbentuk tabung U
terbalik. Debit alirmnan awal adalah sama seperti pada ambang bebas (weir),
tetapi bila udara yang terdapat di belokan melalui mercu ditarik olehaliran air,
maka terjadi aksi/tarikan sifon dan aliran berlangsung secara menerus, akibat
pengaruh sifon yang menarik aliran air dari intake.
Pada pelimpah jenis ini, aliran air masuk melalui suatu ambang berbentuk
lingkaran dan jatuh melalui lubang (shaft) vertikal atau miring, kemudian mengalir
ke hilir melalui terowongan atau konduit. Pelimpah jenis ini cocok untuk
bendungan yang terletak pada lembah yang sempit. Keuntungan lainnya adalah
kapasitas maksimum dapat dicapai pada head yang relatif rendah. Oleh karena itu,
pelimpah jenis ini adalah ideal untuk aliran maksimum yang harus dibatasi.
ke saluran balik untuk kembali ke sungai. Karakteristik aliran adalah sama dengan
aliran melalui ambang bebas, kecuali pada debit aliran tinggi yang mungkin
merendam sebagian puncak pelimpah. Pelimpah jenis ini mempunyai keuntungan
lain, yakni :
- Mempunyai saluran yang sempit, akibat terjalnya lereng tumpuan.
- Ambang pelimpah dapat didesain cukup panjang untuk mengakomodasi debit
banjir desain.
…………..(2)
Untuk pelimpah dengan tinggi tekanan (head) sedang, tekanan negatif sebesar -
1,5 m tinggi air masih diijinkan. Bila diambil 1.33 kali Hd, maka nilai tekanan negatif
adalah sekitar 0,6 Hd. Pada bukaan sebagian, tekanan negatif dapat berkisar
sekitar 4,8 m tinggi air, dimana tekanan negatif yang diijinkan biasanya sekitar 3
m.Secara teoritis, koefisien aliran dengan mengabaikan gesekan adalah sebesar
2,96, tetapi pada prakteknya sulit dicapai di lapangan. Secara praktis koefisien
aliran yang digunakan tanpa mengijinkan adanya tekanan subatmosfir adalah
sebesar 2,21.
air di bawah mercu, aliran yang mengalir di dalam saluran luncur harus dijaga
tetap pada kondisi superkritis di sepanjang saluran. Aliran di dalam saluran dapat
seragam atau dipercepat atau diperlambat, tergantung dari kemiringan dan
dimensi saluran. Aliran di sebarang titik di sepanjang saluran akan tergantung
padaspecific energy (d x hd). Energi ini adalah sama dengan beda tinggi tekanan
(head drop) dari level air hulu ke lantai saluran hilir dikurangi kehilangan tinggi
tekanan (headloss).
............….……………………………………………………..(3)
............….……………………………………………….(4)
............….…………………………… (5)
Gambar 3.16 Karakteristik loncatan hidraulis sehubungan dengan angka Froude (F)
............….………………………………………… (6)
...........(7)
..........................................(8)
......................................(9)
Tinggi tekanan air buri (tail water) minimum dan panjang loncatan hidraulis yang
diperlukan dapat diperoleh dari gambar-gambar di bawah.
Gambar 3.17 Kolam olak Type IV, untuk angka Froude antara 2,5 – 4,5
Gambar 3.18Kolam olak Type III, untuk angka Froude di atas 4,5 dengan kecepatan
antara 15 – 18 m/s
Gambar 3.19Kolam olak Type III, untuk angka Froude di atas 4,5
Sub Materi
1. Umum
2. Bangunan pengambilan (intake)
3. Peredam energi
4. Saluran pemasukan dan saluran
pembuangan
5. Masalah khusus saluran balik
6. Desain hidraulis bangunan
pengeluaran
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP
BAB IV
BANGUNAN PENGELUARAN
4.1. Umum
Bangunan pengeluaran (outlet works) adalah suatu bangunan untuk melepaskan
air dari waduk pada kondisi muka air waduk normal. Bangunan pengeluaran
tersebut juga dapat diletakkan di dekat dasar waduk, untuk mengeluarkan air waduk
pada kondisi darurat (bottom outlet). Pada umumnya, suatu konduit
tertekan/tertutup yang membawa air melalui bendungan dianggap sebagai
bangunan pengeluaran (outlet works) dibandingkan pelimpah (spillway). Namun
konduit pengeluaran ini kadang-kadang juga dapat digabung dengan bangunan
pelimpah.
Peralatan kontrol adalah istilah umum yang digunakan untuk sistim hidromekanikal
dari pintu dan katup yang aliran melalui bangunan pengeluaran dan pelimpah
dikendalikan/diatur.
Konstruksi saringan sampah tergantung dari ukuran konduit, pintu pengatur, air
yang diambil, kondisi sampah di waduk, alat/cara membersihkan sampah, dan
lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap jenis saringan dan
ukuran bukaan. Bila konduit berukuran kecil dengan alat pengatur aliran berupa
katup, dapat digunakan kisi-kisi yang rapat, supaya sampah tidak dapat masuk.
Bila ukuran konduit cukup besar dengan pintu pengatur yang besar, ukuran spasi
kisi-kisi juga harus lebih besar. Tata letak saringan (rack) tergantung dari jalan
masuk dan cara pembersihan sampah. Jadi, saringan sampah yang terendam
akan lebih baik dibandingkan yang diletakkan dekat permukaan. Demikian juga
pintu yang dipasang di bagian dekat mulut pemasukan (menyebabkan pintu macet
oleh sampah), memerlukan perhatian khusus untuk pengaturan letak saringan.
Benduk saringan sampah juga bervariasi, tergantung dari letak dan posisi di mulut
pemasukan. Saringan sampah untuk drop inlet umumnya berupa seperti kurungan.
terendam seluruhnya atau diperpanjang sampai di atas elevasi muka air waduk
maksimum untuk memudahkan operasinya pada setiap level muka air waduk.
Bangunan pengambil miring yang diperpanjang sampai di atas air waduk tersebut
biasanya mempunyai fungsi yang sama dengan bangunan pengambil menara.
Jenis bangunan pengambil miring sering dipilih, karena pertimbangan sedimentasi
dan stabilitasnya.
Ukuran dan dimensi saluran serta perlindungan dengan lining atau rip rap
tergantung dari kondisi material dan lapisan geotekniknya. Alat pengukur debit
biasanya dipasang pada bagian penampang yang dipilih dan dianggap penting
untuk dilakukan pengukuran. Pengaruh agradasi dan degradasi dari sungai perlu
dipertimbangkan dalam penentuan dimensi saluran outlet.
Dimana :
C = Koefisien aliran
L = Panjang efektif
H1 dan H2 adalah total head (termasuk velocity head) berturut-turut dari dasar dan
bagian atas bukaan (orifice), seperti gambar di bawah.
Bila level air buri (tail water) cukup tinggi, sehingga bukaan pintu sebagian atau
seluruhnya terendam, maka berlaku rumus seperti aliran melalui pipa atau orifice
terendam , yakni :
Dimana :
A = Luas bukaan,
H = Perbedaan tinggi elevasi air hulu dan air hilir,
C = Koefisien aliran untuk orifice terendam
Harga C ini bervariasi, tergantung dari kondisi dan bentuk geometri pipa (lihat
Design of Small Dam, USBR, 1976, hal. 468).
Bila pintu dipasang di bagian hilir mulut pemasukan dari suatu konduit, bagian
atas pintu dalam kondisi mengalami tekanan. Suatu konduit yang tidak berpintu
juga dalam kondisi aliran penuh, tergantung geometri inletnya (Lihat Design of
Small Dam, USBR, 1976, mengenai Culvert Spillway hal. 430).
Untuk aliran melalui sistim pipa tertutup, berlaku hukum Bernoulli, seperti berikut :
HT = hL + hc …………………………………………………………………………(12)
Dimana :
HT = Total head
hL = Kehilangan tinggi tekanan kumulatif
hc = Kehilangan tinggi tekanan akibat kontraksi
Kehilangan tinggi tekanan kumulatif akibat antara lain dari trashrack, mulut
pemasukan, bentuk belokan/tekukan, pintu atau katup, gesekan dan lain-lain,
seperti gambar di bawah.
Pada pipa berdiameter besar, kehilangan tinggi tekanan (head losses) pada
konduit umumnya disebabkan oleh gesekan sepanjang dinding konduit, seperti
rumus Darcy-Weisbachdi bawah.
Dimana :
hf = kehilangan tinggi tekanan (head loss)
f = koefisien friksi
D = diameter konduit
v = kecepatan aliran
g = gravitasi
Koefisien friksi (f) dapat diperoleh seperti rumus di bawah :
f = (185 n2)/D1/3 ......................................................................................... (14)
Perlu diingat, rumus di atas hanya berlaku untuk bentuk pipa bulat, tidak berlaku
untuk misalnya bentuk tapal kuda; n adalah koefisien kekasaran Manning. Rumus
Manning juga dapat digunakan untuk menghitung head losses, seperti di bawah.
hf = 29,1 n2(L/r4/3) (v2/2g) ..........................................................................(15)
Dimana :
Kt = koefisien kehilangan saringan sampah,
an = Luas bersih kisi-kisi saringan,
ag = Luas bruto saringan dan penopangnya,
vn = Kecepatan melalui kisi-kisi.
Bila diasumsikan kisi-kisi tersumbat 50%, akan terjadi kehilangan tinggi tekanan
yang maksimum dan kecepatan aliran melalui kisi-kisi mencapai 2 kali lipat.
Sedangkan untuk kehilangan tinggi tekanan minimum, anggap kisi-kisi saringan
dalam kondisi tidak tersumbat apapun.
Sub Materi
1. Pembebanan Struktur
2. Stabilitas struktur bangunan
3. Analisa beton bertulang
4. Analisis rembesan dan uplift
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP
BAB V
ANALISIS KEAMANAN BANGUNAN PELENGKAP
a Beban yang di perhitungkan pada pintu dan balok sekat adalah tekanan
hidrostatik, tinggi tekanan air dihitung setinggi muka air normal (setinggi
mercu pelimpah).
b Pada lantai bangunan peluncur dan bangunan pemecah enersi beban
yang diperhitungkan adalah beban hidrostatik dan uplift yang
merupakan beban hidup.
c Beban mati adalah berat sendiri bangunan dan peralatan yan tidak
berpindah tempat.
d Tekanan tanah aktif dapat berubah dari kondisi statik menjadi dinamik
yaitu pada saat terjadi gempa.
e Beban gempa diperhitungkan sebagai perkalian antara masa bangunan
dan kombinasi percepatan dilokasi setempat
1. Daya dukung
Rumus daya dukung fondasi untuk bangunan bangunan air yang berada
diatas lapisan tanah dengan perbaikan fondasi adalah :
Qult= CNC+ Q Nq + 0,5 yB N y
Daya dukung yang diijinkan menggunakan faktor keamanan (FK),sehingga
rumus daya dukung diijinkan adalah :
Qi = Qult
FK
Dimana :
C = Kohesi tanah fondasi ( t/m2)
Q = beban diatas fondasi (t/m2)
Y = berat volume tanah diatas pondasi
B = Lebar fondasi ( m )
NCNqN y= adalah faktor day dukung
FK = faktor keamanan terhadap daya dukung
2. Stabilitas guling
Untuk bendungan air atau dinding yang mengalami tekanan harus
diperhitungkan faktor keamanan terhadap terulingnya bangunan
menggunakan rumus :
FK guling = Mt
Mg
Dimana :
3. Stabilitas geser
Stabilitas geser diperlukan untuk bangunan air agar tahan/tidak
bergerak jika mengalami tekanan horisontal seperti tekanan
aktif,tekanan air,gempa,dan beban luar lainnya.
Faktor keamanan terhadap geser dihitung dengan rumus :
Ketahanangeser( t )
FKgs =
Gayagesek ( t )
Sub Materi
1. Pengelakan sungai
2. Bangunan pelimpah
3. Bangunan pengeluaran
MODUL12 DESAIN BANGUNAN PELENGKAP
BAB VI
RANGKUMAN
1) Bharat Singh & HD Sharma, Earth and Rockfill dams, Sarita Prakashan, Meerut, India,
1982.
2) Bureau of Reclamation, 1977. Design of Small Dams.DenverColorado, 1977.
3) Bharat Singh, Fundamentals of Irrigation Engineering, N.C.Jain, Roorkee Press,
7thedition, India 1982.
4) Calvin V.Davis, Handbook of Applied Hydraulics, McGraw-hill Book Company, Inc,
New York-Toronto-London-Tokyo, second edition, 1962.
5) R.S. Varsney, S.C.Gupta, Theory &Design of Irrigation Structures, Vol.II Canal and
Storage Works, Nem Chand & Bros, Roorkee, India, 1982